Anda di halaman 1dari 72

AS Terpojok dalam Propaganda Anti Proyek Nuklir Iran

Dalam konferensi pers mingguan yang diadakan hari inidi Teheran, Juru Bicara
Kementerian Luar Negeri Iran Hami reaza Asefi mengatakan bahwa AS telah
mengalami kekalahan dan keterpojokan terkait dengan isu proyek nuklir Iran yang
diembuskannya selama ini. Menurut Asefi, pidato Direktur IAEA Mohamad Al-Baradei di
depan forum Dewan Gubernur IAEA akhir-akhir ini dengan jelas menunjukkan bahwa
Iran dinilai oleh lembaga itu sebagai negara yang telah melaksanakan berbagai
tugasnya terhadap IAEA. Ucapan Al-Baradei itu, menurut Asefi adalah simbol kegagalan
propaganda AS selama ini.

Menyinggung upaya Kanada akhir-akhir ini terkait dengan pengesahan resolusi baru
pada Komisi Hak Asasi Manusia PBB tentang pelanggaran HAM di Iran, Asefi
menyatakan bahwa upaya itu kentara sekali bersifat politis sekaligus sangat tidak etis.

Dalam konferensi pers tersebut, Asefi juga mengemukakan pandangannya tentang


ancaman Israel untuk menyerang instalasi nuklir Iran. Menurut Asefi, ancaman itu lebih
merupakan sebuah lelucon. Bagi Asefi, Israel juga sebenarnya mengetahui bahwa Tel
Aviv tidak bisa melontarkan lelucon seperti itu kepada Teheran.

Terkait dengan masalah krisis yang sedang melanda Georgia, Asefi menyampaikan
harapannya bahwa krisis di negara itu bisa segera diselesaikan dengan cara-cara
damai.

Iran Siap Bekerjasama dengan Eropa Dalam Penumpasan Terorisme

Pemerintah Teheran siap bekerjasama dengan negara-negara Eropa dalam upaya


penumpasan terorisme. Demikian dinyatakan Wakil Pertama Presiden Iran Mohammad
Reza Arif dalam pertemuan dengan Dubes Hungaria untuk Iran Sabtu kemarin. Reza
Arif mengungkapkan bahwa negaranya sangat berhasrat untuk menggalang upaya
diplomatik dengan Hungaria dan negara-negara Eropa lainnya untuk menangani
berbagai persoalan bilateral dan internasional, khususnya menyangkut penumpasan
terorisme. Sayangnya, Iran tetap dituduh oleh sebagian negara Barat sebagai
pendukung terorisme, padahal Iran sendiri termasuk negara yang kerap menjadi korban
terorisme.

Wakil Pertama Presiden Iran juga menyayangkan sikap apriori media Barat menyangkut
demokrasi di Iran. Padahal, mengingat sudah banyaknya jumlah pemilu yang
diselenggarakan di Iran pasca revolusi Islam, Iran termasuk negara yang paling
demokratis di kawasan sekitarnya. Selain itu, Iran hingga kini masih terus menggulirkan
reformasi secara intensif. Mengenai Irak, Mohammad Reza Arif menegaskan bahwa Iran
sangat mengharapkan keluarnya pasukan pendudukan secepat mungkin dari Irak demi
terciptanya pemerintahan yang demokratis di negara ini.

Di lain pihak, Dubes Hungaria untuk Iran menyatakan bahwa negaranya juga sangat
berhasrat memperluas hubungan dengan Iran di berbagai bidang iptek, politik, ekonomi,
dan kebudayaan.
Rusia Puji Antusias Kerjasama Iran dengan IAEA

Wakil Rusia di Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan
tidak ada indikasi apapun yang menunjukkan bahwa Iran berobsesi membuat senjata
nuklir. Menurutnya, adanya kemungkinan Iran kurang kooperatif dalam masalah
program nuklirnya tidak bisa dijadikan bukti bahwa Iran berusaha membuat senjata
nuklir, dan tidak bisa pula dijadikan alasan bahwa Iran telah melanggar perjanjian-
perjanjian internasional.

Wakil Rusia di Dewan Gubernur IAEA kemudian menilai Iran sudah sangat kooperatif
dengan IAEA, dan karena itu, Dewan Gubernur badan ini jangan sampai menempuh
langkah yang dapat mengusik baiknya kerjasama Iran, dan Dewan ini juga tidak
seharusnya bertindak diskriminatif di depan berbagai negara yang kurang dan atau
bahkan tidak kooperatif sama sekali dengan IAEA.

Oposisi Georgia Tegaskan Masih Ada Peluang Damai Dengan Pemerintah

Salah seorang tokoh oposisi Georgia mengungkapkan bahwa masih ada peluang untuk
membuka dialog dengan pemerintah guna mengakhiri kemelut politik yang melanda
negara ini. Nino Burdzhanadze, seperti dilaporkan IRNA, hari Ahad ini mengatakan,
“Kami akan terus melanjutkan aksi protes dan tidak akan mundur. Tetapi kami tetap
membuka peluang untuk melakukan perundingan dan perdamaian yang logis.”
Burdzhanadze menambahkan, “Penyelenggaraan pemilihan umum adalah satu-satunya
cara untuk menyelesaikan konflik di Georgia.”

