Dalam konferensi pers mingguan yang diadakan hari inidi Teheran, Juru Bicara
Kementerian Luar Negeri Iran Hami reaza Asefi mengatakan bahwa AS telah
mengalami kekalahan dan keterpojokan terkait dengan isu proyek nuklir Iran yang
diembuskannya selama ini. Menurut Asefi, pidato Direktur IAEA Mohamad Al-Baradei di
depan forum Dewan Gubernur IAEA akhir-akhir ini dengan jelas menunjukkan bahwa
Iran dinilai oleh lembaga itu sebagai negara yang telah melaksanakan berbagai
tugasnya terhadap IAEA. Ucapan Al-Baradei itu, menurut Asefi adalah simbol kegagalan
propaganda AS selama ini.
Menyinggung upaya Kanada akhir-akhir ini terkait dengan pengesahan resolusi baru
pada Komisi Hak Asasi Manusia PBB tentang pelanggaran HAM di Iran, Asefi
menyatakan bahwa upaya itu kentara sekali bersifat politis sekaligus sangat tidak etis.
Terkait dengan masalah krisis yang sedang melanda Georgia, Asefi menyampaikan
harapannya bahwa krisis di negara itu bisa segera diselesaikan dengan cara-cara
damai.
Wakil Pertama Presiden Iran juga menyayangkan sikap apriori media Barat menyangkut
demokrasi di Iran. Padahal, mengingat sudah banyaknya jumlah pemilu yang
diselenggarakan di Iran pasca revolusi Islam, Iran termasuk negara yang paling
demokratis di kawasan sekitarnya. Selain itu, Iran hingga kini masih terus menggulirkan
reformasi secara intensif. Mengenai Irak, Mohammad Reza Arif menegaskan bahwa Iran
sangat mengharapkan keluarnya pasukan pendudukan secepat mungkin dari Irak demi
terciptanya pemerintahan yang demokratis di negara ini.
Di lain pihak, Dubes Hungaria untuk Iran menyatakan bahwa negaranya juga sangat
berhasrat memperluas hubungan dengan Iran di berbagai bidang iptek, politik, ekonomi,
dan kebudayaan.
Rusia Puji Antusias Kerjasama Iran dengan IAEA
Wakil Rusia di Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan
tidak ada indikasi apapun yang menunjukkan bahwa Iran berobsesi membuat senjata
nuklir. Menurutnya, adanya kemungkinan Iran kurang kooperatif dalam masalah
program nuklirnya tidak bisa dijadikan bukti bahwa Iran berusaha membuat senjata
nuklir, dan tidak bisa pula dijadikan alasan bahwa Iran telah melanggar perjanjian-
perjanjian internasional.
Wakil Rusia di Dewan Gubernur IAEA kemudian menilai Iran sudah sangat kooperatif
dengan IAEA, dan karena itu, Dewan Gubernur badan ini jangan sampai menempuh
langkah yang dapat mengusik baiknya kerjasama Iran, dan Dewan ini juga tidak
seharusnya bertindak diskriminatif di depan berbagai negara yang kurang dan atau
bahkan tidak kooperatif sama sekali dengan IAEA.
Salah seorang tokoh oposisi Georgia mengungkapkan bahwa masih ada peluang untuk
membuka dialog dengan pemerintah guna mengakhiri kemelut politik yang melanda
negara ini. Nino Burdzhanadze, seperti dilaporkan IRNA, hari Ahad ini mengatakan,
“Kami akan terus melanjutkan aksi protes dan tidak akan mundur. Tetapi kami tetap
membuka peluang untuk melakukan perundingan dan perdamaian yang logis.”
Burdzhanadze menambahkan, “Penyelenggaraan pemilihan umum adalah satu-satunya
cara untuk menyelesaikan konflik di Georgia.”
Para pengunjuk rasa yang meyakini terjadinya kecurangan dalam pemilihan umum 2
November lalu, Sabtu kemarin, menyerang dan menduduki gedung parlemen negara itu.
Menanggapi aksi pendudukan parlemen, presiden Eduard Shevardnadze
mengumumkan keadaan darurat selama sebulan di Georgia. Menurut laporan IRNA,
menyusul diumumkannya keadaan darurat, Menteri Pertahanan Georgia David
Tevzadze mengatakan bahwa hingga saat ini pihaknya belum menerima perintah
Presiden Shevardnadze untuk mengerahkan pasukan guna menyelesaikan konflik yang
ada. Meski demikian, David Tevzadze menegaskan bahwa militer mengikuti
perkembangan dengan cermat dan siap untuk menghentikan kerusuhan.
Keganasan pasukan Zionis Israel kembali menelan korban bocah Palestina. Dalam
kasus terbaru, seorang bocah Palestina berusia 10 tahun gugur syahid setelah tubuhnya
ditembus peluru tentara Zionis dalam serangannya ke kota Jenin, Tepi Barat Sungai
Jordan Sabtu siang kemarin waktu setempat. Dini hari sebelumnya, seorang warga
Palestina juga mengalami nasib yang sama akibat gempuran serdadu Zionis ke wilayah
timur kota Beit Hanun, Jalur Gaza Utara.
Sementara itu, berbagai sumber rumah sakit Palestina memberitakan dua jenazah
orang Palestina ditemukan di lokasi dekat pemukiman Zionis Netzarim, Jalur Gaza
Selatan. Kedua korban itu dipastikan gugur akibat muntahan peluru pasukan Zionis. Di
bagian lain, pasukan Zionis dilaporkan telah menangkap empat orang Palestina melalui
operasi razia di kota Al-Khalil, Tepi Barat, dan Khan Yunis, Jalur Gaza
Lebih jauh lagi Kementerian Luar Negeri Vietnam menegaskan bahwa sebenarnya, hak
warga negara untuk memeluk agama apapun, bahkan untuk tidak beragama sekalipun,
semuanya dilindungi oleh undang-undang. Karena itu, masalah kebebasan beragama di
Vietnam tidak memerlukan campur tangan AS.
Berdasarkan laporan yang sama , Presiden Vietnam, Tran Duc Luong hari Sabtu
kemarin dalam pertemuannya dengan Duta Besar baru Iran untuk Vietnam Husein Mula
Abdullahi, menyatakan, hubungan dan kerjasama bilateral, regional, dan internasional
antara Tehran dan Hanoi memiliki kepentingan yang besar. Dengan menekankan pada
peran besar Iran dalam dunia Islam, Tran Duc Luong lebih lanjut menyatakan kesiapan
Hanoi untuk menjalin hubungan dengan Teheran di segala bidang. Dalam pertemuan
ini, Dubes Iran untuk Vietnam juga menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden
Vietnam.
Sementara itu, enam tentara AS lainnya dilaporkan terluka di Kirkuk dan Baqubah.
Televisi Al-Alam melaporkan, dua tentara AS cedera dalam insiden ledakan bom di jalur
yang dilalui oleh sebuah kendaraan militer AS di Baqubah. Di Kirkuk, empat tentara AS
dan enam warga Irak mengalami luka-luka saat dua roket menghantam gedung
perusahaan minyak di kota tersebut.
Ketua Dewan Tertinggi Revolusi Islam Irak Sayid Abdul Aziz Al-Hakim diberitakan lolos
dari upaya teror. Tokoh beserban hitam yang juga merupakan anggota Dewan
Pemerintahan Interim Irak (IGC) tersebut Sabtu kemarin mengatakan kepada para
wartawan bahwa beberapa orang tak dikenal telah menembakkan roket ke arah tempat
Abdul Aziz menunaikan solat jamaah di dekat Masjid Idris, Bagdad, tetapi roket itu gagal
meledak.
Sementara itu, Sabtu kemarin beberapa ledakan mengguncang kota Baquba dan Khan
Bani Sa’ad di utara Bagdad mengakibatkan 18 orang tewas, 13 diantaranya polisi Irak.
Akibat ledakan itu sejumlah orang lainnya dilaporkan menderita menderita luka-luka.
Sekjen Partai Buruh Turki Mohamad Badri Gultkin menuduh kelompok AS terlibat dalam
peristiwa pemboman yang secara beruntun terjadi di Istanbul Turki. Demikian
dilaporkan Koran “Wakit” terbitan Turki edisi hari ini sebagaimana dikutip oleh Radio Iran
berbahasa Turki. Menurut Gultkin, AS adalah kekuatan dunia yang sangat berambisi
untuk memperluas kekuasaannya itu, dan dengan berbagai fasilitas yang dimiliki,
Washington dengan sangat mudah memperalat kelompok-kelompok radikal Islam demi
untuk kepentingannya.
Gultkin menegaskan bahwa aksi ledakan dahsyat yang terjadi di Istanbul tersebut tidak
mungkin bisa dilakukan oleh kelompok-kelompok teroris Turki, jika tidak ada bantuan
fasilitas dari negara-negara besar dunia seperti AS.
Sementara itu Koran Milliyet terbitan Turki edisi hari ini melaporkan bahwa jumlah
korban tewas akibat ledakan di Istanbul hari Kamis lalu menjadi 29 orang. Dengan
demikian, jumlah keseluruhan korban tewas dalam dua ledakan beruntun di Turki
menjadi 50 orang.
Sejumlah besar kawasan Irak dilaporkan tercemar radioaktif akibat penggunaan uranium
yang sudah diperlemah pada masa perang. Tentang ini, koran Japan Times mengutip
keterangan Dora Kovic, Direktur sebuah Pusat Studi Kesehatan di AS, bahwa sampel
yang diperoleh dari tanah dan serpihan tubuh korban tewas di 10 kota Irak, termasuk
Bagdad, menunjukkan adanya radiasi radioaktif yang sangat berbahaya. Menurut
perkiraan pakar nuklir di bidang kesehatan tersebut, uranium itu dibawa tentara AS ke
Irak sebanyak kira-kira 1700 ton. Menurut data resmi sejumlah pusat penelitian
kesehatan nuklir, jumlah penderita kanker dan bayi yang terlahir dalam keadaan cacat
terus meningkat di Irak.
Reporter IRIB di Najaf menyebutkan bahwa rakyat Irak di berbagai propinsi, termasuk
Najaf, sedang menderita kelangkaan air minum, listrik, dan bahan bakar. Akibat
minimnya bahan bakar, panjang antrian mobil di sejumlah pusat distribusi bahan bakar,
khususnya di wilayah Irak Selatan, mencapai lebih dari 1 kilometer. Padahal, menurut
pasukan pendudukan, Irak akan mengekspor minyak sebanyak 1.700.000 barel perhari.
Scat Ritter Ungkap Kebohongan Laporan Dinas Rahasia Inggris tentang Irak
Mantan Inspektur Senjata Irak Scatt Ritter menilai laporan Dinas Intelijen Inggris (MI-6)
tentang senjata Irak tidak berdasar, dan karena itu dia mendesak supaya laporan itu
diteliti kembali. Menurut laporan IRNA dari London, dalam keterangannya di depan
Majlis Rendah Inggris, Ritter juga menyatakan bahwa hanya karena kebohongan
laporan MI-6, sudah sekian bulan tentara Inggris ditempatkan di Irak dan menjadi korban
perang.
Ritter juga menjelaskan soal adanya kelompok rahasia bernama ‘Dewan Ruckingham’ di
Departemen Pertahanan Inggris sebelum Perang Irak. Menurutnya, kelompok itu terdiri
dari aparat keamanan yang kurang dikenal dan telah mengalirkan berbagai informasi
bohong dan berlebihan menyangkut Irak kepada media massa, para anggota tim
inspeksi, dan publik.
Rusia, Perancis, dan Jerman yang sejak awal menentang serangan ke Irak belakangan
ini meminta kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) supaya
menyelenggarakan konferensi seperti yang pernah digelar untuk masalah Afganistan di
Jerman pada tahun 2001.
Ayatullah Makarim Shirazi : Media Ingin AS Ingin Mencuri Opini Publik Dunia
Sebagai dukungan kepada rezim Zionis Israel, AS gigih berusaha mencitrakan para
penguasa Tel Aviv sebagai rezim yang demokratis, penyanjung nilai kemanusiaan, dan
teraniaya. Demikian diungkapkan Ayatullah Al-Udhma Makarim Shirazi, salah satu
ulama besar dan marji’ di Iran, dalam pertemuan dengan Kepala Lembaga Kebudayaan
dan Komunikasi Islam Mahmud Mohammadi Iraqi Sabtu kemarin. Beliau menambahkan,
“Media komunikasi massa AS telah melakukan tindakan yang sekiranya dapat mencuri
opini publik dunia.” Menurut beliau, dalam dunia kontemporer, pengungkapan segala
pernyataan memang nampak bebas tanpa sensor. Namun di balik itu semua, informasi
dan berita ternyata dirancang, dikemas, dan dilansir sedemikian rupa justru untuk
menyensor persepsi dan pemahaman setiap orang.
