Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah ejaan Bahasa Indonesia yang


berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi

Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani oleh Menteri
Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussein Onn dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut
mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para
ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada
tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972,
berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi
bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru bersama ini dirujuk
sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB).

Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku


panduan pemakaian berjudul "Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan".

Pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah
penggunaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dengan surat putusannya No. 0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah".

1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dapat diangkat sesuai latar belakang di atas adalah
“ Apakah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) ?”.

1.3 Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam pembuatan makalah
ini adalah mendeskripsikan mengenai apakah Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ejaan Yang Disempurnakan

Sejak peraturan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin ditetapkan pada
tahun 1901berdasarkan rancangan Ch. A. van Ophuysen dengan bantuan Engku
Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim,
penyempurnaannya berkali-kali diusahakan. Pada tahun 1938, selama Kongres
Bahasa Indonesia yang pertama kali di Solo, misalnya disarankan agar ejaan
Indonesia lebih banyak diinternasionalkan. Pada tahun 1947 Soewandi, Menteri
Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan pada masa itu, menetapkan dalam surat
keputusannya tanggal 19 Maret 1947, No. 264/Bhg. Bahwa perubahan ejaan
bahasa Indonesia dengan maksud membuat ejaan yang berlaku menjadi lebih
sederhana. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan Ejaan Republik.
Beberapa usul yang diajukan oleh panitia menteri itu belum dapat diterima karena
masih harus dirinjau lebih jauh lagi. Namun, sebagai langkah utama dalam usaha
penyederhanaan dan penyelarasan ejaan dengan perkembagan bahasa, keputusan
Soewandi pada masa pergolakan revolusi itu mendapat sambutan baik.

Perubahan Huruf
Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan
djalan, djauh jalan, jauh
pajung, laju payung, layu
njonja, bunji nyonya, bunyi
isjarat, masjarakat isyarat, masyarakat
tjukup, tjutji cukup, cuci
tarich, achir tarikh, akhir

Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan


Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.

f maaf, fakir
v valuta, universitas
z zeni, lezat

Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap


dipakai.

a:b=p:q
Sinar-X

3
Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah
dengan kata yang mengikutinya.
di- (awalan) di (kata depan)
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar di jalan
dipikirkan di sini
ketua ke kampus
kekasih ke luar negeri
kehendak ke atas

Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

Perbedaan-perbedaan antara EYD dan ejaan sebelumnya adalah:

 'tj' menjadi 'c' : tjutji → cuci


 'dj' menjadi 'j' : djarak → jarak
 'oe' menjadi 'u' : oemoem -> umum
 'j' menjadi 'y' : sajang → sayang
 'nj' menjadi 'ny' : njamuk → nyamuk
 'sj' menjadi 'sy' : sjarat → syarat
 'ch' menjadi 'kh' : achir → akhir
 awalan 'di-' dan kata depan 'di' dibedakan penulisannya. Kata depan 'di'
pada contoh "di rumah", "di sawah", penulisannya dipisahkan dengan
spasi, sementara 'di-' pada dibeli, dimakan ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya.

Tanda Baca

Tanda baca adalah simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau
kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan untuk menunjukkan struktur
dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi serta jeda yang dapat diamati
sewaktu pembacaan. Aturan tanda baca berbeda antar bahasa, lokasi, waktu, dan
terus berkembang. Beberapa aspek tanda baca adalah suatu gaya spesifik yang
karenanya tergantung pada pilihan penulis.

