Anda di halaman 1dari 16

GUBERNURKEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN GUBERNURKEPULAUAN BANGKA BELITUNG


NOMOR 2 TAHUN 2007

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGOPERASIAN PABRIK YANG MENGOLAH


BIJIH TIMAH MENJADI LOGAM TIMAH (SMELTER)
DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan


lingkungan hidup untuk melestarikan dan
mengembangkan lingkungan hidup yang serasi,
selaras dan seimbang guna menunjang
terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup didasarkan pada
norma hukum dan harus dapat memberikan
kontribusi penerimaan bagi negara dan daerah
dengan perlakuan yang setara bagi seluruh pelaku
penambangan serta guna mencegah kerusakan
lingkungan akibat kegiatan penambangan tanpa
izin, maka perlu menata penyelenggaraan
pengelolaan kegiatan pengolahan dan pemurnian
bijih timah atas pemberian izin pengoperasian
pabrik yang mengolah bijih timah menjadi logam
timah (smelter) di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung;

b. Bahwa sebagai upaya pembinaan dan pengawasan


di bidang pertambangan umum khususnya timah,
perlu diatur petunjuk teknis pengoperasian pabrik
yang mengolah bijih timah menjadi logam timah
(smelter) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
yang ditetapkan dengan Peraturan Gubernur;

11
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia
Nomor 2831);

2. Undang-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997


tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3699);

3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang


Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4033);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang


Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan,
Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka
Barat dan Kabupaten Belitung Timur di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4268);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4548);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969


tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11
Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1969
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2916) sebagaimana telah diubah

12
untuk yang kedua kalinya dengan Peraturan
Pemerintah
Nomor 75 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2001 Nomor 141, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4154);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980


tentang Penggolongan Bahan-bahan Galian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3174);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986


tentang Kewenangan pengaturan, pembinaan dan
pengembangan industri (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3330);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999


tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3838);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000


tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan
Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3952);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003


tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang berlaku pada Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4314);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005
tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4575);
13. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Nomor 13 Tahun 2002 tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka

13
Belitung Tahun 2002 Nomor 15 Seri D, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Nomor 14);
14. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Nomor 28 Tahun 2002 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2002 Nomor 1 Seri C);
15. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kawasan
Lindung dalam Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2003 Nomor 8 Seri E,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Nomor 24);

16. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka


Belitung Nomor 3 Tahun 2004 tentang Pengelolaan
Usaha Pertambangan Umum (Lembaran Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2004
Nomor 2 Seri C, Tambahan Lembaran Daerah
Nomor 28);
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGOPERASIAN
PABRIK YANG MENGOLAH BIJIH TIMAH MENJADI LOGAM
TIMAH (SMELTER) DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat
Daerah sebagai Badan Eksekutif.
3. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
4. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
5. Gubernur adalah Gubernur Kepulauan Bangka
Belitung.

14
6. Dinas adalah Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
7. Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota dalam
Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
8. Usaha pertambangan umum adalah segala
kegiatan pertambangan selain minyak dan gas
bumi yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi,
eksploitasi, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan.
9. Kuasa pertambangan selanjutnya disebut KP
adalah wewenang yang diberikan kepada
badan/perorangan untuk melaksanakan usaha
pertambangan.
10. Penyelidikan umum adalah tahapan usaha
pertambangan yang meliputi penyelidikan secara
geologi umum, geofisika di darat, perairan dan dari
udara, segala sesuatu dengan maksud untuk
membuat peta geologi umum atau menetapkan
tanda-tanda adanya bahan galian.
11. Eksplorasi adalah usaha pertambangan yang
meliputi segala kegiatan penyelidikan geologi dan
kegiatan awal pertambangan yang tujuannya untuk
mencari dan menemukan serta menetapkan lebih
teliti dan seksama, potensi sumber daya alam,
sifat, letakan, dimensi, prospeksi cadangan sumber
daya alam dan kegunaan bahan galian.
12. Eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan
maksud untuk menghasilkan dan memproduksi
bahan galian tambang dan memanfaatkannya.
13. Pengolahan dan Pemurnian adalah kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan mutu bahan galian
tambang serta untuk memanfaatkannya dan
memperoleh unsur-unsur atau mineral yang
terkandung dalam bahan galian.
14. Pengangkutan adalah segala usaha untuk
pemindahan bahan galian dari wilayah
pertambangan atau dari wilayah pengolahan dan
pemurnian bahan galian ke tempat lain.
15. Penjualan adalah segala kegiatan usaha penjualan
bahan galian dan hasil pengolahan/pemurnian
bahan galian.
16. Iuran eksplorasi dan eksploitasi (royalti) adalah
iuran produksi pemegang kuasa usaha