Para pengunjuk rasa yang meyakini terjadinya kecurangan dalam pemilihan umum 2
November lalu, Sabtu kemarin, menyerang dan menduduki gedung parlemen negara itu.
Menanggapi aksi pendudukan parlemen, presiden Eduard Shevardnadze
mengumumkan keadaan darurat selama sebulan di Georgia. Menurut laporan IRNA,
menyusul diumumkannya keadaan darurat, Menteri Pertahanan Georgia David
Tevzadze mengatakan bahwa hingga saat ini pihaknya belum menerima perintah
Presiden Shevardnadze untuk mengerahkan pasukan guna menyelesaikan konflik yang
ada. Meski demikian, David Tevzadze menegaskan bahwa militer mengikuti
perkembangan dengan cermat dan siap untuk menghentikan kerusuhan.

Seorang Bocah Palestina Gugur Diterjang Peluru Zionis

Keganasan pasukan Zionis Israel kembali menelan korban bocah Palestina. Dalam
kasus terbaru, seorang bocah Palestina berusia 10 tahun gugur syahid setelah tubuhnya
ditembus peluru tentara Zionis dalam serangannya ke kota Jenin, Tepi Barat Sungai
Jordan Sabtu siang kemarin waktu setempat. Dini hari sebelumnya, seorang warga
Palestina juga mengalami nasib yang sama akibat gempuran serdadu Zionis ke wilayah
timur kota Beit Hanun, Jalur Gaza Utara.
Sementara itu, berbagai sumber rumah sakit Palestina memberitakan dua jenazah
orang Palestina ditemukan di lokasi dekat pemukiman Zionis Netzarim, Jalur Gaza
Selatan. Kedua korban itu dipastikan gugur akibat muntahan peluru pasukan Zionis. Di
bagian lain, pasukan Zionis dilaporkan telah menangkap empat orang Palestina melalui
operasi razia di kota Al-Khalil, Tepi Barat, dan Khan Yunis, Jalur Gaza

Perjuangan Melawan Rezim Zionis Harus Terus Dilanjutkan

Seorang tokoh politik Yordania, Muhammad Uwaidhah mengatakan, “Perjuangan


melawan Rezim Zionis akan terus dilanjutkan sampai tergulingnya rezim ini.” Demikian
dilaporkan oleh IRNA. Muhammad Uwaidhah yang merupakan salah satu pemimpin
teras Front Amal Islami, faksi politik dari Organisasi Ikhwanul Muslimin Yordania, hari
Sabtu kemarin menegaskan bahwa perjuangan untuk membebaskan tanah pendudukan
dan mendirikan pemerintahan berdaulat Palestina akan terus dilanjutkan. Menurut
Uwaidhah pula, bentrokan antara rezim Zionis dengan kaum muslimin Palestina memiliki
akar sejarah dan budaya. Lebih jauh, Uwaidhah juga memuji posisi Republik Islam Iran
yang selalu menentang rezim Zionis dan menyatakan bahwa negara-negara muslim dan
Arab juga harus mendukung posisi yang diambil Iran ini.

Vietnam Mengecam Keputusan Majelis Perwakilan AS

Keputusan Majelis Perwakilan AS menyangkut kebebasan agama di Vietnam


mendapatkan kecaman keras dari Pemerintahan Hanoi. Wartawan IRIB dari Kuala
Lumpur mengutip keterangan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam yang
menyatakan bahwa negaranya tidak akan mungkin bisa membiarkan segala bentuk
pelanggaran hukum yang mengatasnamakan kebebasan beragama, yang akan
berdampak negatif kepada persatuan nasional.

Lebih jauh lagi Kementerian Luar Negeri Vietnam menegaskan bahwa sebenarnya, hak
warga negara untuk memeluk agama apapun, bahkan untuk tidak beragama sekalipun,
semuanya dilindungi oleh undang-undang. Karena itu, masalah kebebasan beragama di
Vietnam tidak memerlukan campur tangan AS.

Berdasarkan laporan yang sama , Presiden Vietnam, Tran Duc Luong hari Sabtu
kemarin dalam pertemuannya dengan Duta Besar baru Iran untuk Vietnam Husein Mula
Abdullahi, menyatakan, hubungan dan kerjasama bilateral, regional, dan internasional
antara Tehran dan Hanoi memiliki kepentingan yang besar. Dengan menekankan pada
peran besar Iran dalam dunia Islam, Tran Duc Luong lebih lanjut menyatakan kesiapan
Hanoi untuk menjalin hubungan dengan Teheran di segala bidang. Dalam pertemuan
ini, Dubes Iran untuk Vietnam juga menyerahkan surat kepercayaan kepada Presiden
Vietnam.