Jenis tanda baca

Beberapa jenis tanda baca yang penting antara lain adalah:

 Titik (.) berfungsi untuk menandai akhir kalimat berita, atau untuk
keperluan singkatan, gelar, dan angka-angka

4
 Koma (,) berfungsi untuk memisahkan anak kalimat atau hal-hal yang
disebutkan dalam kalimat, juga untuk keperluan singkatan, gelar, dan
angka-angka.
 Tanda ((..)) kurung berfungsi untuk menjelaskan suatu istilah yang belum
banyak diketahui oleh khalayak.
 Tanda (`) kutip satu berfungsi untuk mengasosiasikan suatu istilah.
 Tanda ("...") petik berfungsi untuk menandai kalimat langsung atau
percakapan dalam naskah drama.
 Tanda (!) seru berfungsi untuk menegaskan, memberi peringatan bahwa
kalimat yang bertanda seru tersebut perlu untuk diperhatikan.
 Tanda (?) tanya berfungsi untuk melengkapi kalimat tanya.
 Tanda (...-...) hubung berfungsi untuk menghubungkan penggalan kata,
kata ulang, rentang suatu nilai.
 Titik dua (:) berfungsi untuk mengawali penguraian suatu kalimat.

Format penulisan

Selain tanda baca, ada juga format penulisan yang cukup membantu untuk
keperluan penulisan kalimat.

 Cetak tebal, untuk menegaskan suatu kata atau kalimat yang sedang
menjadi pembicaraan. Contoh: Buaya adalah reptil terbesar yang hidup di
sungai dan rawa-rawa.
 Cetak miring merupakan kata serapan di luar bahasa baku yang sedang
digunakan. Contoh: Menjelang masa Pilkada, banyak calon yang sowan
para kyai. Kata sowan diserap dari bahasa Jawa. Cetak miring juga
digunakan untuk menuliskan judul lagu, buku, film, dan lain-lain. Contoh:
Hantu Jeruk Purut adalah film bertema horor yang turut mewarnai
perfilman nasional saat ini.
 Garis bawah memiliki fungsi hampir sama seperti cetak tebal dan miring,
ketika teknologi komputer belum sepesat sekarang. Seperti kita ketahui,
mesin ketik generasi tua belum ada fasilitas cetak tebal dan miring. Tapi
untuk masa sekarang, garis bawah tidak begitu jelas penggunaannya.

Tanda baca
titik .
koma ,
titik koma ;
titik dua :
hubung -, ‐
pisah ‒, –, —, ―
elipsis …, ...
tanya ?
seru !

5
kurung ( ), [ ], { }, < >
petik ‘ ’, “ ”
garis miring /
penyingkat ’'

Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.

2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.


Contoh:

 Irwan S. Gatot
 George W. Bush

Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.


Contoh: Anthony Tumiwa

3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:

 Dr. (doktor)
 S.E. (sarjana ekonomi)
 Kol. (kolonel)
 Bpk. (bapak)

4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat
umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu
tanda titik.
Contoh:

 dll. (dan lain-lain)


 dsb. (dan sebagainya)
 tgl. (tanggal)
 hlm. (halaman)

5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:

 Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)


 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)

6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.


Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.

6
7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:

 Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.


 Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.

8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di
dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:

 DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)


 SMA (Sekolah Menengah Atas)
 PT (Perseroan Terbatas)
 WHO (World Health Organization)
 UUD (Undang-Undang Dasar)
 SIM (Surat Izin Mengemudi)
 Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
 rapim (rapat pimpinan)

9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran,
takaran, timbangan, dan mata uang.
contoh:

 Cu (tembaga)
 52 cm
 l (liter)
 Rp350,00

10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
contoh:

 Latar Belakang Pembentukan


 Sistem Acara
 Lihat Pula

Tanda Koma (,)

1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau


pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.

7
3a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:

 Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.


 Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh: Saya tidak akan datang kalau hari hujan.

4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara


kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu,
jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:

 Oleh karena itu, kamu harus datang.


 Jadi, saya tidak jadi datang.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan,
yang terdapat pada awal kalimat.
contoh:

 O, begitu.
 Wah, bukan main.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat.
Contoh: Kata adik, "Saya sedih sekali".

7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis berurutan.
Contoh:

 Medan, 18 Juni 1984


 Medan, Indonesia.

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT
Wikipedia Indonesia.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.


Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia,
1990), hlm. 22.

8
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
contoh: Rinto Jiang, S.E.

11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:

 33,5 m
 Rp10,50

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.

13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan
yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
yang bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa.

14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
contoh: "Di mana Rex tinggal?" tanya Stepheen.

Tanda Titik Koma (;)

1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat


yang sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di
dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan
siaran pilihan pendengar.

Tanda Titik Dua (:)

1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
Contoh:

9
 Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
 Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi
Perusahaan.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Contoh:
Ketua                  : Borgx
Wakil Ketua         : Hayabuse
Sekretaris            : Ivan Lanin
Wakil Sekretaris   : Irwan Gatot
Bendahara           : Rinto Jiang
Wakil bendahara  : Rex

3. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Contoh:
Borgx : "Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex    : "Siap, Boss!"

4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul
suatu karangan.
Contoh:
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.

5. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).


Contoh: Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.

6. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

Tanda Hubung (-)

1. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.


Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.

2. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal.
Contoh:

 p-e-n-g-u-r-u-s

10
 8-4-1973

3. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian


ungkapan.
Bandingkan:

 ber-evolusi dengan be-revolusi


 dua puluh lima-ribuan (20×5000) dengan dua-puluh-lima-ribuan
(1×25000).
 Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah

4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an,
(d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan
rangkap.
Contoh:

 se-Indonesia
 hadiah ke-2
 tahun 50-an
 ber-SMA
 KTP-nya nomor 11111
 sinar-X
 Menteri-Sekretaris Negara

5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan


unsur bahasa asing.
Contoh:

 di-charter
 pen-tackle-an

Tanda Pisah (–, —)

1a. Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh: Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.

1b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain
sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.

2a. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti
sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:

11
 1919–1921
 Medan–Jakarta
 10–13 Desember 1999

2b. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau
bersama tanda kurang (−).
Contoh:

 dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65


 antara tahun 1492 dan 1499, bukan antara tahun 1492–1499
 −4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C

Tanda Elipsis (...)

1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk


menuliskan naskah drama.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

2. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian
yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.

Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat
buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai
akhir kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....

Tanda Tanya (?)

1. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.


Contoh:

 Kapan ia berangkat?
 Saudara tahu, bukan?

Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.

2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:

 Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).


 Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

12
Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa
emosi yang kuat.
Contoh:

 Alangkah mengerikannya peristiwa itu!


 Bersihkan meja itu sekarang juga!
 Sampai hati ia membuang anaknya!
 Merdeka!

Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam
tulisan ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan
atau transkripsi drama.

Tanda Kurung ((...))

1. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.


Contoh: Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian
dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.

2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian


integral pokok pembicaraan.
Contoh:

 Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada)


membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
 Pertumbuhan penjualan tahun ini (lihat Tabel 9) menunjukkan adanya
perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.

3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat dihilangkan.
Contoh:

 Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)


 Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.

4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
Contoh: Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c)
tempat, dan (c) promosi.

Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut.
Ganti tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:

13
 Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai
Matviy Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.
 Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy
Hryhoriyiv, merupakan seorang pemimpin Ukraina.
 Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) merupakan seorang pemimpin
Ukraina. Dia juga dikenal sebagai Matviy Hryhoriyiv.

Tanda Kurung Siku ([...])

1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.
Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Contoh: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II
[lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.

Tanda Petik ("...")

1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:

 "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"


 Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh:

 Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
 Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi
di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
 Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.

3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh:

 Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.


 Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama
"cutbrai".

14
4. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Contoh: Kata Tono, "Saya juga minta satu."

5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang


tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus
pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:

 Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".


 Bang Komar sering disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

Tanda Petik Tunggal ('...')

1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:

 Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"


 "Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang',
dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.