Sementara itu, jet-jet tempur Israel dilaporkan telah melakukan pelanggaran lagi
terhadap zona udara Libanon. Angkatan Bersenjata Libanon mengumumkan, dua jet
tempur Israel Sabtu kemarin melesat di angkasa Libanon Selatan dan Timur, dan
dengan demikian Tel Aviv tetap tidak menggubris desakan PBB supaya Israel
menghentikan aksi pelanggaran terhadap wilayah teritorial Libanon.
Ribuan massa menggelar aksi unjuk rasa di Italia mengecam politik-politik ofensif AS.
Menurut laporan reporter IRIB dari Roma, dalam aksi yang terjadi Sabtu kemarin itu,
massa demonstran meneriakkan yel-yel anti perang dan pendudukan terhadap Irak.
Selain itu, massa juga memrotes pemerintahan PM Italia Silvio Berlusconi karena
maraknya aksi penyensoran berita, pembunuhan terhadap kebebasan berpendapat, dan
meningkatnya jumlah pengangguran di Italia.
Kabul, ibu kota Afganistan, kembali digemparkan oleh ledakan bom. Menurut laporan
IRIB dari Kabul, bom itu meledak Sabtu malam di sebuah lokasi dekat markas
perwakilan rakyat Afganistan Loya Jirga. Pihak kepolisian Afganistan menyatakan
bahwa ledakan itu terjadi di depan hotel Intercontinental yang dijadikan tempat
akomodasi sejumlah warga negara Barat yang beraktifitas di Afganistan. Sedemikian
kerasnya ledakan itu sehingga beberapa rumah yang berjarak ratusan meter dari pusat
ledakan pun ikut mengalami kerusakan. Namun demikian, hingga berita ini disusun
belum ada keterangan mengenai korban yang mungkin jatuh akibat ledakan tersebut.
LINTAS WARTA
Sabtu 22 November Menteri Luar Negeri Jordania, Marwan Muasher tiba di Tehran.
Dalam lawatannya yang membawa pesan Raja Abdullah untuk Presiden Republik Islam
Iran Muhammad Khatami ini, Muasher juga bertemu dengan sejawatnya Kamal Kharazi.
Pada pertemuan itu, Menlu Jordania menyatakan bahwa negaranya sangat
memprihatinkan berlanjutnya ketidakamanan dan instabilitas di Irak. Pada kesempatan
itu, kedua menlu tersebut juga berharap kekuasaan di Irak bisa secepatnya diserahkan
kepada rakyat negara itu.
Kunjungan Menteri Luar Negeri Jordania ke Iran, setelah kunjungan Raja Abdullah
bulan September lalu, layak untuk dicermati. Meski demikian, kondisi kawasan yang
kian tidak menentu telah mempengaruhi agenda utama kunjungan Marwan Muasher.
Perundingannya dengan para pejabat tinggi Iran membicarakan berbagai masalah
seputar memanasnya kondisi di kawasan serta perkembangan terakhir Irak dan
dampaknya pada kawasan Timur Tengah secara umum.
Menurut penilaian Iran, kian memburuknya kondisi di Irak adalah akibat dari aksi
pendudukan pasukan AS atas negara itu. Karenanya, sejak munculnya krisis Irak, RII
dengan tegas menentang kebijakan unilateral AS dan invasi atas Irak. Sikap inilah yang
kini dianggap sebagai sikap paling bijak dalam kasus Irak. Sikap inilah pula yang kini
juga diambil oleh sejumlah negara yang sebelumnya mendukung aksi sepihak AS
terhadap Irak.
Dengan lewatnya 9 bulan penjajahan Irak oleh AS, sedikit demi sedikit berbagai realitas
dari perang ini semakin terkuak. Salah seorang pakar nuklir di AS, hari Sabtu 22
Nopember, mengumumkan bahwa banyak kawasan Irak yang sudah terpolusi oleh
bahan-bahan radio aktif pada tingkat yang tinggi. Dr Dor Ecoweek, Direktur Pusat
Penelitian Kesehatan yang merupakan sebuah lembaga independen dan berkantor di
AS dan Kanada, berkata, “Penggunaan uranium yang diperlemah oleh pasukan AS dan
Inggris dalam perang di Irak, merupakan faktor utama yang menyebabkan sejumlah luas
dari kawasan negara ini terkontaminasi oleh bahan-bahan radio aktif.” Kelompok peneliti
yang dikirim oleh Dr Ecoweek bulan lalu ke Irak, telah mengambil sekitar 100 contoh
dari benda-benda seperti tanah dan jasad tentara Irak di 10 kota termasuk Bagdad,
Basrah dan Najaf. Hasil dari ujicoba perdana menunjukkan bahwa sampel-sampel yang
diambil, ternyata mengandung sinar-sinar radio aktif sekian ratus hingga sekian ribu kali
lebih tinggi di atas tingkat kewajaran.
Melihat tingginya tingkat polusi bahan-bahan radio aktif tersebut, Dr Ecoweek berkata
bahwa sampel-sampel ini membuktikan bahwa dalam perang di Irak, jumlah uranium
diperlemah yang digunakan, jauh lebih besar dibanding yang digunakan dalam perang
Teluk Persia pada tahun 1991. Berdasarkan pengakuan Pentagon, selama perang Teluk
Persia tahun 1991, AS menggunakan 300 ton uranium diperlemah. Sedangkan Dr
Ecoweek yang telah bekerja selama 19 tahun sebagai dokter di Departemen
Pertahanan AS, memperkirakan jumlah uranium diperlemah yang digunakan dalam
perang Irak kali ini, mencapai sekitar 1.700 ton. Oleh karena itu, sejumlah besar dokter
telah menyatakan bahwa sejak sekarang kita mesti siap menyambut kelahiran bayi-bayi
cacat tubuh dan berpenyakit kanker dalam jumlah yang lebih besar di Irak.
Melihat kondisi Irak sejak masa perang Teluk Persia tahun 1991 hingga kini, dapat
disaksikan bahwa di negara ini telah menyebar berbagai penyakit darah terutama
kanker, yang para dokter AS sendiri bahkan mengakui bahwa penyebab semua itu
adalah radiasi radio aktif yang digunakan selama perang. Inilah realitas yang tak dapat
diabaikan. Kini kita mesti bertanya, siapakah yang harus bertanggung jawab atas semua
tragedi ini? Apakah AS yang mengaku sebagai pemberi perdamaian dan kebebasan
bagi rakyat Irak mampu memberikan jawaban bagi aksi-aksi anti kemanusiaan ini? Jelas
sekali, jawabannya ialah “tidak”. Karena bagi AS perang di Irak merupakan kesempatan
emas bagi ujicoba berbagai senjata moderen yang mereka ciptakan.
Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) hari Sabtu 22 Nopember,
mengakhiri sidangnya tanpa mengambil keputusan apapun berkenaan dengan Iran.
Menurut sumber-sumber yang dekat dengan Dewan Gubernur, sidang berikutnya dewan
ini akan digelar hari Rabu 26 Nopember dengan tujuan pengambilan suara dan
pendapat tentang resolusi usulan negara-negara Eropa menyangkut Iran. Penyebab
berakhirnya sidang ini tanpa hasil ialah karena adanya upaya AS untuk menampilkan
Iran sebagai pelanggar perjanjian larangan pengembangan senjata nuklir (NPT) yang
kemudian ditentang oleh negara-negara lain. Meski demikian negara-negara Eropa
menginginkan disusunnya sebuah resolusi yang selain menyambut gembira
peningkatan kerjasama Iran, juga menyatakan kecemasan terhadap apa yang mereka
sebut sebagai kelalaian masa lalu Iran dalam melaporkan program nuklirnya. Sikap
negara-negara Eropa ini mendapat dukungan mayoritas anggota Dewan Gubernur
IAEA.
Dari sisi ini, AS yang didukung hanya oleh 4 negara, Kanada, Australia, New Zaeland
dan Jepang, berada dalam posisi terkucil; sehingga Radio Amerika, dalam program pagi
hari Ahad 23 Nopember, memberitakan langkah mundur AS dalam upayanya
mengesankan Iran sebagai pelanggar untuk kemudian membawa masalah nuklir Iran ke
Dewan Keamanan PBB. Sebelumnya, Richard Armitage, wakil menlu AS pada hari
Sabtu 22 Nopember, telah memberitakan adanya upaya untuk mencapai kesepakatan
dengan Eropa berkenaan program-program nuklir Iran.
Berdasarkan laporan Muhammad ElBaredei, Dirjen IAEA, tak ada bukti apa pun yang
menunjukkan bahwa Iran akan menggunakan energi nuklirnya untuk keperluan militer.
Dari sisi ini, berdasarkan butir ke-12 konstitusi IAEA dan laporan terakhir ElBaredei, dari
segi hukum tak ada alasan untuk melimpahkan masalah nuklir Iran ke DK PBB.
Selain itu, berdasarkan deklarasi Tehran pada 21 Oktober lalu, Iran,Inggris, Perancis
dan Jerman, telah sepakat tentang penundaan proses pengayaan uranium dan
penandatanganan protokol tambahan 93+2 dengan imbalan masalah nuklir Iran tak
akan dilimpahkannya ke DK PBB. Oleh sebab itu, Dr Kamal Kharazi, Menlu RII, pada
hari Sabtu 22 Nopember mengingatkan, jika pelimpahan masalah tersebut dilakukan,
maka Iran akan meninjau ulang kebijakannya dalam hal ini.
•
•
• Halaman Muka
•
• Pengenalan
o Strategi Pendekatan
o Tentang Kami
o Sekretaris Jenderal
o Kontak Kami
•
• Penerbit FIPMI
o Buku Bahasa Arab
o Buku Bahasa Persia
o Distribusi Via Internet
o Percetakan FIPMI
•
• Berita
o Dunia Dalam Berita
o Wawancara
o Berita FIPMI
o Laporan
•
• Album Foto
•
• Perpustakaan Digital
•
• Panduan
•
• Pendidikan Virtual
•
• Links
•
• Pilih Bahasa
o Persia
o Arab
o Inggeris
o Perancis
o Jerman
o India
o Spanyol
o Tajik
o Turki
o Rusia
o Urdu
o Bengali
o Thailand
o Indonesia
o Swahili
Menu Utama
Kajian Al-Qur’an
Even-Even Penting
• Cahaya di Khurasan
• Wali Allah Dalam Perspektif Rumi
• Biografi Ringkas Imam Jakfar Shadiq as
• Meraih Hikmah Puasa
• Idul Fitri; Hari Raya Besar Umat Islam
Para Tokoh Pemersatu
Jajak Pendapat
Bagaimana perubahan terakhir website ini?
Sangat baik
Baik
Tidak sempurna
Butuh perbaikan kembali
Pilih
Sejak agama samawi dan para nabi ulul azmi menabuh gendrang dakwah untuk pertama
kalinya, saat itu pula mereka menghadapi berbagai kendala dan konspirasi dari para
pemuka orang-orang kafir dan penentang hak-hak manusia, Masalah ini menandai
dimulainya konfrontasi abadi antra front kebenaran dan kebatilan sepanjang sejarah
dimana hal ini tak dapat dihindari, kapan pun dan dimana pun. Namun perlu dicatat di
sini bahwa tak ada satu pun dari agama samawi dan para pembawa pesannya yang
menghadapi cobaan begitu berat dan pedih seberat dan sepedih apa yang dirasakan oleh
Islam dan Nabi Muhammad saw. Berkaitan dengan hal ini, Nabi Muhammad saw
bersabda: “Tidak ada satu nabi pun yang disakiti sebagaimana aku disakiti.”1
Sejak Nabi saw mendeklarasikan pesan: “Katakanlah bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah, niscaya kalian selamat” lalu beliau berdakwah
front bersama untuk menghadapi dakwah ini dan mereka selalu berusaha
internal yang ada di antara mereka sendiri, pelbagai kekuatan batil hanya
perang Ahzab. Dinamakan perang Ahzab karena dalam perang ini seluruh
pembesar kafir bersatu padu untuk melenyapkan Islam yang baru dengan
meradang dan gregetan alias gemas. Pesan inilah yang menafikan seluruh
tuhan buatan dan pelbagai kekuatan palsu dan hanya mengakui secara
yang salah,pelbagai tradisi dan budaya sesat yang telah mengakar dalam
kekuasaan yang zalim, hari ini pun bak pelita yang tetap menyala di
Para tiran di zaman Nabi saw dengan baik menyadari realita ini,
yaitu bila agama baru dan budaya yang agung serta pembebas ini
dikhawatirkan oleh dunia kafir dan kekuatan adi daya. Dan masalah
sepanjang sejarah manusia guna menentang para nabi dan utusan Allah.
Problematika Kontemporer:
internal yang kala itu disebut dengan "kematian orang yang sakit", yakin
sekali bahwa tidak ada lagi kekuatan di dunia Islam yang secara militer
umat Islam dengan latar belakang peradaban dan budaya masa lalunya.