Dua Tentara AS Tewas Dan Enam Lainnya Terluka Di Irak


Dua tentara AS tewas di Irak Utara. Kantor berita Reuters melaporkan, statemen yang
dirilis sumber militer Amerika Serikat mengakui berita tewasnya dua tentara AS di kota
Mosul. Para saksi mata mengatakan, sekelompok orang tak dikenal menyerang sebuah
kendaraan militer AS yang terjebak dalam kemacetan di kota Mosul. Dua tentara AS
tewas dalam insiden tersebut.

Sementara itu, enam tentara AS lainnya dilaporkan terluka di Kirkuk dan Baqubah.
Televisi Al-Alam melaporkan, dua tentara AS cedera dalam insiden ledakan bom di jalur
yang dilalui oleh sebuah kendaraan militer AS di Baqubah. Di Kirkuk, empat tentara AS
dan enam warga Irak mengalami luka-luka saat dua roket menghantam gedung
perusahaan minyak di kota tersebut.

Ahad kemarin, markas militer AS di kawasan A’dhamiyyah, Baghdad, diguncang


ledakan bom. Hingga kini belum diterima laporan mengenai kemungkinan jatuhnya
korban dalam peristiwa tersebut. Di Al-Ramadi, sebuah bom juga dikabarkan meledak di
dekat markas pasukan AS. Dari Samarra dilaporkan pesawat-pesawat tempur AS
membombardir sejumlah kawasan di kota tersebut.

Abdul Aziz Al-Hakim Lolos dari Upaya Pembunuhan

Ketua Dewan Tertinggi Revolusi Islam Irak Sayid Abdul Aziz Al-Hakim diberitakan lolos
dari upaya teror. Tokoh beserban hitam yang juga merupakan anggota Dewan
Pemerintahan Interim Irak (IGC) tersebut Sabtu kemarin mengatakan kepada para
wartawan bahwa beberapa orang tak dikenal telah menembakkan roket ke arah tempat
Abdul Aziz menunaikan solat jamaah di dekat Masjid Idris, Bagdad, tetapi roket itu gagal
meledak.

Sementara itu, Sabtu kemarin beberapa ledakan mengguncang kota Baquba dan Khan
Bani Sa’ad di utara Bagdad mengakibatkan 18 orang tewas, 13 diantaranya polisi Irak.
Akibat ledakan itu sejumlah orang lainnya dilaporkan menderita menderita luka-luka.

AS Dituduh Terlibat dalam Insiden Pengeboman Istanbul

Sekjen Partai Buruh Turki Mohamad Badri Gultkin menuduh kelompok AS terlibat dalam
peristiwa pemboman yang secara beruntun terjadi di Istanbul Turki. Demikian
dilaporkan Koran “Wakit” terbitan Turki edisi hari ini sebagaimana dikutip oleh Radio Iran
berbahasa Turki. Menurut Gultkin, AS adalah kekuatan dunia yang sangat berambisi
untuk memperluas kekuasaannya itu, dan dengan berbagai fasilitas yang dimiliki,
Washington dengan sangat mudah memperalat kelompok-kelompok radikal Islam demi
untuk kepentingannya.

Gultkin menegaskan bahwa aksi ledakan dahsyat yang terjadi di Istanbul tersebut tidak
mungkin bisa dilakukan oleh kelompok-kelompok teroris Turki, jika tidak ada bantuan
fasilitas dari negara-negara besar dunia seperti AS.
Sementara itu Koran Milliyet terbitan Turki edisi hari ini melaporkan bahwa jumlah
korban tewas akibat ledakan di Istanbul hari Kamis lalu menjadi 29 orang. Dengan
demikian, jumlah keseluruhan korban tewas dalam dua ledakan beruntun di Turki
menjadi 50 orang.

Sejumlah Besar Kawasan Irak Tercemar Radioaktif

Sejumlah besar kawasan Irak dilaporkan tercemar radioaktif akibat penggunaan uranium
yang sudah diperlemah pada masa perang. Tentang ini, koran Japan Times mengutip
keterangan Dora Kovic, Direktur sebuah Pusat Studi Kesehatan di AS, bahwa sampel
yang diperoleh dari tanah dan serpihan tubuh korban tewas di 10 kota Irak, termasuk
Bagdad, menunjukkan adanya radiasi radioaktif yang sangat berbahaya. Menurut
perkiraan pakar nuklir di bidang kesehatan tersebut, uranium itu dibawa tentara AS ke
Irak sebanyak kira-kira 1700 ton. Menurut data resmi sejumlah pusat penelitian
kesehatan nuklir, jumlah penderita kanker dan bayi yang terlahir dalam keadaan cacat
terus meningkat di Irak.

