Anda di halaman 1dari 39

PERBANDINGAN SISTEM POLITIK

United States of America & United Kingdom

United States of America

 Bentuk Negara.
United States of America (USA) atau Amerika Serikat (AS) adalah sebuah negara yang
terletak di bagian Utara benua Amerika dengan bentuk negara Republik Federal. AS
terbentuk dari 13 bekas koloni Britania Raya yang memerdekakan diri pada tanggal 4 Juli
1776. Namun setelah ekspansi besar-besaran, kini Amerika Serikat terdiri dari 50 negara
bagian.1
Bentuk negara Federal adalah pemerintahan yang terbentuk dari beberapa negara bagian,
dengan masing-masing negara bagian memiliki otonomi untuk mengatur masalah dalam
negaranya, yang tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.2 Federalisme di AS,
negara pusat dan negara bagian berbagi kekuasaan. Negara pusat berkuasa terhadap
beberapa perkara seperti politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan,
moneter, dan fiskal. Namun, negara-negara bagian berkuasa menentukan hak dan
undang-undang masing-masing seperti aborsi dan hukuman maksimal dalam hal undang-
undang.
Doktrin pembagian kekuasaan “Trias Politica” (pasal 1 hingga 3 Konstitusi Amerika),
telah menggariskan secara terperinci mengenai kekuasaan negara yang utama yaitu
eksekutif, legislatif, dan kehakiman. Checks and Balance atau pemeriksaan dan
keseimbangan merupakan satu ciri yang utama dalam negara Amerika dan hal ini begitu
kompherensif sehingga tidak ada satu cabang negara yang mempunyai kekuasaan mutlak
untuk mengawal cabang yang lain.3
 Bentuk Pemerintahan.
Bentuk pemerintahan AS adalah Republik yaitu bentuk pemerintahan yang berkedaulatan
rakyat dan dikepalai seorang presiden. Republik Dalam pengertian dasar, adalah sebuah
negara di mana tampuk pemerintahan akhirnya bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip
keturunan bangsawan. Istilah ini berasal dari bahasa Latin res publica, atau “urusan
awam”, yanng artinya kerajaan dimilik serta dikawal oleh rakyat.
Sampai sekarang AS telah dipimpin oleh 43 presiden. Pemilihan presiden pertama di AS
terjadi pada tahun 1789. Presiden pertama AS adalah George Washington dan wakilnnya
John Adams. Di AS presiden dipilih oleh rakyat melaluli electoral college dengan masa
jabatan empat tahun dan terbatas untuk dua periode. Presiden AS saat ini adalah George
Walker Bush dan wakilnya Dick Cheney (Jabatan akan berakhir pada 20 Januari 2009).
Tugas utama presiden di AS adalah melindungi konstitusi dan menegakan hukum yang
dikeluarkan oleh kongres. Kongres di AS terdiri dari dua kamar; yaitu: Senate dan House
of Representatif yang kedudukannya sejaajr dan saling melengkapi.4
 Sistem Pemerintahan.
AS menggunakan sistem pemerintahan presidensial (presidensiil) atau disebut juga
dengan sistem kongresional. Presidensial merupakan sistem dari pemerintahan negara
republik dimana kekuasaan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan
keuasaan legislatif.
Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur yaitu:
• Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat pejabat-pejabat
pemerintahan yang terkait.
• Presiden dengan dewan perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa saling
menjatuhkan.
• Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan legislatif.
Dalam sistem presidensiil, presiden memiliki posisi yang relatif kuat dan tidak dapat
dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya dukungan politik. Namun masih ada
mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden melakukan pelanggaran konstitusi,
posisi presiden bisa dijatuhkan. Ciri-ciri pemerintahan presidensiil yaitu:
• Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara.
• Kekuasan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih
langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.
• Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-departemen.
• Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasan eksekutif presiden bukan
kepada kekuasaan legislatif.
• Presiden tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.5

Pemilu di AS
Sedikit negara yang pada saat ini memiliki ciri-ciri sistim dwi partai, tetapi Amerika Serikat
adalah salah satunya. Dua partai politik dominan di AS adalah Partai Demokrat dan Partai
Republik. Partai Republik merupakan partai mayoritas sedangkan oposisinya adalah Partai
Demokrat yang merupakan partai minoritas.
Partai Republik (Republican Party) sering disingkat GOP untuk Grand Old Party (Partai Tua
Besar) adalah partai yang lebih konservatif di antara kedua partai besar. Simbol resmi Partai
Republik adalah gajah. Didirikan di Ripon, Wisconsin pada 28 Februari 1854, sebagai sebuah
partai yang melawan perbudakan dalam wilayah baru, partai ini tidak boleh disamakan dengan
Partai Demokratik-Republik AS-nya Thomas Jefferson atau Partai Republik Nasional AS-nya
Henry Clay.

Partai Demokrat (Democratic Party) adalah parpol yang berhaluan tengah kiri atau demokrat
sosial meski kebijakan-kebijakannya tidak terlalu kiri dibandingkan dengan partai-partai buruh
atau demokratis sosial di negara-negara lainnya. Didirikan pada tahun 1828. Di AS sendiri, partai
ini dikenal sebagai partai yang lebih "liberal", meski liberalisme ini merujuk kepada maknanya
di AS.6

Sistem dwi partai umumnya diperkuat dengan digunakannya sistem pemilihan single-member
constituency (Sistem Distrik) dimana setiap daerah pemilihan hanya dapat dipilih satu wakil saja.
Pemilihan Umum di Amerika Serikat dilaksanakan untuk memilih Presiden AS.
Sistem Pemilihan Umum di Amerika Serikat:

Pemilihan Umum (Pemilu) di Amerika Serikat diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Pemilu
ini dilaksanakan pada bulan November tahun genap. Pemilu selalu jatuh pada hari Selasa setelah
Senin pertama pada bulan tersebut.
Walaupun diselenggarakan setiap dua tahun sekali, hanya setiap dua pemilu atau empat tahun
sekali jabatan Presiden Amerika Serikat diperebutkan. Di saat inilah Pemilu di Amerika Serikat
umumnya mendapatkan perhatian seluruh dunia, misalnya saja Pemilu yang diadakan pada tahun
2000 dan Pemilu yang diadakan tahun 2004 kemarin.

Pemilu yang diadakan di Amerika Serikat pada tahun 2002, tidak memperebutkan jabatan
Presiden sehingga tidak banyak menyita perhatian dunia. Pemilu yang demikian dinamakan
sebagai Pemilu Paruh Waktu (Midterm Election). Dinamakan demikian sebab, terjadinya persis
pada separuh masa jabatan Presiden yang sedang berkuasa serta hasil dari Pemilu ini dapat
diinterprestasikan sebagai evaluasi, dukungan, ataupun penolakan rakyat atas kebijakan-
kebijakan Presiden selama ia berkuasa.

Sistem pemilu di Amerika bukan mengadopsi pemilihan presiden secara langsung, tetapi
menggunakan sistem Electoral College (Dewan Pemilih). Electoral College adalah dimana setiap
unit pemilihan (negara bagian) diberi bobot suara Dewan Pemilih sesuai dengan jumlah
penduduknya. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa semakin banyak jumlah penduduknya,
negara bagian tersebut akan memiliki suara (elektoral vote) yang lebih banyak dalam Dewan
Pemilih. Oleh karena itu, maka negara-negara bagian yang berpenduduk banyak seperti Ohio,
California, New York, Florida, dan sejumlah negara bagian besar lainnya akan sangat
menentukan kemenangan seorang kandidat untuk menjadi Presiden Amerika Serikat.7

Dalam sistem Dewan Pemilih, setelah pemilihan presiden, keseluruhan jumlah suara yang
diperoleh setiap kandidat di negara-negara bagian akan dihitung. Pemenang di setiap negara
bagian berhak memperoleh keseluruhan suara Dewan Pemilih di negara bagian yang
bersangkutan. Sebagai contoh, Ohio memiliki jatah elektoral votes sebanyak 20, Florida
sebanyak 27, dan California 55 elektoral votes. Jadi, di wilayah Ohio, jika seorang kandidat
presiden berhasil meraih suara terbanyak maka secara otomatis kandidat itu memenangkan 20
suara Dewan Pemilih, sehingga pada akhirnya kandidat yang memperoleh suara Dewan Pemilih
terbesar akan memenangkan pemilihan presiden. Maka tidaklah mengherankan jika kandidat
yang berhasil memenangkan suara-suara di negara bagian dengan jumlah penduduk padat seperti
California, New York, Florida dan Texas biasanya akan memiliki peluang yang cukup besar
untuk terpilih kembali dalam pemilihan presiden.

Sebagaimana yang telah diketahui, jumlah pemilih dalam Electoral College adalah 538 electors.
538 electors ini terdiri dari 535 adalah jumlah total suara anggota Kongres dan 3 lainnya
merupakan representasi dari perwakilan yang ada di Washington DC.
Dalam pelaksanaanya, alat yang digunakan untuk memilih bukan lagi kertas suara yang dicoblos
seperti di Indonesia, tetapi alat elektronik seperti ATM. Meskipun demikia, sejumlah negara
bagian masih mempraktikan pemakaian kertas suara. Akan tetapi jumlahnya sudah sangat kecil
yakni hanya sekitar 1 persen saja.

Setelah penghitungan suara selesai pada Senin pertama di bulan Desember kemudian dilanjutkan
pada Rabu pekan kedua pada bulan yang sama diadakanlah pertemuan di antara para anggota
Dewan Pemilih dari setiap negara bagian. Setelah pertemuan ini, mereka akan mengumumkan
secara resmi hasil penghitungan suara tersebut dan akan mengirimkan hasilnya pada ketua senat.
Maka ketua senatlah yang berhak mengumumkan dan melantik presiden baru tersebut.
Sama halnya dengan sistem pemilu langsung yang memiliki kelebihan dan kekurangan, maka
sistem electoral college ini pun juga mengandung kelebihan dan kekurangan pula. Kekuatan dari
sistem electoral college ini adalah jika jumlah pemilih kurang dari mayoritas maka anggota
Dewan Pemilih akan dapat mengoreksi kurangnya legitimasi akibat sedikitnya jumlah pemilih.
Sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah memungkinkannya seorang kandidat untuk menang
meskipun hanya memenangkan suara di beberapa bagian yang padat penduduknya.
Konsekuensinya, legitimasi presiden terpilih menjadi lemah sebab kemenangannya hanya
didukung oleh beberapa negara bagian yang kebetulan berpenduduk padat. Padahal Amerika
Serikat sendiri terdiri atas 50 negara bagian. Selain itu juga sistem ini memberi bobot yang lebih
besar kepada negara-negara bagian yang padat penduduknya.

United Kingdom

Bentuk Negara
United Kingdom (dalam bahasa Indonesia: Britania Raya / Inggris Raya) adalah sebuah negara
yang terdiri dari negara-negara dalam pulau Great Britain: England, Wales, dan Scotland; dan
ditambah dengan Northern Ireland. Nama lengkapnya adalah United Kingdom of Great Britain
and Northern Ireland. Britania raya merupakan kesatuan dari bebrapa negara sejak 840 tahun
lalu. Dari seluruh kesatuan politik ini, yang diakui sebagai negara tersendiri adalah United
Kingdom dan Republic of Ireland.
Menjadi agak sulit mendefinisikan bentuk negara UK, karena tidak ada bentuk negara federal
seperti di UK dimana negara-negara yang tergabung Great Britain mempunyai pengaturan
pemerintahan tersendiri. Oleh karena itu dipandang dari segi sosial politik, kerajaan Inggris Raya
adalah suatu negara aneka bangsa. Dalam status politik, yang menjadi anggota Uni Eropa dan
PBB adalah United Kingdom dan Republic of Ireland. Sehingga yang bukan bagian dari Uni
Eropa adalah Isle of Man dan Channel Island.8

Bentuk Pemerintahan
Bentuk pemerintahan Inggris adalah monarki atau kerajaan; yaitu pemerintahan dengan raja,
ratu, atau kaisar sebagai satu-satunya orang yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang
dipusakainya turun-temurun. Monarki di Inggris merupakan monarki terbatas, dimana kekuasaan
dibatasi oleh prinsip fudamental yang tak tertulis. Monarki di Inggris hanya sebatas nama saja
dalam pemerintahan; raja adalah pemerintah namun tidak memerintah. Kekuatan atau kekuasaan
merupakan teori semata, karena pemerintahan dipimpin oleh yang lainnya.
United Kingdom mengakui Ratu Elisabeth II sebagai kepala negara. Ratu Elisabeth II telah
menjadi kepala negara sejak 1952. Ratu secara resmi juga diakui sebagai kepala negara di 15
Negara Persemakmurannya:
• Antigua and Barbuda
• Australia
• the Bahamas
• Barbados
• Belize
• Canada
• Grenada
• Jamaica
• New Zealand
• Papua New Guinea
• Saint Kitts and Nevis
• Saint Lucia
• Saint Vincent and the Grenadines
• Solomon Islands
• Tuvalu.9
Namun saat ini fungsi Ratu selain sebagai kepala negara hanya sebatas simbol atau lambang
persatuan dan kesatuan, bukan penguasa penuh. Ratu hanya berfungsi dalam segi-segi
pemerintahan yang bersifat keupacaraan.

Sistem Pemerintahan
Inggris Raya pada dasarnya menggunakan sistem pemerintahan Demokrasi Parlementer dengan
kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri. Gordon Brown adalah Perdana Menteri
United Kingdom saat ini.
Dalam sistem parlementer di Britania Raya, eksekutif adalah kabinet di bawah pimpinan Perdana
Menteri (Prime Minister). Eksekutif merupakan anggota parlemen, oleh karena itu eksekutif
dapat membubarkan parlemen. Parlemen Britania Raya adalah yang tertua di dunia dan terdiri
dari dua kamar: House of Commons dan House of Lords.
Di Inggris Raya Ratu bertanggung jawab atas penunjukan perdana menteri dan pembubaran
parlemen sebelum masa pemilihan. Namun, Ratu diharapkan menghargai kehendak parlemen,
seperti yang disampaikan kepadanya oleh para pemimpin yang memerintah. Dulu hak raja untuk
menunjuk perdana menteri adalah tidak lebih dari sekedar formalitas, tetapi sekarang penunjukan
ratu mengenai perdana menteri didikte oleh partai mayoritas di dalam majelis rendah.

Pemilu di Inggris
Masyarakat Inggris akan menyalurkan aspirasi demokrasinya melalui general election atau
pemilihan umum. Pemilu di Inggris menguunakan sistem distrik. Secara tradisional, ada tiga
partai besar yang bertarung di kancah politik Inggris: Partai Buruh (Labour), Partai Konservatif
(Conservative), dan Partai Liberal Demokrat (Liberal Democrat).
Partai Buruh Britania Raya (bahasa Inggris: Labour Party) adalah sebuah partai politik sayap
kiri-tengah atau demokratis sosial di Britania Raya, dan merupakan salah satu dari tiga partai
politik besar di negara tersebut. Partai ini didirikan pada 7 Februari 1900 dan saat ini dipimpin
oleh Gordon Brown, yang juga adalah Perdana Menteri Britania Raya saat ini.10
James Gordon Brown (lahir 20 Februari 1951 di Glasgow) adalah Perdana Menteri Inggris (sejak
27 Juli 2007), Anggota Parlemen Inggris untuk Kirkcaldy dan Cowdenbeath (Konstituen
Parlemen Inggris), dan Ketua Partai Buruh Inggris. Sebelumnya, ia menjabat Menteri Keuangan
Inggris di masa pemerintahan Tony Blair (1997-2007). Ia menjadi menteri keuangan termuda
sejak Nicholas Vansittart, Baron Bexley Pertama (1812-1823).
Partai Konservatif adalah partai kedua terbesar di Britania Raya, yang pernah memegang tampuk
kekuasaan pada era Margaret Thacther dan John Major di tahun 80-an sampai tahun 1997. Saat
ini partai tersebut dipimpin oleh Michael Howard.
Partai Liberal Demokrat adalah partai yang menduduki urutan ketiga pada pemilu terakhir dan
saat ini dipimpin oleh Charles Kennedy.
Selain ketiga partai besar tersebut, ada juga partai-partai kecil lain seperti United Kingdom
Independence Party (UKIP), Green Party, British Nationalist Party (BNP), Respect party dan
lain-lain
Pemilu di Inggris dilaksanakan untuk memilih 646 anggota majelis rendah. Sementara secara
otomatis ketua partai yang memenagkan pemilihan umum akan diangkat menjadi Perdana
Menteri.

KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas mengenai perbandingan sistem politik di United States of America
(USA) dan United Kingdom (UK), maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Terdapat beberapa perbedaan antara USA dan UK. Walaupun sari sisi sejarah Amerika Serikat
adalah mantan koloni Inggris Raya. Pertama, dari segi bentuk pemerintahan. Walaupun Inggris
Raya sampai saat ini pemerintahannya masih monarki, tetapi Amerika Serikat sebagai koloni
Inggris bentuk pemerintahannya adalah republik dimana pemerintahannya benar-benar berasal
dari rakyat dan Ratu Inggris tidak lagi berkuasa atas pemerintahan AS. Namun demikian kedua
negara ini tetap bisa menjaga stabilitas politiknya dan tetap bisa bekerjasama dengan baik dalam
hubungan internasionalnya.
Kedua, dilihat dari segi sistem pemerintahannya, maka Amerika Seriakt dan Inggris Raya
memiliki sistem yang sangat berbeda. Amerika Serikat menggunakan sistem pemerintahan
Presidensial dimana Presiden berkuasa sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan
sekaligus. Sementara Inggris menggunakan sistem pemrintahan parlementer dimana tetap
memandang kepemimpinan Ratu dan Raja walau hanya sebagai kepala negara dan sebatas
simbol dalam keupacaraan negara.
Ketiga, dari segi pemilu di negara masing-masing. Pemilihan Umum di Amerika sukses dengan
sistem dwi-partai-nya. Sistem dwi partai di Amerika Serikat hanya ada dua partai besar yang
berkuasa yaitu Partai Demokrat dan Partai Republik. Dengan sistem Electoral College (Dewan
Pemilih), warga negara Amerika Serikat melakukan pemilu untuk memilih presiden dengan
peride jabatan empat tahun. Sementara di Inggris Raya sistem pemilihan umumnya melibatkan
banyak partai politik atau sistem multi partai. Partai-partai besar yang ada di Inggris Raya adalah
Partai Buruh, Partai Konserfatif, Partai Liberal Demokrat, dan beberapa partai kecil lainnya
seperti seperti United Kingdom Independence Party (UKIP), Green Party, British Nationalist
Party (BNP), Respect party dan lain-lain. Pemilihan umum di Inggris dilaksanakan untuk
memilih anggota mejelis rendah dimana kandidat dari partai politik yang meraih suara terbanyak
akan diangkat Ratu atau Raja menjadi Perdana Menteri United Kingdom.
Terdapat sedikit persamaan tetapi berbeda berkenaan dengan bentuk negara kedua negara ini.
Amerika Serikat jelas berbentuk federal karena memiliki negara-negara bagian yang
pemerintahannya tetap beracu pada pemerintah pusat dan 50 negara bagian tersebut merupakan
kesatuan bagian dalam Amerika Serikat sendiri. Berbeda dengan Amerika Seriakt, Bentuk
Negara dari United Kingdom sedikit lebih rumit. Serupa namun tak sama, United Kingdom
adalah sebuah negara yang terdiri dari negara-negara dalam pulau Great Britain: England, Wales,
dan Scotland; dan ditambah dengan Northern Ireland. Nama lengkapnya adalah United Kingdom
of Great Britain and Northern Ireland. Bukti bahwa negara-negara yang ada dalam United
Kingdom adalah negara yang mempunyai pemerintahan sendiri walau tetap berada di bawah
payung United Kingdom adalah bahwa setiap kesatuan politik dalam United Kingdom memiliki
bendera masing-masing. Bendera United Kingdom adalah perpaduan dari bendera England,
Northern Ireland dan Scotland. Bendera Wales tidak terwakili dalam bendera United Kingdom
ini. Bendera United Kingdom adalah bagian dari bendera negara Australia, New Zealand,
Tuvalu, Fiji dan beberapa bendera wilayah lainnya.

SISTEM POLITIK INDONESIA & SINGAPURA

SISTEM POLITIK INDONESIA


Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik, di mana kedaulatan berada di tangan
rakyat dan dijalankan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Indonesia
menganut sistem pemerintahan presidensil, di mana Presiden berkedudukan sebagai kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan.
Para Bapak Bangsa (the Founding Fathers) yang meletakkan dasar pembentukan negara
Indonesia, setelah tercapainya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Mereka sepakat
menyatukan rakyat yang berasal dari beragam suku bangsa, agama, dan budaya yang tersebardi
ribuan pulau besar dan kecil, di bawah payung Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Indonesia pernah menjalani sistem pemerintahan federal di bawah Republik Indonesia Serikat
(RIS) selama tujuh bulan (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950), namun kembali ke bentuk
pemerintahan republik. Setelah jatuhnya Orde Baru (1996 - 1997), pemerintah merespon desakan
daerah-daerah terhadap sistem pemerintahan yang bersifat sangat sentralistis, dengan
menawarkan konsep Otonomi Daerah untuk mewujudkan desentralisasi kekuasaan.

Undang-undang Dasar 1945


Konstitusi Negara Indonesia adalah Undang-undang Dasar (UUD) 1945, yang mengatur
kedudukan dan tanggung jawab penyelenggara negara; kewenangan, tugas, dan hubungan antara
lembaga-lembaga negara (legislatif, eksekutif, dan yudikatif). UUD 1945 juga mengatur hak dan
kewajiban warga negara.
Lembaga legislatif terdiri atas Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang merupakan
lembaga tertinggi negara dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).Lembaga Eksekutif terdiri atas
Presiden, yang dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang wakil presiden dan kabinet. Di
tingkat regional, pemerintahan provinsi dipimpin oleh seorang gubernur, sedangkan di
pemerintahan kabupaten/kotamadya dipimpin oleh seorang bupati/walikota. Lembaga Yudikatif
menjalankan kekuasaan kehakiman yang dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA) sebagai
lembaga kehakiman tertinggi bersama badan-badan kehakiman lain yang berada di bawahnya.
Fungsi MA adalah melakukan pengadilan, pengawasan, pengaturan, memberi nasehat, dan
fungsi adminsitrasi.
Saat ini UUD 1945 dalam proses amandemen, yang telah memasuki tahap amandemen keempat.
Amandemen konstitusi ini mengakibatkan perubahan mendasar terhadap tugas dan hubungan
lembaga-lembaga negara.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)


Fungsi pokok MPR selaku lembaga tertinggi negara adalah menyusun konstitusi negara;
mengangkat dan memberhentikan presiden/wakil presiden; dan menyusun Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN).
Fungsi pokok MPR yang disebut di atas dapat berubah bergantung pada proses amandemen
UUD 1945 yang sedang berlangsung. Jumlah anggota MPR adalah 700 orang, yang terdiri atas
500 anggota DPR dan 200 anggota Utusan Golongan dan Utusan Daerah, dengan masa jabatan
lima tahun.

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Selaku lembaga legislatif, DPR berfungsi mengawasi jalannya pemerintahan dan bersama-sama
dengan pemerintah menyusun Undang-undang. Jumlah anggota DPR adalah 500 orang, yang
dipilih melalui Pemilihan Umum setiap lima tahun sekali.

Presiden/Wakil Presiden
Presiden Republik Indonesia memegang pemerintahan menurut UUD 1945 dan dalam
melaksanakan kewajibannya, presiden dibantu oleh seorang wakil presiden. Dalam sistem politik
Indonesia, Presiden adalah Kepala Negara sekaligus Kepala Pemerintahan yang kedudukannya
sejajar dengan lembaga tinggi negara lainnya.
Presiden juga berkedudukan selaku mandataris MPR, yang berkewajiban menjalankan Garis-
garis Besar Haluan Negara yang ditetapkan MPR. Presiden mengangkat menteri-menteri dan
kepala lembaga non departemen (TNI/Polri/Jaksa Agung) setingkat menteri untuk membantu
pelaksanaan tugasnya.
Dalam UUD 1945 (versi sebelum amandemen) disebutkan bahwa Presiden dan Wakil Presiden
dipilih oleh MPR dengan suara yang terbanyak. Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan
selama masa lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali.

Mahkmah Agung
Mahkamah Agung (MA) adalah pelaksana fungsi yudikatif, yang kedudukannya sejajar dengan
lembaga tinggi negara lainnya. MA bersifat independen dari intervensi pemerintah dalam
menjalankan tugasnya menegakkan hukum dan keadilan, meski penunjukan para hakim agung
dilakukan Presiden.

Lembaga Tinggi Negara Lainnya


Lembaga tinggi negara lainnya adalah Badan Pengawas Keuangan (BPK) dan Dewan
Pertimbangan Agung (DPA). Fungsi utama BPK adalah melakukan pemeriksaan keuangan
pemerintah. Temuan-temuan BPK dilaporkan ke DPR, selaku badan yang menyetujui Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN).
DPA berfungsi untuk memberi jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan Presiden yang berkaitan
dengan penyelenggaraan negara, termasuk dalam masalah politik, ekonomi, social budaya, dan
militer. DPA juga dapat memberi nasehat atau saran atau rekomendasi terhadap masalah yang
berkaitan dengan kepentingan negara. Anggota DPA diusulkan oleh DPR dan diangkat oleh
Presiden untuk masa bakti lima tahun. Jumlah anggota DPA adalah 45 orang.

Pemerintah Daerah
Di tingkat daerah, sebuah provinsi dikepalai oleh seorang gubernur sedangkan
kabupaten/kotamadya dikepalai oleh seorang bupati/walikota. Saat ini terdapat 30 provinsi dan
360 kabupaten/kotamadya. Sejak diberlakukannya UU Nomor 22/1999 tentang pelaksanaan
Otonomi Daerah pada tanggal 1 Januari 2001, kewenangan pengelolaan daerah dititikberatkan ke
Kabupaten, sehingga hubungan antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten lebih
bersifat koordinasi. Hubungan lembaga legislatif, eksekutif, dan legislatif di tingkat daerah sama
halnya dengan hubungan antarlembaga di tingkat nasional. Contohnya, tugas DPR Tingkat I
adalah mengawasi jalannya pemerintahan di tingkat provinsi dan bersama-sama dengan
Gubernur menyusun peraturan daerah. Lembaga yudikatif di tingkat daerah diwakili oleh
Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri.

SISTEM POLITIK SINGAPURA


Konstitusi Singapura berdasarkan sistem Westminster karana Singapura merupakan bekas
jajahan Inggris. Posisi Presiden adalah simbolis dan kekuasaan pemerintahan berada di tangan
perdana menteri yang merupakan ketua partai politik yang memiliki kedudukan mayoritas di
parlemen.
Arena politik dikuasai oleh Partai Aksi Rakyat (PAP) yang telah memerintah sejak Singapura
merdeka. Pemerintah PAP sering dikatakan memperkenalkan undang-undang yang tidak
memberi kesempatan tumbuhnya penumbuhan partai-partai oposisi yang efektif. Cara
pemerintahan PAP dikatakan lebih cenderung kepada otoriter daripada demokrasi yang
sebenarnya. Namun, cara pemerintahan tersebut berhasil menjadikan Singapura sebuah negara
yang maju, bebas daripada korupsi dan memiliki pasar ekonomi yang terbuka. Para ahli politik
menganggap Singapura sebuah negara yang berideologi 'Demokrasi Sosialis'.

COMMON LAW DI SINGAPURA

Akar-akar Common Law


Common Law adalah sehelai benang penting dari lembar kain politik-hukum Singapura.
Singapura telah mewarisi tradisi common law Inggris dan karenanya telah menikmati manfaat-
manfaat kestabilan, kepastian dan internasionalisasi yang inheren dalam sistem Inggris
(khususnya dalam bidang komersial/perdagangan). Singapura memiliki akar common law
Inggris yang sama dengan yang dimiliki negara-negara tetangganya (seperti India, Malaysia,
Brunei dan Myanmar), walaupun detil penerapan dan pelaksanaan dari masing-masing negara
berbeda sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan setiap negara.

Doktrin Preseden Yudisial (Judicial Precedent)


Pada intinya, sistem hukum common law Singapura dicirikan dari doktrin preseden yudisial
(atau stare decisis). Berdasarkan doktrin ini, hukum itu dibangun dan dikembangkan terus oleh
para hakim melalui aplikasi prinsip-prinsip hukum pada fakta-fakta dari kasus-kasus tertentu.
Dalam hal ini, para hakim hanya diwajibkan untuk menerapkan ratio decidendi (atau alasan yang
mempengaruhi diambilnya suatu keputusan) dari pengadilan yang tingkatnya lebih tinggi dalam
hirarki yang sama. Jadi, di Singapura, ratio decidendi yang terdapat dalam keputusan-keputusan
Pengadilan Banding Singapura (Singapore Court of Appeal) secara ketat mengikat Pengadilan
Tinggi Singapura (Singapore High Court), Pengadilan Negeri (District Court) dan Pengadilan
Magistrat (Magistrate’s Court). Di lain pihak, keputusan-keputusan pengadilan Inggris dan
negara-negara Persemakmuran lainnya tidak secara ketat mengikat Singapura. Pernyataan-
pernyataan yudisial lainnya (obiter dicta) yang dibuat dalam keputusan pengadilan yang lebih
tinggi tingkatannya, yang tidak secara langsung mempengaruhi hasil akhir suatu kasus, dapat
diabaikan oleh pengadilan yang lebih rendah tingkatannya.
Pengadilan yang lebih rendah tingkatannya, dalam beberapa kasus, dapat menghindarkan diri
dari keharusan menerapkan ratio decidendi dari keputusan pengadilan yang lebih tinggi yang
dikeluarkan sebelumnya, jika (a) pengadilan tersebut dapat membedakan secara material fakta-
fakta kasus yang dibawa ke hadapannya dengan fakta-fakta dari keputusan yang sebelumnya
pernah diambil oleh pengadilan yang lebih tinggi; atau (b) keputusan pengadilan yang lebih
tinggi tersebut memang dibuat secara per incuriam (yaitu, tanpa menghiraukan doktrin stare
dicisis).

Pengaruh dari dan Ditinggalkannya Common Law Inggris


Pengaruh besar dari hukum common law Inggris pada perkembangan hukum Singapura secara
umum lebih terbukti dari beberapa bidang common law tradisional (seperti Perjanjian/Contract,
Perbuatan Melawan Hukum/Tort dan Restitusi/Restitution) daripada bidang-bidang lain yang
didasarkan pada undang-undang (seperti Hukum Pidana/Criminal Law, Hukum
Perusahaan/Company Law dan Hukum Pembuktian/Law of Evidence). Mengenai bidang-bidang
yang didasarkan pada undang-undang ini, negara-negara lain seperti India dan Australia telah
amat mempengaruhi dari segi pendekatan dan isi dari beberapa undang-undang Singapura
tersebut.
Namun, akhir-akhir ini tendensi pengadilan di Singapura yang dahulu selalu mengindahkan
keputusan-keputusan Inggris telah secara signifikan mulai beralih menuju ditinggalkannya
pengadilan-pengadilan Inggris tersebut (bahkan untuk bidang-bidang tradisional common law).
Bahkan saat ini terdapat pengakuan yang lebih besar pada yurisprudensi lokal di dalam
perkembangan common law di Singapura.
Dua contoh yang terjadi baru-baru ini, akan memberikan gambaran yang cukup jelas tentang
hasrat Singapura mengembangkan sistem dan badan hukum sendiri. Dalam bidang perbuatan
melawan hukum (torts), pengadilan-pengadilan Singapura telah secara sadar menyimpang dari
exclusionary rule dalam kasus Inggris Murphy vs Pengadilan Negeri Brentford (1991) sehingga
memungkinkan pemulihan kerugian secara ekonomi yang timbul dari tindakan kelalaian
(negligent acts) atau kegagalan melakukan sesuatu (omissions) berdasarkan kasus Anns vs
Merton (1978). Dalam kasus yang baru-baru ini terjadi, dalam bidang hukum perjanjian, yaitu
kasus Chwee Kin Keong v Digilandmall.com Pte Ltd (2005) di Pengadilan Banding Singapura
(Singapore Court of Appeal), pengadilan tersebut telah memilih untuk tidak mengadopsi
pendapat dalam putusan Pengadilan Banding Inggris (the English Court of Appeal) dalam kasus
Great Peace Shipping Ltd v Tsavliris Salvage (International) Ltd (2002) mengenai yurisdiksi
yang adil (equity jurisdiction) dalam hal terjadi kesalahan unilateral. Kebutuhan untuk memiliki
sistem hukum sendiri ini secara lebih jauh telah didorong oleh adanya perkembangan-
perkembangan hukum Uni Eropa dan dampaknya bagi sistem Inggris.