Memecah dunia Islam menjadi beberapa negara kecil dari satu sisi dan
termasuk agenda musuh yang sukses dijalankan dengan baik di era ini.
Dalam bidang ini, peran para pemikir yang kebarat-baratan dan para
daripada peran para penguasa boneka mereka. Para penulis yang telah
Musa di Mesir dan dunia Arab, Diya’ Kuk Old di Turki, Sayid Ahmad
Khan di India, dan Qasim Amin dan Taqi Zodeh di Iran, dan tentu masih
banyak lagi para penulis dan kolomnis koran dan majalah lainnya yang
nama mereka dapat disebut, menilai bahwa jalan kemajuan dapat dicapai
latin adalah salah satu cara lain untuk mendekatkan umat Islam ke
dengan budaya dan peradaban masa lalu mereka terbangun dengan baik,
yang kokoh yang mampu memberikan pertahanan dan daya tahan khusus
Berkaitan dengan hal ini, ada suatu fenomena menarik yang kiranya
dapat menjadi bahan renungan kita bersama, yaitu pada tahun 1920 M
dunia Islam yang notabene berbeda secara bahasa, geografi dan mazhab,
oleh Reza Pahlavi pada tahun 1925 M dan di Afganistan kursi kekuasaan
mengikuti gaya hidup ala Barat serta memerangi dengan serius segala
masyarakat lainnya.
Tak syak lagi, fenomena ini bukanlah suatu kebetulan semata dan juga
serius dan sistematis di era ini di pelbagai negeri Islam lainnya adalah
reaksi keras serta efektif para ulama Islam, khususnya ulama Syiah di
Iraq dan Iran, namun lemahnya sarana dan alat dakwah dibandingkan
dengan sarana yang digunakan pihak musuh dan usaha biadab dan tak
masyarakat Islam.
kalangan intelektual dan para pembaharu, seperti Sayid Qutub dan Hasan
al Banna dibunuh dan gugur sebagai syahid. Bahkan gerakan dan ormas
Oleh karena itu, dengan mudah dapat dikatakan bahwa tujuan dan
keterikatan mereka pada Islam, meskipun serangan musuh di era ini bak
ombak besar yang menerjang masyarakat Islam dari pelbagai arah, dan
para pemimpin bayaran dan para tokoh negara Arab yang pro-
diimpor dari Timur dan Barat, dan kembali pada kekuasaan politik
kontemporer.
Dengan kemenangan Revolusi Islam Iran, seolah ruh dan nyawa baru
perubahan besar ini dan mereka berada dalam ketakutan yang luar
Sampai sekarang tekad dan perlawanan yang tumbuh dari kekuatan iman
Islam. Konspirasi ini bukan hanya tidak berhenti, bahkan hari demi
kontemporer dunia Islam dan tujuan buruk segi tiga kejahatan, yaitu
menjamin basirah (ketajaman mata hati) dan membuat kita yang berada
Oleh karena itu, musuh melihat bahwa dirinya berada di depan hidupnya
social mereka.
fenomena ini, meskipun dalam dua era sebelum dan setelah masa
yakni menentang dan melawan Islam sebagai system politik dan social
Karena alasan inilah, Barat mulai melakukan peperangan yang
keras terhadap pemikiran Islam yang berbau politik. Sebab, bila pelbagai
bangsa di dunia mengenal pesan kebebasan Islam; dan jika saja penetrasi
ajaran-ajaran Islam yang sangat inspiratif dibiarkan begitu saja maka ini
sama dengan bunuh diri bagi mereka dan sudah barang tentu akan
kekuatannya.
ini:
a. Mengkikis peran Islam dari percaturan masyarakat dunia
kontemporer.
Meragukan kembali hal-hal yang sudah pasti dan disepakati dalam Islam,
masa tertentu.
Menolak ijtihad dan taklid dan tidak setuju kepada keharusan spesialisasi
keputusan ini.
negara Islam.
masyarakat Islam.
perkembangan ekonomi.
Referensi:
Apakah bisa; pengikut Nabi Isa A.S. sebagai salah satu Nabi besar ilahi
dapat berpegang teguh dengan hak-hak asasi manusia dengan menjadikan
Liberalisme sebagai model peradaban dengan memperluas persenjataan nuklir
dan pembunuhan massal untuk menunjukkan ketidaksetujuannya dan menjadikan
peperangan melawan terorisme sebagai slogannya?
Pada akhirnya, untuk membentuk masyarakat yang satu dan universal tetap
harus diusahakan. Sebuah masyarakat yang akan diperintah oleh Nabi Isa
A.S.
dan orang-orang baik di muka bumi.
Hanya dengan alasan adanya senjata pemusnah massal, sebuah tragedi besar
telah tercipta baik untuk masyarakat yang negaranya dijajah atau penjajah.
Sementara pada akhirnya jelas bahwa senjata pemusnah massal tidak pernah
ada.
Namun tetap saja bahwa Saddam Husein adalah seorang diktator dan pembunuh.
Namun tujuan peperangan yang dilakukan bukan untuk menumbangkannya tapi
usaha untuk menemukan senjata pembunuh massal yang sudah diumumkan
sebelumnya. Saddam dalam rangkaian ini telah tumbang. Masyarakat
sekitarnya
merasa senang dengan tumbangnya Saddam. Pada peperangan yang dipaksakan
kepada Iran, Saddam di bantu dan dibela oleh Barat.
Tuan Presiden...
Mungkin Anda telah tahu bahwa saya hanya seorang dosen. Mahasiswa saya
sering mempertanyakan bagaimana aksi-aksi yang ada ini disesuaikan dengan
nilai-nilai yang telah disampaikan di awal surat saya dengan agama
Nabi Isa
A.S. seorang Nabi perdamaian dan kasih sayang?
Mereka yang tertuduh dan dipenjara Guantanamo yang tidak bakal diadili
secara adil, tidak memiliki akses untuk mendapat pembelaan dari seorang
pengacara. Keluarga mereka tidak diperkenankan untuk melihat mereka dan di
luar dari negaranya sendiri diisolir sementara tidak ada pengawasan
internasional untuk mereka. Tidak jelas posisi mereka; apakah mereka
adalah
dipenjara, tawanan perang, tertuduh ataukah orang-orang yang telah
dihukum?
Para mahasiswa berkata, 60 tahun yang lalu tidak pernah ada negara dengan
nama ini. Dokumen-dokumen dan peta geografi dunia yang lama
ditunjukkan oleh
mereka sambil berkata, kami telah berusaha sedemikian rupa mencarinya
namun
kami tidak menemukan sebuah negara yang bernama Israel.
Saya terpaksa menuntun mereka agar mempelajari lagi tentang perang dunia
pertama dan kedua. Sekali waktu seorang mahasiswa berkata, pada perang
dunia
kedua puluhan juta manusia tewas. Berita-berita perang dengan cepat
disebarkan dari kedua belah pihak yang berperang. Masing-masing
memberitakan
kemenangannya dan kekalahan lawan. Setelah perang dunia kedua selesai
mereka
mengklaim bahwa ada enam juta orang Yahudi tewas. Enam juta orang yang
sekurang-kurangnya dari dua juta kepala keluarga.
Kita andaikan saja bahwa berita ini benar. Apakah kesimpulan logisnya
adalah
pembentukan sebuah negara Israel di kawasan Timur Tengah dan atau membela
mereka habis-habisan? Bagaimana menganalisa dan menginterpretasikan
fenomena
semacam ini?
Tuan Presiden...
Anda pasti telah mengetahui dengan anggaran belanja dan pesan-pesan yang
seperti apa sehingga Israel terbentuk;
Rezim yang dibentuk ini bahkan tidak memiliki rasa belas kasihan terhadap
anak-anak. Rumah-rumah dihancurkan, rencana teror tokoh-tokoh Palestina
dengan terlebih dahulu mengumumkannya serta memenjarakan ribuan
orang-orang
Palestina. Fenomena ini pada abad-abad terakhir bila tidak dikatakan sulit
dicari tandingannya maka tentunya tidak ada bandingannya.
Apakah pembelaan rezim yang semacam ini merupakan salah satu ajaran Nabi
Isa A.S. atau sesuai dengan nilai-nilai Liberalisme?
Tuan Presiden...
Anda mengetahui bahwa saya hidup bersama rakyat dan punya hubungan dengan
mereka. Kebanyakan dari masyarakat Timur Tengah, yang dengan berbagai
bentuk, melakukan hubungan dengan saya. Mereka melihat kebijakan ganda
yang
ada ini tidak sesuai dengan logika apapun. Bukti-bukti menunjukkan
bagaimana
kebanyakan masyarakat di kawasan dari hari ke hari semakin marah dengan
kebijakan yang dilakukan.
Dalam masalah Irak telah terjadi kebohongan. Hasilnya apa? Saya tidak ragu
bahwa semua manusia meyakini bahwa kebohongan adalah hal yang tidak
terpuji.
Anda sendiri tidak akan senang bila orang lain berdusta terhadap Anda.
Tuan Presiden...
Apakah masyarakat di Amerika Latin memiliki hak untuk mempertanyakan
mengapa
selalu ada usaha untuk tidak menyetujui pemerintahan terpilih dari rakyat
dan pada saat yang sama adanya pembelaan bagi mereka yang ingin melakukan
kudeta terhadap pemerintahan terpilih. Mengapa ancaman selalu diarahkan
kepada mereka?
Masyarakat Afrika adalah masyarakat yang punya etos kerja, kreatif dan
memiliki potensi. Mereka dapat berperan penting dalam menjamin
kebutuhan dan
kemajuan materi dan maknawi masyarakat dunia. Kemiskinan dan kepapaan di
sebagian besar Afrika menjadi kendala terbesar untuk dapat memainkan peran
penting tersebut.
Apakah mereka berhak untuk mempertanyakan, mengapa kekayaan luar biasa dan
barang tambang mereka dijarah padahal mereka lebih membutuhkan dari orang
lain? Apakah aksi-aksi semacam ini sesuai dengan ajaran Nabi Isa dan
hak-hak
asasi manusia?
Masyarakat Iran yang berani dan beriman juga memiliki banyak pertanyaan.
Salah satunya; Kudeta 28 Murdad terhadap pemerintahan waktu itu pada lima
puluh dua tahun yang lalu, berhadap-hadapan dengan revolusi Islam dan
menjadikan kedutaan Amerika menjadi markas besar, dengan memiliki ribuan
dokumen, yang membela mereka yang tidak setuju dengan Republik Islam,
melindungi Saddam Husein dalam perang terhadap Iran, penembakan pesawat
penumpang Iran, menyandera harta masyarakat Iran, ancaman-ancaman yang
semakin meningkat dengan menunjukkan ketidaksetujuan serta kemarahan atas
kemajuan ilmu dan teknologi serta nuklir masyarakat Iran, padahal semua
orang Iran gembira dengan kemajuan negara mereka dan mengadakan acara
untuk
keberhasilan mereka. Masih banyak lagi pertanyaan yang semacam ini dan
untuk
menjelaskannya di surat ini tidak saya cantumkan.
Tuan Presiden...
Peristiwa 11 September benar-benar merupakan peristiwa yang mengerikan.
Pembunuhan terhadap orang-orang tak berdosa di bagian mana saja dari dunia
ini selalu menyakitkan dan sangat disayangkan. Pemerintah kami pada waktu
itu mengumumkan rasa kebencian terhadap pelaku kejadian dan sekaligus
mengucapkan belasungkawa kepada mereka yang ditinggalkan.
Tuan Presiden...
Salah satu kewajiban pemerintah adalah mewujudkan keamanan dan ketenangan
kepada rakyatnya. Masyarakat negara Anda dan negara-negara tetangga poros
krisis dunia selama bertahun-tahun tidak lagi merasakan keamanan dan
ketenangan.
Dalam prinsip dasar media, penyampaian informasi yang benar dan menjaga
amanat dalam menyebarkan berita adalah dasar yang manusiawi dan diterima.
Saya merasa perlu untuk mengucapkan dan mengumumkan rasa penyesalan yang
dalam atas ketiadaan rasa tanggung jawab sebagian media Barat dengan
kewajiban ini. Alasan asli agresi ke Irak adalah adanya senjata pemusnah
massal. Tema ini diulang-ulang sedemikian rupa sehingga masyarakat percaya
dan menjadi dasar untuk menyerang Irak.
Apakah kebenaran tidak akan hilang pada situasi yang dibuat-buat dan
berisi
kebohongan?
Apakah hilangnya sebuah kebenaran sesuai dengan tolok ukur yang telah
dijelaskan sebelumnya?
Tuan Presiden...
Di semua negara masyarakatlah yang menanggung anggaran belanja negaranya
sehingga pemerintah dapat melayani mereka. Pertanyaannya di sini, dengan
anggaran tahunan ratusan miliar dolar pengiriman pasukan ke Irak apa yang
didapat oleh masyarakat?