Rakyat Irak Menderita Kelangkaan Air Minum, Listrik, dan BBM

Reporter IRIB di Najaf menyebutkan bahwa rakyat Irak di berbagai propinsi, termasuk
Najaf, sedang menderita kelangkaan air minum, listrik, dan bahan bakar. Akibat
minimnya bahan bakar, panjang antrian mobil di sejumlah pusat distribusi bahan bakar,
khususnya di wilayah Irak Selatan, mencapai lebih dari 1 kilometer. Padahal, menurut
pasukan pendudukan, Irak akan mengekspor minyak sebanyak 1.700.000 barel perhari.

Scat Ritter Ungkap Kebohongan Laporan Dinas Rahasia Inggris tentang Irak

Mantan Inspektur Senjata Irak Scatt Ritter menilai laporan Dinas Intelijen Inggris (MI-6)
tentang senjata Irak tidak berdasar, dan karena itu dia mendesak supaya laporan itu
diteliti kembali. Menurut laporan IRNA dari London, dalam keterangannya di depan
Majlis Rendah Inggris, Ritter juga menyatakan bahwa hanya karena kebohongan
laporan MI-6, sudah sekian bulan tentara Inggris ditempatkan di Irak dan menjadi korban
perang.

Ritter juga menjelaskan soal adanya kelompok rahasia bernama ‘Dewan Ruckingham’ di
Departemen Pertahanan Inggris sebelum Perang Irak. Menurutnya, kelompok itu terdiri
dari aparat keamanan yang kurang dikenal dan telah mengalirkan berbagai informasi
bohong dan berlebihan menyangkut Irak kepada media massa, para anggota tim
inspeksi, dan publik.

AS Menentang Penyelenggaraan Konferensi Politik tentang Irak


Gagasan Rusia, Perancis, dan Jerman untuk menggelar Konferensi Politik mengenai
Irak ditentang oleh AS. AFP melaporkan bahwa Jubir Pasukan Pendudukan di Irak
Charles Hitley Sabtu kemarin menyatakan bahwa konferensi politik seperti yang pernah
diselenggarakan pada kasus Afganistan sama sekali tidak diperlukan untuk kasus Irak.

Rusia, Perancis, dan Jerman yang sejak awal menentang serangan ke Irak belakangan
ini meminta kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) supaya
menyelenggarakan konferensi seperti yang pernah digelar untuk masalah Afganistan di
Jerman pada tahun 2001.

Ayatullah Makarim Shirazi : Media Ingin AS Ingin Mencuri Opini Publik Dunia

Sebagai dukungan kepada rezim Zionis Israel, AS gigih berusaha mencitrakan para
penguasa Tel Aviv sebagai rezim yang demokratis, penyanjung nilai kemanusiaan, dan
teraniaya. Demikian diungkapkan Ayatullah Al-Udhma Makarim Shirazi, salah satu
ulama besar dan marji’ di Iran, dalam pertemuan dengan Kepala Lembaga Kebudayaan
dan Komunikasi Islam Mahmud Mohammadi Iraqi Sabtu kemarin. Beliau menambahkan,
“Media komunikasi massa AS telah melakukan tindakan yang sekiranya dapat mencuri
opini publik dunia.” Menurut beliau, dalam dunia kontemporer, pengungkapan segala
pernyataan memang nampak bebas tanpa sensor. Namun di balik itu semua, informasi
dan berita ternyata dirancang, dikemas, dan dilansir sedemikian rupa justru untuk
menyensor persepsi dan pemahaman setiap orang.

Israel Berniat Gempur Suriah

Israel dipastikan berniat mengganyang Suriah dengan cara memanfaatkan gejolak


situasi yang melanda kawasan Timur Tengah. Tentang ini, mingguan Libanon Assyara’
edisi Sabtu kemarin menuliskan, kelompok garis keras Zionis, terutama Menteri
Peperangan Israel Shaol Mofaz dan para pendukungnya, menganggap tekanan AS
terhadap Suriah dan Libanon telah memberikan momentum kepada Israel untuk
menggempur Suriah. Namun, lanjut majalah tersebut, kalangan garis keras Israel itu
juga menilai kekandasan AS di Irak sebagai kekandasan kebijakan politik Israel.

Sementara itu, jet-jet tempur Israel dilaporkan telah melakukan pelanggaran lagi
terhadap zona udara Libanon. Angkatan Bersenjata Libanon mengumumkan, dua jet
tempur Israel Sabtu kemarin melesat di angkasa Libanon Selatan dan Timur, dan
dengan demikian Tel Aviv tetap tidak menggubris desakan PBB supaya Israel
menghentikan aksi pelanggaran terhadap wilayah teritorial Libanon.