Perbandingan Sekilas: Sistem Hukum Common Law dengan Sistem Hukum Civil Law
Sistem common law di Singapura mengandung perbedaan yang material dengan sistem hukum di
beberapa negara Asia lainnya yang telah dipengaruhi oleh tradisi sistem civil law (seperti RRC,
Vietnam dan Thailand) atau negara-negara yang sistem hukumnya merupakan campuran dari
sistem civil law dan common law (misalnya Filipina).
Pertama-tama, sistem civil law tidak terlalu mengandalkan diri pada putusan pengadilan yang
telah ada sebelumnya dan tidak tunduk pada doktrin stare decisis, tidak seperti halnya sistem
common law sebagaimana dijelaskan di dalam Bagian 3.2 dan 3.3 di atas. Pengadilan-pengadilan
common law seperti di Singapura pada umumnya mengambil pendekatan yang berlawanan
(adversarial approach) di dalam proses litigasi antara para pihak yang bersengketa sedangkan
hakim dari sistem civil law bertendensi untuk mengambil peran yang lebih aktif di dalam
penemuan bukti dalam memutuskan perkara yang dihadapinya. Ketiga, di dalam sistem common
law, banyak prinsip-prinsip hukum yang telah dikembangkan oleh para hakim sedangkan hakim
dalam sistem civil law lebih mengandalkan diri pada kitab undang-undang yang umum dan
lengkap yang mengatur berbagai bidang hukum.
Akan tetapi, perbedaan antara sistem hukum common law dan civil law sekarang menjadi lebih
tidak kentara dibandingkan dengan masa yang lampau. Yurisdiksi common law, misalnya, telah
mulai membuat peraturan-peraturan untuk mengisi kesenjangan yang terjadi di dalam sistem
common law. Dalam hal ini, Singapura baru-baru ini telah mengundangkan berbagai undang-
undang untuk mengatur berbagai bidang hukum tertentu (misalnya Contract (Rights of Third
Parties) Act 2001 (Cap 53B, 2002 Rev Ed), Competition Act 2004 (No 46 of 2004) dan
Consumer Protection (Fair Trading) Act) (Cap 52A, 2004 Rev Ed).

Common Law dan Equity


Menurut sejarah, di Inggris, prinsip Equity (atau raga dari prinsip-prinsip keadilan – fairness or
justice) telah diterapkan oleh pengadilan-pengadilan untuk memperbaiki cacat atau kelemahan
yang inheren dalam sistem common law yang kaku. Pada masa yang lalu di Inggris, pengadilan-
pengadilan Chancery [Chancery courts] menjalankan Equity secara terpisah dari pengadilan-
pengadilan common law. Namun, demarkasi sejarah tersebut tidaklah penting bagi Singapura di
masa kini.
Menurut Undang-undang Hukum Perdata Singapura (Singapore Civil Law Act, Cap 43, 1999
Rev Ed), pengadilan-pengadilan Singapura diberi wewenang untuk menjalankan common law
dan equity secara bersamaan. Dampak praktisnya adalah penggugat dapat mencari upaya-upaya
hukum secara common law (Ganti rugi/Damages) dan secara equity (termasuk Putusan
Sela/Injunctions dan Pelaksanaan Janji Tertentu/Specific Performance) dalam persidangan yang
sama dan di hadapan pengadilan yang sama pula. Meskipun telah ada penghapusan pemisahan
Common Law-Equity, prinsip Equity telah memegang peran yang bersifat menentukan, dalam
perkembangan doktrin-doktrin tertentu dalam hukum perjanjian, termasuk doktrin Undue
Influence dan Promissory Estoppel.

Publikasi Laporan-laporan Hukum


Tanpa adanya publikasi secara reguler tentang preseden-preseden yudisial yang dapat diakses
oleh para hakim dan penasehat hukum, maka common law Singapura tidak akan berkembang
sepesat dan seekstensif sekarang. Laporan-laporan Hukum Singapura (Singapore Law Reports)
merupakan publikasi utama/penting bagi putusan-putusan pengadilan Singapura sejak 1992.
Sebelumnya, Malayan Law Journal merupakan sumber publikasi kasus-kasus lokal sejak 1932.
Buku-buku hukum dan artikel-artikel jurnal mengenai bidang-bidang yang penting juga telah
memberikan sumbangan bagi common law Singapura yang sedang tumbuh.

Hukum Islam (dalam Masalah Hukum Perorangan/Keluarga)


Di samping Common Law dan Equity, Pengadilan Syariah (Syariah Court) juga telah
menerapkan/menjalankan hukum Islam untuk menangani masalah-masalah hukum tertentu
mengenai perkawinan, perceraian, pembatalan perkawinan dan perpisahan yudisial di bawah
Undang-undang Administrasi Hukum Islam (the Admintration of Muslim Law Act – AMLA,
Cap 3, 1999 Rev Ed) yang berlaku untuk penduduk muslim atau para pihak yang menikah
berdasarkan hukum Islam (walaupun Pengadilan Tinggi/High Court mempunyai yurisdiksi yang
setara dengan Pengadilan Syariah/Syariah Court untuk masalah-masalah tertentu yang
berhubungan dengan pemeliharaan/maintenance, pengasuhan/custody dan pemisahan
harta/division of property). Untuk bidang waris/inheritance dan suksesi/succession, AMLA
secara tegas menerima teks-teks Islami tertentu sebagai bukti dalam hukum Islam.

KONSTITUSI

Undang-undang Tertinggi (Supreme Law)


Konstitusi (Constitution, 1999 Rev Ed) adalah undang-undang tertinggi di Singapura.
Diamanatkan bahwa setiap peraturan yang bertentangan dengan Konstitusi adalah batal.
Ketentuan-ketentuan dalam Konstitusi hanya dapat diubah berdasarkan persetujuan 2/3 suara
dari jumlah total Anggota Parlemen terpilih. Sehubungan dengan perubahan-perubahan
konstitusional tertentu untuk mengubah wewenang-wewenang memutuskan dari Presiden
Terpilih dan ketentuan-ketentuan tentang kemerdekaan fundamental, bagaimanapun, disyaratkan
juga persetujuan dari sedikitnya 2/3 dari jumlah total suara yang diambil oleh para pemilih
(electorate) dalam suatu referendum nasional.

Hak-hak Fundamental
Konstitusi menetapkan hak-hak fundamental tertentu, seperti kebebasan beragama (freedom of
religion), kebebasan berbicara (freedom of speech) dan persamaan hak (equal rights). Hak-hak
individual ini tidaklah bersifat absolut melainkan dibatasi oleh kepentingan umum, seperti
pemeliharaan ketertiban umum, moralitas dan keamanan nasional. Di samping perlindungan
umum ras dan agama golongan minoritas, kedudukan kaum Melayu, sebagai masyarakat
asli/pribumi Singapura, juga secara konstitusional diamanatkan.

Wewenang dan Fungsi Organ-organ Negara


Konstitusi mengandung ketentuan-ketentuan yang secara tegas menentukan wewenang dan
tugas/fungsi berbagai organ negara, termasuk badan legislatif/Legislature, badan
eksekutif/Executive dan badan yudikatif/Judiciary.

BADAN LEGISLATIF

Tugas
Tugas utama Parlemen Singapura adalah mengundangkan undang-undang yang mengatur
Negara.

Proses Pembuatan Undang-undang


Proses pembuatan undang-undang dimulai dengan Rancangan Undang-Undang (“RUU”), yang
biasanya disusun oleh pejabat-pejabat hukum Pemerintah. RUU-RUU yang berjenis private
members jarang terdapat di Singapura. Selama masa diskusi dalam Parlemen mengenai suatu
RUU yang penting, kadang-kadang para Menteri melakukan pidato atau presentasi yang
mengesankan dalam upaya mereka mempertahankan RUU tersebut dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan sulit yang diajukan oleh para penentangnya (backbenchers). Para Anggota Perlemen
(Members of the Parliament – MPs), dalam beberapa hal, dapat memutuskan untuk menyerahkan
RUU tersebut kepada suatu Komite Khusus (Select Committee) agar memeriksa/membahas
dengan seksama dan melaporkan hasilnya kepada Perlemen. Jika laporan tersebut dinilai baik
atau jika usulan perubahan-perubahan atas RUU tersebut disetujui oleh Parlemen, maka RUU
tersebut diterima dan disetujui oleh Parlemen.
Dewan Kepresidenan untuk Hak-hak Minoritas (The Presidential Council for Minority Rights --
PCMR) yang dibentuk berdasarkan Konstitusi Singapura ditugasi untuk memeriksa/menelaah
RUU-RUU dengan seksama, kecuali untuk beberapa RUU tertentu yang dikecualikan, untuk
memastikan agar RUU yang diperiksanya itu dengan cara apapun tidak merugikan orang-orang
dari golongan ras atau agama tertentu dan secara seimbang tidak pula merugikan golongan
lainnya, baik yang secara langsung menaruh prasangka pada orang-orang dari golongan tertentu
atau yang secara tak langsung memberikan keuntungan hanya pada suatu golongan tertentu
lainnya. Jika laporan PCMR itu menunjukkan hasil yang baik atau jika persetujuan 2/3 mayoritas
di Parlemen telah diterima untuk menyampingkan laporan PCMR yang menunjukkan hasil tidak
baik, maka RUU tersebut, selanjutnya akan diteruskan kepada Presiden untuk disetujui. Pada
tahap inilah RUU tersebut secara resmi telah diundangkan sebagai “undang-undang”.

Susunan
Dari segi susunan, Parlemen Singapura terdiri dari para anggota yang dipilih dan para anggota
yang tidak dipilih.

Anggota Parlemen Yang Dipilih


Anggota Parlemen yang dipilih berasal para calon angggota yang memenangi pemilihan umum
yang diselenggarakan setiap 4 sampai 5 tahun. Pada saat ini, Parlemen didominasi oleh partai
PAP yang sedang memimpin dan yang lain adalah sedikit perwakilan dari beberapa partai politik
oposisi. Mereka (anggota dari partai politik oposisi) berasal dari campuran antara daerah-daerah
pemilihan beranggota tunggal (single-member constituencies) dengan Daerah Pemilihan dengan
Perwakilan Kelompok (Group Representation Constituencies - GRCs). GRC yang didirikan pada
tahun 1988, saat ini terdiri dari 4 sampai 6 anggota, yang paling sedikit satu di antaranya harus
merupakan perwakilan yang dipilih dari golongan minoritas. Tujuan utama GRC adalah untuk
menjalankan multirasialisme dalam dunia politik Singapura.

Anggota Parlemen Yang Tidak Dipilih


Di lain pihak, Anggota Parlemen yang tidak dipilih tidak mempunyai hak suara dalam
pengambilan suara/voting untuk perubahan-perubahan konstitusional, RUU keuangan dan mosi
tidak percaya pada Pemerintah. Anggota Parlemen yang tidak dipilih ini terdiri dari dua kategori
yang berbeda, yaitu: Anggota Parlemen Bukan Dari Daerah Pemilihan (Non-Constituency
Members of Parliament - NCMPs) dan Anggota Parlemen Yang Dicalonkan (Nominated
Members of Parliament - NMP).
Untuk menyalurkan suara politik yang berbeda di Parlemen, anggota NCMPs dipilih dari para
calon anggota yang telah mengumpulkan persentase suara tertinggi di antara mereka “yang
kalah” dalam pemilihan umum. Sebaliknya, anggota NMPs adalah para tokoh masyarakat non-
politikus yang dicalonkan agar memberikan variasi yang lebih besar pada pandangan-pandangan
non-partisan di Parlemen.

BADAN EKSEKUTIF

Kelayakan, Tugas dan Wewenang Presiden Terpilih


Pemimpin Badan Eksekutif adalah Presiden Terpilih. Kualifikasi atau persyaratan untuk jabatan
kepresidenan sangatlah ketat. Di samping integritas, karakter baik dan syarat-syarat lainnya,
calon presiden diharuskan telah menduduki jabatan tinggi selama tidak kurang dari 3 tahun di
posisi yang ditentukan secara konstitusional, dewan resmi negara, perusahaan besar atau jabatan
setingkat lainnya dalam organisasi atau departemen yang mempunyai ukuran besar dan
kompleksitas yang setara (baik dari sektor publik maupun swasta), yang telah memberikan
pengalaman dan kemampuan yang diperlukan untuk menjalankan tanggung jawab kepresidenan
yang akan dipikulnya. Komite Pemilihan Presiden (Presidential Elections Committee) telah
dibentuk untuk memastikan agar persyaratan-persyaratan tersebut terpenuhi.
Presiden Terpilih mengemban tugas menjaga cadangan devisa luar negeri negara dan
mempertahankan hak veto atas pengangkatan para pegawai negeri yang memegang posisi kunci.
Jika Presiden akan melepaskan tugas-tugas konstitusional ini, maka Presiden diharuskan
berkonsultasi dengan Dewan Penasehat Presiden (Council of Presidential Advisers), suatu badan
yang dibentuk berdasarkan Konstitusi Singapura.

Kabinet
Kabinet, yang berada di bawah wewenang Perdana Menteri (Prime Minister), bertanggung jawab
secara kolektif kepada Parlemen. Perdana Menteri adalah seseorang yang dipilih oleh Presiden
Terpilih, yang atas penilaian Presiden Terpilih dianggap akan dapat memperoleh kepercayaan
dari mayoritas Anggota Parlemen.
Tidak ada pemisahan wewenang secara tegas antara Badan Eksekutif dengan Badan Legislatif.
Dari segi komposisi, para anggota Kabinet dipilih dari Anggota Parlemen (Members of
Parliament). Para Sekretaris Parlemen (Parliamentary Secretaries) selanjutnya dipilih dari para
Anggota Parlemen untuk membantu kerja para Menteri. Selanjutnya, para Menteri dan badan-
badan pemerintah yang terkait bertanggung jawab membuat peraturan-peraturan di tingkat yang
lebih rendah sebagai pelaksanaan dari peraturan induk yang telah diundangkan oleh Parlemen.

Para Penasehat Hukum Pemerintah


Untuk segi hukum, Pemerintah dinasehati dan diwakili oleh Jaksa Agung (Attorney General) dan
Pengacara Umum Negara (Solicitor-General) baik untuk masalah-masalah perdata maupun
pidana. Juga ada bagian-bagian khusus dalam Kejaksaan Agung (Attorney General’s Chambers)
yang menangani pembuatan rancangan/konsep peraturan, reformasi hukum dan urusan-urusan
internasional.

BADAN YUDIKATIF

Reputasi Internasional
Tingkat efisiensi dan kekuasaan Badan Yudikatif Singapura yang sangat tinggi telah memenangi
penghargaan-penghargaan internasional dan reputasi internasional yang kuat (lihat peringkat
sistem-sistem hukum dunia yang dibuat oleh Political and Economic Risk Consultancy (PERC)
dan Institute for Management Development (IMD)). Di bawah kepemimpinan Hakim Kepala
(Chief Justice) Yong Pung How yang saat ini menjabat, pelaksanaan secara ketat manajemen
kasus dan metode-metode Alternatif Penyelesaian Sengketa (lihat Bagian 9 di bawah ini) telah
secara drastis mengurangi timbunan kasus yang telah lama bertumpuk di Mahkamah Agung
(Supreme Court) dan Pengadilan-pengadilan Yang Lebih Rendah (Subordinate Courts) di masa
yang baru saja berlalu.

Tugas dan Wewenang


Hakim di Singapura adalah arbiter baik dari segi hukum maupun fakta. Sistem juri/jury system
telah secara keras dibatasi di Singapura dan akhirnya dihapuskan sepenuhnya pada tahun 1970.
Wewenang yudisial diberikan kepada Mahkamah Agung/Supreme Court (yang terdiri dari
Pengadilan Banding Singapura/Singapore Court of Appeal dan Pengadilan Tinggi/High Court)
dan kepada Pengadilan-pengadilan Yang Lebih Rendah/Subordinate Courts.

Pengadilan Banding (Court of Appeal)


Pengadilan tertinggi di Singapura adalah Pengadilan Banding permanen/permanent Court of
Appeal, yang menangani kasus-kasus banding baik perdata maupun pidana, yang berasal dari
Pengadilan Tinggi/High Court dan Pengadilan-pengadilan Yang Lebih Rendah/Subordinate
Courts. Sebagai tonggak sejarah hukum yang penting di Singapura, pada tahun 1994, pengajuan-
pengajuan banding ke Privy Council di Inggris dihapuskan. Pada tanggal 11 Juli 1994, suatu
Pernyataan tentang Preseden Yudisial (Practice Statement on Judicial Precedent) yang
dikeluarkan oleh Mahkamah Agung Singapura memberikan penjelasan bahwa Pengadilan
Banding Singapura/Singapore Court of Appeal tidak terikat pada keputusan-keputusannya
sendiri maupun pada keputusan-keputusan terdahulu Privy Council. Namun, Pengadilan Banding
Singapura/Singapore Court of Appeal akan tetap menganggap keputusan-keputusan tersebut
mengikat secara normal, meskipun pengadilan tersebut dapat menyimpang dari preseden
terdahulu jika dianggap benar untuk melakukannya.