Tuan Presiden...
Apa yang sudah disebutkan adalah sebagian dari penderitaan masyarakat
dunia;
kawasan kami dan masyarakat Anda. Namun maksud asli saya yang
setidak-tidaknya akan Anda benarkan sebagai berikut:
Para penguasa memiliki masa tertentu dan tidak selamanya berkuasa. Namun
nama mereka akan diingat dan tertulis dalam sejarah. Dan di masa depan,
dekat atau jauh, senantiasa dinilai. Masyarakat akan berkata, dalam
periode
kita ini apa yang telah terjadi.
Apakah kita hendak mengukuhkan keadilan ataukah hanya kelompok khusus yang
ingin kita lindungi. Itu pun dengan harga kemiskinan dan kepapaan sebagian
besar masyarakat dunia. Apakah kita akan memilih untuk mengutamakan
sekelompok kaum minoritas dengan segala kekayaan dan pangkat dan kerelaan
mereka ketimbang kerelaan Tuhan?
Apakah kita telah membela hak-hak masyarakat dan kaum miskin ataukah kita
tidak memandang sedikit pun kepada mereka.
Apakah kita telah berbicara dengan jujur kepada rakyat kita dan masyarakat
dunia ataukah kita malah menunjukkan kebenaran yang telah diputarbalikkan.
Apakah kita termasuk pembela masyarakat ataukah pembela para penjajah dan
penzalim?
Pada akhirnya mereka akan berkata, apakah kita masih setia dengan sumpah
yang kita ucapkan dalam rangka melayani masyarakat dan perjanjian asli
kita
dan ajaran-ajaran para Nabi ataukah tidak?
Tuan Presiden...
Sampai kapan dunia akan menanggung beban berat ini? Dengan proses yang
semacam ini dunia akan menuju kemana?
Sampai kapan masyarakat dunia harus menanggung beban keputusan-keputusan
tidak benar dari para penguasa?
Sampai kapan cakrawala ketakutan harus dihadapkan kepada masyarakat dunia
akibat ditimbunnya senjata pemusnah massal?
Sampai kapan darah anak-anak, para wanita dan laki-laki harus mengalir di
atas batu-batu jalanan dan rumah-rumah mereka harus dihancurkan?
Bila saja ratusan miliar dolar yang dipakai untuk membiayai keamanan,
pertahanan, pengiriman pasukan dialokasikan sebagai modal dan bantuan bagi
negara-negara miskin, pengembangan kebersihan, berperang melawan berbagai
macam penyakit, penghijauan dan pengentasan kemiskinan dan keterbatasan,
menggalang perdamaian, menghilangkan perselisihan antar negara-negara,
menghilangkan peperangan kabilah dan ras dan lain-lain. Dapat dibayangkan
bagaimana dunia sekarang? Dan apakah pemerintahan dan rakyat Anda tidak
merasa bangga dengan ini?
Apakah posisi politik dan ekonomi pemerintahan dan rakyat Anda tidak akan
semakin kokoh?
Dengan mengucapkan rasa penyesalan penuh, saya harus mengucapkan
apakah ada
kenaikan tingkat kebencian masyarakat dunia terhadap pemerintah Amerika?
Tuan Presiden, saya tidak bermaksud untuk melukai perasaan seorang pun.
Apakah bila hari ini Nabi Ibrahim, Ishaq, Ya'qub, Ismail, Yusuf dan atau
Nabi Isa A.S. hadir di dunia ini dan dengan melihat perilaku yang semacam
ini apa kata mereka? Apakah dunia yang dijanjikan, dunia yang diliputi
oleh
keadilan dengan kehadiran Nabi Isa A.S. akan memberikan kita peran? Apakah
mereka akan menerima kita?
Pertanyaan kunci saya di sini; Apakah jalan yang lebih baik dalam
pergaulan
dengan masyarakat dunia tidak ada lagi?
Hari ini di dunia ada ratusan juta orang Kristen, ratusan juta orang Islam
dan jutaan lagi orang pengikut Nabi Musa A.S. Semua agama ilahi dalam satu
kalimat bersatu dan itu adalah kalimat tauhid, yaitu keyakinan akan Tuhan
Yang Esa dan selain Dia tidak ada tuhan di dunia ini.
Al-Quran al-Karim menegaskan akan kalimat yang satu ini dan ia memanggil
semua pengikut agama ilahi dengan kalimat ini. Allah berfirman:
Tuan Presiden...
Berdasarkan firman ilahi kita semua diajak untuk menyembah Allah Yang Esa
dan mengikuti utusan-utusan ilahi.
" Penyembahan kepada Tuhan Yang Esa yang Maha kuasa dan berkuasa atas
segala
sesuatu", Allah Yang Maha Mengetahui hal-hal yang tersembunyi dan tampak,
dahulu dan akan datang dan Ia mengetahui apa yang terlintas di benak
hamba-Nya dan Ia mencatat amalan mereka", "Tuhan Sang pemilik langit dan
bumi dan semua alam di bawah kekuasaan-Nya", "Pengaturan seluruh alam di
tangan-Nya dan Ia memberikan janji untuk mengampuni dosa-dosa
hamba-Nya", Ia
penolong mereka yang terzalimi dan musuh mereka yang menzalimi", Dia Maha
Pengasih dan Penyayang", "Ia penolong kaum mukminin dan Ia menuntun mereka
dari kegelapan kepada keterang-benderangan", "Ia mengawasi perbuatan
hamba-hamba-Nya", " Ia menyerukan hamba-Nya untuk beriman dan berbuat baik
dan menginginkan agar mereka berbuat berdasarkan kebenaran dan untuk tetap
istiqamah dalam kebenaran", " Allah menyerukan agar hamba-hamba-Nya untuk
menaati utusan-Nya dan Ia sebagai saksi dan pengawas perbuatan
hamba-hamba-Nya", "Puncak keburukan terkait dengan orang-orang yang
menginginkan kehidupan yang terbatas di dunia ini dan tidak mengikuti
perintah-Nya dan menzalimi hamba-hamba Allah", "Puncak kebaikan dan surga
yang kekal hanya akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa di
hadapan keagungan ilahi dan tidak mengikuti hawa nafsunya".
Kami juga percaya bahwa Nabi Isa A.S. adalah salah satu Nabi besar ilahi.
Dalam al-Quran Nabi Isa mendapat penghormatan yang luar biasa dan ini
adalah
ucapan Nabi Isa A.S. yang dinukil oleh al-Quran:
Penghambaan dan ketaatan kepada Allah adalah seruan semua para Nabi. Tuhan
seluruh masyarakat di Eropa, Afrika, Amerika, dan negara-negara kepulauan,
seluruh dunia hanya satu Tuhan dan itu adalah Tuhan yang memberikan
hidayah
dan menginginkan kemuliaan bagi semua hamba-hamba-Nya dan memberikan
kehormatan kepada umat manusia.
Dan dalam firman Allah: "Allah Yang Maha Mengetahui dan Tinggi
mengutus para
Nabi disertai dengan tanda-tanda yang jelas dan mukjizat untuk memberi
petunjuk kepada manusia. Pengutusan itu agar mereka menunjukkan
tanda-tanda
kebesaran ilahi kepada manusia. Dengan begitu manusia dapat disucikan dari
dosa. Allah mengirimkan kitab dan mizan agar manusia dapat menegakkan
keadilan dan dapat meninggalkan orang-orang yang berbuat zalim".
Seluruh ayat-ayat dengan bentuk yang mirip ada di kitab suci.
Para Nabi dan utusan ilahi memberikan janji:
Suatu hari nanti semua manusia akan dibangkitkan di hadapan Allah untuk
diperhitungkan amal perbuatannya. Mereka yang berbuat baik akan diantarkan
ke surga. Dan mereka yang berbuat buruk akan menanggung perbuatannya
dengan
menerima siksa ilahi. Saya berpikir bahwa kita berdua sama meyakini akan
hari itu.
Tentunya perhitungan para penguasa tidak akan ringan. Hal itu karena harus
menjawab kepada masyarakat dan semua orang atas setiap perbuatan kita yang
ada hubungannya dan memiliki dampak dalam kehidupan mereka.
Bila kita semua meyakini tauhid dan penyembahan kepada Tuhan, keadilan,
menjaga harkat dan martabat serta kemuliaan manusia dan hari akhir, apakah
tidak bisa menyelesaikan problema dunia sekarang yang diakibatkan oleh
kejauhan dari ketaatan kepada Allah dan ajaran-ajaran para Nabi, dengan
prinsip itu dengan lebih baik dan indah?
Apakah Anda tidak ingin mengiyakan seruan ini? Kembali secara hakiki
kepada
ajaran-ajaran para Nabi, kepada tauhid dan keadilan, kepada penjagaan
terhadap harkat dan martabat manusia dan kepada ketaatan terhadap
Tuhan dan
utusan-utusan-Nya
Tuan Presiden...
Data-data sejarah menunjukkan bahwa pemerintahan yang berada dalam jalur
kezaliman tidak pernah bertahan lama. Tuhan tidak menyerahkan nasib
manusia
di tangan penguasa zalim. Tuhan tidak membiarkan dunia dan manusia begitu
saja. Bukankah sudah banyak kejadian yang bertolak belakang dengan
rencana-rencana para penguasa. Kejadian-kejadian sejarah menunjukkan bahwa
ada kekuatan misterius di atas segalanya di balik semua ini yang mengatur
semua hal.
Tuan Presiden...
Apakah tanda-tanda perubahan di dunia kini dapat diingkari? Apakah keadaan
dunia sekarang dengan sepuluh tahun yang lalu dapat dibandingkan.
Perubahan
terjadi begitu cepat dan dengan dimensi yang sangat luas.
Masyarakat dunia tidak rela dengan kondisi dunia kini. Mereka tidak
percaya
dengan janji-janji sebagian penguasa paling berpengaruh pun di dunia.
Sebagian besar masyarakat dunia merasa tidak aman. Mereka tidak setuju
dengan berkembangnya kondisi ini begitu juga dengan perang. Mereka juga
tidak setuju dengan kebijakan ganda.
Masyarakat dunia protes akan adanya jurang pemisah yang dalam antara
mereka
yang kaya dan miskin dan antara negara yang sejahtera dan miskin.
Masyarakat
semakin membenci kebejatan moral yang semakin meningkat.
Masyarakat dunia mulai pesimis memandang PBB. Hal itu dikarenakan hak-hak
mereka tidak dipertahankan.
Hari ini perhatian masyarakat dunia semakin meningkat kepada sebuah fokus.
Dan pusat itu adalah Tuhan Yang Esa. Dan tentunya masyarakat dengan tauhid
dan berpegangan dengan ajaran-ajaran para Nabi akan dimenangkan atas
masalah
yang dihadapi. Pertanyaan penting dan serius saya di sini:
Dalam kesempatan itu, ada beberapa argumentasi yang dilontarkan Bush tentang
pentingnya demokratisasi di Timur Tengah. Menurutnya, selama kebebasan
(freedom) belum tumbuh di Timur Tengah, kawasan itu akan tetap menjadi wilayah
stagnan (jumud), peng-‘ekskpor’ kekerasan, termasuk menjadi tempat penyebaran
senjata yang membahayakan negara AS. Dengan menyakinkan, Bush mengatakan,
“Demokrasi akan menjangkau seluruh negara-negara Arab pada akhirnya.”
(Khilafah. Com Journal, 21/11/2003).
Apa yang disebut dengan sistem demokrasi, dengan segala nilai-nilai yang dianggap
baik oleh pengikutnya, tentunya sangat penting dikritisi; baik dalam tataran konsep
maupun realita praktiknya dalam sistem pemerintahan. Dari sana diharapkan muncul
kesadaran baru bagi kaum Muslim tentang kebobrokan sistem kufur ini. Mereka juga
bisa berhenti untuk bermimpi dengan harapan-harapan palsu yang ditawarkan
sistem ini. Lebih penting lagi, mereka terhindar dari murka Allah Swt. Sebab, saat
mereka berpegang dengan demokrasi yang intinya kedaulatan di tangan rakyat,
mereka telah menjadikan tuhan baru sebagai tandingan bagi Allah, yakni suara yang
mengatasnamakan rakyat.
Pengkritik demokrasi seperti Gatano Mosca, Clfrede Pareto, dan Robert Michels
cenderung melihat demokrasi sebagai topeng ideologis yang melindungi tirani
minoritas atas mayoritas. Dalam praktiknya, yang berkuasa adalah sekelompok kecil
atas kelompok besar yang lain. Seperti di Indonesia, mayoritas kaum Muslim
Indonesia berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Indonesia lebih
didominasi oleh kelompok minoritas, terutama dalam hal kekuasaan (power) dan
pemilikan modal (kapital).
