Anda di halaman 1dari 3

Autisme Masa Anak

Penulis: Dr H Heru Effendi Sp.KJ


edisi: 13/Dec/2007 wib
Biasanya gejala autisme mulai muncul sebelum usia tiga tahun dan ditandai dengan
kegagalan dalam perkembangan berbahasa dan kegagalan dalam menjalin hubungan de
ngan orangtuanya
yudhi
Autisme Masa Anak
GANGGUAN Autisme pada anak pertama dilaporkan di diagnosa dan di terapi oleh dr
Leo Keannere tahun 1938 seorang Psikiater (Dokter ahli jiwa). Pada tahun 1950 pa
ra psikiater dan profesional di AS, Inggris dan Eropa barat mulai nampak kepedul
ian mereka dengan gangguan Autisme pada anak. Kemudian bagaimana dengan di Indon
esia? baru awal tahun sembilan puluhan mulai mampak menghangat dan mulai ada per
hatian dari pemerintah.
Saat ini diperkirakan penyandang autisme semakin meningkat sampai 15 - 20 per 10
.000 anak. Jadi bila angka kelahiran pertahun di indonesia adalah 4,6 juta anak,
maka per tahun jumlah penyandang autisme akan bertambah 0,15 % berarti 6.900 an
ak, Bagaimana dengan di Kepulauan Bangka Belitung ?
Siapa saja yang dapat menjadi penyandang Autisme? Autisme dapat terjadi pada sia
pa saja, tidak ada perbedaan ras, etnik, tingkat sosial, ekonomi, dan pendidikan
. Biasanya autisme lebih sering ditemukan pada anak laki - laki di bandingkan an
ak perempuan 4 : 1.
Apa Penyebab Autisme? Dahulu penyebab autisme masih belum di ketahui dengan past
i, sehingga banyak muncul berbagai teori yang temyata salah, dan akibatnya pengo
batan yang diberikan sering berlawanan satu sama lain atau bahkan mengakibatkan
dampak yang lebih negatif lagi.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan bidang biologipsikiatrik telah menemukan adanya
kerusakan yang khas di dalam sistem limbik (pusat emosi) yaitu bagian otak yang
disebut hipokarnpus dan amigdala.
Amigdala mengendalikan fungsi emosi dan agresi. Para penyandang autisme pada umu
mnya tidak dapat mengendalikan emosinya. Mereka sering kali agresif terhadap ora
ng lain maupun diri sendiri atau sebaliknya sangat pasif seolah-olah tidak mempu
nyai emosi. Bagian otak ini juga peka terhadap berbagai rangsang sensoris, seper
ti suara, sinar, dan bau-bauan. Juga peka terhadap emosi yang berhubungan dengan
rasa takut. Penyandang autisme sering mengalami gangguan dalam hal hal tersebut
di atas.
Hipokampus bertanggung jawab untuk fungsi belajar dan daya ingat. Kerusakan pada
bagian otak ini menyebabkan kesulitan dalam menyerap dan mengingat informasi ba
ru. Juga dapat menyebabkan timbulnya perilaku yang stereotipik, stimulasi diri d
an hiperaktivitas.
Dari pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging) ditemukan bahwa sekitar 30 % -
50% ada kelainan pada serebelum (otak kecil). Kelainan tersebut berupa hipoplas
i atau hiperplasia lobus ke VI dan VII, kemudian terdapat jumlah sel-sel Purkiny
e yang sangat sedikit di serebelum. Sel - sel purkinye ini seperti di ketahui me
mpunyai kandungan serotonin (salah satu neurotransmiter di otak) yang tinggi. Ke
seimbangan antara semua neurotransmiter di otak, sangat diperlukan untuk penyalu
ran rangsangan dari satu neuron ke neuron yang lain.
Diagnosis
Bagaimana cara mengenali Autisme? Kesalahan dalam membuat diagnosis akan mengaki
batkan penatalaksanaan yang salah dan terlambatnya diagnosis dibuat dapat mengak
ibatkan tertundanya anak dalam menerima tatalaksana yang tepat sedini mungkin.
Biasanya gejala autisme mulai muncul sebelum usia tiga tahun dan ditandai dengan
kegagalan dalam perkembangan berbahasa dan kegagalan dalam menjalin hubungan de
ngan orangtuanya, ini alasan yang paling sering dari orang tua anak penderita au
tisme untuk mengadakan kontak dengan Dokter jiwa, Dokter anak atau Psikolog.
Dalam PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa) Anak autisme terma
suk dalam kelompok Gangguan Perkembangan Pervasif yaitu Abnormalitas kualitatif
dalam interaksi dan pola komunikasi, kecenderungan minat dan gerakan terbatas, s
tereotipik berulang. Abnormalitas kualitatif ini merupakan gambaran yang meluas
(pervasif) dari fungsi individu dalam segala situasi, meskipun dapat berbeda dal
am derajat keparahan. Kelompok gangguan ini (Pervasif) adalah Autisme masa anak,
Autisme tidak khas, Sindroma Rett, Gangguan desintegratif masa kanak lainnya, G
angguan Aktivitas berlebihan yang berhubungan dengan retardasi mental dan geraka
n stereotipik, Sindroma Asperger Gambaran untuk mengenal autisme anak:
1. Gangguan dalam interaksi sosial yaitu beberapa orang tua takut anaknya tul
i, karena anaknya tidak ada reaksi bila dipanggil. Sebagai bayi, anak autisme ak
an terbaring di boks atau asyik bermain-main sendiri berjam-jam tanpa menangis,
sehingga orang tuanya mengira anak manis dan mudah diatur atau juga sebaliknya s
angat rewel dan sering menangis / cengeng. Anak autisme menolak untuk dipeluk di
sayang, lebih senang sendiri, tidak tertarik pada anak lain, tidak mampu memaham
i aturan, kurang responsif terhadap isyarat sosial seperti kontak mata atau seny
um-senyum.
2. Komunikasi verbal/non verbal, kemampuan berbahasa sangat lambat dan mengel
uarkan kata yang tidak dimengerti, mengulang kata-kata yang baru di dengar atau
pernah didengar tanpa maksud untuk komunikasi, biasanya mereka tidak menunjukan
atau memakai gerakan tubuh untuk menyampaikan keinginannya, tapi dengan mengambi
l tangan orangtuanya atau orang lain untuk mengambil obyek yang di maksud.
3. Hambatan bermain serta berbagai akitivitas dan minat, abnormalitas dalam b
ermain seperti stereotipi, di ulang-ulang, tidak kreatif. Kurang dapat bermain s
pontan atau imajinatif, tidak meniru orang lain / imitasi dan sulit untuk bermai
n pura-pura.
4. 75-80 % anak autisme mengalami retardasi mental
5. Gangguan perilaku motorik seperti gerakan berulang, mengepak-mengepak tang
an, duduk sambil mengayun-ayunkan badan ke depan - ke belakang, hiperaktivitas a
tau hipoaktivitas biasa pada anak pra sekolah, mengamuk, agresif atau self-injur
y, kesulitan berubah terhadap rutinitas
6. Respon abnormal terhadap perangsangan indera
7. Gangguan emosi, perasaan yang tiba-tiba menangis dan tertawa tidak jelas a
lasannya, rasa takut pada obyek yang tidak jelas, keterikatan pada benda-benda t
ertentu, cemas sampai depersi.

