Anda di halaman 1dari 12

Laws in

Physics
1. HUKUM KEKEKALAN MASSA

Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-


Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup
akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem
tersebut(dalam sistem tertutup Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama
(tetap/konstan) ). Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum
kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan
atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa
dari reaktan harus sama dengan massa produk.

Hukum kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang-bidang seperti


kimia, teknik kimia, mekanika, dan dinamika fluida. Berdasarkan ilmu relativitas
spesial, kekekalan massa adalah pernyataan dari kekekalan energi. Massa partikel
yang tetap dalam suatu sistem ekuivalen dengan energi momentum pusatnya. Pada
beberapa peristiwa radiasi, dikatakan bahwa terlihat adanya perubahan massa
menjadi energi. Hal ini terjadi ketika suatu benda berubah menjadi energi
kinetik/energi potensial dan sebaliknya. Karena massa dan energi berhubungan,
dalam suatu sistem yang mendapat/mengeluarkan energi, massa dalam jumlah yang
sangat sedikit akan tercipta/hilang dari sistem. Namun demikian, dalam hampir
seluruh peristiwa yang melibatkan perubahan energi, hukum kekekalan massa dapat
digunakan karena massa yang berubah sangatlah sedikit.

Hukum kekekalan massa dapat terlihat pada reaksi pembentukan hidrogen


dan oksigen dari air. Bila hidrogen dan oksigen dibentuk dari 36 g air, maka bila
reaksi berlangsung hingga seluruh air habis, akan diperoleh massa campuran produk
hidrogen dan oksigen sebesar 36 g. Bila reaksi masih menyisakan air, maka massa
campuran hidrogen, oksigen dan air yang tidak bereaksi tetap sebesar 36 g.
Air -> Hidrogen + Oksigen (+ Air)
(36 g) (36 g)
2. HUKUM KEKEKALAN ENERGI

Hukum Kekekalan Energi


Hukum Kekekalan Energi (Hukum I termodinamika) berbunyi: “Energi
dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tapi tidak bisa diciptakan ataupun
dimusnahkan (konversi energi)”.
Karena energi bersifat kekal, maka energi yang ada di alam semesta ini
jumlahnya tidak pernah berubah, tidak bertambah dan berkurang. Yang ada hanyalah
perubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Di dalam ilmu fisika yang dipakai sekarang ini, penghitungan besaran
energi lebih pada perubahan-perubahan energi yang terjadi pada suatu benda/materi.
Karena setiap materi memiliki energi. Bukan energi yang dibicarakan Einstein E=
mc2 (miroskopis), tetapi energi pada skala makroskopis.
Energi dari sebuah materi bisa dihitung melalui proses-proses atau sebab-
sebab tertentu, misalnya energi dari benda yang bergerak, energi hasil dari
pembakaran, energi dari proses kimia, energi listrik, dan lain-lain.

3. HUKUM NEWTON

A. HUKUM NEWTON I
HUKUM NEWTON I disebut juga hukum kelembaman (Inersia).
Sifat lembam benda adalah sifat mempertahankan keadaannya, yaitu keadaan
tetap diam atau keaduan tetap bergerak beraturan.

DEFINISI HUKUM NEWTON I :


Setiap benda akan tetap bergerak lurus beraturan atau tetap dalam
keadaan diam jika tidak ada resultan
gaya (F) yang bekerja pada benda itu, jadi:
S F = 0 a = 0 karena v=0 (diam), atau v= konstan (GLB)
B. HUKUM NEWTON II

a = F/m
SF=ma
S F = jumlah gaya-gaya pada benda
m = massa benda
a = percepatan benda

Rumus ini sangat penting karena pada hampir semna persoalan gerak
{mendatar/translasi (GLBB) dan melingkar (GMB/GMBB)} yang
berhubungan dengan percepatan den massa benda dapat diselesaikan dengan
rumus tersebut.