Kritik yang sama muncul dari C. Wright Mills yang memokuskan penelitiannya pada
persoalan elit politik. Berdasarkan penelitiannya pada sebuah kota kecil di AS, dia
melihat bahwa meskipun pemilu dilakukan secara demokratis, ternyata elit penguasa
yang ada selalu datang dari kelompok yang sama. Kelompok ini merupakan
kelompok elit di daerah tersebut yang menguasai jabatan-jabatan negara, militer,
dan posisi kunci perekonomian. Merekapun datang dari keluarga-keluarga kaya di
daerah tersebut, yang mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah elit yang
sama. Memang, secara ide, demokrasi sering menyatakan bahwa semua orang bisa
menempati jabatan negara, militer, atau memegang posisi bisnis kelas atas. Akan
tetapi, dalam kenyataannya, jabatan-jabatan itu diduduki oleh kelompok-kelompok
tertentu.
Dalam sistem kapitalis, kekuatan pemilik modal menjadi faktor yang sangat penting
dalam pengambilan keputusan, bukan rakyat secara keseluruhan. Merekalah yang
banyak mempengaruhi pengambilan keputusan di parlemen atau pemerintahan. Ini
tidak aneh, karena dalam sistem kapitalis, calon anggota parlemen haruslah memiliki
modal yang besar untuk mencalonkan diri. Karena itu, kalau dia sendiri bukan
pengusaha kaya, dia akan dicalonkan atau disponsori oleh para pengusaha kaya,
sehingga politik uang sangat sering terjadi. Bisa disebut hampir mustahil, kalau ada
orang bisa mencalonkan diri menjadi presiden atau anggota parlemen kalau tidak
memiliki modal.
Karena itu, keputusan yang diambil oleh parlemen pastilah sangat memihak pemilik
modal besar tersebut. Dilegalisasinya serangan AS ke Irak oleh Parlemen Negara
Paman Sam tersebut tidak bisa dilepaskan dari besarnya kepentingan ekonomi para
pengusaha minyak AS terhadap Irak yang memiliki cadangan minyak kedua terbesar
setelah Saudi Arabia.
Memang, dalam kenyataannya, sulit untuk membuat keputusan dengan terlebih dulu
mendapat persetujuan rakyat. Bisa disebut, klaim ‘suara anggota parlemen adalah
cerminan suara rakyat’ hanyalah mitos. Seharusnya, kalau prinsip ini benar-benar
dilaksakan, setiap kali parlemen akan menghasilkan sebuah UU atau kebijakan,
mereka bertanya dulu kepada rakyat, bagaimana pendapat mereka. Terang saja,
cara seperti ini sangat sulit, untuk tidak dikatakan utopis. Apalagi, kalau negara
tersebut memiliki jumlah penduduk yang sangat besar seperti AS dan Indonesia.
Klaim demokrasi yang lain, pemerintahan yang terpilih adalah pemerintahan rakyat.
Anggapan ini, selain keliru, juga utopis. Pada praktiknya, tidak mungkin seluruh
rakyat memerintah. Tetap saja yang menjalankan pemerintahan adalah elit
penguasa yang berasal dari pemilik modal kuat atau pengendali kekuatan militer.
Sebenarnya dalam sistem apapun, wajar jika sebuah sistem politik memiliki batasan
yang tidak boleh dilanggar, apalagi sampai menghancurkan sistem politik itu. Namun
curangnya, pendukung demokrasi, sering mengklaim bahwa hanya sistemnya yang
membolehkan kebebasan berpendapat, sementara sistem ideologi lain tidak. Padahal
dalam kenyataannya, sistem demokrasi pun memberikan batasan tentang
kebebasan berpendapat ini.
Atas nama perang melawan terorisme, kebebasan media masa dihambat, baik oleh
negara ataupun oleh kesadaran media itu sendiri. Terbukti, banyak berita yang
diplintir untuk kepentingan AS dalam Perang Irak, sementara berita yang dianggap
mengancam kepentingan AS disensor. Larangan terhadap stasiun Aljazeera di Irak
oleh pemerintah sementara Irak bentukan AS (jadi pasti di bawah tekanan AS)
merupakan praktik lain dari kebohongan kebebasan demokrasi.
Fakta lain, kekhawatiran munculnya sistem Islam telah mendorong penguasa sekular
dan militer memberangus dan membatalkan kemenangan FIS di Aljazair—sebuah
tindakan yang jelas-jelas tidak demokratis. Namun, negara-negara demokrasi
seperti Prancis, Inggris, dan AS diam terhadap persoalan ini. Sebab, sistem Islam
akan membuat negara-negara imperialis kehilangan kontrol terhadap negara bekas
jajahannya itu.
Barat pada umumnya, khususnya AS, juga memuji-muji Turki sebagai model
pemerintah ideal bagi umat Islam. Turki dianggap telah mempraktikkan demokrasi
Islam. Padahal, di Turki, memakai kerudung saja dilarang dengan alasan
bertentangan dengan prinsip sekularisme. Partai Raffah, yang sebenarnya sudah
mengakui sekularisme Turki, juga terus ditekan, dan bahkan dibubarkan; lagi-lagi
karena dianggap membahayakan sekularisme.
(3) Demokrasi dan kesejahteraan.
Mitos lain adalah demokrasi akan menciptakan stabilitas. Dalam banyak kasus, yang
terjadi justru sebaliknya. Kran demokrasi yang diperluas ternyata menimbulkan
banyak konflik di tengah masyarakat. Secara konseptual, hubungan konflik dan
demokrasi bisa dirujuk pada ide utama demokrasi, yakni kebebasan atau
kemerdekaan. Ketika pintu demokrasi dibuka, banyak pihak kemudian menuntut
kebebasan dan kemerdekaan; biasanya atas nama bangsa, suku, kelompok.
Muncullah konflik antar pihak yang bersinggungan kepentingan atas nama bangsa,
suku, atau kelompoknya. Muncul pula perdebatan batasan wilayah dan kekuasaan
masing-masing. Bersamaan dengan itu, muncul persaingan internal elit politik yang
ingin muncul sebagai penguasa baru. Contoh nyata dalam hal ini adalah Indonesia.
Masa reformasi ditandai dengan meningkatnya konflik di beberapa tempat, seperti
Timor Timur (yang kemudian lepas), Aceh,Maluku, dan Papua. Konflik ini sebagian
besar dipicu oleh isu keinginan untuk memisahkan diri (disintegrasi) dengan alasan
kemerdekaan untuk menentukan nasib sendiri sebagai bagian dari asas kebebasan—
sebagai pilar utama demokrasi.
Pemilihan kepala daerah yang sering kisruh di beberapa tempat juga merupakan
hasil dari demokrasi. Sebelumnya, pada masa Orde Baru, kepala daerah ditentukan
oleh Presiden. Atas nama aspirasi masyarakat daerah, kepala daerah kemudian
dipilih oleh DPRD masing-masing, yang kemudian menyulut berbagai konflik
horisontal antar masyarakat.
Hal yang sama tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi wilayah dunia yang lain.
Demokrasi kemudian memunculkan fanatisme nasionalisme atas nama bangsa,
suku, kelompok. Disintegrasi negeri-negeri eks komunis, seperti Soviet dan
Yugoslavia, sebelumnya diyakini sebagai cahaya terang demokrasi. Kenyataannya,
disintegrasi menimbulkan konflik yang berlarut-larut hingga kini, dengan korban
manusia yang tidak sedikit. Konflik antar etnis pun terjadi, masing-masing dengan
alasan yang sama: kemerdekaan bangsa. Belum lagi, kalau kita membicarakan
korban-korban perang atas nama demokrasi yang disulut oleh negara AS. Apa yang
terjadi di Irak merupakan contoh yang jelas. Tawaran demokrasi AS ternyata
menimbulkan banyak penderitaan bagi rakyat Irak hingga kini. Perang atas nama
demokrasi ini telah menimbulkan puluhan ribu korban manusia. Inikah yang disebut
dengan stabilitas?
Pidato Bush yang menyatakan bahwa tanpa demokrasi Timur Tengah akan menjadi
stagnan (jumud)—seakan-akan kemajuan ditentukan oleh apakah negara itu
menganut sistem demokrasi atau tidak—patut dikritisi. Argumentasi yang sering
dilontarkan, demokrasi menjamin kebebasan, sementara kebebasan adalah syarat
bagi kemajuan. Dengan kata lain, reason (akal) bisa produktif karena adanya
freedom (kebebasan), baik freedom of thinking (kebebasan berpikir) maupun
freedom of speech (kebebasan berbicara), dan keduanya itu hanya ada dalam sistem
demokrasi. Karena itu, demokrasi mutlak harus diperjuangkan.
Benarkah dengan kebebasan akan diperoleh kemajuan intelektual? Tentu saja tidak
sesederhana itu. Rusia pada masa kejayaan Komunisme meraih kemajuan di bidang
sains dan teknologi. Mereka mampu menciptakan teknologi canggih hingga ke
teknologi ruang angkasa. Padahal Komunisme sering diklaim memberangus
kebebasan.
Bandingkan pula dengan masa kejayaan Islam, yang jelas bukan berdasarkan sistem
demokrasi. Betapa banyak karya intelektual yang dihasilkan oleh para pemikir Islam
saat itu. Jutaan karya intelektual dihasilkan oleh para ulama besar seperti an-
Nawawi, Ibn Taimiyah, Ibn hajar al-Asqalani, dan lainnya. Dunia Islam pun dipenuhi
dengan penemuan-penemuan baru di bidang sains dan teknologi, yang diakui oleh
banyak pihak. Bandingkan dengan sekarang. Sebaliknyalah yang terjadi, negeri-
negeri Islam yang sebagian besar menganut sistem demokrasi mundur dalam bidang
sains dan teknologi. Lihat pula intelektualitas para penyeru kebebasan di negeri
Islam, berapa banyak dan bagaimana mutu tulisan mereka dibandingkan dengan
ulama-ulama Islam terdahulu.
Demokrasi digunakan untuk menjauhkan kaum Muslim dari sistem Islam yang
bersumber dari Allah Swt. Sebab, demokrasi menyerahkan kedaulatan ke tangan
manusia, sementara dalam Islam kedaulatan ada di tangan Allah Swt. Demokrasi
pun digunakan untuk memerangi kaum Muslim. Atas nama menegakkan demokrasi
dan memerangi terorisme, negeri-negeri Islam diserang dan dijajah, seperti yang
terjadi di Irak dan Afganistan.
Visi akan perubahan yang tulus dan jujur membawa Obama menjadi pemimpin masa
depan.
Barack Obama menjadi presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat dalam 232 tahun
sejarah perjalanan negeri itu. Kemenangan Obama yang diusung Partai Demokrat boleh
dikatakan mengakhiri tradisi lama presiden AS yaitu WASP - White-Anglo-Saxon-
Protestan (Kulit putih-keturunan Anglo Saxon- dan beragama Protestan). Memang
sebelumnya pernah terpilih John F Kennedy yang penganut Katolik namun tidak seheboh
kemenangan Obama. Ketika itu, pemerintahan Kennedy juga tidak berusia panjang
karena dia tewas dibunuh.
Jika ditelusuri ke belakang, kemenangan Obama ini bukanlah hasil kerja sesaat. Di
negara Paman Sam itu, perjuangan warga Afro-Amerika menuju Gedung Putih sudah
dimulai oleh Sharley Anita St. Hill Chisholm pada 1972, tapi gagal. Kemudian, Jesse
Louis Jackson Sr juga dua kali menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat yakni
pada 1984 dan 1988, tapi juga gagal.
Perjuangan persamaan hak antara kulit putih dan kulit hitam di negeri itu sudah
menelusuri lorong waktu yang sangat panjang dan berliku. Salah satu tokoh yang paling
gigih dalam perjuangan ini adalah tokoh kulit hitam antirasialisme Martin Luther King Jr.
Kekaguman dunia kepada Obama memang hal yang wajar terutama melihat
kepiawaiannya berpidato. Setiap kalimat yang muncul dari mulutnya selalu bernas dan
padat. Pilihan katanya sangat tepat mewakili perasaan publik. Kecerdasannya terpantul
dari pidato-pidatonya yang lancar tanpa pengulangan walaupun tanpa teks. Intonasi dan
nada suaranya lembut dan merangkul. Perspektifnya dalam memandang persoalan begitu
bijak, menenangkan, namun jelas dan tegas apa yang diinginkannya. Dan yang paling
penting, paradigma yang dia bawa merupakan solusi dari persoalan negaranya dan dunia
yang akut. Karena itu, ia mengusung slogan Change atau perubahan. Bukan sekadar
mengubah kebijakan, tapi mengubah paradigma.
Obama adalah tipikal Amerika kontemporer, bukan tipikal Amerika masa lalu yang koboi
dan jemawa. Ayahnya, Barack Hussein Obama Sr adalah imigran Afrika. Memang,
semua orang Amerika kecuali Indian, adalah imigran. Namun, ayahnya benar-benar
pendatang karena dia kemudian kembali ke negerinya, Kenya. Obama lahir di Hawaii
dari ibunya yang kulit putih. Masa kecilnya sempat tinggal dan sekolah di Indonesia.
