Anda di halaman 1dari 5

APBN

I Reformasi birokrasi departemen keuangan


Peningkatan kinerja dan profesional birokrasi menjadi suatu tuntunan yang tidak bias
ditunda.disamping itu transparansi,clean government juga merupakan upaya penting yang perlu
dilaksanakan segera.

Reformasi tersebut harus dimaknai sebagai penyempurnaan yang dinamis, terus menerus, dalam
rangka meningkatkan kinerja birokrasi sehingga pelayanan yang diberikan menjadi semakin baik.

*Reformasi Birokrasi: Tahapan dan Implementasi Pelaksanaan

Perubahan fundamental yang dilaksanakan dalam Reformasi Birokrasi Departemen Keuangan


adalah merubah sikap tertutup yang selama ini dipersepsikan masyarakat menjadi suatu birokrasi
yang terbuka dan transparan guna memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Langkah
tersebut dilakukan dengan (i) menciptakan aparatur yang bersih, bertanggung jawab dan
profesional, (ii) menciptakan birokrasi yang efisien dan efektif (iii) menciptakan pelayanan
prima kepada masyarakat.

Langkah awal reformasi dilakukan melalui perubahan organisasi yang disesuaikan dengan
tuntutan pelayanan masyarakat. Di kantor Pusat telah dilakukan restrukturisasi terhadap kantor
pusat dengan prinsip modernisasi (kantor modern di DJP, DJBC, dan DJPbn), penggabungan
fungsi (Bapepam dan Lembaga Keuangan), pemisahan dan penajaman fungsi yang spesifik atas
urusan tertentu (DJAPK menjadi DJA dan DJPK; DJPb dan DJPLN menjadi DJPB, DJPU, dan
DJKN). Di tingkat pelayanan, telah dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Modern di Jawa dan Bali:
Kantor Pelayanan Wajib Pajak Besar (LTO) sebanyak 3 kantor, Kantor Pelayanan Pajak Madya
(MTO) sebanyak 28 kantor, dan Kantor Pelayanan Wajib Pajak Pratama (STO) sebanyak 171
kantor. Selanjutnya telah dibentuk pula 2 Kantor Pelayanan Utama (KPU) untuk memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada pengguna jasa kepabeanan dan cukai. Di bidang pelayanan
perbendahaan juga telah dibentuk Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Percontohan
(KPPN Prima) yang memberikan peningkatan pelayanan kepada pengguna dana APBN melalui
pemberian pelayanan yang lebih cepat dengan memanfaatkan teknologi informasi dan SDM
yang profesional. Jumlah Kantor Percontohan Perbendaharaan yang telah selesai dibentuk
sebanyak 18 kantor pelayanan.

Di bidang peningkatan manajemen SDM berbagai langkah yang dilakukan, antara lain meliputi:
pembangunan assessment center untuk menjamin kesesuaian kompetensi/keahlian aparatur,
menyempurnakan program peningkatan disiplin aparat melalui penyusunan kembali kode etik
pegawai yang disesuaikan dengan perkembangan tuntutan tugas dan kewenangan yang
diembannya.
*Rencana ke depan, antara lain:

*Monitoring dan evaluasi atas seluruh program layanan (terutama layanan Unggulan
Departemen Keuangan).

* Melanjutkan penerapan KPI sampai dengan tingkat eselon II.

* Melanjutkan pengembangan sistem informasi manajemen kepegawaian.

* Pengembangan lebih lanjut dari analisa beban kerja dari seluruh organisasi eselon I.

* Pengembangan training kompetensi.

*Membangun strategi komunikasi publik.

II. BADAN KEBIJAKAN FISKAL


*Perkembangan indikator ekonomi makro memiliki daya tahan.

*Perkembangan kinerja APBN-P 2007 memuaskan.