Pengadilan Tinggi (High Court)


Para Hakim Pengadilan Tinggi/High Court Judges menikmati jaminan masa tugas untuk jangka
waktu tertentu, sementara para Komisaris Yudisial/Judicial Commissioners diangkat berdasarkan
kontrak jangka pendek. Namun demikian, keduanya mempunyai wewenang yudisial dan
imunitas yang sama. Wewenang yudisial mereka meliputi yurisdiksi tingkat awal (original)
maupun tingkat banding (appellate) baik untuk perkara perdata maupun pidana. Pengangkatan
para Hakim Pengadilan Tinggi baru-baru ini, yang khusus untuk menangani perkara arbitrase di
Pengadilan Tinggi, telah menambah 2 jenis pengadilan khusus yang telah ada, yaitu: Pengadilan
Maritim/Admiralty Court dan Pengadilan Hak Milik Intelektual/Intellectual Property Court.

Tribunal Konstitusional (Constitutional Tribunal)


Suatu Tribunal Konstitusional/Constitutional Tribunal khusus juga telah dibentuk yang berada di
bawah yurisiksi Mahkamah Agung/Supreme Court, untuk menangani pertanyaan-pertanyaan
yang berdampak pada ketentuan-ketentuan konstitusional yang diserahkan oleh Presiden
Terpilih.

Pengadilan-pengadilan Yang Lebih Rendah (Subordinate Courts)


Pengadilan-pengadilan Yang Lebih Rendah/Subordinate Courts (yang terdiri dari Pengadilan
Negeri/District Courts, Pengadilan Magistrat/Magistrates’ Courts, Pengadilan Anak-
anak/Juvenile Courts, Coroners Courts serta Tribunal Gugatan Kecil/Small Claims Tribunals)
juga telah dibentuk dalam hirarki yudisial Singapura untuk melaksanakan keadilan dalam
masyarakat. Dengan adanya peningkatan kecanggihan dalam dunia transaksi bisnis dan hukum,
baru-baru ini telah dibentuk Pengadilan Negeri Urusan Niaga Perdata dan Pidana/Commercial
Civil and Criminal District Courts dalam Subordinate Courts, untuk menangani kasus-kasus yang
lebih kompleks.

Pengadilan Negeri (District Courts) dan Pengadilan Magistrat (Magistrates’ Courts)


Pengadilan Negeri/District Courts dan Pengadilan Magistrat/Magistrates’ Courts mempunyai
wewenang yang sama dalam penanganan masalah-masalah tertentu seperti gugatan-gugatan yang
mengandung unsur kontraktual dan perbuatan melawan hukum atas utang, tagihan atau kerugian
dan tindakan-tindakan untuk pengembalian uang. Namun, yurisdiksi mereka dibatasi oleh
besarnya nilai perkara, yaitu untuk kasus-kasus perdata senilai $ 60.000 Dolar Singapura untuk
Pengadilan Magistrat dan $ 250.000 Dolar Singapura untuk Pengadilan Negeri. Pengadilan-
pengadilan itu juga mempunyai perbedaan dari segi wewenang menghukum secara pidana.
Batasan masa kurungan yang ditetapkan Pengadilan Magistrat adalah 2 tahun, sedangkan batasan
masa kurungan yang ditetapkan Pengadilan Negeri adalah 7 tahun.

Tribunal untuk Gugatan Kecil (Small Claims Tribunals)


Di lain pihak, Tribunal untuk Gugatan Kecil/Small Claims Tribunals, dapat menangani kasus
secara lebih cepat, hemat dan dengan proses yang tidak terlalu formal untuk memutuskan kasus-
kasus gugatan kecil dengan batasan sebesar $20.000 Dolar Singapura (asalkan para pihak yang
bersengketa sama-sama menyetujui secara tertulis).

Pengadilan Keluarga (Family Courts)


Di samping pengadilan-pengadilan yang disebutkan di atas, Pengadilan Keluarga/Family Courts
menangani masalah-masalah perceraian, pemeliharaan, perwalian dan adopsi.

Pengadilan dan Teknologi Informasi


Badan Yudikatif juga telah mengambil langkah-langkah penting dalam memanfaatkan teknologi
informasi di pengadilan, yang telah meningkatkan tingkat efisiensi, setidaknya untuk sebagian
hal. Pengadilan Berteknologi, misalnya, telah didirikan untuk memungkinkan adanya
information sharing di antara para pengacara dan hakim dan pengajuan bukti-bukti oleh para
saksi melalui konferensi video. Upaya-upaya hukum yang melibatkan suatu perusahaan atau
seseorang individu dapat dimonitor melalui suatu fasilitas yang disebut Casewatch. Sistem
Pengarsipan Elektronik/Electronic Filing System (EFS), suatu proyek gabungan antara Badan
Yudikatif, Singapore Network Services dan Singapore Academy of Law untuk memungkinkan
pengarsipan, ekstraksi dan penyampaian dokumen-dokumen pengadilan serta pelacakan kasus
secara elektronik, sekarang juga telah mencapai tahap penyempurnaan kembali untuk
meningkatkan pelayanan pada para pemakai jasa. Berbagai inovasi teknologi informasi telah
pula dimanfaatkan untuk memfasilitasi dan menyederhanakan berbagai proses pidana, yaitu
pendaftaran dan pengelolaan kasus-kasus pidana (SCRIMS), pemrosesan biaya-biaya lalu lintas
antara Polisi dan Pengadilan (TICKS 2000) dan pembayaran denda-denda pelanggaran lalu lintas
yang kecil (ATOMS).
Sistem Politik Australia

Australia adalah negara monarki konstitusional yang mempunyai sistem pemerintahan


parlementer. Sebagai Negara Persemakmuran, Australia memiliki Gubernur-Jenderal yang
bertugas mewakili tugas Ratu Elizabeth II. Namun kekuatan eksekutif tersebut hanya dapat
dijalankan melalui nasehat dari Perdana Menteri.

Australia mempunyai parlemen yang bikameral, terdiri dari Senat yang berisi 76 senator, dan
Dewan Perwakilan yang mempunyai 150 anggota. Pemerintah dibentuk di Dewan Perwakilan,
dan pemimpin partai atau koalisi mayoritas dalam Dewan adalah yang menjadi Perdana Menteri.

Anggota Dewan dipilih dari daerah pemilihan beranggotakan tunggal yang umumnya disebut
electorate. Negara bagian yang lebih besar populasinya mempunyai lebih banyak perwakilan;
setiap negara bagian minimal mempunyai lima perwakilan. Dalam Senat, setiap negara bagian
diwakili 12 senator tanpa mempedulikan jumlah penduduknya.

Sebagai negara yang menganut demokrasi perwakilan, para wakil rakyat di Australia dipilih
untuk membuat kebijakan-kebijakan yang memihak konstituennya. Ada tiga macam Pemilu di
Australia: pertama, untuk memilih wakilnya untuk duduk di Pemerintah Daerah, Pemerintah
Negara Bagian dan Pemerintah Federal. Pemilihan anggota dewan di Pemerintah Daerah
dilakukan setiap empat tahun sekali pada Sabtu terakhir di bulan November. Pemilu berikutnya
akan berlangsung pada 29 November 2008. Sedangkan pemilihan anggota parlemen Negara
Bagian diadakan pada Sabtu minggu terakhir bulan November setiap empat tahun sekali. Pemilu
ini baru dilaksanakan pada 25 November 2006. Sementara itu pemilihan anggota parlemen
Pemerintah Federal diadakan setiap tiga tahun sekali, namun biasanya hanya setengah dari kursi-
kursi Senat yang diperebutkan, karena para senator mempunyai masa jabatan enam tahun yang
saling tumpang-tindih. Pemilu ini akan diadakan tahun 2007 ini setelah Pemilu serupa
berlangsung pada 9 Oktober 2004.

Masing-masing wakil rakyat tersebut mempunyai wilayah tanggungjawab yang berbeda-beda.


Para wakil rakyat di tingkat Pemerintah Daerah berkewajiban membuat kebijakan yang
mencakup bidang: pusat kesejahteraan balita dan penitipan anak; penyediaan bantuan makanan
dan tempat tinggal; pemeliharaan sarana olahraga dan tempat-tempat rekreasi; perpustakaan
masyarakat dan tempat pertemuan masyarakat; pendaftaran hewan; pengambilan sampah basah
dan sampah daur ulang; perencanaan tata kota dan peraturan tentang bangunan; serta
pemeliharaan jalan-jalan dan gang-gang setempat.
Para wakil rakyat di tingkat Negara Bagian bertanggung-jawab untuk membuat kebijakan yang
berkaitan dengan masalah: lingkungan; rumah sakit dan sarana kesehatan; penanggulangan
narkoba dan kriminalitas; pendidikan dan pelatihan; pengembangan keluarga dan masyarakat;
transportasi dan keselamatan di jalan raya; serta pengembangan layanan di tingkat pedesaan dan
daerah.
Para wakil rakyat di tingkat Pemerintah Federal membuat kebijakan-kebijakan yang menyangkut
hajat hidup seluruh rakyat Australia, yaitu yang berkaitan dengan: ekonomi nasional; pertahanan;
kebijakan luar negeri; imigrasi; layanan sosial seperti tunjangan pensiun dan keluarga;
perdagangan dan perindustrian; pendidikan perguruan tinggi; dan pendanaan perawatan
kesehatan.
Seandainya pembagian tugas di tingkat Pemda Kota dan Pemda Propinsi di negeri kita jelas
seperti ini, sepertinya jalan-jalan berlubang di daerah Depok bisa cepat teratasi tanpa harus saling
melempar tanggungjawab apakah tugas Pemda Propinsi Jawa Barat ataukah Pemda Kota Depok
untuk memperbaikinya.

Sistem Politik Malaysia

Malaysia merupakan negara demokrasi parlementer yang bentuknya adalah monarki


konstitusional dengan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan. Malaysia menggunakan
system multi partai.
Partai yang berkuasa di Malaysia adalah merupakan kumpulan partai2 yang beraliansi yang
disebut sebagai Barisan Nasional dimana di dalamnya termasuk UMNO (United Malays
National Organization). Selain itu, ada pula partai2 lain di luar Barisan Nasional seperti
Democratic Action Party dan Partai Keadilan Rakyat. Malaysia memiliki sekitar 30 partai politik
yang kesemuanya memiliki wakil di parlemen.
Eksekutif
Kepala negara Malaysia adalah Yang Dipertuan Agong. Yang Dipertuan Agong menjabat selama
5 tahun dan dipilih dari 9 sultan di 9 negara bagian secara bergilir. Sebagai salah satu negara
bekas jajahan Inggris, system politik di Malaysia mengadopsi system Westminster. Anggota di
cabinet dipilih dari anggota kedua badan di parlemen.
Legislatif
Malaysia memiliki system bicameral yang terdiri dari Senat (Dewan Negara) dan House of
Representatives (Dewan Rakyat). Senat menguasai 70 kursi di parlemen sementara HoR
menguasai 219 kursi. 44 anggota Senat ditunjuk oleh pemimpin tertinggi sementara 26 lainnya
ditunjuk oleh badan pembuat UU di negara bagian. Anggota HoR dipilih melalui popular vote
untuk masa jabatan selama 5 tahun.
Judikatif
Sistem hukum di Malaysia berdasar pada hukum Inggris dan kebanyakan UU serta konstitusi
diadaptasi dari hukum India. Di Malaysia terdapat Federal Court, Court of Appeals, High Courts,
Session's Courts, Magistrate's courts dan Juvenile Courts. Hakim Pengadilan Federal ditunjuk
oleh pemimpin tertinggi dengan nasehat PM. Pemerintah federal memiliki kekuasaan atas
hubungan luar negeri, pertahanan, keamanan dalam negeri, keadilan, kewarganegaraan federal,
urusan keuangan, urusan perdagangan, industri, komunikasi serta transportasi dan beberapa
urusan lain.

Pemerintah Negara Bagian


Pemerintah negara bagian dipimpin oleh kepala menteri (chief minister). Kepala menteri di tiap
negara bagian diangkat oleh majelis negara bagian. Ada 13 negara bagian di Malaysia serta 3
wilayah federal yaitu Kuala Lumpur, Labuan Island dan Putrajaya sebagai wilayah administratif
federal. Setiap negara bagian memiliki majelis dan pemerintahannya dipimpin oleh kepala
menteri.

• Mahathir Muhammad menjadi PM pada periode 1981-2003. Beliau membawa UMNO dan
Barisan Nasional mencapai masa kesuksesannya. Di masa pemerintahannya, PM Mahatir
menekankan pada pembangunan ekonomi, terutama di sektor ekspor dan infrastruktur. Mahatir
menolak berhubungan dengan negara-negara barat dan bahkan menolak bantuan IMF pada krisis
ekonomi 1997-1998.
Mahathir memecat Deputi PM Anwar Ibrahim karena tuduhan tindakan tidak bermoral serta
dugaan korupsi. Anwar menyanggah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa penyebab dirinya
dipecat adalah perbedaan pandangan politik antara dirinya dan Mahathir.
PM Mahathir turun jabatan setelah 22 tahun berkuasa dan digantikan oleh Deputi PM Abdullah
Ahmad Badawi. Badawi menekankan pada pentingnya pendidikan, kerukunan social dan
kemajuan bidang ekonomi.

• Dominasi etnis Melayu dalam politik Malaysia merefleksikan adanya hubungan saling
mempengaruhi antara konsepsi keamanan etnis Melayu dena konsepsi keamanan nasional. Rasa
aman dan tidak aman yang dirasakan oleh etnis Melayu terefleksi dalam kebijakan keamanan
pemerintah. Kebijakan New Economic Policy yang lahir setelah kerusuhan berdarah tahun 1969
merupakan refleksi dari keinginan kuat elit Melayu guna mendongkrak kemampuan etnis
Melayu yang secara ekonomi lebih lemah dibandigkan dengan etnis Tionghoa

Politik
Malaysia
Written by Helmi   
Thursday, 05 June 2008 19:49
Malaysia ialah sebuah negara yang menggunakan corak politik Sistem Demokrasi Berparlimen
dengan diketuai Raja Berperlembagaan. Oleh itu, ketua tertinggi negara Malaysia ialah Seri
Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong yang merupakan sultan dari 9 buah negeri di Malaysia
menerusi sistem pergiliran. Selain sebagai Ketua Negara, Agong juga merupakan Pemerintah
Tertinggi Angkatan Tentera di-Raja Malaysia.

Malaysia mengamalkan corak pemerintahan barat kerana hasil dari pemerintahan British pada
masa dahulu. Ahli kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri Malaysia memegang kuasa
eksekutif. Menurut Perlembagaan Malaysia, seorang Perdana Menteri mestilah merupakan
anggota Dewan Rakyat setelah mendapat restu dari Yang di-Petuan Agong. Sementara itu,
kabinet adalah Ahli Parlimen yang dipilh dari Dewan Rakyat atau Dewan Negara.

Di Malaysia terdapat Dewan Negara dan Dewan Rakyat. Dalam Dewan Negara, seramai 70 orang
ahli akan dipilih untuk berkhidmat selama 3 tahun. Ianya dipilih menerusi dua bahagian iaitu
seramai 26 orang ahli dipilih dari Dewan Undangan Negeri menerusi 13 buah negeri di Malaysia
dan selebihnya dipilih oleh Seri Paduka Baginda Yang di-Pertuan Agong atas nasihat dari
Perdana Menteri Malaysia. Ianya juga termasuk dua ahli dari Wilayah Persekutuan Kuala
Lumpur dan satu ahli dari Wliayah Persekutuan Labuan dan Putrajaya masing – masing.

Bagi Dewan Rakyat pula, terdapat sebanyak 222 ahli yang mewakili setiap kawasan pilihanraya.
Ahli – ahli Dewan Rakyat dipilih menerusi proses pilihanraya yang ditentukan oleh
rakyat sendiri. Tempoh jawatan yang dipegang oleh Ahli Dewan Rakyat adalah selama 5 tahun
dan proses pilihanraya yang baru akan dijalankan bagi memilih Ahli Dewan rakyat untuk
mewakili kawasan terbabit.

Kuasa perundangan pula adalah atas kuasa kerajaan pusat dan kerajaan negeri. Perlembagaan
Malaysia merupakan undang – undang yang tertinggi dan hanya sokongan dua pertiga
Ahli Dewan Rakyat mampu mengubah Perlembagaan Malaysia. Manakala undang –
undang Syariah pula adalah undang – undang yang dikenakan ke atas rakyat beragama
Islam dan ianya tertakluk dibawah penguasaan negeri masing – masing iaitu Sultan.
Bagi negeri yang tidak mempunyai Sulaan pula, ianya dikawal oleh Yang di-Pertuan Agong
Malaysia.