15
pertambagan atas hasil dari kesempatan eksplorasi
atau eksploitasi.
17. Pabrik peleburan bijih timah adalah Pabrik yang
mengolah bijih timah menjadi logam timah.
18. Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang
selanjutnya disebut AMDAL adalah kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup
yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha
dan/atau kegiatan.

19. Stannum yang selanjutnya disebut Sn adalah unsur


logam yang terkandung di dalam bijih atau logam
timah.

20. Letter of Credit yang selanjutnya disebut L/C


adalah instrumen dalam bentuk surat atau kawat
yang diterbitkan oleh bank atas permintaan
nasabahnya/importir/aplicant dan ditujukan kepada
bank lain di luar negeri/bank koresponden/advising
bank untuk kepentingan eksportir/benefisiary.
BAB II
KUASA PERTAMBANGAN

Pasal 2

(1) Setiap usaha atau kegiatan pertambangan umum


hanya dapat dilaksanakan apabila telah mendapat
Kuasa Pertambangan dari Gubernur,
Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.

(2) Kuasa Pertambangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat berupa :
a. Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum;
b. Kuasa Pertambangan Eksplorasi;
c. Kuasa Pertambangan Eksploitasi;
d. Kuasa Pertambangan Pengolahan dan
Pemurnian;
e. Kuasa Pertambangan Pengangkutan dan
Penjualan.
BAB III
IZIN OPERASIONAL

Pasal 3

16
(1) Sebelum pabrik melakukan kegiatan peleburan,
terlebih dahulu harus mendapat Izin Operasional
pabrik dari Gubernur c.q. Kepala Dinas
Pertambangan dan Energi Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.

(2) Izin Operasional pabrik sebagaimana dimaksud


pada
ayat (1) diberikan berdasarkan pertimbangan :

a. Surat permohonan dari pemilik/pengusaha


smelter kepada Gubernur Kepulauan Bangka
Belitung c.q. Kepala Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
dengan format surat permohonan sebagaimana
tercantum dalam
Lampiran I Peraturan Gubernur ini;

b. Surat Pernyataan Kesanggupan dengan format


surat pernyataan kesanggupan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran II Peraturan
Gubernur ini.
Pasal 4
(1) Kegiatan peleburan bijih timah menjadi logam
timah merupakan kegiatan usaha industri yang
digolongkan sebagai usaha pertambangan umum.
(2) Usaha pertambangan umum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berupa Kuasa
Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian.
(3) Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib
memiliki AMDAL.
BAB IV
PENGOPERASIAN PABRIK

Bagian Pertama
Peralatan Pabrik

Pasal 5

Pabrik harus mempunyai peralatan pemurnian (refining


kettle), alat pengendalian emisi udara sumber tidak
bergerak (electrostatic precipitator/ siklon/ pengumpul
proses basah/ cartridge collector/ bag house filter dan
cerobong), serta mempunyai instalasi pengelolaan

17
limbah cair dan limbah padat yang standar sesuai
dengan peraturan berlaku.

Bagian Kedua
Pengoperasian

Pasal 6
(1) Bijih timah yang dilebur harus berasal dari Kuasa
Pertambangan Eksploitasi milik sendiri dan atau
berasal dari Kuasa Pertambangan Eksploitasi milik
badan usaha/perorangan yang telah melakukan
perjanjian kerjasama jual-beli bijih timah dengan
pemilik pabrik atau sumber lainnya yang sah.
(2) Bijih timah yang dilebur, baik yang berasal dari
Kuasa Pertambangan Eksploitasi milik sendiri
maupun yang berasal dari Kuasa Pertambangan
Eksploitasi milik badan usaha/perorangan yang
telah melakukan perjanjian kerjasama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
dilengkapi dengan dokumen asal usul bijih timah
yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
dimana bijih timah berasal.
(3) Dalam proses pengoperasian pabrik harus
memperhatikan, mematuhi dan memenuhi aspek
Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta
Lingkungan Hidup (K3LH).
Bagian Ketiga
Kualitas Produksi

Pasal 7

(1) Logam timah yang dihasilkan harus memenuhi


kualitas minimal 99,85 % Sn dan
memiliki merk dagang (trade branded) asal
Indonesia yang diakui di pasar internasional.
(2) Logam timah yang dicetak dapat berupa batangan
(ingot), lempengan (tin plate), bola (ball), pellet, tin
shot, piramid (pyramid).