Ribuan Massa Italia Gelar Demo Anti Pendudukan terhadap Irak

Ribuan massa menggelar aksi unjuk rasa di Italia mengecam politik-politik ofensif AS.
Menurut laporan reporter IRIB dari Roma, dalam aksi yang terjadi Sabtu kemarin itu,
massa demonstran meneriakkan yel-yel anti perang dan pendudukan terhadap Irak.
Selain itu, massa juga memrotes pemerintahan PM Italia Silvio Berlusconi karena
maraknya aksi penyensoran berita, pembunuhan terhadap kebebasan berpendapat, dan
meningkatnya jumlah pengangguran di Italia.

Kabul Diguncang Ledakan Bom

Kabul, ibu kota Afganistan, kembali digemparkan oleh ledakan bom. Menurut laporan
IRIB dari Kabul, bom itu meledak Sabtu malam di sebuah lokasi dekat markas
perwakilan rakyat Afganistan Loya Jirga. Pihak kepolisian Afganistan menyatakan
bahwa ledakan itu terjadi di depan hotel Intercontinental yang dijadikan tempat
akomodasi sejumlah warga negara Barat yang beraktifitas di Afganistan. Sedemikian
kerasnya ledakan itu sehingga beberapa rumah yang berjarak ratusan meter dari pusat
ledakan pun ikut mengalami kerusakan. Namun demikian, hingga berita ini disusun
belum ada keterangan mengenai korban yang mungkin jatuh akibat ledakan tersebut.

LINTAS WARTA

Irak, Agenda Perundingan Tehran-Amman

Sabtu 22 November Menteri Luar Negeri Jordania, Marwan Muasher tiba di Tehran.
Dalam lawatannya yang membawa pesan Raja Abdullah untuk Presiden Republik Islam
Iran Muhammad Khatami ini, Muasher juga bertemu dengan sejawatnya Kamal Kharazi.
Pada pertemuan itu, Menlu Jordania menyatakan bahwa negaranya sangat
memprihatinkan berlanjutnya ketidakamanan dan instabilitas di Irak. Pada kesempatan
itu, kedua menlu tersebut juga berharap kekuasaan di Irak bisa secepatnya diserahkan
kepada rakyat negara itu.

Kunjungan Menteri Luar Negeri Jordania ke Iran, setelah kunjungan Raja Abdullah
bulan September lalu, layak untuk dicermati. Meski demikian, kondisi kawasan yang
kian tidak menentu telah mempengaruhi agenda utama kunjungan Marwan Muasher.
Perundingannya dengan para pejabat tinggi Iran membicarakan berbagai masalah
seputar memanasnya kondisi di kawasan serta perkembangan terakhir Irak dan
dampaknya pada kawasan Timur Tengah secara umum.

Menurut penilaian Iran, kian memburuknya kondisi di Irak adalah akibat dari aksi
pendudukan pasukan AS atas negara itu. Karenanya, sejak munculnya krisis Irak, RII
dengan tegas menentang kebijakan unilateral AS dan invasi atas Irak. Sikap inilah yang
kini dianggap sebagai sikap paling bijak dalam kasus Irak. Sikap inilah pula yang kini
juga diambil oleh sejumlah negara yang sebelumnya mendukung aksi sepihak AS
terhadap Irak.

Menurut para pengamat, Irak dapat menjadi pusat ketidakamanan di kawasan.


Terjadinya berbagai peristiwa ledakan dahsyat di Istanbul Turki juga dinilai terkait
dengan perkembangan yang terjadi di Irak dan upaya rezim Zionis Israel untuk
mempengaruhi negara-negara tetangga Irak. Meski demikian, kondisi di Irak tidak
selayaknya membuat dunia melupakan aksi kejahatan yang saat ini tengah dilakukan
oleh rezim Zionis Israel terhadap bangsa Palestina. Apalagi, dalam beberapa pekan
terakhir, Israel sengaja melakukan tindakan onar untuk lebih memanaskan kondisi Timur
Tengah.

Tuduhan-tuduhan AS bahwa negara-negara tetangga Irak telah melakukan intervensi


berlebihan dalam urusan Irak, tak lain adalah upaya Washington untuk menisbatkan
kekacauan yang terjadi di negeri bekas kekuasaan Saddam itu kepada pihak lain.
Padahal, semua orang mengetahui bahwa pokok masalah ada pada aksi pendudukan
AS atas Irak. Hal inilah yang sengaja ditutup-tutupi oleh AS. Diangkatnya masalah ini
dalam perundingan Menteri Luar Negeri Jordania dan Iran di Tehran adalah bukti bahwa
Amman dan Tehran menaruh perhatian yang besar pada perkembangan di Irak dan
keamanan di kawasan.