Suasana politik Malaysia

Barisan Nasional merupakan sebuah parti gabungan yang telah memegang tampuk kepimpinan
negara sejak kemerdekaan Malaysia. Terdapat 14 parti komponen Barisan Nasional dan 3 parti
utama ialah UMNO, MCA dan MIC. Ketua pemimpin bagi Barisan Nasional adalah berasal dari
pemimpin UMNO. Beliau akan secara mutlak menjadi Perdana Menetri Malaysia.

Satu pergolakan politik telah berlaku di Malaysia pada tahun 1998 di mana ketika itu Malaysia
mengahdapi krisis ekonomi yang teruk. Pada masa itu, Perdana Menteri Malaysia Tun Dr.
Mahathir telah memecat Anwar yang merupakan Timbalan Perdana Menteri atas beberapa
tuduhan yang didakwanya. Namun Anwar menyatakan bahawa pemecatan beliau adalah kerana
pandangan politik yang berbeza antara mereka.

Keadaan ini menyebabkan tercetusnya beberapa tunjuk perasaan dan mendesak diadakan
reformasi pada pilihanraya Malaysia. Selain itu, Anwar turut dikatakan ditumbuk oleh Ketua
Polis Negara pada masa itu semasa beliau ditahan oleh pihak polis kerana sikapnya yang kurang
sopan. Akhirnya pada tahun 1999, beliau telah didapati bersalah atas tuduhan korupsi dan
dijatuhkan hukuman penjara selama 6 tahun.

Pilihanraya 1999 menyaksikan Barisan Nasional masih menguasai tiga perempat dari kerusi
Parlimen namun kerusi UMNO telah jatuh dari 94 kepada hanya 72 kerusi. Sementara itu, barisan
pembangkang yang diketuai PAS telah memenangi 42 kerusi dan kekal mengwal negeri Kelantan
disamping berjaya menawan Terengganu.

Pada tahun 2003, Dato' Seri Abdullah Ahmad Badawi telah menggantikan Tun Dr Mahathir
selaku Perdana Menteri Malaysia selepas persaraan Mahathir. Abdullah atau lebih dikenali
sebagai Pak Lah dilihat lebih berlemah lembut dan bertolak ansur berbanding dengan Mahathir
yang lebih tegas dan berani. Pak Lah juga kurang melibatkan diri dalam dasar luar negara tidak
seperti yang dilakukan Mahathir yang berani mengkritik pemerintahan Amerika dan Australia.

Pilihanraya Umum 2004 pula menyaksikan Barisan Nasional menang besar dengan 92% kerusi
Parlimen milik mereka. Kejayaan itu juga ditambah dengan negeri Terengganu yang jatuh
ditangan PAS telah dirampas semula.

Namun keputusan Pilihanraya Umum 2008 mengejutkan semua pihak dimana Barisan Nasional
gagal mempertahankan majoriti dua pertiga yang diperolehi sebelum ini semenjak penubuhan
negara Malaysia. Barisan pembangkang yang menggelar diri mereka sebagai Pakatan Rakyat
telah ditubuhkan tidak lama selepas pilihanraya itu yang dianggotai Parti Keadilan Rakyat (PKR),
Parti Tindakan Demokratik (DAP) dan Parti Islam Se-Malaysia (PAS). Gabungan mereka ini
telah berjaya menawan Perak, Kedah, Pulau Pinang dan Selangor disamping mengekalkan
penguasaan di Kelantan. Sementara itu, kubu kuat Barisan Nasional di Johor, Sabah dan Sarawak
gagal meneruskan tradisi 100% yang diraih selama ini.

Sistem Politik

Siaran Tiongkok Internasional

  Republik Rakyat Tiongkok adalah negara sosialis diktatur demokrasi   rakyat di bawah
pimpinan kelas buruh dengan persekutuan buruh dan tani sebagai dasarnya. Sistem sosialis
adalah sistem pokok Republik Rakyat Tiongkok.

  Undang-Undang Dasar

  Undang-undang Dasar adalah undang-undang pokok negara. Undang-undang Dasar tersebut


pada  umumnya menentukan isi-isi  penting antara lain prinsip pokok sistem sosial dan negara
dari suatu  negara, prinsip pokok organisasi dan kegiatan instansi  negara, serta hak dan
kewajiban pokok warga negara.  Ada pula yang menentukan bendera dan  lagu nasional ,
lambang negara dan ibu kota serta sistem lain yang dipandang penting oleh kelas berkuasa, dan
meliputi semua bidang kehidupan negara. Undang-undang Dasar mempunyai efek hukum
tertinggi, merupakan dasar untuk menetapkan  hukum lain, segala hukum dan peraturan tidak
boleh bertentangan dengan Undang-undang Dasar.

  Program Bersama Majelis  Permusyawaratan Politik Rakyat Tiongkok yang diumumkan


menjelang berdirinya Republik Rakyat Tiongkok adalah program front persatuan  demokratis
rakyat Tiongkok, yang juga memainkan peranan sebagai undang-undang dasar sementara.
Program tersebut diterima baik Sidang Pleno Pertama Dewan Nasional Majelis
Permusyawaratan Politik Rakyat Tiongkok dan diumumkan pada tanggal 29 September tahun
1949 . Program tersebut telah  memainkan peranan sebagai undang-undang dasar  sementara
sebelum dikeluarkannya  Undang-undang Dasar  Republik Rakyat Tingkok pada tahun 1954.

  Setelah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok pada tanggal 1 Oktober tahun 1949, 4 buah
Undang-undang Dasar  berturut-turut dirumuskan  dan diumumkan masing-masing pada tahun
1954,1975,1978 dan 1982.

  Undang-undang Dasar  keempat Tiongkok, yaitu yang diberlakukan  sekarang ini adalah
diterima baik dan diumumkan dalam Sidang ke-5 Kongres Rakyat Nasional Tiongkok ke-5 pada
tanggal 4 Desember tahun 1982. UUD tersebut mewarisi dan mengembangkan prinsip pokok
UUD tahun 1954, menyimpulkan  pengalaman perkembangan sosialis Tiongkok, dan menyerap
pengalaman-pengalaman  internasional, merupakan sebuah undang-undang dasar yang
berkepribadian  Tiongkok dan sesuai dengan kebutuhan modernisasi sosialis Tiongkok. UUD
tersebut dengan tegas menetapkan  sistem politik dan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok
,berserta  hak dan kewajiban warga negara, pengadaan  badan negara dan  lingkungan  tanggung
jawabnya serta tugas pokok negara pada masa selanjutnya. Dengan cirri pokok menetapkan
sistem pokok dan tugas pokok Tiongkok,  mengukuhkan  4 prinsip dasar dan pedoman dasar
reformasi dan keterbuka Tiongkok. UUD tersebut menetapkan  rakyat semua etnis dan segala
organisasi di seluruh Tiongkok harus menjadikan  UUD itu  sebagai patokan fundamental
kegiatan, segala organisasi atau perseorangan tidak mempunyai hak istimewa untuk  melangkaui
UUD dan  dan hukum.

  UUD tersebut terbagi 5 bagian, kata pengantara, program umum, hak dan kewajiban pokok
warga negara, badan negara, bendera nasional, lambang nasional dan ibu kota, terdapat 4 abab
dengan 138 pasal. Sejak diumumkannya, Tiongkok telah mengadakan empat kali revisi atas
UUD  tersebut agar disempurnakan terus.

  Sistem Kongres Rakyat

  Sistem Kongres Rakyat adalah sistem politik mendasar Tiongkok, adalah bentuk organisasi
kekuasaan politik dari diktatur demokrasi rakyat Tiongkok, dan adalah bentuk pemerintahan
Tiongkok. Berbeda dengan parlemen di bawah sistem “trias politika ” Barat, Kongres Rakyat
Nasional KRN Tiongkok dikukuhkan oleh UUD Tiongkok sebagai badan kekuasaan negara
tertinggi. Semua warga negara Tiongkok yang umurnya 18 tahun ke atas semuanya mempunyai
hak memilih atau dipilih menjadi
 wakil kongres rakyat. Di Tiongkok, dalam Kongres Rakyat berbagai tingkat, wakil kongres
rakyat tingkat kecamatan  dan kebupaten dipilih secara langsung, tapi ke tingkat yang lebih
tinggi wakil kongres rakyat  dipilih secara tidak langsung. Kongres Rakyat Nasional terdiri atas
wakil-wakil dari berbagai propinsi, daerah otonom, kota setingkat propinsi dan tentara Tiongkok
dengan masa baktinya  5 tahun, dan mengadakan  Sidang lengkap setiap tahun.

  Dalam sidang rutin KRN Tiongkok yang diadakan setiap tahun, wakil-wakil KRN Tiongkok
mendengarkan laporan pekerjaan  pemerintah serta sejumlah laporan penting lain. Setelah
dibahas diambil  keputusan relevan. Selama penutupan sidang, badan tetap dari semua tingkat
kongres rakyat, yaitu Komite Tetap KRN akan menjalankan  wewenang yang  diberikan Kongres
Rakyat Nasional . Misalnya wewenang Komite Tetap KRN Tiongkok meliputi penjelasan UUD
dan pengawasan pelaksanannya, menetapkan  dan merevisi undang-undang  di luar undang-
undang  yang dirumuskan  oleh KRN Tiongkok, bertanggungjawab dan melapor pekerjaan
kepada  KRN.

  Wewenang pokok KRN Tiongkok termasuk hak pembuatan  hukum, hak pengawasan, hak
pemutusan masalah penting serta hak pengangkatan  atau pembebasan personel. Di Tiongkok,
perumusan  program ekonomi nasional dan pembangunan sosial dalam masa tertentu telah
menjadi kebijakan penting untuk mendorong perkembangan masyarakat Tiongkok, dan
program-program itu baru akan memiliki efek hukum setelah diratifikasi oleh KRN Tiongkok.
Hukum Tiongkok menentukan pemimpin utama Tiongkok, misalnya presiden dan Ketua KRN
semua dipilih oleh KRN Tiongkok. Perdana Menteri dan semua  menteri pemerintah  dilantik
oleh KRN Tiongkok. KRN Tiongkok dapat mengajukan mosi  pemecatan  jabatan Ketua Komite
Tetap KRN, Presiden Negara dan Perdana Menteri Dewan Negara yang sudah terpilih atau
diputuskan  melalui prosedur tertentu.

  Sistem Kerjasama Multi Partai dan Musyawarah Politik

  Sistem kerjasama multi partai dan musyawarah  politik di bawah pimpinan  Partai Komunis
Tiongkok adalah sebuah sistem politik pokok Tiongkok.

  Tiongkok adalah negara multi  partai. Selain  Partai Komunis Tiongkok, masih terdapat 8 partai
demokratis . Partai-partai demokratis itu telah ada sebelum berdirinya Republik Rakyat
Tiongkok, mereka mendukung pimpinan  Partai Komunis Tiongkok di bidang politik, ini
merupakan pilihan sejarah yang diambil mereka dalam kerjasama berjangka panjang  dan proses
perjuangan bersama dengan Partai Komunis Tiongkok. Partai Komunis Tiongkok dan berbagai
partai demokratis harus menjadikan  UUD sebagai patokan  kegiatan fudamentalnya. . Semua
partai demokratis merdeka di bidang organisasi, mempunyai kebebasan politik, kemerdekaan
organisasi dan kedudukan  hukum yang setara dalam lingkungan  yang ditetapkan UUD.
Pedoman pokok kerjasama Partai Komunis Tiongkok dengan  berbagai partai demokratis yalah
hidup berdampingan dalam jangka panjang, saling mengawasi, berhati terbuka serta senasib
sepenanggungan .
  Partai- partai demokratis Tiongkok buka  partai oposisi, melainkan partai yang berpartisipasi
dalam urusan pemerintahan dan  politik. Isi pokok partisipasi partai-partai tersebut adalah
sebagai berikut: ikut serta dalam musyawarah tentang politik dan  pedoman penting  negara serta
calon pemimpin negara,  ikut serta dalam pengelolaan urusan negara, ikut serta dalam penetapan
dan  pelaksanaan pedoman, kebijkan, hukum dan peraturan negara.

  Dalam pengambilan langkah penting atau pemutusan  masalah penting yang menyangkut
ekonomi  negara dan penghidupan  rakyat, Partai Komunis Tiongkok sebelumnya pasti
mengadakan musyawarah  dengan Partai-partai demokratis dan tokoh-tokoh non-partai, untuk
secara luas mendengar pendapat  dan usul mereka, kemudian baru diambil keputusan. Partai-
partai demokratis  dan tokoh-tokoh non-partai mempunyai wakil dalam proporsi tertentu dalam
KRN beserta komite tetapnya, dalam komisi khusus tetap, dalam KR berbagai tingkat untuk
dapat dengan lebih baik ambil bagian dalam  urusan politik dan pemerintahan  dan memainkan
peranan pengawasan, dan memainkan peranan dalam Majelis Permusyawaratan Politik  Rakyat
MPPR Tiongkok serta merekomendasi tokoh-tokoh  partai demokratis dan  non-partai menjabat
pimpinan di pemerintah berbagai tingkat serta badan hukum.

  Bentuk kerjasama multi-partai dan permusyawaratan politik terutama sebagai berikut: pertama,
Majelis Permusyawaratan Politik Rakyat MPPR. MPPR adalah forum  penting di mana  berbagai
partai, berbagai organisasi rakyat  dan tokoh  representiatif berbagai kalangan berpartisipasi
dalam urusan politik dan pemerintahan.  Kedua, temu wicara yang diselenggarakan Komite
Sentral Partai kOmunis Tiongkok dan Komite Partai daerah berbagai tingkat dengan totoh-tokoh
partai demokratis dan non-partai untuk melaporkan keadaan penting, dan mengadakan
musyawarah  tentang masalah kebijakan dan pedoman penting, daftar calon pemimpin
pemerintah pusat dan daerah, daftar calon anggota KRN, MPPR, mendengarkan usul dan
pendapat mereka. Ketiga, wakil KRN dari berbagai partai demokratis berpartisipasi dalam
urusan politik dan pemerintahan  dan memainkan peranan pengawasan  dengan status  wakil
rakyat. Keempat, memilih anggota berbagai partai demokratis menjabat pimpinan di dewan
negara dan  berbagai departemen serta pemerintah tingkat kabupaten ke atas serta berbagai
bagiannya. Kelima, mengrekomendasi anggota-anggota dari berbagai partai demokratis yang
sesuai syarat untuk menjabat  pimpinan badan  kejaksaan dan pengadilan.

Apr 28, '08 11:41 PM


Memahami Politik Korea
for everyone
Category: Books
Genre: History
Author: Mohtar Mas’oed dan Yong Seung-Yoon

Pengaruh konfuasianisme dalam kebudayaan tradisional Korea sangatlah dalam mengakar.


