Anda di halaman 1dari 4

APOPTOSIS

Hal itu adalah gejala fisiologis yang disebut kematian terprogram sel atau apoptosis .
Apoptosis tidak hanya dijumpai pada manusia, namun ditemukan juga pada semua
makhluk hidup multiseluler baik hewan maupun tumbuhan.Dari sudut pandang
etimologis, apoptosis berasal dari dua suku kata bahasa latin yaitu Apo dan ptosis yang
memiliki arti gugur. Istilah tersebut diambil melalui analogi dedaunan yang rontok
secara bersamaan pada saat musim gugur di daerah sub tropis.
 Berdasarkan jenisnya, kematian yang terjadi pada sel setidaknya dapat dibedakan
menjadi dua. Kematian pertama adalah nekrosis. Sel yang mengalami kematian secara
nekrosis umumnya disebabkan oleh faktor dari luar secara langsung. Misalnya kematian
sel dikarenakan kecelakaan, infeksi virus, radiasi sinar radio aktif atau keracunan zat
kimia. Tanpa adanya tekanan dari luar, sel tidak akan dapat mati secara nekrosis. 
 Jenis kematian kedua adalah apoptosis. Sel yang mengalami apoptosis, sejatinya adalah sel
normal dan sehat. Namun dikarenakan munculnya perintah berupa sinyal-sinyal biokimia, sel
akan mati. Bila sinyal kematian sudah ditangkap, tanpa alasan apapun sel tidak akan menolak
dan memulai proses apoptosis. Manfaat:
 
 

Mekanisme keseimbangan (homeostasis )


Peristiwa apoptosis tidak akan mengganggu fisiologi tubuh organisme. Juga tidak akan
mengurangi jumlah sel dalam satu individu. Hal itu dikarenakan peristiwa apoptosis selalu
diikuti dengan pertambahan jumlah sel melalui mekanisme reproduksi sel.
Apoptosis adalah kematian terprogam sel dalam rangka menjaga keseimbangan jaringan
dan organ yang disusun oleh sel tersebut. Dapat kita bayangkan apabila dalam suatu jaringan
terjadi pembaharuan sel secara terus-menerus tanpa diikuti pengurangan jumlah sel yang sudah
tidak produktif, maka akan terjadi populasi sel yang berlebihan.    
Salah satu akibat dari kegagalan kelola itu adalah sel yang semestinya sudah dieliminasi
menjadi berubah sifat dan karakter. Hal tersebut yang disebut mutasi yang mengawali terjadinya
sel kanker. Pada dasarnya, apoptosis memberi kesempatan kepada sel generasi baru untuk
bekerja secara optimal.
 
 
Merupakan bagian dari pertumbuhan
Hewan bertulang belakang (vertebrata ) memiliki bentuk embrio yang hampir sama
pada masa awal pembentukan. Pada masa perkembangannya, spesies akan berubah bentuk
embrio secara spesifik sesuai dengan ciri khas masing-masing.
Awal dari embrio hanya berbentuk sebongkah daging. Namun perlahan-lahan bongkahan
daging tersebut akan berubah bentuk menjadi kepala, badan dan anggota gerak. Contoh lain
apoptosis adalah terbentuknya jejari tangan dan kaki. Pahatan-pahatan alami itulah yang
menyebabkan bentuk organ tubuh menjadi bentuk yang sempurna dan dinamis. Bentuk abnormal
bawaan polydactyly (jari tangan atau kaki berjumlah lebih dari lima) atau brachydactyly (dua jari
tangan atau kaki gagal berpisah satu dengan yang lain) adalah salah satu contoh dari kelainan
genetika yang disebabkan karena proses apoptosis yang berjalan tidak normal saat
perkembangan embrio.
 
 
Mekanisme penghancuran sel-sel tidak berguna
         Usia sel dalam tubuh makhluk hidup multiseluler tidaklah sama dengan usia individu.
Mereka selalu mengalami regenerasi secara periodik.  Sebagai contoh sel darah merah manusia
berumur sekitar 120 hari dan sel korpus luteum dalam indung telur selalu berganti mengikuti
siklus menstruasi pada manusia dan siklus estrus pada hewan memamah biak.
 
 
 Regulasi sistem kekebalan tubuh
Kekebalan di sini adalah kemampuan tubuh untuk melawan bibit penyakit atau benda
asing lain yang masuk ke dalam jaringan tubuh. Sistem kekebalan tubuh pada kebanyakan
makhluk hidup multiseluler dipegang peranannya oleh sel B dan sel T. Apoptosis dapat
dirangsang oleh sel imunitas, sebagai sel pembunuh, sel T (killer T cell) memiliki kemampuan
menebar berbagai macam sinyal (dalam hal ini protein), salah satunya yang dikenali oleh sel
sebagai faktor kematian.. Dalam keadaan normal, sel T berada dalam keadaan tidak aktif.
Aktivasinya dapat dirangsang apabila terdapat benda asing yang akan dikenali sebagai antigen.
Dalam hal tersebut, antigen dapat berupa sel yang tidak sempurna/rusak, virus dan bibit penyakit
lainnya.
 
Suatu respon stress
Layaknya makhluk hidup, sel pun dapat menderita stress. Keadaan lingkungan yang di
luar kebiasaan atau abnormal adalah pemicu utama terjadinya stress pada sel. Respon sel dalam
menghadapi stress dapat bervariasi, salah satu diantaranya adalah sel akan mengalami apoptosis.
Faktor yang dapat menyebabkan sel menjadi stress misalnya adalah suhu yang meningkat,
kelaparan ataupun keracunan. Stress yang dialami pada beberapa jenis sel dapat memicu
terjadinya apoptosis.
 