C. HUKUM NEWTON III

DEFINISI HUKUM NEWTON III:


Jika suatu benda mengerjakan gaya pada benda kedua maka benda
kedua tersebut mengerjakan juga gaya pada benda pertama, yang besar
gayanya = gaya yang diterima tetapi berlawanan arah. Perlu diperhatikan
bahwa kedua gaya tersebut harus bekerja pada dua benda yang berlainan.F
aksi = - F reaksi
4. HUKUM GRAVITASI UNIVERSAL

Gravitasi adalah gaya tarik-menarik


yang terjadi antara semua partikel yang
mempunyai massa di alam semesta. Fisika
modern mendeskripsikan gravitasi
menggunakan Teori Relativitas Umum dari
Einstein, namun hukum gravitasi universal Gravitasi mengakibatkan benda-benda
langit berada pada orbit masing-masing
Newton yang lebih sederhana merupakan dalam mengitari matahari
hampiran yang cukup akurat dalam
kebanyakan kasus.

Sebagai contoh, bumi yang memiliki massa yang sangat besar menghasilkan
gaya gravitasi yang sangat besar untuk menarik benda-benda di sekitarnya, termasuk
makhluk hidup, dan benda-benda yang ada di bumi. Gaya gravitasi ini juga menarik
benda-benda yang ada di luar angkasa, seperti bulan, meteor, dan benda angkasa
lainnya, termasuk satelit buatan manusia.

Beberapa teori yang belum dapat dibuktikan menyebutkan bahwa gaya


gravitasi timbul karena adanya partikel gravitron dalam setiap atom.

Hukum Gravitasi Universal Newton

Hukum gravitasi universal Newton dirumuskan sebagai berikut:


Setiap massa titik menarik semua massa titik lainnya dengan gaya segaris
dengan garis yang menghubungkan kedua titik. Besar gaya tersebut berbanding lurus
dengan perkalian kedua massa tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak
antara kedua massa titik tersebut.

F adalah besar dari gaya gravitasi antara kedua massa titik tersebut
G adalah konstanta gravitasi
m1 adalah besar massa titik pertama
m2 adalah besar massa titik kedua
r adalah jarak antara kedua massa titik, dan
g adalah percepatan gravitasi =

Dalam sistem Internasional, F diukur dalam newton (N), m1 dan m2 dalam


kilograms (kg), r dalam meter (m), dsn konstanta G kira-kira sama dengan 6,67 ×
10−11 N m2 kg−2.

Dari persamaan ini dapat diturunkan persamaan untuk menghitung Berat.


Berat suatu benda adalah hasil kali massa benda tersebut dengan percepatan gravitasi
bumi. Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: W = mg. W adalah gaya
berat benda tersebut, m adalah massa dan g adalah percepatan gravitasi. Percepatan
gravitasi ini berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain.

5. TEORI ATOM DALTON

John Dalton (1766-1844) ialah seorang guru SMU di Manchester, Inggris.


Ia terkenal karena teorinya yang membangkitkan kembali istilah "atom". Dalam buku
karangannya yang berjudul New System of Chemical Philosophy ia berhasil
merumuskan hal tentang atom sekitar tahun 1803.

Ia menyatakan bahwa materi terdiri


atas atom yang tidak dapat dibagi lagi. Tiap-
tiap unsur terdiri atas atom-atom dengan sifat
dan massa identik, dan senyawa terbentuk jika
atom dari berbagai unsur bergabung dalam
komposisi yang tetap.

Berikut 5 Teori Atom Dalton:


1. Unsur-unsur terdiri dari partikel-partikel yang luar biasa kecil yang tidak dapat
dibagi kembali(disebut atom).Dalam reaksi kimia,mereka tidak dapat
diciptakan,dihancurkan atau diubah menjadi John Dalton

jenis unsur yang lain.


2. Semua atom dalam unsur yang sejenis adalah sama dan oleh karena itu memiliki
sifat-sifat yang serupa;seperti massa dan ukuran.
3. Atom dari unsur-unsur yang berbeda jenis memiliki sifat-sifat yang berbeda pula.
4. Senyawa dapat dibentuk ketika lebih dari 1 jenis unsur yang digabungkan.
5. Atom-atom dari 2 unsur atau lebih dapat direaksikan dalam perbandingan-
perbandingan yang berbeda untuk menghasilkan lebih dari 1 jenis senyawa

Walau di kemudian hari terbukti ada 2 di antara 5 teorinya yang perlu


ditinjau kembali, ia tetap dianggap sebagai bapak pencetus teori atom modern,
terlebih lagi karena teorinya tersebut mampu menerangkan Hukum kekekalan massa
Lavoisier dan Hukum perbandingan tetap Proust.

