Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Terorisme adalah serangan-serangan terkoordinasi yang bertujuan
membangkitkan perasaan teror terhadap sekelompok masyarakat. Berbeda dengan
perang, aksi terorisme tidak tunduk pada tatacara peperangan seperti waktu
pelaksanaan yang selalu tiba-tiba dan target korban jiwa yang acak serta seringkali
merupakan warga sipil.
Istilah teroris oleh para ahli kontraterorisme dikatakan merujuk kepada para
pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata yang dikenal atau tidak
menuruti peraturan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung
makna bahwa serang-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan
tidak memiliki justifikasi, dan oleh karena itu para pelakunya ("teroris") layak
mendapatkan pembalasan yang kejam.
Menangani persoalan terorisme merupakan suatu yang amat kompleks dan
problematik. Terorisme memang merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan
salah satu bentuk gangguan keamanan dalam negeri.

Permasalahan
Dari pembahasan yang saya uraikan yaitu terdapat beberapa pokok
permasalahan yaitu diantaranya :
1. Langkah – langkah apa saja yang dilakukan oleh Pemerintah dalam
penanganan Terorisme di Indonesia?
2. Apakah penanganan yang dilakukan Oleh Pemerintah sudah Efektif?

1
PEMBAHASAN

Langkah Kinerja Pemerintah dalam Penanganan Teroris


Langkah-langkah yang diambil Kopassus, suka atau tidak, memang memiliki
dampak positif, yakni semakin dipercepatnya langkah Detasemen Khusus 88 (Densus
88) dalam mengejar, menangkap, dan melumpuhkan para pelaku teror bom. Tindakan
serempak Densus 88 di tiga kota, Solo,Temanggung, dan Bekasi, pada saat bersamaan
merupakan contoh betapa seriusnya Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)
dalam menangani terorisme ini.
Walau kini belum pasti apakah jenazah yang terbunuh di Dusun Beji, Desa Kedu,
Kecamatan Kedu, Temanggung, Jawa Tengah itu adalah jenazah tokoh teror bom asal
Malaysia Noordin M Top, gerak cepat Polri patut mendapatkan acungan jempol. Orang
kini tak lagi memandang bahwa Polri amat lamban atau memperpanjang proses
penanganan terorisme ini karena pada kenyataannya, penanganan terorisme
membutuhkan ketelitian dan kesabaran.
Namun adalah kenyataan pula bahwa kerja Densus 88 juga merupakan
akumulasi kerja bersama antarberbagai kalangan, termasuk sebagian bintara pembina
desa (babinsa) yang tidak jarang memberikan informasi kepada pihak Polri mengenai
keganjilan yang terjadi di desa tempat mereka tinggal.
Babinsa memang dibekali untuk mampu mengumpulkan data mengenai logistik
di desa, jumlah kebutuhan mingguan atau bulanan masyarakat desa, dan kemampuan
daya beli masyarakat desa. Jika ada satu keluarga yang biasanya hanya membeli
beras, gula, atau kebutuhan lain yang amat terbatas dan tiba-tiba membeli dengan
jumlah besar tentunya akan menimbulkan kecurigaan dan patut diwaspadai ada apa
dengan perubahan kebiasaan itu.
Visi penanganan terorisme perlu diubah.Tanggung jawab utama tetap berada di
tangan Polri yang dibantu oleh berbagai pihak. Kalaupun ada pihak atau instansi lain
yang juga menangani masalah terorisme, perlu diperjelas dalam kapasitas apa instansi
tersebut melakukannya dan kapan itu dapat dilakukan.

2
Sebagai contoh, jika Detasemen Penanggulangan Terorisme (Den Gultor) Kopassus
ingin turun tangan, terorisme macam apa yang ia tangani, kapan itu dapat dilakukan,
dan model penanganan macam apa yang harus dilakukan? Demikian juga apakah perlu
Desk Antiteror ditingkatkan menjadi Badan Antiteror karena itu berarti badan tersebut
harus tidak berada di bawah instansi atau departemen tertentu dan membutuhkan biaya
negara dan rekruitmen aparat yang baru.
Era baru penanganan terorisme memang menjadi keniscayaan. Terorisme bukan
hanya tindakan, melainkan juga pikiran dan ideologi yang mendasarinya. Karena itu
semua pihak dari jajaran Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang
Linmas) di bawah Depdagri perlu lebih aktif lagi ikut serta membina masyarakat agar
tidak mudah tergoda menjadi anggota baru kelompok terorisme.
Ini terus berlangsung ke bawah dari tingkat pusat ke daerah, bahkan sampai ke
tingkat rukun tetangga. Jajaran instansi lain seperti Imigrasi, Bea Cukai, Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, pengawasan bahan-bahan kimia, bahkan sampai ke
ilmuwan fisika, kimia, dan ilmu-ilmu sosial juga memegang peran penting dalam
penanganan terorisme secara terpadu.
Kita juga dapat belajar dari negara lain seperti RRC, AS, dan Australia dalam
menangani terorisme. Proses pembelajaran itu bukan dari segi kekuatannya semata,
melainkan juga kelemahan-kelemahan nya. Australia adalah contoh negara yang
menangani terorisme secara konseptual.
Pada tingkatan intelijen, Office of National Assesment (ONA) yang berada di
bawah perdana menteri menjadi koordinator untuk melakukan pengumpulan dan
analisis data intelijen yang diperoleh jajaran Defence Intelligence Organization (DIO),
Australian Security Intelligence (ASIO), Australian Secret Intelligence Service (ASIS),
dan sebagainya.
Militer Australia juga memegang peranan penting dalam penanganan terorisme
melalui, misalnya, keanggotaannya di dalam Proliferation Security Initiative (PSI) untuk
mencegah penyebaran senjata pemusnah massal, termasuk bahanbahan peledak.
Australian Federal Police (AFP) juga melakukan tugasnya bekerja sama dengan
berbagai instansi tersebut. Tak kalah pentingnya, ilmuwan dari berbagai cabang ilmu
juga diikutsertakan.

3
PENUTUP

Kesimpulan
Sudah saatnya kita menangani persoalan terorisme secara konseptual dan
terarah. Semua pihak, dari tingkat RT, RW, desa, kelurahan, kecamatan sampai ke
tingkat nasional dapat ikut serta menanganinya tanpa mengganggu kerja Densus 88.
Partisipasi pesantren dan gereja, antara lain, juga amat dibutuhkan untuk
menangani terorisme dari sisi pendidikan agama. Hanya dengan bekerja sama, aksi
teror pikiran, teror kesehatan, teror pangan, teror bom, dan aksi-aksi teror lain dapat
ditanggulangi secara baik. Dilemanya, maukah dan sanggupkah kita bekerja sama dan
berkoordinasi untuk mengamankan masyarakat dan negeri ini?

Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah pemerintah harus lebih cermat lagi dalam
menangani persoalan teroris apalagi banyak terjadinya Isu Teroris yang berkembang di
masyarakat.

4
DAFTAR PUSTAKA

1. www.wapedia.com
2. www.google.com
3. id.wikipedia.org/wiki/Terorisme

Anda mungkin juga menyukai