Program kematian yang terencana dan dengan seleksi ketat
Walaupun apoptosis adalah gejala fisiologis yang pasti terjadi, namun untuk melakukan
apoptosis tidak semua sel dapat melakukan sekehendaknya. Untuk melakukan apoptosis, sel
melalui seleksi ketat. Seleksi tersebut dapat berupa protein yang berfungsi memicu terjadinya
apoptosis atau bahkan protein yang dapat menghalangi terjadinya apoptosis.
Sinyal apoptosis dapat berasal dari luar maupun dari dalam sel. Dari luar sel, sinyal
apoptosis dibawa oleh Sel T, yaitu protein Fas atau sinyal kematian lainnya misalnya
protein Tumor Necrosis Factor  τ (TNF). Bila protein-protein tersebut berikatan dengan
masing-masing reseptornya, maka proses apoptosis dimulai. Sinyal apoptosis tersebut ditangkap
oleh death domain yang teraktivasi oleh kehadiran Fas dan TNF. Sebelum dilanjutkan, apoptosis
diyakinkan kembali untuk diteruskan atau dihambat melalui mekanisme seleksi oleh protein
FLIP (Flice/caspase-8 inhibitory protein ). Ekspresi yang berlebihan dari FLIP, akan
menyebabkan proses apoptosis terhenti. FLIP inilah sebagai penyeleksi awal dan memastikan
apakah sel layak “berkurban” atau tidak. Model penghambatan apoptosis melalui mekanisme
FLIP terjadi pada apoptosis ekstrinsik yaitu mekanisme apoptosis dengan sinyal kematian
berasal dari luar sel. Bila ekspresi FLIP rendah, maka sinyal kematian akan diteruskan oleh
mediator apoptosis selanjutnya yaitu caspase-8.
Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi kondisi sel. Beberapa protein dapat terekspresi
pada kondisi lingkungan yang ekstrem. Protein Bax, yang merupakan anggota keluarga protein
Bcl-2, merupakan protein pembawa sinyal apoptosis dari dalam sel. Ekspresi yang berlebihan
dari Bax dalam sitoplasma, dapat menyebabkan membran mitokondria berlubang. Mitokondria
adalah organ sel yang berfungsi sebagai tempat pembangkit energi sel.   
Rusaknya membran mitokondria menyebabkan sel kehilangan energi dan salah satu
protein terpenting di dalamnya, yaitu cytochrome C lepas menuju sitoplasma. Sebelum Bax
merangsek membran mitokondria, kerja protein tersebut harus mendapat izin “berkurban”
terlebih dahulu dari protein Bcl-2. Bila tidak mengantongi izin, maka ekspresi protein Bcl-2 akan
meningkat dan mendesak keberadaan protein Bax sehingga apoptosis tidak terjadi.    Kehadiran
cytochrome C di dalam sitoplasma dapat menyebabkan teraktivasinya protein Apaf-1, yang
nantinya bersama-sama dengan caspase-9 akan melanjutkan perjalan akhir dari sinyal kematian.
Mekanisme tersebut merupakan bagian dari jalur apoptosis intrinsik, yang dilihat dari asal sinyal
kematian yaitu dari dalam sel. 
 
Tidak menyusahkan pihak lain
Perjalanan akhir sinyal apoptosis, akan dieksekusi oleh salah satu anggota keluarga
protein caspase, yaitu caspase-3. Bila sinyal apoptosis sudah mencapai caspase-3, maka
kepastian dari apoptosis sudah final. Caspase-3 akan memotong-motong protein histon yang
berfungsi mengikat rangkaian DNA, menjadi beberapa bagian. Salah satu ciri khas dari sel yang
mengalami apoptosis yaitu bentuk sel menjadi bulatan-bulatan kecil. Berbeda dengan kematian
sel akibat nekrosis yang berbentuk tidak beraturan, bentuk bulatan-bulatan kecil ini dimaksudkan
untuk memudahkan dan meringankan tugas makrofage yang berfungsi sebagai  “mobil jenazah”
untuk mencerna sel yang mati akibat apoptosis dan diangkut menuju sistem pembuangan.   
Demikian mekanisme apoptosis tersebut berjalan tiap hari tanpa dirasakan oleh si
empunya sel. Bila dilihat dari jumlah sel yang mati  “mendadak” secara bersamaan, tingkat
ketaatan sel tersebut memang sangat mengagumkan. Sistem seleksi dan proses penerusan sinyal
kematian itu juga didukung oleh kerja gen-gen yang bekerja sangat terkoordinasi.
Sampai saat ini studi tentang apoptosis banyak dilakukan dan menjadi topik hangat di beberapa
bidang kajian. Dalam bidang kesehatan salah satunya dalam pencarian metode pengobatan baru
untuk menghentikan perbanyakan sel kanker, selain itu apoptosis banyak dipelajari dalam cabang
imu teratologi, yaitu ilmu yang mempelajari terjadinya penuaan pada makhluk hidup. Dalam
bidang reproduksi pun dipelajari bagaimana memperpanjang usia subur dari organ reproduksi
terutama dari hewan ternak.

Anda mungkin juga menyukai