Bagian Keempat
Kewajiban Keuangan

Pasal 8

18
(1) Bijih timah yang akan dilebur oleh pabrik
dikenakan royalti yang besarannya sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
(2) Royalti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperhitungkan dari logam timah yang dihasilkan.
(3) Besaran royalti yang harus dibayar pemilik pabrik
diperhitungkan dari logam timah yang dijual dan
disetor ke kas daerah provinsi serta harus dilunasi
sebelum pelaksanaan pengapalan untuk dijual.
(4) Penjualan logam timah dengan pihak luar negeri
menggunakan Letter of Credit (L/C).
(5) Keterlambatan pembayaran royalti dikenai denda 2
% (dua persen) setiap bulan dan keterlambatan
kurang dari 1 (satu) bulan dihitung 1 (satu) bulan
penuh.

BAB V
PENGAWASAN

Pasal 9
(1)
Dalam rangka operasional pabrik, Gubernur
menugaskan Dinas teknis dan atau Tim untuk
melakukan pengawasan.
(2)
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi asal usul bijih timah yang dilebur, kondisi
pabrik, kelengkapan dan standarisasi peralatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), proses
pengelolaan lingkungan dan lain-lain berkaitan
dengan operasionalisasi pabrik.
(3)
Pengawasan dilakukan secara periodik setiap 3 (tiga)
bulan dan sewaktu-waktu dapat dilakukan
bilamana dianggap perlu.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 10

Ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan


Gubernur ini tidak mengurangi kewajiban-kewajiban lain
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 11

Bahwa segala sesuatu akan ditinjau kembali dan diubah


sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari
ternyata terdapat kekeliruan dalam Peraturan ini.

19
Pasal 12

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.

Ditetapkan di Pangkalpinang
pada tanggal 22 Januari 2007

GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG,

dto

A. HUDARNI RANI

Diundangkan di Pangkalpinang
pada tanggal 22 Januari 2007

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI


KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

dto

SUHAIMI M. AMIN

BERITA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2007 NOMOR 1 SERI E

20
FORMAT PERMOHONAN PENGAJ U
BIJ IH TIMAH M

(KOP

Nomor :
Sifat :

Lampiran :
Hal : Permohonan Izin Ope

Yang bertanda tangan di21bawa


LAM P I RAN I I
PER A T UR AN G UBER NU R KEP ULA UAN BA NG KA BELI T UNG
NO M O R T AH UN 2007
T AN GG AL J A NUA RI 2007

SU R AT P E R N Y AT AA N KE S AN G GU PA N

Y an g b ertand a tan gan di ba wah in i:


N ama : ………………………………………………
J aba tan : ………………………………………………
N ama p erusah aan : ………………………………………………
A lam at Perusahaan : ………………………………………………
N o. T elp/ F ax. : ………………………………………………
Lo ka si Pab rik : ………………………………………………

D en gan ini men yatakan bahwa d alam m en go perasika n p ab rik pengo


h anla b ijih timah
m en jad i log am tim ah (smelter), kami sa ng gu p m em en uh i keten tu
-kete
an ntu an yang melip uti :