Penafsiran dalam konfusianisme terus mengalami perubahan dan semakin bervariasi seiring
dengan berjalannya waktu terutama pada abad ke-20 saat masyarakat Korea mengalami masa
sejarah kolonialisme dan pembagian nasional. Disini semua kehidupan dipengaruhi oleh nilai-
nilai dan norma dari kebudayaan konfusianisme. Kebudayaan konfusianisme Korea
menggambarkan suatu perbedaan yang tajam dalam dunia politik, yaitu antara “yangban”
sebagai seorang sipil, aristokrat turun temurun dan dengan orang awam sebagai rakyat jelata.
Secara teoritis pembukaan pegawai sipil tebuka bagi siapapun, akan tetapi berdasarkan sistem
ujian dinas sipil yang kompetitif, orang awam disingkirkan dalam urusan Negara. Sebenarnya
konfusianisme dalam pemerintahan mengajarkan tentang prinsip-prinsip etika moral bahwa
penguasa harus belajar untuk mengatur wilayah dan rakyatnya. Dalam konfusius, moralitas dan
politik tidak dapat dipisahkan karena ada hubungan penting antara diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan Negara.
Politik Korea berpengaruh juga dalam ekonomi. Perekonomian Korea merupakan modernisasi
yang telah dicapai Korea Selatan melalui industrialisasi ekonomi dan startegi ekspansi ekspor
serta pertumbuhan ekonomi yang dipimpin oleh Negara. Keajaiban ekonomi Korea Selatan
direncanakan dan dikembangkan oleh rezim otoritarian Negara yang berkembang menjadi
kapitalis. Keruntuhan pemerintahan otoriter diganti dengan sistem yang demokrasi pada akhir
1980-an, hal ini merupakan salah satu pembangunan politik yang paling dramatis dalam sejarah
modern Korea. Agenda politik Korea Selatan saat ini adalah terus untuk mewujudkan dan
mencapai demokrasi baik dalam politik maupun kehidupan masyarakat. Dalam proses
pembentukan demokrasi Korea Selatan berharap dapat mencapai cita-cita dan nilai modernisasi
yang mencakup perdamaian dan stabilitas wilayah tersebut.
Demokrasi konfusian akan menjadi sistem politik yang didasarkan pada konsep kuno, yaitu
sebuah aturan yang tidak didasarkan pada paksaan maupun sikap pasif, kekuasaan serta
keyakinan, akan tetapi berdasarkan kekuasaan dalam arti murni. Korea telah mengembangkan
ekonomi kapitalis dan politik demokrasi, yang menyajikan suatu pandangan menuju
kemungkinan landasan teoritis alternatife bagi politik demokratis pada saat landasan teoritis
tradisional seperti pembangunan lembaga-lembaga yang cenderung bersifat otonomik dan
epistemologi yang dihasilkan menjadi subjek kritik radikal dari seluruh penjuru dunia.
Dalam demokrasi politik ini, menyebabkan adanya pembagian dalam pemerintahan.
Pemerintahan Pusat dan DPR Nasional Korea menjalankan pemerintahan Negara Republik
Korea di DKI Seoul dan di Kotamadya Kwochon. Sedangkan jawatan di pusatkan di daerah
tingkat I, yaitu DKI, DI dan Provinsi. Hubungan antara daerah dan pusat tadinya bersifat
unilateral, akan tetapi dengan adanya UU Otonomi Daerah berubah menjadi bilateral untuk
mendorong demokratisasi dan efisiensi pemerintahan daerah, menjamin pembangunan daerah
yang seimbang dan memperkuat dasar-dasar demokrasi politik. Pengawasan pemerintah daerah
oleh pemerintah pusat dilakukan melalui pengawasan oleh DPR Nasional, pengawasan eksekutif.
Selain itu ada pula saran-panduan dari pemerintah pusat, bantuan oleh pemerintah pusat, mediasi
oleh pemerintah pusat. Masih ada pula hubungan antara Daerah I dengan Daerah II, kemudian
hubungan antar perintah daerah yang meliputi sistem administrasi wilayah dewan konsultasi
administrasi, asosiasi pemerintah daerah serta pendelegasian.
Beralih dalam topik lain, disini akan dilihat tentang pembuatan kebijakan tingkat presiden yang
dibantu oleh para ahli. Banyak kelompok yang berusaha untuk mempengaruhi pembuatan
kebijakan tingkat presiden dalam proses formal. Demokrasi politik memperkuat tingkat
ketergantungan terhadap ahli luar karena demokratisasi sepertinya akan lebih bersifat
mendukung pergantian kepresidenan daripada apa yang telah dibahas dalam dunia pemerintahan
Korea Selatan. Akan tetapi demokratisasi tidak menjamin pergantian yang teratur seperti yang
ada di Jepang. Disini apabila pihak luar mengambil alih kepemimpinan ekonomi, birokrat akan
membagi kekuasaan pembuatan kebijakan dengan para ahli luar tertentu. Para ahli luar walaupun
memiliki pengetahuan yang lebih luas dan teoritis. Akan tetapi konsekuensi demokrasi Korea
bagi hubungan antara para ahli dan politikus saat ini belum dapat diketahui.
Sebagai sebuah Negara demokratis, tentunya tidak akan terlepas dari unsur partai. Hal ini
dikarenakan partai politik memainkan peran penting dalam mengkonsolidasikan tujuan
demokrasi. Partai dengan basis masyarakat umum diseluruh wilayah negeri, dapat secara
langsung meningkatkan legitimasi dan kemajuan demokratisasi dengan mengumpulkan
kepentingan yang saling bertentangan dengan masyarakat dan menjamin kemampuan para
pemimpin politik. Di Korea Selatan hanya sedikit partai yang ikut secara aktif dalam pemilu, dan
disini sistem sosial tidak diatur untuk membatasi kegiatan kelompok (partai) dalam pemilu.
Partai yang telah didirikan setelah pertengahan tahun 1980-an telah menyusun strategi pemilu
yang lebih sistematis dan aktif dari pada kepentingan kelompok yang terdahulu. Kelompok
kepentingan yang berkembang secara independen berpartisipasi secara aktif dalam pemilu. Partai
utama di Korea bekerja untuk membentuk saluran lobby yang baru untuk mendekati
pemerintahan sipil yang baru. Mereka percaya bahwa pemerintah yang baru akan mengubah
suasana politik dengan cepat. Dalam kenyataannya, hubungan antar partai dan politikus
mengalami perubahan dari pola baru dalam sistem lobby. Di Korea Selatan terdapat sekitar 18
partai yang menampung aspirasi rakyat yang maju dalam dunia politik pemerintahan.
Beralih dalam masalah kepartaian Korea Selatan, terdapat fenomena menarik di Korea Selatan
yaitu adanya kekhawatiran terhadap gerakan pencekalan para kandidat anggota DPR yang
dilakukan oleh organisasi non-pemerintah. Walupun gerakan pencekalan yang dilakukan oleh
organisasi sipil dalam lingkup politik Korea mengalami pertumbuhan serta perubahan yang
cukup signifikan. Partai Liberal Demokrat sebagai salah satu partai oposisi yang berpengaruh di
Korea Selatan justru mengalami kekalahan dalam pemilihan umum tahun 2000. Hal ini
disebabkan adanya gerakan-yang dilakukan oleh organisasi non-pemerintah, munculnya
organisasi sipil dalam masyarakat Korea menunjukkan adanya kekuatan masyarakat sipil dalam
bidang politik semakin meningkat. Ketika itu, berdasarkan berbagai kriteria, seperti ada tidaknya
masalah atau kasus ketika pendaftaran calon, peraturan perundangan tentang perubahan, juga
karena semakin meningkatnya sentimen kedaerahan, maka telah dikeluarkan daftar nama yang
memuat 167 calon orang yang secara konstitusi tidak layak untuk menjadi anggota DPR. Namun,
hasil pembeberan ini justru dikritik sebagai sesuatu yang terlalu transparan.
Dalam perpolitikan masih dapat ditemukan adanya konflik yang bersifat kedaerahan antara
anggota DPR. Selain itu masih banyak ditemukan anggota DPR lebih mementingkan
kepentingan pribadi maupun partainya, daripada pemerintahan. Kondisi ini tentu saja akan
menjadi penghambat terwujudnya persatuan dan reformasi nasional. Sifat dari DPR inilah
menyebabkan adanya gerakan pencekalan yang dilakukan oleh organisasi non-pemerintah.
Dengan adanya pencekalan ini menyebabkan dalam pencalonan DPR tidak lagi bersifat tertutup,
sehingga dalam pemilu tidak akan terjadi adanya pengelabuhan hukum, pelanggaran hukum, jual
beli suara dan propaganda gelap kepada para pemilih dan antar partai politik. Munculnya
gerakan non-pemerintah ini membawa pengaruh bagi partai Liberal Demokrat, karena PLD
semakin terpojok. Sehingga masyarakat menginginkan DPR dibersihkan dari orang-orang
bermasalah apabila ingin Negara maju, hal ini dikarenakan sikap oportunitis yang ditunjukkan
oleh PLD tidak dapat ditolelir lagi.
Dengan adanya pencekalan ini berarti bahwa kehidupan demokrasi mulai ada di Korea Selatan.
Ketika pemilu dilakukan secara kotor, maka tidak akan ada harapan lagi bagi masyarakat. DPR
itu diharapkan mampu menampung kepentingan dan tuntutan para pendukung mereka dalam
agenda legislatife. DPR Nasional Korea merupakan “arena” legislatif yang menyediakan suatu
tatanan formal bagi hubungan saling mempengaruhi antara partai berkuasa dengan partai oposisi
dalam mewakili tujuan dan kepentingan mereka. Meskipun sebagai lembaga interaksi politik,
DPR Nasional Koea belum sepenuhnya menerapkan tradisi penyesuaian antar partai-partai
oposisi yang lancar dan efektif. Masalah-masalah internal yang menyebabkan peningkatan
konflik partisipan di Korea Selatan adalah komposisi-polarisasi partisipan, aturan partai yang
ketat, peran juru bicara, kurangnya otonomi komite, pelaksanaan aturan formal yang mengontrol
tindakan, kurangnya norma-norma informal dalam resolusi politik
Perbedaan ideologi inilah yang menyebabkan pertentangan. Permasalahan ideologi tersebut
meliputi bentuk dasar pelembagaan pemerintah (presidensial atau parlementer), prosedur
pemilihan kepala eksekutif dan DPR Nasional (umum atau tidak langsung), jangkauan kekuasaan
presiden, jumlah bidang yang dikerakan oleh presiden, penekanan yang sah terhadap organisasi
dan berjalannya lembaga politik kunci, besarnya hak asasi warga negara seperti kebebasan
berbicara dan pers, dan yang terakhir yaitu legitimasi penguasa politik, berkaitan dengan kudeta
militer, kecurangan pemilu dan korupsi pemerintah.
Di dalam DPR sendiri ketika mayoritas dalam DPR (biasanya partai berkuasa) bersikeras untuk
mencari keputusan legislatife yang dapat mengancam kepentingan minoritas oposisi, sehingga
pihak oposisi akan menggunakan berbagai taktik yang tidak sah. Dengan adanya keputusan
legislatife yang seperti ini akan menjadikan DPR Nasional sengai arena kekerasan fisik antara
pihak-pihak yang saling bertentangan. Dengan kekerasan akan menyebabkan kebuntuan dalam
proses menjalankan pemerintahan karena strategi keras mendominasi strategi lunak. Dengan
memandang rendah semua taktik yang digunakan oleh oposisi, partai berkuasa memobilisasi
mayoritas dalam pembuatan keputusan legislatife, sehingga oposisis akan menyerah dan
dimulainya kembali perundingan dalam DPR.
Pembahasan tentang masalah politik dalam negeri Korea Selatan cukup pada masalah eksekutif.
Dalm bab terakhir dalam buku ini akan dibicarakan tentang permasalahan dan perkembangan
hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara yang terpisah sejak 1945. permasalahan
diantara keduanya diawali dengan pendudukan Uni Soviet di Korea Utara dan Amerika Serikat
di Korea Selatan. Kedua Negara tersebut berbeda ideologi, utara dengan komunisnya dan Selatan
dengan Demokrasi Liberal. Tahun 1950-an terjadi Perang Korea yang merupakan perang paling
kejam di dunia, hal ini dikarenakan ini adalah perang saudara, yaitu sesama rakyat di
Semenanjung Korea. Sekitar 1960-an, Korea Utara tidak mau mengakui perkembangan
perekonomian Korea Selatan bahkan berusaha untuk menghalang-halanginya. Korea Selatan
berusaha untuk membawa Korea Utara dalam dunia Internasional, dan semua ini diusahakan
dalam kebijakan Sinar Matahari yang diusung Korea Selatan.
Kebijakan Sinar Matahari ini dikeluarkan oleh Presiden Kim Dae-Jung. Akan tetapi Korea Utara
tidak mau mendengarkan dan tetap berusaha sendiri dengan ideologi Ju-Che. Pada akhirnya Chu
Ju-Young melakukan kunjungan ke Korea Utara dan tercapai kesepakatan untuk membentuk
“Pariwisata ke Gunung Keum-Kang”. Hal ini dikarenakan rakyat Korea Selatan rindu dengan
pemandangan Gunung Keum-Kang yang begitu indah di Korea Utara. Dengan keberhasilan
kebijakan Sinar Matahari ini, berarti kembalinya hubungan antar Korea. Diadakan program
pertemuan kelurga yang tepisah karena pembagian Semenanjung Korea. Program-program
selanjutnya diadakan dalam bidang ekonomi, pertahanan dan juga dalam bidang sosial budaya.

SISTEM POLITIK REPUBLIK FEDERAL JERMAN

Ditulis oleh admin

SISTEM POLITIK REPUBLIK FEDERAL JERMAN

1. Konstitusi Republik Federal Jerman

Undang-Undang Dasar RFJ yang bersifat sementara (Ubergangszeit) yang di buat pada tanggal
23 Mei 1949 (saat itu diputuskan oleh ?Dewan Menteri Wilayah Barat? yang dikepalai oleh
Konrad Adenauer), menjadi dasar dan landasan terwujudnya satu peraturan kebebasan demokrasi
untuk rakyatnya. Penduduk RFJ dituntut aktif untuk mewujudkan, mempertahankan kedaulatan
dan kemerdekaan RFJ. Setelah Jerman bersatu kembali pada tahun 1990, tuntutan ini terpenuhi
oleh karena itu selain ?Preambul? juga pasal (artikel) penutup UUD diperbaharui.

Pada tahun 1999 orang Jerman telah mempunyai pengalaman setengah abad dengan Undang-
Undang Dasar mereka yaitu Grundgesetz. Pada jubileum ke-40 dari Republik Federal Jerman
pada tahun 1989, Grundgesetz telah dinyatakan sebagai undang-undang dasar yang terbaik dan
paling liberal yang pernah terdapat di bumi Jerman. Penerimaan rakyat terhadapnya melebihi
sikap terhadap konstitusi Jerman yang manapun sebelumnya. Dengan Grundgesetz telah
diciptakan sebuah negara, yang sejauh ini belum pernah dilanda krisis konstitusional yang serius.

Grundgesetz terbukti merupakan landasan yang kokoh bagi kehidupan suatu masyarakat negara
demokratis yang stabil. Kehendak penyataun kembali yang terkandung di dalmnya terlaksana
pada tahun 1990. Berdasarkan Perjanjian Unifikasi yang mengatur bergabungnya RDJ dengan
Republik Federal Jerman, mukadimah dan pasal penutuf Grundgesetz mengalami penyusunan
baru, dan kini menyatakan bahwa dengan bergabungnya RDJ maka rakyat Jerman sudah kembali
memperoleh kesataunnya. Sejah tanggal 3 Oktober 1990 Grundgesetz berlaku untuk seluruh
Jerman.

Isi Grundgesetz sendiri banyak mencerminkan pengalaman para penyusunya pada masa
pemerintahan totaliter di bawah rezim diktatorial Nazi. Terlihat dalam banyak pokok pikiran
UUD ini upaya untuk menghindari kesalahan masa lalu yang ikut menyebabkan keruntuhan
Republik Weimar yang demokratis. Para penyusun Geundgesetz pada tahun 1948 mencakup para
Perdana Menteri negara bagian di ketiga zone Barat serta anggota Majelis Parlementer yang
diutus oleh setiap parlemen negara bagian. Majelis yang dipimpin oleh Konrad Adenauer ini
memutuskan Grundgestz yang diikrarkan pada tanggal 23 Mei 1949.

2. Penghargaan hak-hak asasi manusia

Pada bagian pertama Grundgesetz tercantum uraian hak-hak asasi disertai kewajiban negara
untuk menghormati dan melindungi martabat manusia. Jaminan ini dilengkapi dengan hak umum
atas kemerdekaan mengembangkan kepribadian bagi setiap individu. Hak tersebut menjamin
perlindungan menyeluruh bagi warga terhadap kesewenang-wenangan pihak negara.
Penghormatan terhadap martabat manusia dan kemerdekaan mengembangkan kepribadian
berlaku baik bagi warga Jerman maupun warga asing. Di antara hak-hak kemerdekaan klasik
yang tercantum dalam Grundgesetz tergolong antara lain : kebebasan beragama, kebebasan
mengeluarkan pendapat (termasuk kebebasan pers) dan perlindungan hak milik. Selain itu,
kemerdekaan seni dan ilmu pengetahuan, hak berkoalisi, perlindungan atas kerahasiaan isi surat,
kiriman pos dan telekomunikasi, perlindungan terhadap pemaksaan kerja dan kerja-paksa,
kedaulatan penuh atas tempat tingal, dan hak menolak wajib militer berdasarkan alasan hati
nurani.

Kategori hak individu lain yang tercantum dalam Grundgesetz adalah hak-hak warga. Berbeda
dengan hak-hak asasi di atas, hak warga hanya berlaku untuk warga negara Jerman. Hak ini
terutama menyangkut partisipasi politik dan kebebasan melaksanakan pekerjaan. Intinya
mencakup kebebasan berkumpul, hak mendirikan perkumpulan dan organisasi, kebebasan
bergerak dan menentukan tempat tinggal di wilayah Republik Federal (termasuk memasukinya),
kemerdekaan memilik dan melaksanakan pekerjaan, larangan ekstradisi dan hak ikut dalam
pemilihan umum.
Disamping hak-hak kemerdekaan tersebut masih terdapat hak-hak kesamaan. Prinsip umum,
bahwa setiap manusia adalah sama di hadapan hukum diuraikan secara kongkret dalam
Grundgesetz. Tak seorang pun boleh dirugikan atau diuntungkan berdasarkan jenis kelamin,
keturunan, ras, bahasa, tanah air maupun asal-usul, kepercayaan, agama atau keyakinan
politiknya. Juga dengan jelas diatur persamaan hak lelaki dan perempuan. Grundgesetz juga
menjamin hak setiap warga negara jerman untuk diperlakukan sama dalam hal penempatan
jabatan publik.