2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Contoh: feed-back 'balikan'

Tanda Garis Miring (/)

1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:

 No. 7/PK/1973
 Jalan Kramat III/10
 tahun anggaran 1985/1986

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda
bagi dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:

 harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar)


 kecepatannya 20 m/s (kecepatannya 20 meter per detik)
 7/8 atau 7⁄8
 xn/n!

Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk menuliskan tanda aritmetika
dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi  ÷ .
Contoh: 10 ÷ 2 = 5.

15
Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau garis
pembagi dapat dipakai.
Contoh: .

3. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.

Tanda Penyingkat (Apostrof)(')

Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka


tahun.
Contoh:

 Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)


 Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
 1 Januari '88 ('88 = 1988)

Sebaiknya bentuk ini tidak dipakai dalam teks prosa biasa.

PEDOMAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

Secara lengkap ketentuan penulisan dengan ejaan yang disempurnakan


dapat dipelajari dalam buku ‘Pedoman Umum EYD’. Yang dikemukakan dalam
handout ini sangat terbatas karena hanya berdasarkan kesalahan umum yang
sering dilakukan para siswa.

1. Penulisan kalimat langsung :


- Sebelum berangkat bapak berpesan, “Jaga rumah baik-baik, Bu!”
- “Tujuan saya membuat penelitian ini,” katanya menjelaskan, “adalah
untuk melengkapi skripsi saya.”
- “Saya kurang sependapat dengan Anda,” katanya. “Barangkali sebaiknya
kita minta pendapat orang ketiga.”
- “Ketika pintu kubuka, kudengar adik berseru, ‘Mama, kakak pulang!’, dan
letihku pun lenyap seketika,” ujar Rudy.
- “Kalian dengar suara ‘plung’ tadi?” tanya Pak Sofyan.
- “Dengar, Pak!” jawab kami serempak.

16
2. Penulisan tentang sesuatu yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan
nama Tuhan termasuk kata gantinya :
- Meskipun Rina beragama Kristen, ia membaca juga kitab Weda.
- Bimbinglah hamba-Mu ini, ya Tuhan Yang Mahakuasa, ke jalan yang
Engkau beri rahmat.
- Kita hanya bisa mengharapkan pertolongan dari Tuhan Yang Maha
Pengasih.
- Masalah-masalah kekristenan dibahas secara mendalam dalam seminar
itu.

3. Penulisan gelar kehormatan :


- Tidak seorang pun melupakan jasa-jasa Raden Ajeng Kartini.
- Walaupun bergelar raden ajeng, ia tak pernah menyombongkan diri.
- Pemimpin yang dihormati di Yogyakarta adalah Sultan Hamengku
Buwono.
- Negara kita dipimpin oleh seorang presiden.
- Hasanuddin, sultan Makasar, digelari Ayam Jantan dari Timur.
- Brigardir Jenderal Waluyo baru saja dilantik menjadi mayor jenderal.

4. Penulisan nama bangsa, suku, bahasa, nama hari, bulan, tahun, dan
peristiwa sejarah :
- Bencana alam yang terjadi di Aceh merupakan peringatan dari Tuhan
kepada bangsa Indonesia.
- Ada banyak suku di Indonesia, misalnya suku Sunda, suku Dayak, maupun
suku Jawa.
- Di sekolah ini pelajaran bahasa Inggris sangat diutamakan.
- Pada tahun 1997 yang lalu, hari Idul Fitri dan hari Natal sama-sama jatuh
di bulan Desember.
- Sejarah kekristenan pernah ternoda oleh peristiwa Perang Salib.

17
5. Penulisan nama khas dalam geografi :
- Di Indonesia terdapat banyak danau, salah satu yang terkenal adalah
Danau Toba.
- Jangan lengah jika kamu berada di jalan yang ramai itu karena kabarnya
Jalan Diponegoro sering ‘makan’ korban.
- Saat ini sungai-sungai di Kota Jakarta sudah tercemar, lebih-lebih Sungai
Ciliwung.