Polusi Berbagai Kawasan Irak Dengan Radio Aktif

Dengan lewatnya 9 bulan penjajahan Irak oleh AS, sedikit demi sedikit berbagai realitas
dari perang ini semakin terkuak. Salah seorang pakar nuklir di AS, hari Sabtu 22
Nopember, mengumumkan bahwa banyak kawasan Irak yang sudah terpolusi oleh
bahan-bahan radio aktif pada tingkat yang tinggi. Dr Dor Ecoweek, Direktur Pusat
Penelitian Kesehatan yang merupakan sebuah lembaga independen dan berkantor di
AS dan Kanada, berkata, “Penggunaan uranium yang diperlemah oleh pasukan AS dan
Inggris dalam perang di Irak, merupakan faktor utama yang menyebabkan sejumlah luas
dari kawasan negara ini terkontaminasi oleh bahan-bahan radio aktif.” Kelompok peneliti
yang dikirim oleh Dr Ecoweek bulan lalu ke Irak, telah mengambil sekitar 100 contoh
dari benda-benda seperti tanah dan jasad tentara Irak di 10 kota termasuk Bagdad,
Basrah dan Najaf. Hasil dari ujicoba perdana menunjukkan bahwa sampel-sampel yang
diambil, ternyata mengandung sinar-sinar radio aktif sekian ratus hingga sekian ribu kali
lebih tinggi di atas tingkat kewajaran.

Melihat tingginya tingkat polusi bahan-bahan radio aktif tersebut, Dr Ecoweek berkata
bahwa sampel-sampel ini membuktikan bahwa dalam perang di Irak, jumlah uranium
diperlemah yang digunakan, jauh lebih besar dibanding yang digunakan dalam perang
Teluk Persia pada tahun 1991. Berdasarkan pengakuan Pentagon, selama perang Teluk
Persia tahun 1991, AS menggunakan 300 ton uranium diperlemah. Sedangkan Dr
Ecoweek yang telah bekerja selama 19 tahun sebagai dokter di Departemen
Pertahanan AS, memperkirakan jumlah uranium diperlemah yang digunakan dalam
perang Irak kali ini, mencapai sekitar 1.700 ton. Oleh karena itu, sejumlah besar dokter
telah menyatakan bahwa sejak sekarang kita mesti siap menyambut kelahiran bayi-bayi
cacat tubuh dan berpenyakit kanker dalam jumlah yang lebih besar di Irak.

Melihat kondisi Irak sejak masa perang Teluk Persia tahun 1991 hingga kini, dapat
disaksikan bahwa di negara ini telah menyebar berbagai penyakit darah terutama
kanker, yang para dokter AS sendiri bahkan mengakui bahwa penyebab semua itu
adalah radiasi radio aktif yang digunakan selama perang. Inilah realitas yang tak dapat
diabaikan. Kini kita mesti bertanya, siapakah yang harus bertanggung jawab atas semua
tragedi ini? Apakah AS yang mengaku sebagai pemberi perdamaian dan kebebasan
bagi rakyat Irak mampu memberikan jawaban bagi aksi-aksi anti kemanusiaan ini? Jelas
sekali, jawabannya ialah “tidak”. Karena bagi AS perang di Irak merupakan kesempatan
emas bagi ujicoba berbagai senjata moderen yang mereka ciptakan.

Akhir Sidang Dewan Gubernur Tentang Program Nuklir Iran

Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) hari Sabtu 22 Nopember,
mengakhiri sidangnya tanpa mengambil keputusan apapun berkenaan dengan Iran.
Menurut sumber-sumber yang dekat dengan Dewan Gubernur, sidang berikutnya dewan
ini akan digelar hari Rabu 26 Nopember dengan tujuan pengambilan suara dan
pendapat tentang resolusi usulan negara-negara Eropa menyangkut Iran. Penyebab
berakhirnya sidang ini tanpa hasil ialah karena adanya upaya AS untuk menampilkan
Iran sebagai pelanggar perjanjian larangan pengembangan senjata nuklir (NPT) yang
kemudian ditentang oleh negara-negara lain. Meski demikian negara-negara Eropa
menginginkan disusunnya sebuah resolusi yang selain menyambut gembira
peningkatan kerjasama Iran, juga menyatakan kecemasan terhadap apa yang mereka
sebut sebagai kelalaian masa lalu Iran dalam melaporkan program nuklirnya. Sikap
negara-negara Eropa ini mendapat dukungan mayoritas anggota Dewan Gubernur
IAEA.

Dari sisi ini, AS yang didukung hanya oleh 4 negara, Kanada, Australia, New Zaeland
dan Jepang, berada dalam posisi terkucil; sehingga Radio Amerika, dalam program pagi
hari Ahad 23 Nopember, memberitakan langkah mundur AS dalam upayanya
mengesankan Iran sebagai pelanggar untuk kemudian membawa masalah nuklir Iran ke
Dewan Keamanan PBB. Sebelumnya, Richard Armitage, wakil menlu AS pada hari
Sabtu 22 Nopember, telah memberitakan adanya upaya untuk mencapai kesepakatan
dengan Eropa berkenaan program-program nuklir Iran.