1. Asal bij ih timah yang d ileb ur d ari Ku asa P ertamb an gan E ksploitasi m ilik se nd iri dan ata u d ari
Ku asa P ertam ban ga n Eks ploitasi milik b adan u sah a/ peroran gan yan g telah dila ku kan
perj anjian kerj asama ju -bal eli bijih timah d en gan p eru sahaa n kami atau s umb er lain n ya
yan g sah .
2. Asp ek Keselamatan dan Keseh ata n Kerj a s erta Ling ku nga n H id up (K3LH ).
3. Ku alitas log am timah yan g dih asilka n min im al 99,85 % S n danmemiliki m erk dag an g tra
( de
bran ded) asal I ndon esia ya ng diakui di pasar intern asio n al.
4. Kew ajiba n m embaya r royalti yan g b esarannya sesu ai d en gan p era turan yang b erlaku d an
dip erhitu ng kan dari logam timah serta h aru s d ilu nasi se belum p ela ksanaan pen g apalan
u n tuk dijual.
5. Pen g gu naan fasilitasLetter of Cred it( L/ C) dalam pen j ua lan lo ga m tima h den gan p ih ak lu ar
n egeri.
6. Pen g en aan d en da 2 %(d u a p erse n) setiap bu lan a tas keterlamba tan pembayaran royalti
dan keterlamba tan ku rang dari 1 (satu ) b u lan d ih itu n g 1 tu)
(sab u lan pen u h.
A tas pelaksan aan pern ya taan kes an ggu p an yan g kami samp aikan, kam i b ersed ia un tu k
d ila ku kan peme riksaan oleh T im / petu g as yan g d itunj u k o leh peja bat yan g d itug askan oleh
G u bern ur Kepu lau an B angka Belitung . Apa bila kami tida k dapat m elaakan
ksan kew ajiban
s ebag aiman a di atas kami b ers edia u ntu k d itin j au kemb ali/ dicab u t izin o perasion aln ya.

D emikian p ernyata an in i kami b u at d en gan s ebe na rn ya d an pe nu h kes adaran serta akan


m elaksan akann ya den gan pen u h tan ggu n g j awa b.

...... .. ..... ... ..... .,... ................. ... .......


Penan g g ung J a w ab ,
M aterai R p . 6.000,
-
Cap peru sah aan

T an da T ang an d an N ama T eran g

GU B ER N U R
K EPU LAU AN B AN GK A B E LI T UN G,

A. HU D AR N I R A NI

22
LAMPI RAN I I I
PERATU RAN GUBERN UR KEPULAUAN BAN GKA BE LI TUN G
NO MO R TAHUN 2007
T AN GGAL J ANUARI 2007

B EN T UK D A NFO R M A T PE MB E R I AN I ZI N O PE R ASI O N ALPAB R I K Y AN G M E N GO L AH


B I J I H TI M AH M E N J AD I L O G AM TI M AH ( SM E LTE R )

( KO P D I N A S PE R T AM B AN G AN D AN EN E R G I
P R O VI NS I EPU LAU AN BA N G K A B E LI T UN G )

K EP U T US AN KE PAL A D I N AS PE R TA M B AN G AN D A N EN E R GI
PR O V I N S I KEPU L AU AN B AN G K A B EL I T UN G
N O M O R : 5 44 .1/ / D PE/ 2 00 7

TE NT AN G

PEM BE R I A N I ZI N O PER AS I O N A LP AB R I K Y AN G M EN GO LAH


BI J I H TI M AH M EN J AD I LO G AM T I M AH ( S M EL TE R )

K EPA L A D I N A S P ER T AM BA N GA N D AN EN ER G I
PR O VI N SI K E PUL A UAN BA N G KA B EL I TUN ,G

M enimbang : a. bahw a setelah dilakukan evaluasi terhadapsurat Permo ho nan yang


diajukan oleh …………… Nomo r : ……………… tanggal
……………………… hal Permoh onan I zin O perasional , pad a p rinsipnya
telah memenuh i kelayakan operasio nalp abrik sesu ai den gan
peraturan perund ang- unda ngan ya ng berlaku;
b. bahw a un tuk m emen uhi kelayakan o perasio nal sebaga im ana
dimaksud dalam huruf a , perludiberikan izin o pe ras ional pab rik
ya ng meng olah bijih tim ah me nja di logam tima h (sm elter)
yang
ditetapkan d engan KeputusanGubernu r;