Hak-hak asasi juga mengenai perlindungan dan jaminan terhadap kelembagaan sosial seperti
perkawinan, keluarga, gereja dan sekolah. Beberapa hak asasi secara tegas dirumuskan sebagai
hak untuk memperoleh pelayanan dan manfaat, seperti misalnya hak seorang ibu untuk
memperoleh perlindungan dan perawatan kesejahteraan oleh masyarakat.

Hak asasi yang tidak bisa lain hanya berlaku untuk warga asing dan yang pertama kali tercantum
dalam UUD Jerman adalah hak suaka. Hak ini menjain pemberian suaka di Jerman bagi warga
asing yang ditindas karena alasan politik di negara asal. Beberapa saat yang lalu kedatangan
ratursan ribu pemohon suaka ke Jerman yang telah berlangsung selama bertahun-tahun dan
akhirnya hampir tidak terkontrol lagi menimbulkan keadaan genting. Sebagaian besar pemohon
suaka ternyata datang bukan karena penindasan politik, tetapi umumnya berdasarkan alasan
ekonomi. Hal ini mengancam keberadaan hak suaka bagi mereka yang benar-benar tertindas.

Dalam batasan yang sangat ketat, Grundgesetz memberi kemungkinan untuk membatasi hak-hak
asasi tertentu secara langsung atau tidak langsung melalui undang-undang. Akan tetapi peraturan
hukum tak pernah boleh menafikan makna pokok hak-hak asasi. Hak asasi adalah hukum yang
berlaku langsung. Inilah salah satu pembaruan Grundgesetz yang terpenting. Dalam konstitusi-
konstitusi yang lama, pencantuman hak-hak asasi lebih bersifat pernyataan program yang tidak
mengikat secara yuridis. Kini, ketiga badan penyelenggara negara ? baik parlemen sebagai
legislatif, maupun eksekutif, yaitu pemerintah dengan segala aparatur administrasi negara, polisi
dan tentara, begitu juga pengadilan sebagai pelaksana yuridiksi ? terikat secara ketat oleh hak-
hak asasi. Seitap warga yang merasa salah satu hak asasinya tidak diindahkan, berhak untuk
mengajukan tuntutan perihal keputusan atau tindakan negara kepada Mahkamah Konstitusional
Federal. Dengan memasuki Konvensi Eropa untuk Perlindungan Hak Asasi Manusia dan
Kemerdekaan Pokok Individu pada tahun 1952, Republik Federal Jerman sejak 1953 berada di
bawah pengawasan internasional untuk hak asasi. Pasal 25 konvensi tersebnut memberikan hak
kepada warga negara-negara penandatangan untuk menuntut negaranya sendiri di hadapan
Komisi Eropa; protokol tambahan ke-9 pada konvensi itu juga membukakan kemungkinan
kepada warga untuk mengajukan keluhan-keluhan yang bersifat individual kepada Mahkamah
Eropa untuk Hak Asasi Manusia. Pada tahun 1973 Jerman juga meratifikasi Pakta-Pakta
Internasional PBB tentang Hak Asasi Manusia.

3. Dasar-dasar tata negara

Ada lima prinsip yang menjadi acuan ketatanegaraan dalam Grundgesetz; Jerman adalah negara
republik dan demokrasi, negara federal, negara hukum dan negara sosial.
Republik sebagai bentuk negara dikukuhkan oleh UUD dalam penamaan ?Republik Federal
Jerman?. Ke luar hal ini tampak dalam kenyataan, bahwa Presiden Federal (Bundesprasident)
adalah kepala negara yang ditentukan melalui pemilihan. Dasar bentuk negara demokrasi adalah
asas kedaulatan rakyat. Undang-Undang Dasar menyebutkan, bahwa seluruh kekuasaan negara
berasal dari rakyat. Dalam hal ini Grundgesetz menganut sistem demokrasi tak langsung, yaitu
demokrasi melalui perwakilan. Artinya : kekuasaan negara harus diakui dan disetujuai rakyat,
tetapi penyelenggaraannya tidak langsung oleh keputusan-keputusan rakyat, selain dalam
pemilihan umum. Penyelenggaraan ini diserahkan kepada ?badan-badan tersendiri? dibidang
legislatif, eksekutif dan yudikatif. Rakyat sendiri menjalankan kekuasaan negara terutama dalam
pemilihan parlemen yang diselenggarakan secara berkala. Berbeda dengan konstitusi berbagai
negara bagian, Grundgesetz menentukan bentuk-bentuk demokrasi langsung seperti referendum
dan plebisit hanya sebagai perkecualian. Penyelenggaraan plebisit hanya diharuskan dalam hal
perubahan pembagian wilayah federal.

Grundgesetz memilik konsep ?demokrasi yang berani melawan?. Sikap ini berasal dari
pengalaman pada saat Republik Weimar, yang diruntuhkan oleh partai-partai radikal dan
memusuhi konstitusi. Dasar pemikiran demokrasi berlawanan adalah bahwa kebebasan semua
kekuatan dalam percaturan politik menemui batasnya, bila ada usaha meniadakan demokrasi itu
sendiri melalui prosedur demokrastis. Itulah alasan mengapa Grundgesetz memberikan
kewenangan kepada Mahkamah Konstitusional Federal untuk melarang partai politik yang
bertujuan menghambat atau meniadakan tata negara demokratis.

Ditetapkan bentuk negara federal dalam UUD berarti bahwa tidak hanya federasi, tetapi juga ke-
16 negara bagian mempunyai status setara negara. Untuk bidang-bidang tertentu, negara-negara
bagian tersebut memiliki kedaulatan atas wilayahnya, yang diwujudkan melalui legislasi,
penegakan hukum dan yurisdiksi sendiri. Setelah ditetapkannya pebagian tugas dan kewenangan
antara federasi dan negara bagian, titik berat kegiatan legislatif ternyata memang terletak pada
negara pusat atau federasi. Bukanlah pada negara bagian seperti yang diinginkan oleh konstitusi.
Negara bagian terutama bertugas menyelenggarakan administrasi negara, artinya melaksanakan
undang-undang. Pembagian tugas ini adalah unsur penting dalam sistem pembagian kewenangan
dan keseimbangan keuasaan yang digariskan oleh Grundgesetz.

Inti dari prinsip negara hukum yang tertuang dalam Grundgesetz adalah pebagian kekuasaan.
Fungsi-fungsi kekuasaan negara dipercayakan kepada badan legislatif, badan eksekutif dan
badan yudikatif yang masing-masing bediri sendiri. Arti penting pembagian kewenangan dini
terletak pada pembentukan kekuasaan negara melalui pengawasan dan pembatasan timbal balik
yang membuahkan perlindungan bagi kebebasan seitap warga. Elemen penting yang kedua
dalam prinsip negara hukum adalah berlakunya hukum secara mutlak pada semua perbuatan
negara. Prinsip pemerintahan atas dasar hukum ini berarti, bahwa badan eksekutif alias
pemerintah tidak boleh melanggar hukum yang berlaku, terutama konstitusi dan undang-undang
(keutamaan undang-undang); selanjutnya untuk segala bentuk interfensi ke dalam ruang hukum
dan ruang kemerdekaan individu dibutuhkan suatu dasar hukum formal (persyaratan adanya
undang-undang). Semua tindakan alat negara dapat diperiksa kesesuaian hukumnya oleh hakim
yang independen, bila ada pengaduan hak yang tersangkut.
Prinsip negara sosial adalah pemikiran baru yang melengkapi gagasan tradisional tentang negara
hukum. Negara diwajibkan melindungi kelompok-kelompok masyarkat yang lemah dan
senantiasa mengusahkan keadilan sosial. Banyak sekali undang-undang dan keputusan
pengadilan yang telah menghidupi prinsip ini. Negara sosial diwujudkan dalam asuransi wajib
kesejahteraan sosial yang meliputi tunjangan purnakarya (pensiun), tunjangan bagi orang cacat,
biaya perawatan dan pemulihan kesehatan serta tunjangan bagi penganggur. Negara juga, untuk
menyebut beberapa contoh lagi, memberi bantuan sosial kepada yang membutuhkan, tunjangan
tempat tinggal dan tunjangan anak, serta menjaga keadilan sosial melalui perundangan yang
menyangkut lindungan pekerjaan dan waktu kerja

4. Perubahan terhadap Grundgesetz.

Undang-undang dasar Jerman hanya dapat diubah melalui persetujuan dua pertiga anggota
Bundestag (Parlemen) dan dua pertiga anggota Bundesrat (Dewan Perwakilan Negara Bagian).
Karena jarang sekali ada satu partai atau koalisi yang memiliki mayoritas suara sebesar ini baik
di Bundestag maupun di Bundesrat, perubahan terhadap Grundgesetz membutuhkan konsensus
yang sangat luas. Perubahan seperti itu hanya mungkin, bila sebagian anggota oposisi ikut
menyetujuinya.

Beberapa aturan dalam Grundgesetz tidak boleh diubah, juga tidak melalui mayoritas dua
pertiga. Termasuk dalam pooko-pokok konstitusi yang tak dapat diganggu-gugat ini adalah
bentuk negara federasi, pembagian kekuasaan, prinsip-prinsip demokrasi, negara hukum dan
negara sosial. Selanjutnya pengakuan terhadap martabat manusia dan inti dari hak-hak kesamaan
dan kemerdekaan yang bersifat hak asasi.

Pada tanggal 1 Juli 1993 mulai berlaku suatu perubahan terhadap Grundgesetz (pasal 16a) yang
berisikan hak untuk mendapat suaka (bandingan bab tentang ?Penduduk?).

Perubahan terbaru terhadap Grundgesetz mulai berlaku pada tanggal 15 November 1994. di satu
pihak, amandemen tersebut mencakup tujuan negara di bidang pelestarian lingkungan,
perwujudan persamaan hak antara perempuan dan laki-laki secara nyata, serta perlindungan bagi
penyandang cacat. Dipihak lain dimasukkan pula perubahan menyangkut pembagian
kewenangan legislatif antara federasi dan negara bagian.

Perubahan konstitusi selanjutnya berhubungan dengan status Jerman di Eropa diakibatkan oleh
Perjanjian Maastricht. Pasal bersangkutan, yaitu Pasal 23 Grundgesetz, menegaskan dalam versi
barunya niat Republik Federal Jerman untuk mencapai Eropa bersatu dengan struktur
demokratis, bertatanegara hukum, sosial dan federalistis. Dalam hubungan ini, prinsip
pembagian kerja sangat dijunjung tinggi. Pasal 23 yang baru itu juga mengatur peran serta
Bundestag dan negara-negara bagian dalam upaya memajukan integrasi Eropa..
5. Sistem Pemerintahan

a. Umum

Republik Federal Jerman terdiri atas 16 negara bagian. Negara bagian bukanlah provinsi, tetapi
negara dengan kewenangan bernegara sendiri. Setiap negara bagian mempuyai undang-undang
dasar sendiri, yag harus sesuai dengan prinsip negara hukum berbentuk republik yang demokratis
dan sosial menurut norma Grundgesetz. Di luar itu, negara bagian tersebut memiliki kebebasan
menentukan sendiri undag-undang dasarnya.

Bentuk negara federal termasuk di antara prinsip-prinsip konstitusi yang tidak bisa diubah. Akan
tetapi keberadaan negara bagia yang ada sekarang bukan tidak bisa berubah. Untuk penyusunan
kembali RFJ terdapat aturan dalam Grundgesetz.

Sistem federasi mempunyai tradisi konstitusional yang panjang, yang hanya pernah diselingi
oleh sistem negara kesatuan di bawah rezim Nazi (1933-1945). Jerman termasuk contoh negara
federal yang klasik. Federalisme telah terbukti tangguh: baik keistimewaan maupun masalah-
masalah regional dapat diperhatikan dan teratasi dengan lebih baik melalui sistem ini
dibandingkan melalui sistem pemerintahan terpusat.

Tatanan federal di Jerman, seperti juga di Amerika Serikat dan Swis, menjembatani persatuan ke
luar dengan keanekaragaman di dalam. Pelestarian keanekaragaman itu adalah fungsi tradisional
federalisme. Kini fungsi tersebut menjadi semakin penting berkenaan dengan tuntutan regional
seperti perlindungan bangunan bersejarah, pelestarian tradisi tata kota serta pengembangan
kebudayaan daerah.

Tugas utama federasi adalah mempertahankan kemerdekaan. Pembagian antara federasi dengan
negara bagian adalah elemen penting dalam sistem pembagian kewenangan dan keseimbangan
kekuasaan. Termasuk di dalamnya keikutsertaan negara bagian dalam kegiatan politik pada
tingkat federasi melalui perannya di Bundesrat.

Tatanan federal juga memperkuat prinsip demokrasi karena memungkinkan keterlibatan politik
warga dalam lingkungannya. Demokrasi akan lebih hidup, bila warganya ikut terlibat dalam
proses politik di daerah yang dikenalnya melalui pemilihan umum dan pemungutan suara.

Sistem federasi masih mempunyai beberapa kelebihan, misalnya kesempatan bereksperimen


dalam lingkup terbatas dan munculnya persaingan sehat antar negara bagian. Salah satu negara
bagian dapat saja menerapkan sesuatu yang baru, misalnya dalam bidang pendidikan, dan dengan
demikian merintis pembaruan di seluruh wilayah federal.

Selain itu, sistem federasi mampu memberi kesempatan sesuai dengan perbedaan regional dalam
pembagian kekuatan politik. Partai yang beroposisi pada tingkat federal, bisa saja memiliki
mayoritas dan memegang pemerintahan di salah satu negara bagian.

b. Kewenangan Negara Bagian

Grundgesetz mengatur kewenangan legislatif federasi dengan memperhatikan, apakah diperlukan


peraturan hukum yang berlaku di seluruh wilayah federal, ataukah diinginkan peluang bagi
negara bagian untuk menciptakan undang-undang sendiri. Hal ini jelas lagi dengan adanya
pembagian kewenangan federasi dalam penetapan hukum yaitu kewenangan penuh, kewenangan
bersaing dan kewenangan membuat undang-undang pokok. Federasi mempunyai kewenangan
legislatif penuh antara lain atas bidang-bidang hubungan luar negeri, pertahanan, moneter dan
alat pembayaran, perkeretaapian, hubungan udara dan sebagian peraturan perpajakan.

Dalam hal kewenangan bersaing, negara bagian mempunyai hak menetapkan undang-undang
hanya bila hal bersangkutan belum di atur federasi. Pusat di lain pihak hanya boleh
melakukannya, jika benar-benar diperlukan peraturan hukum yang seragam untuk seluruh
wilayah negara federal. Termasuk dalam kewenangan bersaing antara lain bidang-bidang hukum
pidana dan perdata, hukum niaga, undang-undang mengenai energi nuklir, hukum perburuhan
dan hukum pertanahan; selanjutnya peraturan untuk warga asing, bidang perumahan, pelayaran
dan lalu lintas jalan, masalah limbah, kebersihan udara dan peredaman kebisingan. Dalam
kenyataannya, untuk semua hal tersebut dibutuhkan peraturan hukum yang seragam, sehingga
secara praktis negara bagian tidak lagi memiliki kewenangan di bidang tersebut.

Beberapa bidang dimasukkan dalam kewenangan negara bagian, dengan berpatokan pada
undang-undang pokok yang ditentukan federasi. Di sini termasuk perguruan tinggi, kelestarian
alam dan cagar alam, perencanaan daerah dan masalah air. Masih ada beberapa bidang yang pada
awalnya tidak tercantum dalam Grundgesetz, yang saat ini direncanakan, di atur dan dibiayai
bersama oleh federasi dan negara bagian. Bidang-bidang yang disebut ?Kewenangan Bersama?
ini pada tahun 1969 dimasukkan ke dalam Grundgesetz. Termasuk diantaranya perluasan dan
pembangunan perguruan tinggi, perbaikan struktur ekonomi regional serta struktur pertanian dan
perlindungan pantai.