6. HUKUM AVOGADRO

Hukum Avogadro (Hipotes Avogadro, atau Prinsip Avogadro) adalah


hukum gas yang diberi nama sesuai dengan ilmuwan Italia Amedeo Avogadro, yang
pada 1811 mengajukan hipotesis bahwa:
Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan tekanan
yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.

Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung
kepada ukuran atau massa dari molekul gas. Sebagai contoh, 1 liter gas hidrogen dan
nitrogen akan mengandung jumlah molekul yang sama, selama suhu dan tekanannya
sama. Aspek ini dapat dinyatakan secara matematis,
.
dimana:
V adalah volum gas.
n adalah jumlah mol dalam gas tersebut.
k adalah tetapan kesebandingan.

Akibat paling penting dari hukum Avogadro adalah bahwa Konstanta gas
ideal memiliki nilai yang sama bagi semua gas. Artinya, konstanta

dimana:
p adalah tekanan gas
T adalah temperatur

memiliki nilai yang sama untuk semua gas, tidak tergantung pada ukuran
atau massa molekul gas. Hipotesis Avogadro dibuktikan melalui teori kinetika gas.

Satu mol gas ideal memiliki volum 22.4 liter pada kondisi standar (STP),
dan angka ini sering disebut volum molar gas ideal. Gas-gas nyata (non-ideal)
memiliki nilai yang berbeda.

7. HUKUM GAY-LUSSAC

1. Hukum Gay-Lussac 1802

Pada 1802, Gay-Lussac menemukan bahwa :


Tekanan dari sejumlah tetap gas pada volum yang tetap berbanding lurus
dengan temperaturnya dalam kelvin

Secara matematis dapat dinyatakan

atau

where:
P adalah tekanan gas.
T adalah temperatur gas (dalam Kelvin).
k adalah sebuah konstanta.

Hukum ini dapat dibuktikan melalui teori kinetik gas, karena temperatur
adalah ukuran rata-rata energi kinetik, dimana jika energi kinetik gas meningkat,
maka partikel-partikel gas akan bertumbukan dengan dinding/wadah lebih cepat,
sehingga meningkatkan tekanan.

Hukum Gay-Lussac dapat dituliskan sebagai perbandingan dua gas

2. Hukum Gay-Lussac 1809

Hukum ini disebut juga hukum gabungan volum, yang ditemukan pada
1809. Perbandingan volum antara gas-gas dalam suatu reaksi kimia adalah
perbandingan bilangan bulat sederhana.

Misalnya perbandingan volum hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari


penguraian air adalah 2:1. Hukum ini merupakan salah satu dasar dari stoikiometri
gas modern, dan hipotesis Avogadro pada 1811 berasal dari hukum ini.

3. Hukum Charles

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hukum Charles

Hukum Charles juga kadang-kadang disebut Hukum Gay-Lussac atau


Hukum Charles Gay-Lussac, karena Gay-Lussac lah yang pertama kali
mempublikasikan penemuan ini pada 1802. Jacques Charles telah menemukannya
lebih dahulu pada 1787, namun tidak mempublikasikannya. Belakangan hukum ini
lebih sering disebut hukum Charles karena kemudian Gay-Lussac menemukan
hukum-hukum lain yang dinamakan sesuai namanya.

8. HUKUM MENDEL

Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada


organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan
mengenai Persilangan Tanaman'. Hukum ini terdiri dari dua bagian:
1. Hukum pemisahan (segregation) dari Mendel, juga dikenal sebagai Hukum
Pertama Mendel, dan
2. Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) dari Mendel, juga
dikenal sebagai Hukum Kedua Mendel.

1. Hukum segregasi (hukum pertama Mendel)

Perbandingan antara B (warna coklat), b


(warna putih), S (buntut pendek), dan s (buntut
panjang) pada generasi F2

Hukum segregasi bebas menyatakan


bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin),
kedua gen induk (Parent) yang merupakan
pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap
gamet menerima satu gen dari induknya.