M engingat : 1. Un dang-Undang N om or 11 T ahun 19 67 ten tang Ketentuan -


ketentuan P oko k Pertamba ngan ( Lembaran Negara R epublik
I ndo nesia T ahun 1967 Nomor 22, Tamba han Lemb aran N egara
R epublik I ndonesiaN om or 2831) ;
2. Un dang-Undang N omor 23 T ahun 1997 tentan g Pengelo laan
Lingkung an Hidup (L embaran Ne garaR epub lik I ndo nesia Ta hu n
1997 N omo r 68, Tamb ahanLembaran N egara R epub lik I ndon esia
No mor 3699) ;
3. Un dang-Undang Nomo r 27 Tah un 20 00 ten tang P embe ntukan
Provinsi Kepu lauan Ban gka Belitung (L em baran N egara
R epublik
Ind onesia Tahun 2000 N om or 217, T ambahan Lembaran N egara
Re pu blik I n donesiaNo mor 40 33);
4. Un dang-Undang No mor 5 T ahun 2003 tenta ng Pem bentukan
Kabu paten Bangka Selata n, Kabup aten Bangka T engah, K abu pa ten
Bangka Barat da n Kabu paten Belitung T imur di Provinsi Kep ulauan
Bangka Belitung (Lembara n N egara R epublik I ndonesia T ahun 2003
No mor 25, T ambah a
n Lemba ran Neg ara Repu blik I ndon esia
No mor 4268) ;
5. Un dang-Undang N omo r 32 Tahu n 200 4 te ntang Pem erintahan
Daerah ( Lemb aran N ega ra R epublik I ndo nesia T ahu n 2004
No mor 125, T am bah an Lembaran Ne gara Re publik I ndon esia
No mor 44 37) seba gaimana telah diub ah dengan Unda ng
-
Un dang N omor 8 T ahu n 20 05 tenta ng P enetapan P eraturan
Peme rintah P engganti U ndang -Undang N omo r 3 T ahun 20 05
tentang Peru bahan atas Un dang - Undang N omor 32 T ahun 2004
tentang P emerintahan D aerah m en jadi Und ang -Undang (Lem baran
Neg ara Republik I ndonesia T ahun 200 5 Nomo r 1 08, T ambahan
Le mbaran Negara R epu blik I nd onesia Nomo r 4 548);

LAMPIRAN III
PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

23
NOMOR TAHUN 2007
TANGGAL JANUARI 2007

BENTUK DAN FORMAT PEMBERIAN IZIN OPERASIONAL PABRIK YANG MENGOLAH BIJIH TIMAH
MENJADI LOGAM TIMAH (SMELTER)

(KOP DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI


PROVINSI EPULAUAN BANGKA BELITUNG)

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI


PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
NOMOR : 544.1/ /DPE/2007

TENTANG

PEMBERIAN IZIN OPERASIONAL PABRIK YANG MENGOLAH


BIJIH TIMAH MENJADI LOGAM TIMAH (SMELTER)

KEPALA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI


PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

Menimbang : a. bahwa setelah dilakukan evaluasi terhadap surat Permohonan yang diajukan oleh
…………… Nomor : ……………… tanggal ……………………… hal Permohonan Izin
Operasional, pada prinsipnya telah memenuhi kelayakan operasional pabrik
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. bahwa untuk memenuhi kelayakan operasional sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, perlu diberikan izin operasional pabrik yang mengolah bijih timah menjadi
logam timah (smelter) yang ditetapkan dengan Keputusan Gubernur;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok


Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2831);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
3. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 217,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4033);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka
Selatan, Kabupaten Bangka Tengah, Kabupaten Bangka Barat dan Kabupaten
Belitung Timur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4268);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-
Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2916) sebagaimana telah
diubah untuk yang kedua kalinya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun
2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 141, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4154);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan Bahan-bahan
Galian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3174);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan pengaturan,
pembinaan dan pengembangan industri (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3330);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3952);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen Energi dan Sumber Daya

24
Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4314);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);
13. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 13 Tahun 2002
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pertambangan dan Energi
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung Tahun 2002 Nomor 15 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 14);
14. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 28 Tahun 2002
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2002 Nomor 1 Seri
C);
15. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 3 Tahun 2003
tentang Kawasan Lindung dalam Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
(Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2003 Nomor 8 Seri
E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 24);
16. Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 3 Tahun 2004
tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Umum (Lembaran Daerah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2004 Nomor 2 Seri C, Tambahan Lembaran
Daerah Nomor 28);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI KEPULAUAN


BANGKA BELITUNG TENTANG PEMBERIAN IZIN OPERASIONAL PABRIK YANG MENGOLAH
BIJIH TIMAH MENJADI LOGAM TIMAH (SMELTER).