*Fasilitas fiskal untuk mendorong investasi dan dunia usaha:

Fasilitas perpajakan: PP No. 1/2007 (penanaman modal); PP No. 7/2007 (hasil pertanian); PP
No. 31/2007 (rusunami); PMK No. 118/PMK.011/2007 (minyak goreng curah).

o Fasilitas Kepabeanan: harmonisasi tarif bea masuk berupa: MFN, penetapan tarif BM atas
barang impor dalam rangka skema CEPT, penetapan tarif bea masuk ASEAN-Cina FTA dalam
Rangka Early Harvest Package (EHP) Indonesia-China EHP dan Normal Track ASEAN-China
FTA, Penetapan tarif bea masuk ASEAN-Korea FTA.

o Kebijakan bea keluar: penyesuaian besaran tarif Pungutan Ekspor yaitu: (i) atas Kelapa Sawit,
CPO dan produk turunannya yang semula 0,3 % menjadi 6,5 %,1,5 % menjadi 6,5% dan 3 %
menjadi 10%, (ii) penetapan tarif pungutan ekspor memakai referensi CPO Roterdam sehingga
kebijakan ini lebih fleksibel terhadap perubahan harga CPO di pasar internasional.

o Kebijakan bea masuk: MFN; preferensi (CEPT-AFTA, ASEAN-China FTA, ASEAN-Korea


FTA, Indonesia-Japan EPA).

o Kebijakan cukai: melakukan kombinasi antara tarif advalorem dan tarif spesifik.

o Insentif fiskal untuk Migas.

o Penjaminan dan dukungan infrastruktur:

- Penyajian Fiscal Risk Statement dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2008.
- Penataan kelembagaan pemberian jaminan Pemerintah melalui Guarantee Fund.

- Dukungan Pemerintah: Proyek 10.000MW, pengadaan tanah untuk jalan tol.

III. DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN UTANG

* Diperkirakan realisasi pembiayaan melalui SBN mencapai Rp57,31T (1,5% GDP), terdiri dari:
(i) penerbitan Rp99,95T; (ii) jatuh tempo Rp39,79T; dan (iii) buyback Rp2,86T.

* Penerbitan SBN di pasar perdana mengalami oversubscription 2,53 kali: bids yang masuk
Rp252,57T, bids yang dimenangkan Rp99,95T.

* Dilakukan 9 kali lelang debt switch untuk memperpanjang durasi (smoothing-out) portofolio
SBN: SBN senilai Rp15,78T yang jatuh tempo antara 2007-2012 ditukar dengan SBN yang jatuh
tempo antara 2018-2027.

* Refinancing risk terkendali melalui perpanjangan durasi portofolio dan penurunan rata-rata
jatuh tempo.

* Interest rate exposure berkurang melalui penurunan variable rate dan penurunan rata-rata
kupon dan penurunan sensitivitas biaya bunga terhadap perubahan bunga SBI.

* Pasar SUN domestik mempunyai daya tahan (resilience) yang baik karena penurunan
kepemilikan asing saat terjadi krisis sub-prime mortgage tidak menyebabkan sudden
reversal/mass redemption dan proses recovery terjadi dalam waktu yang relatif singkat.

VIII. BAPEPAM DAN LK

* Pasar modal Indonesia mencatat cukup banyak kemajuan di tahun 2007, di antaranya:

o Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Nilai Kapitalisasi Pasar, dan nilai transaksi saham
harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) meningkat masing-masing 52%, 59%, dan 132%.

o Pertumbuhan IHSG BEI di atas merupakan tertinggi kedua di dunia setelah pasar modal China.

o Jika nilai kapitalisasi pasar saham di atas digabung dengan nilai kapitalisasi pasar surat utang
(obligasi korporasi sejumlah Rp.79 triliun dan USD 105 juta; SUN sejumlah Rp.477 triliun),
maka total nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia akan mencapai sekitar Rp 2539 triliun atau
rasionya terhadap PDB mencapai 67%.

o Jumlah perusahaan yang memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pembiayaan juga
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Emiten saham meningkat 2 kali lipat dan emiten
obligasi meningkat lebih dari 2,8 kali lipat. Demikian pula jumlah emiten saham yang
melakukan right issue, meningkat dari hanya 16 emiten di tahun 2006 menjadi 25 emiten di
tahun 2007.
o Peningkatan tersebut juga disertai dengan peningkatan nilai emisi baik untuk emisi saham
maupun obligasi.

o Reksa Dana juga mendapatkan momentum pertumbuhannya, dimana Nilai Aktiva Bersih
Reksa Dana tumbuh dari Rp. 52,8 triliun di tahun 2006 menjadi Rp. 91,5 triliun di tahun 2007.