Berdasarkan laporan Muhammad ElBaredei, Dirjen IAEA, tak ada bukti apa pun yang
menunjukkan bahwa Iran akan menggunakan energi nuklirnya untuk keperluan militer.
Dari sisi ini, berdasarkan butir ke-12 konstitusi IAEA dan laporan terakhir ElBaredei, dari
segi hukum tak ada alasan untuk melimpahkan masalah nuklir Iran ke DK PBB.

Selain itu, berdasarkan deklarasi Tehran pada 21 Oktober lalu, Iran,Inggris, Perancis
dan Jerman, telah sepakat tentang penundaan proses pengayaan uranium dan
penandatanganan protokol tambahan 93+2 dengan imbalan masalah nuklir Iran tak
akan dilimpahkannya ke DK PBB. Oleh sebab itu, Dr Kamal Kharazi, Menlu RII, pada
hari Sabtu 22 Nopember mengingatkan, jika pelimpahan masalah tersebut dilakukan,
maka Iran akan meninjau ulang kebijakannya dalam hal ini.



• Halaman Muka

• Pengenalan
o Strategi Pendekatan
o Tentang Kami
o Sekretaris Jenderal
o Kontak Kami

• Penerbit FIPMI
o Buku Bahasa Arab
o Buku Bahasa Persia
o Distribusi Via Internet
o Percetakan FIPMI

• Berita
o Dunia Dalam Berita
o Wawancara
o Berita FIPMI
o Laporan

• Album Foto

• Perpustakaan Digital

• Panduan

• Pendidikan Virtual

• Links

• Pilih Bahasa
o Persia
o Arab
o Inggeris
o Perancis
o Jerman
o India
o Spanyol
o Tajik
o Turki
o Rusia
o Urdu
o Bengali
o Thailand
o Indonesia
o Swahili

Menu Utama

• Persatuan dan Pendekatan


• Nabi Muhammad Saw
• Dunia Islam
• Kajian Al-Qur’an
• Warisan Bersama
• Mazhab-Mazhab Islam
• Para Tokoh Pemersatu
• Minoritas Muslim
• Fatwa Persatuan
• Even-Even Penting
• Wawancara
• Penerbitan
• Menu Tambahan

Persatuan dan Pendekatan

• Persatuan Umat islam


• Konferensi Pendekatan Mazhab Islam di London
• Konferensi Internasional Haji PBNU-Iran
• Sheikh Al-Azhar Apresiasi Fatwa Ayatullah Khamenei
• Visi Imam Khomaini Seputar Persatuan Islam

Kajian Al-Qur’an

• Al-Qur’an, Cahaya Yang Tak Pernah Redup


• Tafsir Surah Al-Qadr
• Nuzulul Qur'an di Bulan Ramadan
• Wanita Yang Boleh Membuka Mahkotanya

Even-Even Penting

• Cahaya di Khurasan
• Wali Allah Dalam Perspektif Rumi
• Biografi Ringkas Imam Jakfar Shadiq as
• Meraih Hikmah Puasa
• Idul Fitri; Hari Raya Besar Umat Islam
Para Tokoh Pemersatu

• Muhammad Mustafa Muraghi, Pencetus Pendekatan Mazhab


• Syeikh Mahmud Syaltut, Pelopor Pemikiran Pendekatan antar Mazhab Islam
• Potret Syeikh Muhammad Jawad Mughniyyah: Pakar Hukum Kontemporer
• Persatuan Islam Dalam Perspektif Ustad Muthahhari
• Potret Syeikh Hasan Al-Banna

Jajak Pendapat
Bagaimana perubahan terakhir website ini?
Sangat baik
Baik
Tidak sempurna
Butuh perbaikan kembali
Pilih

Problema Kontemporer Dunia Islam


Minggu, 24 Januari 2010 08:08 | Ditulis oleh Ali Asghor Auhadi | | |

Sejak agama samawi dan para nabi ulul azmi menabuh gendrang dakwah untuk pertama
kalinya, saat itu pula mereka menghadapi berbagai kendala dan konspirasi dari para
pemuka orang-orang kafir dan penentang hak-hak manusia, Masalah ini menandai
dimulainya konfrontasi abadi antra front kebenaran dan kebatilan sepanjang sejarah
dimana hal ini tak dapat dihindari, kapan pun dan dimana pun. Namun perlu dicatat di
sini bahwa tak ada satu pun dari agama samawi dan para pembawa pesannya yang
menghadapi cobaan begitu berat dan pedih seberat dan sepedih apa yang dirasakan oleh
Islam dan Nabi Muhammad saw. Berkaitan dengan hal ini, Nabi Muhammad saw
bersabda: “Tidak ada satu nabi pun yang disakiti sebagaimana aku disakiti.”1
Sejak Nabi saw mendeklarasikan pesan: “Katakanlah bahwa tidak

ada Tuhan selain Allah, niscaya kalian selamat” lalu beliau berdakwah

secara terang-terangan, para pemuka kafir membentuk kekuatan dan

front bersama untuk menghadapi dakwah ini dan mereka selalu berusaha

untuk melenyapkannya. Dengan menutup mata atas semua perbedaan

internal yang ada di antara mereka sendiri, pelbagai kekuatan batil hanya

memfokuskan pada tujuan bersama mereka, yaitu mencegah tersebarnya

pesan Islam ini dan kemudian menghancurkannya.