Dia tidak dari keluarga kaya, namun berkat kemakmuran dan demokrasi Amerika,
Obama yang lulusan hukum dari sekolah hukum terbaik di dunia, Harvard Law School,
bisa berkembang dengan kemampuan dan kecerdasan yang ia miliki.
Berkat nilai-nilai Amerika serta berbekal bakat, kecerdasan dan pengalaman, dia
memasuki panggung politik dengan maju sebagai senator. Ketika itu, Amerika sudah
geger oleh popularitas Obama. Kemudian, belum satu periode menjadi senator, dia maju
untuk memimpin Amerika. Dan seperti yang sudah diketahui, dia menang dengan telak.
Kemenangan Obama ini tidak sekadar kemenangan warga kulit hitam AS yang selama
beberapa abad menjadi budak belian. Juga bukan hanya kemenangan warga kulit hitam
dunia, yang selama ini dianggap belum setara dengan penduduk dunia lainnya, terutama
kaum kulit putih. Bukan pula sekadar kemenangan kulit berwarna yang mampu
mematahkan dominasi warga kulit putih di negeri yang menjunjung tinggi demokrasi itu.
Kemenangan itu adalah kemenangan sebuah harapan akan perubahan. Harapan akan
perubahan dari seluruh warga AS dan dunia yang saat ini sedang dirundung krisis
ekonomi. Juga harapan akan perubahan dari banyak negara yang selama ini merasa
diperlakukan tidak adil oleh pemerintah AS.
Kini, euforia menyambut kemenangan Obama yang begitu hebat dan luar biasa sudah
berlalu. Dia sudah menoreh sejarah baru bagi AS dan dunia. Yang tersisa adalah
masyarakat AS dan dunia menunggu kepemimpinannya. Mampukah dia mewujudkan
harapan warga yang begitu besar? Di sinilah masalahnya.
Sebagaimana perjalanan, kita belum bisa tahu apa yang ada di tengah dan di ujung
perjalanan. Sebagai presiden AS, dia diyakini akan mengutamakan kepentingan
nasionalnya. Dan sebagai orang Demokrat, dia juga takkan bisa bergerak terlalu jauh dari
garis partainya yang selama ini sangat ketat soal HAM, demokrasi, dan perlindungan
terhadap produk AS.
Di awal pemerintahannya, Obama sudah dihadang berbagai persoalan pelik antara lain
yang paling pelik adalah krisis ekonomi yang melanda negaranya serta warisan buruk
diplomasi internasional yang ditinggalkan Presiden George W Bush. Tidak ada yang bisa
memastikan bahwa Obama akan sanggup mengatasi berbagai masalah itu. Namun yang
hampir pasti diyakini adalah arah kebijakan Obama selama di Gedung Putih nanti akan
bersifat prorakyat.
Sepintas tentang sistem ekonomi yang dia lontarkan yakni pernyataannya yang tidak
setuju dengan ekonomi pasar bebas yang berlebihan tanpa diimbangi regulasi yang baik
dan pengawasan yang memadai, cukup membesarkan hati. Ia mengecam Wall Street
yang terlalu serakah, sehingga memicu krisis finansial global.
Di bidang politik luar negeri, Obama juga diyakini bukanlah pemimpin yang gemar
perang. Kebijakan internasonal yang dianutnya akan ditujukan pada pemulihan relasi
internasional. Hal itu diyakini akan dilakukan secara lebih tertata. Dia diperkirakan akan
memilih berdialog dulu ketimbang langsung menyimpulkan untuk berperang.
Beberapa pengamat juga mengatakan, Obama mungkin akan lebih melakukan hal yang
lebih tepat ketimbang mengejar ambisi pribadi. Dia diperkirakan akan menjalankan
kebijakan luar negeri yang lebih rasional dan berdasarkan realitas. Dia juga diperkirakan
akan meniru gaya pemerintahan Nelson Mandela, dimana dia akan memilih rekonsiliasi
ketimbang membalas dendam.
Bagaimana pun bentuk realisai tindakannya, yang jelas dunia kini berharap dia akan
membuat tata dunia baru yang lebih adil dan seimbang dimana semua negara bekerja
sama untuk memerangi musuh bersama yakni global warming, krisis energi, krisis
pangan, dan teroris.
Lebih khusus lagi, dunia menunggu bagaimana dia menyelesaikan masalah Palestina,
nuklir Iran, pendudukan di Irak dan Afganistan, isu terorisme, penjara-penjaranya di
berbagai pojok dunia, lingkungan hidup, masalah HAM, dan demokrasi. Ia juga dituntut
membangun tata ekonomi dan perdagangan dunia yang berkeadilan.
Dalam pidato-pidatonya, dia tetap berakar kuat pada nilai-nilai Amerika dan kebanggaan-
kebanggaan Amerika. Hal mana yang selama ini dianggap sering menimbulkan kesan
arogan pada bangsa Amerika. Maka jika tak hati-hati, Obama akan terjatuh juga seperti
pendahulunya pada kegagalan dalam isu perang dan keserakahan ekonomi. Hal yang
membuat dunia selama ini bergejolak. Jika demikian, isu perubahan dan paradigma baru
yang dilontarkannya hanya akan menjadi isapan jempol belaka.
Kini, dunia tak sabar menanti langkah-langkah perubahan yang dia lakukan untuk
mengatasi berbagai hal di atas. Tapi kemenangan Obama sendiri sebenarnya sudah
merupakan suatu perubahan besar.
Yang jelas, warga dunia, termasuk Indonesia telah mendapat pelajaran berharga dari
Pemilu AS serta kemenangan Obama. Sebagai anak blaster dari ayah berkulit hitam asal
Kenya dan ibu ras kulit putih asal Kansas, kemenangan Obama ini membuktikan kepada
dunia, bahwa rasialisme telah usang. Semua manusia punya harkat, martabat dan hak
yang sama, termasuk menjadi seorang presiden. MS (BI 62)
Dalam beberapa waktu saya sempat berpikir, bagaimana mungkin dapat dibenarkan
keberadaan berbagai kontradiksi yang terjadi di dunia internasional, kontradiksi yang
tidak dapat diingkari dan selalu menjadi pembahasan masyarakat khususnya di kalangan
politik dan mahasiswa. Banyak sekali pertanyaan yang tak terjawab tentang hal ini.
Karena itu saya memutuskan untuk menanyakan sebagian kontradiksi dan pertanyaan itu.
Semoga akan ada kesempatan untuk menjawab masalah tersebut.
Bagaimana mungkin, pengikut Nabi Isa AS yang mengaku berpegang teguh kepada hak-
hak asasi manusia (HAM), menjadikan Liberalisme sebagai model peradaban,
menyatakan ketidaksetujuannya terhadap perluasan senjata nuklir dan pembunuhan
massal, menjadikan peperangan melawan terorisme sebagai slogannya dan berusaha
membentuk masyarakat yang satu dan universal—masyarakat yang akan diperintah oleh
Nabi Isa AS dan orang-orang yang saleh di muka bumi.
Namun pada saat yang sama, berbagai negara diserang. Jiwa, kehormatan dan keberadaan
insan dihancurkan. Sebagai contoh, hanya karena diduga pelaku kriminal berada di
sebuah desa, kota atau dalam sebuah kafilah, seluruh desa, kota atau kafilah itu
dihancurkan dan dibabat habis. Atau karena diduga sebuah negara memiliki senjata
pemusnah massal, lalu negeri itu dikuasai. Ratusan ribu masyarakat negara itu tewas,
sumber-sumber air, pertanian dan industri rusak dan sekitar 180.000 pasukan militer
ditempatkan di sana.
Dengan alasan keberadaan senjata pemusnah massal, telah terjadi sebuah tragedi besar
untuk negara dan penduduk yang diinvasi. Kemudian baru terungkap bahwa senjata
pemusnah massal yang dimaksudkan tidak pernah ada.
Memang Saddam Hussein adalah seorang diktator dan pembunuh. Namun tujuan perang
yang dilakukan bukan untuk menumbangkannya tapi untuk menemukan senjata
pemusnah massal yang sudah diumumkan sebelumnya. Saddam akhirnya tumbang dan
masyarakat merasa senang akan hal ini. Saya tambahkan pula bahwa dalam peperangan
dengan Iran, Saddam telah dibantu dan dibela oleh Barat.
Para pengawas Uni Eropa mengakui adanya penjara-penjara misterius di Eropa. Saya
tidak dapat menyelaraskan penculikan dan penahanan orang-orang dalam penjara-penjara
misterius itu dengan satu pun sistem peradilan yang berlaku di dunia. Dan saya tidak
pernah mengerti bagaimana aksi-aksi yang telah dilakukan sesuai dengan nilai-nilai yang
telah saya sebutkan di atas, misalnya dengan ajaran-ajaran Nabi Isa AS ataukah hak-hak
asasi manusia ataukah dengan nilai-nilai Liberalisme?
Para mahasiswa berkata, 60 tahun yang lalu tidak ada negara dengan nama ini. Mereka
menunjukkan dokumen-dokumen dan peta geografi dunia kuno sambil berkata, kami
telah berusaha sedemikian rupa mencarinya namun kami tidak menemukan sebuah
negara yang bernama Israel.
Saya terpaksa menuntun mereka agar mempelajari lagi tentang perang dunia pertama dan
kedua.
Sekali waktu seorang mahasiswa berkata, pada perang dunia kedua, puluhan juta manusia
tewas. Berita-berita perang dengan cepat disebarkan oleh kedua belah pihak yang
berperang. Masing-masing memberitakan kemenangannya dan kekalahan lawan. Setelah
perang dunia kedua selesai diklaim bahwa enam juta orang Yahudi telah tewas. Enam
juta orang yang sedikitnya berasal dari dua juta keluarga.
Kita andaikan saja bahwa berita ini benar. Apakah kesimpulan logisnya adalah
pembentukan sebuah negara Israel di kawasan Timur Tengah dan atau membela mereka
habis-habisan?
Sangat disayangkan selama enam puluh tahun hal ini terus berlanjut.
Rezim yang dibentuk ini bahkan tidak memiliki rasa belas kasihan terhadap anak-anak.
Rumah-rumah dihancurkan, rencana teror tokoh-tokoh Palestina diumumkan dan ribuan
orang-orang Palestina dipenjarakan. Fenomena ini pada abad-abad terakhir bila tidak
dikatakan sulit dicari tandingannya maka tentunya tidak ada bandingannya.
Pertanyaan besar lainnya dari masyarakat umum adalah: Mengapa rezim yang seperti ini
masih harus dibela?
Apakah pembelaan terhadap rezim ini sesuai dengan ajaran Nabi Isa AS atau Nabi Musa
AS atau nilai-nilai Liberalisme?
Apakah memberikan hak untuk menentukan nasib sendiri di tanah Palestina kepada
pemilik asli baik mereka yang tinggal di Palestina maupun di luar, baik mereka itu Islam,
Yahudi dan atau Kristen, bertentangan dengan demokrasi, hak-hak asasi manusia dan
ajaran-ajaran para Nabi?
Demikian pula, masyarakat selalu bertanya-tanya mengapa resolusi PBB yang telah
diputuskan di dewan keamanan PBB terhadap Israel selalu diveto?
Saya tidak bermaksud untuk menyampaikan banyak pertanyaan, namun saya ingin
menunjukkan beberapa poin lain.
Mengapa setiap kemajuan ilmu dan teknologi di kawasan Timur Tengah selalu dianggap
dan dipropagandakan sebagai ancaman terhadap rezim Israel?
Apakah usaha ilmiah dan penelitian bukan merupakan hak-hak dasar masyarakat?
Anda mungkin memiliki pengetahuan tentang sejarah. Selain abad pertengahan pada
bagian mana dari sejarah dan dimanakah, kemajuan ilmu dan teknologi dianggap sebagai
sebuah kejahatan? Apakah dengan mengandaikan kemungkinan dipakainya ilmu dan
teknologi untuk maksud-maksud militer dapat menjadi alasan untuk menentang ilmu dan
teknologi? Bila kesimpulan yang demikian adalah benar, maka seluruh ilmu harus
ditentang bahkan fisika, kimia, matematika, kedokteran, arsitektur dan lain-lain.
Dalam masalah Irak telah terjadi kebohongan. Hasilnya apa? Saya tidak ragu bahwa
semua manusia meyakini bahwa kebohongan adalah hal yang tidak terpuji. Anda sendiri
tidak akan senang bila orang lain berdusta terhadap Anda.
Masyarakat Afrika adalah masyarakat yang punya etos kerja, kreatif dan memiliki
potensi. Mereka dapat berperan penting dalam menjamin kebutuhan dan kemajuan materi
dan maknawi masyarakat dunia. Namun, kemiskinan dan kepapaan di sebagian besar
Afrika menjadi kendala terbesar untuk dapat memainkan peran penting tersebut.