6. Penulisan nama lembaga, dokumen resmi, dan judul buku :


- Semua undang-undang untuk mengatur negara ini merupakan
penjabaran dari Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
- Kabarnya keberadaan Departemen Penerangan akan ditiadakan.
- Ia salah seorang kandidat pemimpin sebuah departemen pemerintahan di
republik ini.
- Siapa pernah membaca buku “Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma”?
- Pelajaran Ekonomi untuk Sekolah Lanjutan

7. Perbedaan penulisan antara kata depan dengan awalan di dan ke , serta


partikel pun :
- Letakkan barang ini di atas meja yang tinggi agar tidak dipegang-pegang
oleh adikmu!
- Diatas hal-hal yang berkaitan dengan materi, kita harus juga
mengutamakan sesuatu yang bersifat rohani.
- Ia pergi ke gereja untuk mencari kedamaian hati.
- Siapa nama gadis yang duduk di sampingmu itu?
- Disamping sebagai guru, ia dikenal juga sebagai artis.
- Tidak seorang pun di tempat ini mampu melakukan hal itu.
- Walaupun hujan, acara tetap berlangsung.
- Sekalipun badannya besar, tetapi nyalinya kecil.
- Sekali pun aku tak pernah pergi bersamanya.

18
8. Penulisan kata gabung:
- Bus antarkota itu setiap hari sarat penumpang.
- Ayahnya seorang purnawirawan ABRI.
- Setiap kata yang dianggap penting perlu digarisbawahi.
- Kita harus menjadi remaja bertanggung jawab.
- Pertanggungjawaban yang dibacakan presiden kurang memuaskan
rakyat.
- Semoga Yang Mahaesa mengabulkan doa Anda.

9. Penulisan kata bilangan :


- Peristiwa mengenaskan itu terjadi sekitar tahun 60-an.
- Uang lima ribuan kabarnya akan ditarik dari peredaran.
- Saat ini Yogyakarta dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono X.
- Saya anak ke-2 dari tiga bersaudara.
- Pada abad kedua puluh inilah puncak kemerosotan moral.
- Lima puluh peserta akan meramaikan acara itu.
- Acara itu akan diramaikan oleh 50 peserta.

10. Penulisan kalimat dengan tanda baca koma, titik koma, dan titik dua :
- Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
- Satu, dua, tiga, …mulai!
- Fakultas itu mempunyai dua jurusan, yaitu Ekonomi Umum dan
Ekonomi Perusahaan.
- Fakultas itu mempunyai dua jurusan : Ekonomi Umum dan Ekonomi
Perusahaan.
- Malam makin larut, tetapi anakku belum juga pulang.
- Malam makin larut; anakku belum juga pulang.

11. Penulisan kata yang memerlukan tanda hubung (-) :


- … telah dikenal sebagai alat pertahan-
an yang canggih.
- … telah dikenal sebagai alat perta-
hanan yang canggih.

19
- … telah dikenal sebagai alat per-
tahanan yang canggih.
- Pipinya yang kemerah-merahan itu sangat menggemaskan.
- Para gubernur se-Indonesia berkumpul di tempat itu mengadakan
pertemuan.
- KTP-nya hilang dua hari yang lalu.

12. Penulisan kalimat yang memerlukan tanda elipsis (…)


- Kalau begitu … baiklah saya maafkan kamu.
- Saya sudah mengerti bahwa….

13. Penulisan kalimat dengan arti khusus atau bermakna konotasi :


- Analisisnya terhadap puisi “Doa” karya Chairil Anwar benar-benar
‘mendalam’.
- Jangan sampai kita ‘tercerabut’ dari akar budaya sendiri.

PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar


1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal
kalimat.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk
Tuhan.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
dan keagamaan yang diikuti nama orang.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu,
nama instansi, atau nama tempat.
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan
bahasa.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali
kata seperti dan.

20
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang
sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai
dalam penyapaan dan pengacuan.
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Huruf Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah,
dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk mengaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.