Lembaga administrasi negara pada tingkat federal hanya ada untuk bidang-bidang hubungan luar
negeri, kereta api, pos, penempatan tenaga kerja, bea cukai, serta pada polisi perbatasan dan
angkatan bersenjata. Bagian terbesar administrasi publik dikerjakan oleh setiap negara bagian
secara mandiri. Yurisdiksi federasi pada dasarnya terbatas pada Mahkamah Konstitusional
Federal dan pengadilan-pengadilan tinggi. Keberadaan pengadilan tersebut menjamin penafsiran
hukum yang seragam. Semua pengadilan lainnya adalah pengadilan negara bagian.

Dalam menegakkan hukum, negara bagian memiliki kewenangan atas semua bidang yang belum
di atur oleh federasi atau yang tidak ditentukan sebagai kewenangan federasi oleh Grundgesetz.
Dengan demikian poko-pokok yang tinggal untuk legislasi negara bagian adalah sebagian luas
bidang pendidikan dan kebudayaan, sebagai perwujudan ?kedaulatan budaya? mereka. Selain itu,
peraturan hukum di tingkat komunal serta bidang kepolisian juga menjadi kewenangan negara
bagian.

Kekuatan negara bagian yang sebenarnya terletak pada pelaksanaan administrasi negara dan
keterlibatannya dalam pembuatan undang-undang federasi melalui bundesratz. Negara-negara
bagian berwenang melaksanakan seluruh administrasi dalam negeri. Pada waktu yang sama,
aparat pemerintah negara bagian bertanggung jawab pula atas pelaksanaan bagian terbesar
undang-undang dan peraturan yang diberlakukan federasi.

Ada tiga macam tugas yang diemban pemerintahan negara bagian: pertama tugas yang semata-
mata menjadi urusan sendiri (misalnya sekolah, kepolisian dan perencanaan regional). Kemudian
tugas melaksanakan hukum federal sebagai urusan dan tanggung jawab sendiri (misalnya
undang-undang perencanaan bangunan, perizinan usaha, pelestarian lingkungan), dan terakhir
tugas melaksanakan peraturan hukum federal atas mandat federasi (umpamanya pembangunan
jalan negara, bantuan pendidikan).

Dengan demikian tata negara yang digariskan oleh konstitusi Republik Federal Jerman dalam
kenyataannya telah berkembang menjadi tatanan yang bersifat sentral dalam bidang legislatif dan
yang lebih menonjol ciri federalnya dalam pelaksanaan administrasi pemerintahan

c. Swapraja Komunal

Pemerintahan kota dan desa yang otonom adalah pencerminan kemerdekaan warga yang menjadi
tradisi di Jerman. Hal ini berakar pada hak-hak istimewa kota-kota berdaulat pada abad
pertengahan. Pada masa itu orang yang memperoleh hak sebagai warga kota berdaulat
terbebaskan dari belenggu perhambaan tuan tanah feodal. (?Udara kota membebaskan,?
demikianlah semboyan saat itu). Di zaman modern, otonomi pemerintahan komunal erat
berhubungan dengan pembaruan yang dilaksanakan Freiherr vom Stein, terutama dalam tata
Kotapraja Prusia yang diberlakukan tahun 1808.

Grundgesetz meneruskan tradisi ini dan dengan jelas menjamin pemerintahan komunal yang
otonom pada tingkat kota komune (Gemeinde) dan kabupaten (Kreis). Dengan demikian mereka
berhak untuk mengatur segala urusanmasyarakat setempat secara mandiri dalam kerangka
hukum nasional. Pemerintah kota, komune dan kabupaten harus dilaksanakan secara demokratis.
Perundang-undangan komunal menjadi kewengan negara bagian. Berdasarkan alasan historis,
undang-undang pokok di bidang ini berbeda dari satu negara bagian ke negara bagian lain.
Namun praktik administrasi komunal pada umumnya hampir sama di semua negara bagaian.

Hak swaraja terutama mencakup bidang angkutan umum di wilayah komunal, pembangunan
jalan setempat, pengadaan listrik, air dan gas, pengolahan air limbah, dan perencanaan tata kota.
Selain itu pembangunan dan pemeliharaan sekolah-sekolah, teater, museum, perpustakaan
umum, rumah sakit, gedung olah raga dan kolam renang. Setiap komune bertanggung jawab pula
untuk pendidikan lanjutan dan pembinaan remaja. Setiap satuan swapraja juga menentukan
sendiri apakah tindakannya efisien dan ekonomis. Banyak masalah setempatyang tidak dapat
diselesaikan sendiri oleh komune dan kota-kota kecil. Tugas seperti ini dapat diambil alih oleh
kabupaten sebagai satuan wilayah yang lebih besar. Kabupaten inipun dengan badan-badan yang
dipilih secara demokratis, merupakan bagian dari sistem swapraja komunal. Kota-kota yang agak
besar tidak ternasuk administrasi kabupaten, melainkan berdiri sendiri.

Swapraja komunal dan kemandirian daerah tidak akan ada artinya, bila komune-komune tidak
memiliki uang yang cukup untuk membiayai pelaksanaan tugasnya. Keuangan yang memadai
selalu mejadi bahan pembahasan. Setiap komune berhak menarik sendiri pajak dan iuran
tertentu, seperti pajak bumi dan pajak usaha. Di samping itu komune berhak atas pajak konsumsi
dan pajak kemewahan yang ditarik oleh negara bagian dari warga setempat. Namun itu semua
biasanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan komune. Karena itu setiap komune mendapat
andil dari federasi maupun dari negara bagian, misalnya dari pajak imbalan kerja dan pajak
pendapatan. Selain itu ada bantuan dari dana pengimbangan antar komune, yang dkelola secara
intern oleh setiap negara bagian. Selain itu swapraja komunal mengenakan pungutan untuk
pelayanan jasa.

Sistem swapraja komunal memberi peluang bagi masyarakat untuk turut serta dalam pelaksanaan
politik dan dalam pengawasan. Dalam rapat terbuka untuk warga setempat, setiap warga dapat
berbicara langsug dengan wakil-wakil rakyat yang dipilih, ia dapat memeriksa anggaran
pendapatan dan belanja, atau ikut dalam diskusi mengenai rencana pembangunan. Kota dan
Gemeinde adalah sel-sel kebersamaan politik masyarakat yang terkecil. Sel-sel itu harus
senantiasa berkembang dan memperbarui diri, agar kemerdekaan dan demokrasi dalam negara
dan masyarakat tetap terpelihara.

6. Lembaga Pemerintahan

Sebagai negara yang menjunjung tinggi demokrasi, RFJ berupaya keras untuk tidak mengulangi
politik yang pernah diterapkan dan terjadi sesaat Hitler memegang kekuasaan. Oleh karena itu
diupayakan adanya pembagian kekuasaan dan kewenangan yang jelas sehingga tidak dapat
terulang lagi penyalahgunaan kekuasaan.

Dalam sistem demokrasi yang dianut oleh RFJ (demokratis-parlementer) partai-partai politik
memegang peran yang konstitutif. Yang berarti jika salah satu partai politik menang dalam
pemilu baik tingkat daerah ataupun tingkat federal/pusat, maka partai ini berkuasa penuh dan
bertanggung jawab atas pelaksanaan politik dalam periode pemerintahan yang ditentukan.
Kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki oleh negara terbagi dalam 3 lembaga pemerintahan
yaitu :

1) Lembaga Legislatif :

a) Bundestag (DPR)

Bundestag Jerman adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Federal Jerman. Parlemen ini
dipilih oleh rakyat setiap empat tahun. Pembubarannya (sebelum masa jabatan berakhir) hanya
dapat dilakukan dalam situasi khusus dan menjadi kewenangan Presiden Federal. Tugas
Bundestag yang utama adalah menetapakan undang-undang, memilih Kanselir dan mengawasi
pemerintah.

Sidang pleno Bundestag adalah forum perdebatan besar di parlemen, terutama dalam diskusi
mengenai masalah penting politik dalam negeri dan luar negeri. Pekerjaan awal mempersiapaan
perundangan dilaksanakan dalam rapat-rapat komisi yang biasanya bersifat tertutup. Disini
aspirasi politik harus dipertemukan dengan pandangan para ahli dari bidangnya masing-masing.

Dalam lingkup tugas komisi terletak juga titik berat pengawasan parlemen atas perilaku
pemerintah. Tanpa pembidangan itu, penyelesaian begitu banyak masalah yang beraneka ragam
tak mungkin tercapai. Bundestag menentukan komisi-komisi sesuai dengan pembagian bidang
tugas yang berlaku pada pemerintah. Ini mencakup Komisi Luar Negeri, Komisi Sosial sampai
Komisi Anggaran Belanja Negara, yang juga memainkan peranan penting, karena mewujudkan
kewenangan parlemen atas pendapatan dan belanja negara. Kepada Komisi Petisi setiap warga
dapat mengajukan permohonan maupun keluhannya.

Dari tahun 1949 sampai akhir periode legistalif 1990, 6700 rancangan undang-undang (RUU)
diajukan kepada parlemen dan 4400 telah diputuskan. Kebanyakan RUU tersebut berasal dari
pihak pemerintah, bagian lebih kecil dari parlemen sendiri maupun dari Bundesrat. RUU
dibacakan dan dibahas tiga kali kepada komisi yang bersangkutan. Pada pembacaan ketiga
diadakan pemungutan sura. Suatu undang-undang (kecuali perubahan terhadap konstitusi)
diterima, apabila disetujui mayoritas dari jumlah suara yang diberikan. Untuk udang-undang
yang menyangkut kewenangan negara bagian masih diperlukan persetujuan dari Bundesrat.

Anggota-anggota Bundestag Jerman dipilih dalam pemilihan yang umum, langsung, bebas, sama
dan rahasia. Mereka masing-masing adalah wakil seluruh rakyat, tidak terikat pada penugasan
dan perintah siapapun dan hanya bertanggung jawab pada hati nuraninya sendiri. Jadi mereka
memiliki mendat bebas. Sesuai keanggotaan partai, mereka bergabung dalam fraksi-fraksi atau
kelompok. Hati nurani dan solidaritas politis pada partai sendiri kadang-kdang dapat
bertabrakan. Namun, walaupun seorang anggota parlemen keluar dari partainya, ia masih tetap
memegang mandatnya di Bundestag. Di sinilah tampak dengan sangat jelas ketidaktergantungan
anggota-anggota parlemen.

Berdasarkan jumlah anggota fraksi dan kelompok ditentukan pula jumlah wakilnya dalam
komisi-komisi. Ketua Bundestag biasanya dipilih dari fraksi terbesar sesuai kebiasaan undang-
undang dasar Jerman sejak dahulu.

Ketidaktergantungan para anggota parlemen secara keuangan dijamin melalui pemberian


honorarium yang tingginya sesuai dengan arti penting kedudukan seorang wakil rakyat. Siapa
yang sedikitnya delapan tahun menjadi anggota parlemen berhak mendapatkan pensiun setelah
mencapai batas usia yang ditentukan.
b) Bundesrat (Dewan utusan negara bagian)

Lembaga legislatif yang terdiri dari perwakilan dari negara bagian yang jumlahnya didasarkan
pada banyaknya penduduk negara bagian yang bersangkutan.

Bundesrat turut serta dalam pembuatan undang-undang dan administrasi negara federal. Berbeda
dengan sistem senat di federasi lain seperti di Amerika Serikat atau Swis, Bundesrat tidak terdiri
dari wakil rakyat yang dipilih. Anggota Bundesrat tidak terdiri dari wakil rakyat yang dipilih.
Anggota Bundesrat adalah pejabat pemerintah negara bagian atau orang yang diberi kuasa oleh
pemerintah tersebut. Sesuai dengan jumlah penduduknya, setiap negara bagian mempunyai tiga,
empat, lima atau enam suara. Dalam pemungutan suara, setiap negar bagian hanya dapat
memberikan suaranya sebagai kesatuan. Lebih dari setengah undang-undang yang dibuat
memerlukan persetujuan Bundesrat. Artinya, undang-undang tersebut tak dapat diputuskan tanpa
direstui oleh Bundesrat terutama adalah undang-undang yang berkaitan dengan kepentingan
negara bagian, misalnya dengan keuangan atau kewenangan administrasi mereka. Bagaimanapun
juga, perubahan terhadap UUD memerlukan persetujuan Bundesrat dengan mayoritas dua pertiga
dalam hal perundangan lain, Bundesrat mempunyai hak keberatan saja, yang dapat dibatalkan
oleh keputusan Bundestag. Bila kedua dewan tersebut tidak dapat mencapai kesepakatan, maka
Komisi Perantara, yang anggotanya berasal baik dari Bundestag maupun dari Bundesrat, akan
bersidang.

Di Bundesrat, kepentingan negara bagian sering kali didahulukan dari kepentingan partai.
Akibatnya, pemungutan suara dapat membawa hasil yang tidak sesuai dengan pembagian kursi
di parlemen. Ini menunjukkan sistem federasi yang hidup. Pemerintah pusat tak selalu dapat
yakin, bahwa seitap negara bagian yang pemerintahannya didominasi oleh partai sendiri, akan
juga selalu mendukung kebijakan Pemerintah Federal. Setiap negara bagian mendahulukan
kepentingan khususnya di Bundesrat dan akan bersekutu dengan negara bagian lain yang
bertujuan sama, tanpa peduli partai apa yang berkuasa di sana. Ini membuat situasi mayoritas
yang berganti-ganti. Kompromi harus selalu ditemukan, apabila partai-partai yang membentuk
pemerintah federal tidak memiliki mayoritas di Bundesrat.

Ketua Bundesrat dipilih secara bergilir dari antara negara bagian yang terwakili di dalamnya
untuk masa jabatan setahun. Ketua Bundesrat mewakili Presiden Federal, bila yang terakhir
berhalangan.

c) Bundesversammlung (Badan Permusyawaratan).

Bundesversammlung yang dibentuk pada tahun 1951 berlokasi di kota Karlsruhe bertugas untuk
mengawasi agar semua ketentuan peraturan di dalam UUD dipenuhi, Hanya
Bundesversammlung yang dapat memutuskan apakah suatu partai yang berbahaya terhadap ?
kebebasan-demokrasi UUD dilarang atau tidak.
2) Lembaga eksekutif :

a). Pemerintah Federal (Bundeskanzler)

Pemerintah Federal Jerman, disebut juga kabinet, terdiri atas Kanselir dan para menteri. Kanselir
Federal mempunyai posisi istimewa dan mandiri dalam pemerintah dan dihadapan para menteri.
Ia mengepalai kabinet federal, ia saja yang berhak membentuk kabinet; Kanselir memilih
menteri dan mengajukan usulan mengikat kepada Presiden Federal untuk mengangkat maupun
memberhentikan mereka. Selain itu, Kanselir juga menentukan jumlah menteri dan bidang tugas
mereka. Beberapa kementrian disebutkdan dalam Grundgesetz; Kementerian Luar Negeri,
Kementerian-kementerian Federal Dalam Negeri, Kehakiman, Keuangan dan Pertahanan.
Pengadaan ketiga kementerian yang disebutkan terakhir merupakan persyaratan konstitusional.
Posisi Kanselir yang kuat bertumpu pada kewenangannya : ia menentukan garis besar kebijakan
pemerintah. Para menteri federal mengepalai bidang tugas masing-masing dengan menjalankan
garis besar tersebut secara mandiri dan atas tanggung jawab sendiri. Dalam politik praktis,
Kanselir harus juga mematuhi kesepakatan dengan partner koalisinya dan menghormati
kepentingan mereka.

Tidaklah salah bila sistem pemerintahan Jerman juga dijuluki sebagai ?demokrasi Kanselir?.
Kanselir Federal adalah satu-satunya orang dalam kabinet yang dipilih oleh parlemen, hanya
ialah yang bertanggung jawab terhadap Dewan Perwakilan Rakyat. Pertanggungjawaban ini
dapat berwujud ?mosi tidak percaya konstruktif?. Prosedur mosi ini sengaja dicantumkan dalam
Grundgesetz sebagai perbaikan terhadap UUD Republik Weimar. Maksud mosi konstruktif ini
untuk menghindari jatuhnya pemerintah atas ulah kelompok-kelompok oposisi yang hanya
sepakat menolak pemerintah, tetapi tidak memiliki program alternatif bersama. Dalam sistem ini,
Bundestag yang megnajukan mosi tidak percaya terhadap anselir, sekaligus harus memilih
Kanselir baru. Percobaan menjatuhkan Kanselir melalui mosi ini telah dua kali dilakukan, tetapi
baru satu kali berhasil : Pada bulan Oktober 1982 melalui mosi tidak percaya terhadap Kanselir
Helmut Schmidt dipilihlah Helmut Kohl sebagai Kanselir baru. Grundgesetz tidak mengenal
mosi tidak percaya terhadap menteri.

Struktur Federal Jerman

Anda mungkin juga menyukai