Alel/gen dominan dan resesif pada


Secara garis besar, hukum ini mencakup orang tua (1, P), anak (2, F1) dan cucu
(3, F2) menurut Mendel
tiga pokok:
a. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter
turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu
nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di
sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar,
misalnya R).
b. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww
dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar
di sebelah).
c. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar
2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari
luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan
diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.

2. Hukum asortasi bebas (hukum kedua Mendel)

Hukum kedua Mendel menyatakan bahwa


bila dua individu mempunyai dua pasang atau lebih
sifat, maka diturunkannya sepasang sifat secara
bebas, tidak bergantung pada pasangan sifat yang
lain. Dengan kata lain, alel dengan gen sifat yang
berbeda tidak saling mempengaruhi. Hal ini
menjelaskan bahwa gen yang menentukan e.g.
tinggi tanaman dengan warna bunga suatu
tanaman, tidak saling mempengaruhi.

Seperti nampak pada gambar 1, induk


jantan (tingkat 1) mempunyai genotipe ww (secara
Perbandingan antara B (warna coklat), b
(warna putih), S (buntut pendek), dan s
fenotipe berwarna putih), dan induk betina (buntut panjang) pada generasi F2

mempunyai genotipe RR (secara fenotipe berwarna


merah). Keturunan pertama (tingkat 2 pada gambar) merupakan persilangan dari
genotipe induk jantan dan induk betinanya, sehingga membentuk 4 individu baru
(semuanya bergenotipe wR). Selanjutnya, persilangan/perkawinan dari keturuan
pertama ini akan membentuk indidividu pada keturunan berikutnya (tingkat 3 pada
gambar) dengan gamet R dan w pada sisi kiri (induk jantan tingkat 2) dan gamet R
dan w pada baris atas (induk betina tingkat 2). Kombinasi gamet-gamet ini akan
membentuk 4 kemungkinan individu seperti nampak pada papan catur pada tingkat 3
dengan genotipe: RR, Rw, Rw, dan ww. Jadi pada tingkat 3 ini perbandingan
genotipe RR , (berwarna merah) Rw (juga berwarna merah) dan ww (berwarna
putih) adalah 1:2:1. Secara fenotipe perbandingan individu merah dan individu putih
adalah 3:1.

Kalau contoh pada gambar 1 merupakan kombinasi dari induk dengan satu
sifat dominan (berupa warna), maka contoh ke-2 menggambarkan induk-induk
dengan 2 macam sifat dominan: bentuk buntut dan warna kulit. Persilangan dari
induk dengan satu sifat dominan disebut monohibrid, sedang persilangan dari induk-
induk dengan dua sifat dominan dikenal sebagai dihibrid, dan seterusnya.

Pada gambar 2, sifat dominannya adalah bentuk buntut (pendek dengan


genotipe SS dan panjang dengan genotipe ss) serta warna kulit (putih dengan
genotipe bb dan coklat dengan genotipe BB). Gamet induk jantan yang terbentuk
adalah Sb dan Sb, sementara gamet induk betinanya adalah sB dan sB (nampak pada
huruf di bawah kotak). Kombinasi gamet ini akan membentuk 4 individu pada
tingkat F1 dengan genotipe SsBb (semua sama). Jika keturunan F1 ini kemudian
dikawinkan lagi, maka akan membentuk individu keturunan F2. Gamet F1nya
nampak pada sisi kiri dan baris atas pada papan catur. Hasil individu yang terbentuk
pada tingkat F2 mempunyai 16 macam kemungkinan dengan 2 bentuk buntut:
pendek (jika genotipenya SS atau Ss) dan panjang (jika genotipenya ss); dan 2
macam warna kulit: coklat (jika genotipenya BB atau Bb) dan putih (jika
genotipenya bb). Perbandingan hasil warna coklat:putih adalah 12:4, sedang
perbandingan hasil bentuk buntut pendek:panjang adalah 12:4. Perbandingan detail
mengenai genotipe SSBB:SSBb:SsBB:SsBb: SSbb:Ssbb:ssBB:ssBb: ssbb adalah
1:2:2:4: 1:2:1:2: 1.

Anda mungkin juga menyukai