Apakah mereka berhak untuk mempertanyakan, mengapa kekayaan luar biasa dan barang
tambang mereka dijarah padahal mereka lebih membutuhkan dari orang lain? Apakah
aksi-aksi semacam ini sesuai dengan ajaran Nabi Isa AS dan hak-hak asasi manusia?
Masyarakat Iran yang berani dan beriman juga memiliki banyak pertanyaan. Salah
satunya adalah Kudeta 28 Murdad tahun 1953 terhadap pemerintahan waktu itu,
menentang revolusi Islam pada 52 tahun yang lalu, menjadikan kedutaan Amerika
menjadi markas penentang Republik Islam, memiliki ribuan dokumen rahasia,
melindungi Saddam Hussein dalam perang terhadap Iran, penembakan pesawat
penumpang Iran, menyandera harta masyarakat Iran, ancaman-ancaman yang semakin
meningkat dengan menunjukkan ketidaksetujuan serta kemarahan atas kemajuan ilmu
dan teknologi serta nuklir masyarakat Iran. Padahal semua orang Iran gembira dengan
kemajuan negara mereka dan mengadakan pesta untuk keberhasilan mereka. Masih
banyak lagi pertanyaan semacam ini yang di surat ini tidak saya cantumkan.
Seperti yang disebut-sebut, negara Anda memiliki sistem keamanan, penjagaan dan
informasi yang luas dan canggih. Bahkan para penentang yang berada di luar negeri pun
diburu. Operasi 11 September bukan operasi yang mudah.
Apakah konsep dan pelaksanaan operasi tersebut dapat terwujud tanpa kerja sama dengan
sistem informasi, keamanan atau adanya pengaruh yang kuat?
Tentunya ini adalah sebuah pengandaian yang logis. Mengapa sisi-sisi lain dari kejadian
ini tetap misterius? Mengapa tidak ada penjelasan resmi tentang siapa yang bertanggung
jawab atas kelalaian ini? Dan mengapa para pelaku dan mereka yang lalai tidak
diumumkan dan dihukum?
Coba anda bayangkan, rakyat Amerika merasa bakal ada serangan. Mereka merasa tidak
aman ketika berada di jalanan, tempat kerja dan di rumah. Siapa yang dapat menerima
kondisi seperti ini? Mengapa media bukannya memberitakan hal-hal yang dapat
menenangkan dan memberikan keamanan sebaliknya malah mengabarkan
ketidakamanan?
Sebagian berkeyakinan bahwa propaganda besar-besaran ini dijadikan fondasi dan alasan
untuk menyerang Afghanistan. Bila sudah begini kiranya baik bila saya berikan sedikit
petunjuk terkait dengan media.
Dalam prinsip dasar media, penyampaian informasi yang benar dan menjaga amanat
dalam menyebarkan berita adalah prinsip dasar yang manusiawi dan telah diakui. Saya
merasa perlu untuk mengucapkan dan mengumumkan rasa penyesalan yang dalam atas
ketiadaan rasa tanggung jawab sebagian media Barat berkaitan dengan komitmen ini.
Alasan utama agresi ke Irak adalah adanya senjata pemusnah massal. Tema ini diulang-
ulang sedemikian rupa sehingga masyarakat percaya dan akhirnya basis penyerangan Irak
pun tercipta.
Apakah kebenaran tidak akan hilang dalam atmosfer yang direkayasa dan berisi
kebohongan?
Apakah hilangnya sebuah kebenaran sesuai dengan tolok ukur yang telah saya jelaskan
sebelumnya?
Apakah kebenaran juga akan hilang di sisi Tuhan?
Anda sendiri mengetahui bahwa di sebagian negara bagian Amerika masyarakat hidup
dalam kemiskinan. Ribuan orang tidak memiliki rumah. Pengangguran adalah masalah
besar dan masalah ini kurang lebih juga terjadi di negara-negara lain. Apakah dalam
kondisi yang seperti ini pengiriman sejumlah besar pasukan dan itu pun dengan anggaran
luar biasa dari masyarakat dapat dibenarkan dan sesuai dengan dasar-dasar yang telah
disebutkan sebelumnya?
Dan pada akhirnya mereka akan berkata, apakah kita setia dengan sumpah yang kita
ucapkan dalam rangka melayani masyarakat yang merupakan tugas asli kita dan apakah
kita mengamalkan ajaran-ajaran para Nabi ataukah tidak?
Andai ratusan miliar dolar yang dipakai untuk membiayai keamanan, pertahanan,
pengiriman pasukan dialokasikan sebagai modal dan bantuan bagi negara-negara miskin,
pengembangan kebersihan, perang melawan berbagai macam penyakit, pendidikan,
peningkatan kemampuan berfikir dan jasmani, menolong korban bencana alam,
menciptakan lapangan pekerjaan, penghijauan dan pengentasan kemiskinan, menggalang
perdamaian, menghilangkan perselisihan antar negara-negara, menghilangkan
peperangan kabilah dan ras dan lain-lain... Dapatkah dibayangkan keadaan dunia akan
seperti apa? Dan apakah pemerintahan dan rakyat Anda tidak merasa bangga dengan ini?
Apakah posisi politik dan ekonomi pemerintahan dan rakyat Anda tidak akan semakin
kokoh? Dengan mengucapkan rasa penyesalan penuh, saya harus mengucapkan apakah
masyarakat dunia semakin membenci pemerintah Amerika?
Pertanyaan kunci saya adalah: apakah tidak ada lagi jalan yang lebih baik dalam
pergaulan dengan masyarakat dunia?
Saat ini di dunia ada ratusan juta orang Kristen, ratusan juta orang Islam dan jutaan lagi
orang pengikut Nabi Musa AS. Semua agama Ilahi memiliki persamaan dalam satu
kalimat yaitu kalimat tauhid, keyakinan akan Tuhan Yang Esa dan tidak ada tuhan selain
Dia di dunia ini.
Al-Quran al-Karim menegaskan persamaan ini dan menyeru semua pengikut agama ilahi
dengan sabdanya:
“Penyembahan kepada Tuhan Yang Esa yang Maha kuasa dan berkuasa atas segala
sesuatu.”
“Allah Yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan yang tampak, masa lalu dan
yang akan datang. Dan Ia mengetahui apa yang terlintas di benak hamba-Nya dan
mencatat amalan mereka.”
“Tuhan sang pemilik langit dan bumi dan semua alam di bawah kekuasaan-Nya”,
“Pengaturan seluruh alam di tangan-Nya dan Ia memberikan janji untuk mengampuni
dosa-dosa hamba-Nya.”
“Ia adalah penolong mereka yang terzalimi dan musuh mereka yang menzalimi.”
“Dia Maha Pengasih dan Penyayang.”
“Ia adalah penolong kaum mukminin dan Ia menuntun mereka dari kegelapan kepada
keterangbenderangan.”
“Ia mengawasi perbuatan hamba-hamba-Nya.”
“Ia menyerukan hamba-Nya untuk beriman dan berbuat baik dan menginginkan agar
mereka berbuat berdasarkan kebenaran dan untuk tetap istiqamah dalam kebenaran.”
“Allah menyerukan agar hamba-hamba-Nya untuk menaati utusan-Nya dan Ia sebagai
saksi dan pengawas perbuatan hamba-hamba-Nya”, “Puncak keburukan terkait dengan
orang-orang yang menginginkan kehidupan yang terbatas di dunia ini dan tidak
mengikuti perintah-Nya dan menzalimi hamba-hamba Allah”,
“Puncak kebaikan dan surga yang kekal hanya akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya
yang bertakwa di hadapan keagungan ilahi dan tidak mengikuti hawa nafsunya”.
Kami yakin bahwa kembali kepada ajaran para Nabi adalah satu-satunya jalur
kebahagiaan dan kesuksesan. Saya mendengar bahwa Anda adalah seorang penganut
Kristen dan percaya akan janji Ilahi akan adanya pemerintahan orang-orang shaleh di
muka bumi.
Kami juga percaya bahwa Nabi Isa AS adalah salah satu Nabi besar ilahi. Dalam al-
Quran Nabi Isa AS mendapat penghormatan yang luar biasa dan ini adalah ucapan Nabi
Isa AS yang dinukil oleh al-Quran:
“Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini
adalah jalan yang lurus.” (Maryam: 36)
Penghambaan dan ketaatan kepada Allah adalah seruan semua para Nabi. Tuhan seluruh
masyarakat di Eropa, Afrika, Amerika, dan negara-negara kepulauan, seluruh dunia
hanya satu dan Ia adalah Tuhan menginginkan kemuliaan bagi semua hamba-Nya dan
memberikan kehormatan kepada umat manusia.
“Allah Yang Maha Berkuasa dan Tinggi mengutus para Nabi yang memiliki
mukjizat dan tanda-tanda yang jelas untuk memberi petunjuk kepada manusia
akan tanda-tanda kebesaran Tuhan serta menjauhkan manusia dari dosa. Allah
mengirimkan kitab dan mizan agar manusia dapat menegakkan keadilan dan
tidak berbuat zalim”.
Para Nabi dan utusan ilahi memberikan janji bahwa pada suatu hari nanti semua manusia
akan dibangkitkan di hadapan Allah untuk diperhitungkan amal perbuatannya. Mereka
yang berbuat baik akan diantarkan ke surga dan mereka yang berbuat buruk akan
mengalami siksaan ilahi.
Saya pikir kita berdua sama-sama meyakini akan hari itu.
Tetapi perhitungan para penguasa tidak akan ringan. Karena kita harus memberikan
jawaban kepada masyarakat dan semua orang disebabkan perbuatan kita yang memiliki
dampak dalam kehidupan mereka.
Bila kita semua meyakini tauhid dan penyembahan kepada Tuhan, keadilan, menjaga
harkat dan martabat manusia, hari akhir, apakah kita tidak bisa memainkan peranan yang
lebih penting dan indah dalam menyelesaikan problem dunia saat ini yang muncul akibat
ketidaktaatan kepada Allah dan ajaran-ajaran para Nabi?
Apakah keyakinan akan prinsip-prinsip ini tidak akan memperluas dan menjamin
perdamaian, persaudaraan dan keadilan?
Apakah prinsip-prinsip itu bukan merupakan ajaran tertulis atau tidak tertulis mayoritas
masyarakat dunia?
Apakah Anda tidak ingin mengabulkan seruan ini?
Kembali secara hakiki pada ajaran para Nabi, tauhid dan keadilan, pada penjagaan
terhadap harkat dan martabat manusia serta ketaatan kepada Tuhan dan utusan-utusan-
Nya
Sebagian besar masyarakat dunia merasa tidak aman. Mereka tidak setuju dengan
berkembangnya kondisi ini begitu juga dengan perang. Masyarakat dunia protes akan
adanya jurang pemisah yang dalam antara mereka yang kaya dan miskin, antara negara
yang sejahtera dan miskin. Masyarakat semakin membenci kebejatan moral yang
semakin meningkat.
Mayoritas masyarakat di negara-negara merasa sedih karena basis budaya mereka
terancam, institusi keluarga berantakan dan kasih sayang seta cinta kasih yang semakin
luntur.
Liberalisme dan Demokrasi Barat tidak mampu mendekatkan manusia kepada idealisme
mereka. Liberalisme dan Demokrasi adalah pecundang. Para pemikir dan cendekiawan
dunia dengan jelas mendengar suara runtuhnya pemikiran dan sistem Liberal-Demokrasi.
Hari ini perhatian masyarakat dunia semakin meningkat kepada sebuah fokus. Dan fokus
itu adalah Tuhan Yang Esa. Dan tentunya masyarakat akan sukses mengatasi masalah
mereka dengan tauhid dan berpegang teguh dengan ajaran-ajaran para Nabi.
Pertanyaan penting dan serius saya di sini adalah: Apakah Anda tidak ingin menyertai
mere
Abad ini sangat aneh. Para pemimpin negara-negara besar mengklaim sebagai abad HAM
dan peradaban. Tapi, orang masih mendiskusikan di media massa apakah perang saudara
di Irak sudah meletus atau belum, padahal ratusan ribu orang dari sekitar 30 juta total
penduduk Irak terbunuh.
Aneh, apakah perang saudara dianggap sebagai pesta demokrasi atau pemilu atau
pertunjukan? Atau apakah perlu deklarasi resmi bahwa yang terjadi sekarang adalah
perang saudara?
Sebutlah apa saja; perang saudara, pembersihan kaum sektarian yang menghancurkan
saudara dan kerabat, pembersihan etnis yang lebih dahsyat dari apa yang terjadi di Bosnia
dan negara-negara Afrika. Atau seperti Syeikh Haris Al-Dari, ketua Asosiasi Ulama
Sunni yang menyebut realita ini sebagai fitnah produksi penjajah Amerika dan bukan
oleh kelompok lokal. Penamaan apapun yang jadi korban adalah manusia yang dibunuh
tanpa batas.