Bagaimana Penatalaksanaan / terapi autisme pada anak? Tujuan dari terapi pada ga
ngguan autisme adalah mengurangi masalah perilaku dan meningkatkan kemampuan bel
ajar dan perkembangan, terutama dalam penguasaan bahasa. Tujuan ini dapat tercap
ai dengan melalui suatu program terapi yang menyeluruh dan bersifat individual,
dimana pendidikan khusus dan terapi wicara merupakan komponen yang penting. Tim
kerja terpadu dari psikiater / dokter jiwa, dokter anak, dokter umum terlatih, p
sikolog, ahli terapi wicara, pekerja sosial dan perawat sangat diperlukan agar d
apat memberikan penanganan yang terpadu tepat dan akan tercapai hasil yang optim
al.
Keberhasilan terapi ini tergantung pada :
1. Faktor Umur yang paling resptif adalah 2-5 tahun dimana otak anak masih pl
astis dan mudah menenma rangsangan.
2. Faktor Kecerdasan yaitu makin cerdas seorang anak maka makin cepat menerim
a pelajaran.
3. Faktor Perkernbangan bicara dan bahasa.
4. Faktor lntensitas terapi yaitu intensif dan terpadu dan waktu belajar yang
efektif adalah 4-8 jam. Orang tua harus benar-benar terlibat dalam penanganan a
naknya, oleh karena apa yang diajarkan para terapis harus diteruskan dirumah.

Jenis terapi yang dikembangkan adalah :


1. Terapi Medikamentosa / Medik, terapi ini yang sering di tentang oleh merek
a yang tidak mempunyai pemahaman yang cukup tentang ke gunaan obat dan gangguan
yang terjadi di otak seperti pada sistim limbik dan neurobilogi. Sehingga muncul
komentar yang negative, dosis dan efektivitas dapat berbeda setiap anak. Demiki
an pula dengan efek samping obat yang mungkin timbul. Oleh karena itu pemakaian
harus di pantau ketat oleh dokter dan pengawasan orang tua.
2. Terapi perilaku ini sangat penting dan jenis terapi perilaku yang paling e
fektif untuk anak-anak autis semua umur adalah Applied Behavior Analysis (ABA)
3. Terapi Okupasional adalah untuk anak autisme yang mempunyai kekurangan dal
am perkembangan motorik halus.
4. Edukasi khusus yaitu satu guru satu anak kemudian secara bertahap masuk ke
lompok kecil lalu kelompok besar, bila anak telah mampu maka bisa di cob a diiku
t sertakan dalam pendidikan SD atau SD biasa. Pola pendidikan yang terstruktur b
aik di sekolah maupun dirumah sangat diperlukan bagi anak-anak ini . Mereka haru
s dilatih untuk cepat mandiri terutama soal bantu diri. Dalam hal ini seluruh pe
nghuni rumah harus memakai pola yang sama sehingga tidak membingungkan anak.

Bagaimana peranan RSJ dalam penanganan anak autisme? Stigma masyarakat terhadap
RSJ cukup kuat masih menganggap rumah sakit ini adalah penampungan orang gila (p
sikotik). Stigma inilah yang menyebabkan masyarakat untuk tidak mau pergi beroba
t anaknya ke RSJ. Suatu tantangan berat bagi RSJ dalam upaya memberikan pelayana
na Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja khususnya penderita autisme anak, hal ini
diperlukanya Program khusus Komunikasi Informasi Edukasi kepada masyarakat yang
tepat disertai kerjasama lintas program dan sektoral, sehingga akhirnya masyarak
at tidak ragu untuk memeriksakan anaknya dan dapat memanfaatkan fasilitas-fasili
tas yang ada di RSJ.

Anda mungkin juga menyukai