PERTAMA : Memberikan izin operasional pabrik yang mengolah bijih timah menjadi logam timah
(smelter) kepada :
a. Nama Perusahaan : …………………………………………
b. Nama Direktur : …………………………………………
c. Alamat Perusahaan : …………………………………………
d. Lokasi Pabrik : …………………………………………
e. Kapasitas Tanur : …………………………………………

KEDUA : Izin operasional pabrik sebagaimana dimaksud diktum PERTAMA diberikan untuk
jangka waktu ...... (...........) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkannya keputusan ini
sampai dengan ...................

KETIGA : Kepada pemegang izin sebagaimana dimaksud diktum PERTAMA, diwajibkan untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan yang meliputi :
a. asal bijih timah yang dilebur dari Kuasa Pertambangan Eksploitasi milik sendiri
dan atau dari Kuasa Pertambangan Eksploitasi milik badan usaha/ perorangan
yang telah dilakukan perjanjian kerjasama jual-beli bijih timah dengan perusahaan
kami atau sumber lainnya yang sah;
b. aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Hidup (K3LH);
c. Kualitas logam timah yang dihasilkan minimal 99,85 % Sn dan memiliki merk
dagang (trade branded) asal Indonesia yang diakui di pasar internasional;
d. membayar royalti yang besarannya sesuai dengan peraturan yang berlaku dan
diperhitungkan dari logam timah serta harus dilunasi sebelum pelaksanaan
pengapalan untuk dijual;
e. menggunakan fasilitas Letter of Credit (L/C) dalam penjualan logam timah dengan
pihak luar negeri;
f. dikenakan denda 2 % setiap bulan atas keterlambatan pembayaran royalti dan
keterlambatan kurang dari 1 (satu) bulan dihitung 1 (satu) bulan penuh;
g. apabila wilayah Kuasa Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian merupakan
kawasan hutan atau terdapat hak atas tanah lainnya, maka sebelum dilaksanakan
kegiatan Pertambangan Pengolahan dan Pemurnian dimaksud harus dipenuhi
terlebih dahulu kewajiban untuk pengguna kawasan tersebut sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
h. atas pelaksanaan kewajiban ini, perusahaan dapat dilakukan pemeriksaan oleh
Tim/petugas yang ditunjuk oleh pejabat yang ditugaskan oleh Gubernur
Kepulauan Bangka Belitung.

KEEMPAT : Izin operasional pabrik yang mengolah bijih timah menjadi logam timah (smelter) ini
dapat dibatalkan dengan sendirinya apabila :
a. adanya pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku;
b. syarat-syarat diktum KETIGA izin operasional pabrik yang mengolah bijih timah
menjadi logam timah (smelter)ini tidak dipenuhi/dipatuhi;
c. atas permintaan pemilik tanah atau pihak ketiga, jika pekerjaan dimulai sebelum
membayar sejumlah ganti rugi/sebelum diberikan jaminan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;

25
d. terjadi perubahan/pemindahan subjek dan objek tanpa persetujuan Gubernur
Kepulauan Bangka Belitung Cq. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung;
e. adanya pelanggaran teknis yang dipandang dapat membahayakan lingkungan
hidup;
f. dipindahtangankan/dijualbelikan kepada pihak lain tanpa persetujuan Gubernur
Kepulauan Bangka Belitung Cq. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
KELIMA : Permohonan perpanjangan izin operasional pabrik yang mengolah bijih timah
menjadi logam timah (smelter) ini diajukan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
sebelum berakhirnya masa berlaku Kuasa Pertambangan Pengolahan dan
Pemurnian.
KEENAM : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Keputusan ini, maka akan
diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Pangkalpinang
pada tanggal .................................

KEPALA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI


PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

NAMA JELAS
Pangkat
NIP

Tembusan disampaikan kepada Yth. :


1. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral di Jakarta
2. Menteri Perdagangan di Jakarta
3. Menteri Perindustrian di Jakarta
4. Menteri Keuangan di Jakarta
5. Gubernur Kepulauan Bangka Belitung di Pangkalpinang
6. Bupati/Walikota di tempat
7. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten/Kota di tempat

GUBERNUR
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

dto

A. HUDARNI RANI

26

Anda mungkin juga menyukai