Pembunuhnya adalah kelompok dari berbagai aliran, sebagian dengan label agama,
sebagian dengan motif uang, sebagian dengan label pasukan keamanan dalam dan luar
negeri. Tak penting siapa pelaku pembunuhan itu yang penting adalah penduduk bumi
yang lainnya memiliki kewajiban melakukan sesuatu untuk menghentikan pertumpahan
darah di Irak.
Irak harus diselamatkan. Irak tidak hanya membutuhkan pembicaraan soal pemerintah
kesatuan nasional. Namun membutuhkan pemerintah penyelamat nasional. Bahkan
membutuhkan revolusi rakyat yang bernuansa murni dan lokal yang menyelamatkan
negara dari ancaman hilang, sejalan dengan komitmen perubahan utuh pada sikap dunia
internasional terhadap apa yang terjadi di Irak.
Lantas siapa yang diprioritaskan melakukan inisiatif menyelamatkan Irak? Menurut
penulis, negara-negara Islam dan Muslim serta semua negara non blok yang tidak
memiliki kontribusi kesalahan atas apa yang terjadi di Irak harus melakukan kewajiban
kamanusiaannya, moral, agama dan historis untuk bergerak menyelamatkan Irak. Bukan
menyelamatkan Amerika yang menginvasi negari 1001 malam itu.
Dalam kunjungan Presiden Amerika George W. Bush beberapa saat lalu ke Bogor,
penulis mengamati, hal terpenting yang ditegaskan presiden SBY adalah masalah
kemanusiaan di Irak. Ini menjadi fokus konferensi pers dua pemimpin itu. Penulis senang
mendengar Presiden SBY mengatakan dengan tegas di depan Bush akan pentingnya
perubahan politik Amerika dan dunia internasional soal Irak dan Menlu Dr. Hasan
Wirajuda menegaskan untuk kedua kali di depan para diplomat dan wartawan 8 Januari
lalu.
Digagas pembentukan pasukan Arab, tapi sebagian besar pihak menolaknya sejak tahun
2003. Belakangan, Arab Saudi memberikan isyarat soal ini meski mengkhawatirkan akan
menimbulkan perang kawasan antar Arab, Iran dan Turki yang lebih luar dari perang Irak
– Iran tahun 1980-1988. Meski hanya diam, para pemimpin Arab memahami sinyal
bahaya di masa depan. Raja Abdullah II Jordania mengkawatirkan tiga bahaya perang
saudara di kawasan; di Irak, Libanon, Palestina. Dan Jordania secara geografis berada di
tengah-tengah antara negara tersebut.
Sekenario gelap dari sejumlah skenario ke depan di Irak penuh dengan bahaya jika Syiah
dan Sunni serta Kurdi tidak menemukan solusi yang menjamin kesatuan Irak, keadilan
ekonomi, dan keterlibatan politik bagi semua pihak. Aksi pembunuhan akan terus
berlangsung hingga Irak terbagi menjadi tiga wilayah … atau perang makin meluas dan
cerai-berai wilayah akan terus berlangsung antara suku Kurdi di utara dan “Syi’istan”
(daerah syiah) di selatan serta Sunistan (daerah sunni) di tengah. Instabilitas keamanan
akan berlangsung selama beberapa tahun ke depan dan negara-negara tetangga Irak akan
mendukung antara tiga kelompok tersebut. Atau kondisi militer berangsur pulih namun
ketegangan politik akan tetap terjadi seperti di Libanon. Untuk menghindar dari sekenario
yang berdarah-darah ini, negara-negara Muslim dan negara-negara sahabat yang
menginginkan perdamaian bisa melakukan intervensi.
Anggap saja hari ini yang paling penting adalah masalah kemanusiaan dan kita
menyepakati dengan rakyat Irak untuk melakukan sejumlah langkah. Negara-negara
Muslim jangan melakukan intervensi sendiri dan jangan melakukan intervensi militer
tergesa-gesa tanpa kajian mendalam seperti yang dilakukan Amerika. Namun harus tetap
menghimpun kekuatan semua kelompok di Irak dan didesak melakukan kesepakatan
dengan dunia Islam. Kita berada di era penting membangun hubungan internasional
dengan nuansa kerjasama, bahu-membahu dan melakukan inisiatif menyelamatkan
sebuah negara yang mengalami tragedi.
Indonesia sebagai negara Muslim terbesar, negara terbesar keempat dunia, paling
demokrasi ketiga di dunia, dan terbesar di Asia Tenggara, kini memiliki peluang untuk
menorehkan sejarahnya dengan tinta emas. Sejarah juga akan mencatat negara seperti
Indonesia meski jauh secara geografis dari Irak, namun bangsa dan masyarakatnya sangat
dekat dengan Irak. Karenanya, Indonesia layak memimpin gerakan penyelamatan
terhadap sebuah negara saudara seperti Irak dari kehancuran sumber daya manusianya
akibat keberingasan Amerika. Indonesia sebagai saudara tertua negara-negara Muslim
harus menjadi poros kemanusiaan bagi Negara-negara pencinta kebajikan untuk
menjadikan tugas prioritasnya menyelamatkan Irak.
Mungkin orang mengira ini gagasan mimpi belaka. Namun yakinlah Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Bisa jadi Allah memberikan kekuatan dan keberpihakan kepada
Indonesia dan pihak yang sepaham untuk menempuh langkah kemanusiaan yang
monumental ini. Tapi tentu dengan melakukan sejumlah studi lapangan dan konsultasi
dengan negara-negara Arab dan Islam terlebih dahulu. Mungkin juga mereka butuh untuk
membangun prakarsa mereka dengan sebuah konferensi kemanusiaan bertaraf
internasional untuk menyelamatkan Irak yang diselenggarakan di Jakarta seperti
konferensi non-blok yang dilakukan di Bandung. Bisa jadi poros ini akan menjadi
alternatif dari gerakan yang ada dan tidak memberi pengaruh apa-apa. Bukan mustahil di
Indonesia muncul poros kemanusiaan internasional baru. Kita menyadari negara-negara
Arab dan Islam tidak lagi memiliki peran kepemimpinan di dunia bahkan di kawasannya
sendiri. Dunia Arab dan Islam mirip desa kecil yang mengalami berbagai kejahatan dan
masalah di dalamnya. Namun penduduknya memilih masuk rumah mereka, menutup
pintunya dan tidak peduli dengan apa yang terjadi di rumah tetangganya. Itulah kondisi
negara-negara Arab dan Islam yang tidak lagi memiliki pengaruh menghentikan semua
musibah yang menimpa Irak. Di sisi lain muncul tiga Negara yang ambisinya ingin
memperluas pengaruhnya; Sunni Turki, Iran Syiah dan Israel zionis.
Kita berada di depan momen sejarah yang mungkin saja ada yang berubah dalam
perjalanan hubungan internasional jika kaum Muslimin mamp mengubah realitas pahit
seperti di Irak. Sebab kepercayaan akan kembali, jiwa para pemimpin, parpol, ormas dan
bangsa-bangsa Muslim jika sebagian pemimpin kita bergerak menyelamatkan sebuah
bangsa terpenjara yang disembelih layaknya domba. Apalagi Amerika negara terbesar
dunia ini gagal memerintah Irak, gagal menjaga keamanan kelompok yang lemah, gagal
menerapkan demokrasi di sana, gagal membangkitkan dan mensejahterakannya setelah
tiga tahun berperang.
Jika Indonesia ingin memiliki peran di Irak sebaiknya memperhatikan 10 poin penting
sehingga tidak menimbulkan dampak negatif:
1. Peran Indonesia dalam poros kemanusiaan internasional seharusnya peran negara
penolong, penasehat dan mediator. Bukan peran pengintervensi dan memaksakan
pendapatnya. Karenanya, Indonesia harus menghindar dari kesalahan-kesalahan negara-
negara tetangga Irak terutama kesahalan-kesalahan Amerika Serikat dan sekutunya dan
harus memberikan contoh baru.
2. Para politikus, pemikir, Ormas dan Orpol di Indonesia harus berpikir dan berbagi
pendapat secara cukup untuk mengambil sikap tegas terhadap peran OKI. Sehingga setiap
langkah dan sikap OKI menimbulkan dampak negatif, padahal Indonesia memiliki tugas
bersar di dunia Arab dan Islam. Barangkali Irak menjadi titik awal menaikkan pengaruh
diplomasi Islam yang bermula dari Jakarta.
3. Peran Indonesia dan dunia Islam harus disetujui terlebih dahulu oleh warga Irak
semunya agar tidak berubah menjadi pangkal permusuhan antara kelompok. Karenanya,
penulis tegaskan jangan sampai Indonesia melakukan intervensi militer sendirian,
langsung dan tanpa pertimbangan. Sebab ini akan berbahaya dan akan menimbulkan
musibah baru bagi Indonesia dan negara-negara Islam. Irak tidak aman bagi warga
sendiri. Apalagi bagi orang Indonesia, Malaysia dan lainnya. Intervensi harus dilakukan
secara massal, internasional dan dengan skala besar. Jika sebuah kelompok di Irak
menolak menyepakati maka tidak ada gunanya mengintervensi.
4. Prakarsa Indonesia dan atau OKI seharusnya terlepas dari pasukan Amerika. Prakarsa
Indonesia seharusnya bukan perangkat untuk menyelamatkan keterjebakan dan kegagalan
Amerika namun untuk menyelamatkan rakyat Irak. Indonesia harus berhati-hati dan
jangan terkait dengan politik Amerika apapun bentuknya baik media atau di lapangan.
Jika Indonesia mengintervensi militer di bawah pimpinan PBB maka harus dengan syarat
Amerika menarik pasukannya dari Irak. Mungkin Amerika menolak menarik pasukannya
dari Irak. Dunia sudah berunjuk rasa menentang Amerika dalam invasinya ke Irak tapi
Negara Paman Sam ini tak mendengarkannya. Namun waktu sudah berbeda. Pemerintah
Amerika saat ini menyadari telah berada di kubangan. Bahkan kebanyakan politikusnya
mengakui kegagalan mereka di Irak. Berbeda dengan pada saat invasi hingga dua tahun
berikutnya, di mana Amerika begitu arogan dan yakin akan kemenangannya serta akan
mampu menerapkan demokrasi di Irak.
5. Peran Indonesia ini harus disepakati dengan negara-negara tetangga Irak dan
melibatkan mereka dalam setiap prakarsa politik. Negara-negara itu mencakup Iran, Arab
Saudi, Suriah, Turki dan Jordania dengan mengajak mereka berdialog secara tranparan
dan Indonesia harus meminta kepada mereka agar menghentikan intervensi negatif
mereka di Irak.
8. Proyek ini adalah sebagai langkah awal untuk menyelamatkan Iraq dari kehancuran
yang disebabkan peperangan yang terus berlangsung, setelah Amerika gagal mengatasi
hal itu, padahal para tokoh liberal Irak berharap banyak kepada upaya Amerika tersebut.
Dengan catatan tidak terperosok kepada kesalahan yang pernah dialami Wasington di
mana mereka tidak memberikan pejabat-pejabat sipil Irak yang kompeten. Akhirnya
semua interaksi dan menyikapi semua masalah harus dengan cara militer dari tentara
Amerika.
10. Hendaknya kerja diplomasi, politik, dan media pada tahap awalnya sehingga sesuai
dengan tujuan kemanusiaan maka harus melibatkan orang-orang Irak dan melakukan
konsultasi dengan lingkup masyarakat yang lebih luas, dengan pimpinan mereka yang
merepresentasikan berbagai unsure dan kelompok tanpa kecuali. Penulis tegaskan tanpa
pengecualian seorang pun meski dengan mereka yang memanggul senjata. Hal ini dalam
rangka melihat kemungkinan peran yang bisa dilakukan untuk masyarakat Negara itu.
Bisa jadi proyek ini dalam langkah awalnya hanya melalui satu poros, yang nanti bisa
menjadi luas hingga mencapi tingkat kekuatan di bawah payung PBB atau OKI jika
diperlukan.
Sekedar mengingatkan, bahwa ketika anda membaca tulisan ini, nun di sana ada puluhan
orang yang dibunuh atau diculik atau kendaraan mereka atau pasar-pasar mereka di salah
satu kota Irak di ledakkan. Darah senantiasa tertumpah dan dunia tetap berdiam diri.
Siapakah yang mau merobohkan tembok kebekuan peran ini? Semoga itu adalah
Indonesia dan mereka yang bekerja bersama dalam poros kemanusian antar negara yang
baru. Yang pergerakannya harus bersifat damai dan tidak menambah korban meski dari
mereka yang berasal dari kekuatan yang datang untuk menyelamatkan orang-orang Iraq.
Sesungguhnya jiwa manusia itu sangat mahal harganya…!