Kinerja Industri Lembaga Keuangan


*Di sektor lembaga keuangan bukan bank, baik industri asuransi, industri dana pensiun, dan
lembaga pembiayaan dan lembaga keuangan lainnya juga mengalami beberapa kemajuan, antara
lain:

Industri Asuransi.

o Perusahaan perasuransian telah berjumlah 378 perusahaan yang terdiri atas 144 perusahaan
asuransi, 4 perusahaan reasuransi, dan 230 perusahaan penunjang usaha asuransi.

o Sampai dengan September tahun 2007, laju pertumbuhan industri asuransi komersial (Asuransi
Jiwa, Asuransi Kerugian, dan Reasuransi) dan non komersial (Asuransi Sosial, Asuransi PNS,
dan Asuransi TNI dan Polisi) di Indonesia selama 5 tahun terakhir menunjukkan perkembangan
yang cukup menggembirakan. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh pertumbuhan kekayaan,
investasi, dan perolehan premi. Selama periode tersebut, kekayaan industri asuransi tumbuh rata-
rata sebesar 21% per tahun, dari sebesar Rp 94,1 triliun pada tahun 2003 menjadi sebesar Rp
198,0 triliun pada September tahun 2007.

o Hal lain yang juga cukup menggembirakan di tahun 2007 adalah semakin meningkatnya nilai
investasi perusahaan asuransi di instrumen investasi jangka panjang yang tersedia di pasar modal
di tahun 2007 ini.

Industri Dana Pensiun.

o Jumlah Dana Pensiun telah mencapai 288 yang terdiri dari 262 Dana Pensiun Pemberi Kerja
(DPPK) dan 26 Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Total aset Dana Pensiun hingga
akhir November 2007 mencapai Rp 80,82 triliun dengan total nilai investasi Rp 78,13 triliun. 8

o Sama seperti industri asuransi, instrumen investasi jangka panjang di pasar modal telah
menjadi salah satu produk keuangan pilihan atau unggulan dari dana pensiun di tahun 2007.

Industri Lembaga Pembiayaan dan Modal Ventura.

o Jumlah Perusahaan Pembiayaan yang telah mendapatkan izin usaha dari Bapepam-LK telah
mencapai 217 perusahaan. Perusahaan Pembiayaan juga cukup ekspansif dalam menjalankan
kegiatannya di tahun 2007 dengan telah dikeluarkannya izin pembukaan kantor cabang
Perusahaan Pembiayaan oleh Bapepam-LK di 127 kota. Sampai dengan akhir tahun 2007, telah
terdapat 1.468 kantor cabang Perusahaan Pembiayaan.
o Untuk modal ventura, jumlah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam-LK
tercatat 59 perusahaan.

*Penyempurnaan Regulasi Dan Peningkatan Kualitas Penegakan Hukum

a. Penyempurnaan Regulasi.

b. Penegakan Hukum di sektor Pasar Modal.

c. Penegakan Hukum di sektor Lembaga Keuangan Bukan Bank.

* Di tingkat internasional, kerjasama yang telah dibangun selama sekitar 3 tahun terakhir dengan
Australian Securities and Investment Commission (ASIC) dan Australian Prudential Regulation
Authority (APRA) telah menampakkan hasilnya. Kualitas supervisi yang diemban Bapepam-LK
semakin meningkat dengan diterapkannya metode pengawasan berbasis risiko (risk-based
supervision) untuk pengawasan industri pasar modal maupun industri lembaga lainnya. Awal
2008, Bapepam-LK juga akan memperoleh bantuan teknis di sektor pengawasan dan penegakan
hukum pasar modal dari lembaga pengawas pasar modal Amerika (US Securities and Exchange
Commission).

Anda mungkin juga menyukai