1. Mengapa Pulau Jawa yang memiliki ukuran lebih kecil dibanding Pulau
Sumatera dan Kalimantan, memiliki ancaman yang lebih besar ?
Pulau Jawa lebih besar ancamannya dibanding pulau lainnya, bisa kita lihat dari
sektor penduduk dan sektor bentang alam.Kedua sektor ini tidak bisa dipisahkan
begitu saja, namun pada hakikatnya sektor penduduk menjadi pusat
permasalahan,karena alam itu bersifat netral.
Sektor Penduduk
Bila kita belajar dari sejarah, dari zaman penjajahan yang sekian ratus
tahun itu, perhatian penguasa terutama hanya terhadap Pulau Jawa,
semisal Daendels melancarkan transportasi dan komunikasi di Pulau Jawa,
seperti membuka jalan dari Anyer sampai Panarukan.
Ada empat unsur utama sebagai bentuk medan Pulau Jawa, yaitu :
1. Wilayah lipatan tersier selatan, dengan dataran – dataran rendah yang
tercakup di antaranya.
2. Wilayah pegunungan tengah, yang sebenarnya adalah sebuah depresi,
tetapi karena tutupan bahan vulkanik, wilayah ini menjadi tinggi
3. Wilayah lipatan utara dengan berbagai bentuk antaranya.
4. Wilayah Dataran alluvial yang terutama terdapat di pesisir utara Jawa
Barat
Kegagalan panen di Jawa akan lebih besar dampaknya daripada kalau ada
kegagalan panen di pulau lain.
Bisa kita lihat, bahwa penggunaan lahan dan pemanfaatan sumber daya alam
dilakukan secara besar – besaran, hal ini tidak lain difaktori oleh kepadatan penduduk di
Pulau Jawa. Sehingga munculnya ancaman di Pulau Jawa lebih besar dibanding pulau
lainnya.
Pola penggunaan tanah di atas muka bumi mencerminkan tingkat dan orientasi
kehidupan masyarakat di wilayah itu. Pola penggunaan tanah pada hakekatnya
adalah hasil perpaduan daripada faktor sejarah, faktor fisik, faktor sosial-budaya
dan ekonomi.Akan tetapi, nyatanya terjadi degradasi tanah, yang bisa kita
simpulkan gagalnya perpaduan dari beberapa faktor di atas.
Dari segi fisiologi, pantura memiliki dataran rendah yang lebih dominan
dibanding dataran tinggi, secara geologi, wilayah dataran aluvial terdapat di
wilyah utara Pulau Jawa. Sebaliknya, pansela memiliki dataran tinggi yang lebih
dominan, secara geologi, wilayah lipatan tersier terdapat di wilayah selatan Pulau
Jawa.
Dari segi iklim, suhu udara di pantai selatan lebih rendah dibanding pantai uatara,
karena dominannya dataran tinggi di wilayah selatan Jawa,seperti yang kita
ketahui tiap naik 100 m, suhu akan turun 0,5°C. Dilihat dari arah angin, pantai
utara memiliki arah angin yang sejajar dengan garis pantai,sedangkan panatai
selatan tidak.Dilihat dari curah hujan, surah hujan pantai selatan lebih
tinggi,karena jumlah curah hujan bertambah dari dataran rendah ke pegunungan,
dengan jumlah curah hujan terbesar pada ketinggian 600 – 900 m.
Dari segi perairan, pantura menghadap ke Laut Jawa, yang merupakan laut
dangkal,dan memiliki tingkat mobilitas yang cukup tinggi,sedangkan pansela
menghadap Samudera Hindia, yang merupakan laut dalam, dan rendahnya tingkat
mobilitas pelayaran. Dulu, pernah ada usaha membangun pelabuhan di Ujung
Genteng, tetapi pelabuhan itu tidak terurus karena prrang.
Dari segi industri, persebaran pusat – pusat industri terpusat pada pantai utara,
seperti Pabrik Baja di Cilegon, Industri petrokimia di Cikampek, Industri tekstil di
Jakarta,sedangkan pantai setatan tidak memiliki pusat industri.
Dari segi penggunaan tanah, hal ini berkaitan pula dengan faktor sejarah,
Pemerintahan Hindia Belanda lebih memfokuskan mengembangkan penggunaan
tanah di pantura, sebagai contoh waktu perkebunan tebu diperkenalkan di Pulau
Jawa, justru di Tangerang lah tebu itu pertama kali ditanam, kalau dilihat dari segi
fisiologis, medan yang sulit pada pantai selatan, kurang terfokus dalam
pengembangan penggunaan tanahnya, pernah dulu dibuat perkebunan –
perkebunan di daerah selatan Jawa, namun akhirnya harus merugi, karena
kurangnya akses transportasi dan komunikasinya.
Dari segi kepadatan penduduk, jelas bahwa kepadatan penduduk pantura lebih
tinggi dibanding pansela, bisa dilihat dari segi fisiologis,industri dan penggunaan
tanahnya.
Oleh karena itu, tidak ada kota yang berkembang dengan baik di pansela. Cilacap
adalah kota yang paling besar yang menghadap ke Selatan. Kini diusahakan
supaya Cilacap bisa berkembang dengan menarik industri ke kota itu. Tetapi
perkembangannya lamban. Hotel besar yang dibangun di Pelabuhan Ratu juga
tidak lancar hidupnya.
Kurang berkembangnya pansela, selain karena fisik, yaitu fisiologi yang berat,
tentu disebabkan juga oleh letaknya yang jauh dari arus lalu lintas ramai. Pantai
Selatan menghadap dunia yang kosong.
Referensi :
Sandy, I Made. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta: PT. Indograph Bakti.
1996
http://sitaro.wordpress.com/2008/06/09/jumlah-penduduk-indonesia-per-propinsi/