PENULISAN KATA

A. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: ibu, percaya, kantor

B. Kata Turunan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya: dikelola, bergeletar, penetapan
2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk
tangan, garis bawahi
3. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Mislanya: menggarisbawahi,
penghacurleburan
4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai. Misalnya: adipati, mahasiswa, mancanegara

C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya: anak-anak, gerak-gerik

D. Gabungan Kata
1. Gabungan kata yang lazin disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, orang tua, kambing hitam
2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan

21
pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Misalnya: alat pandang-dengar
3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: acapkali, matahari,
manasuka

E. Kata Ganti –ku, kau-, -mu, dan –nya


Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku,
-mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya:
kumiliki, kauambil, bukuku, rumahmu, bajunya

F. Kata Depan di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di
dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada
dan daripada. Misalnya: di lemari ke pasar, dari Banjarmasin

G. Kata si dan sang


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: sang
Kancil, si pengirim

H. Partikel
1. Paratikel –lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun
yang dimakannya, ia tetap kurus.
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian
kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya: …per 1 April.

I. Singkatan dan Akronim


1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau
lebih.
a. Singkatan nama orang orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik. Misalnya:A.S. Kramawijaya
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misanya: DPR
c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik.
Misalnya: dll.
d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang
tidak diikuti tanda titik. Misalnya: Cu, TNT, Rp

2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya: ABRI, LAN, IKIP
b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan
suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital Misalnya:
Akabri, Bappenas

22
c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan
huruf kecil. Misalnya: pemilu, radar, rapim

J. Angka dan Lambang Bilangan


1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1, 2
Angka Romawi: I, II
2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii)
satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Misalnya: 0,5 sentimeter, 100
yen
3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15
4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252
5. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh. Misalnya: dua puluh dua, dua ratus dua puluh dua
b. Bilangan pecahan. Misalnya: seperenam belas, tiga dua pertiga
6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut.
Misalnya: Paku Buwono X, Bab II, Tingkat V, Abad ke-20
7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang
berikut. Misalnya: tahun ’50-an, uang 5000-an
8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilagan dipakai secara berurutan,
seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu
sampai tiga kali.
9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, sesunan
kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau
dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Pak Darmo mengundang 250
orang tamu.
10. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat
pinaman 250 juta rupiah.
11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami
memunyai dua puluh orang pegawai.
12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda uang sebesar Rp 999,75 (sembilan ratus
sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) harus diketahui oleh seluruh warga
Indonesia. Karena di negara kita ini ejaan ini yang digunakan dalam hampir
semua kegiatan sehari-hari.
Dalam banyak aspek jika EYD tidak dipelajari maka kita bisa saja salah
dalam melakukan hal-hal yang berhubungan tentang Bahasa Indonesia tentunya.
Maka itu kita sebagai bangsa penerus tidak ada salahnya untuk mengerti tentang
EYD yang benar.

3.2 Saran

1. Mahasiswa diharapkan mampu dapat memahami Ejaan Yang Disempurnakan


(EYD).
2. Mahasiswa mempunyai wawasan yang luas tentang Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) dan dapat menerapkannya dalam berbagai bidang di
masyarakat.

24
DAFTAR PUSTAKA

http://pusatbahasa.depdiknas.go.id/lamanv4/sites/default/files/EJD-KKP-PBN-
BID.PENGEMBANGAN.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan
http://ejaanbahasaindonesia.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Yang_Disempurnakan
http://id.wikipedia.org/wiki/Bantuan:Penulisan_tanda_baca
http://id.wikipedia.org/wiki/Tanda_baca
http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&biw=1366&bih=544&q=ejaan+yang
+disempurnakan&btnG=Penelusuran+Google&aq=f&aqi=&aql=&oq=ejaan+yan
g+disempurnakan&gs_rfai=&fp=1

25

Anda mungkin juga menyukai