Salah satu perang yang dikobarkan untuk menentang kaum

Muslimin adalah peperangan yang terkenal dengan dengan sebutan

perang Ahzab. Dinamakan perang Ahzab karena dalam perang ini seluruh

pembesar kafir bersatu padu untuk melenyapkan Islam yang baru dengan

seluruh kekuatan yang mereka miliki.

Keistimewaan dan rahasia apa yang dimiliki ideology Islam

sehingga membuat pelbagai kekuatan kebatilan kebakaran jenggot dan

meradang seperti ini?

Tak diragukan lagi bahwa pesan abadi dan pembebas "kalimat

tauhid-lah” yang menjadikan para pembesar kafir dan para tiran

meradang dan gregetan alias gemas. Pesan inilah yang menafikan seluruh
tuhan buatan dan pelbagai kekuatan palsu dan hanya mengakui secara

resmi keberadaan satu Tuhan, Pencipta semesta alam. Pesan inilah,

sebagaimana saat turunnya, mampu menghancurkan semua infrastruktur

yang salah,pelbagai tradisi dan budaya sesat yang telah mengakar dalam

masyarakat di waktu itu dan membebaskan manusia di zaman itu dari

pelbagai rantai yang membelenggu mereka dan melapangkan jalan

kebangkitan dan penentangan kelompok tertindas terhadap pemegang

kekuasaan yang zalim, hari ini pun bak pelita yang tetap menyala di

tangan para pencari jalan kebenaran dan kaum tertindas.

Para tiran di zaman Nabi saw dengan baik menyadari realita ini,

yaitu bila agama baru dan budaya yang agung serta pembebas ini

dibiarkan tumbuh dan berkembang secara normal dan aman-aman saja di

tengah masyarakat, maka ini akan berdampak pada goncangnya

singgasana kekuasaan mereka. Dan inilah kenyataan yang sekarang

dikhawatirkan oleh dunia kafir dan kekuatan adi daya. Dan masalah

inilah yang memicu bersatunya pelbagai kekuatan sesat dan batil

sepanjang sejarah manusia guna menentang para nabi dan utusan Allah.

Jadi, dapat dikatakan bahwa bahwa problem antara Islam dan

kafir merupakan manifestasi dan lanjutan dari permusuhan antara front

kebenaran dan kebatilan. Dan pembahasan yang kami kemukakan


sekarang dalam artikel ini berkaitan dengan problematika kontemporer

dunia Islam dan mengenal hakikatnya supaya kita dapat menemukan

jalan/solusi untuk mengatasinya. Sebab, tanpa mengenal dan menyingkap

pelbagai problematika secara benar maka kita tidak mungkin dapat

memecahkan dan menyikapinya secara bijak dan dewasa.

Problematika Kontemporer:

Masa yang kami maksudkan di sini dimulai dari sejak jatuhnya

Dinasti Usmani di dunia Islam dimana dibagi dalam dua bagian:

1- Masa sebelum Kebangkitan Islam:

Dunia Salib Barat, pasca runtuhnya Dinasti Usmani karena masalah

internal yang kala itu disebut dengan "kematian orang yang sakit", yakin

sekali bahwa tidak ada lagi kekuatan di dunia Islam yang secara militer

mampu berhadapan dengan Barat. Kemudian mereka menyusun program

"pelucutan Islam" dari kancah social masyarakat Islam. Program musuh

ini bertujuan untuk mengubah identitas dan memutuskan tali hubungan

umat Islam dengan latar belakang peradaban dan budaya masa lalunya.

Sebab, musuh-musuh Islam sadar benar bahwa komitmen umat Islam

terhadap akidah dan ikatan-ikatan keagamaan serta moral adalah hal

yang selalu berpotensi mendatangkan lampu merah alias bahaya bagi


mereka. Dan berikut ini kami akan menyebutkan beberapa sebab dan

factor masalah ini.

Alhasil, untuk mencapai tujuannya di era ini dan mengkikis

kekuatan kaum Muslimin, musuh menetapkan aksi-aksi di bawah ini

sebagai bagian dari agenda dan program mereka:

a. Membagi kawasan Islam menjadi beberapa negara-negara kecil.

b. Mengangkat penguasa-penguasa yang menjadi boneka mereka.

c. Mengeksploitasi para penulis bayaran untuk tujuan-tujuan berikut:

- Memunculkan instabilitas akidah masyarakat.

- Menyebarkan pemikiran-pemikiran asing.

- Mengubah identitas budaya dan agama Islam.

Memecah dunia Islam menjadi beberapa negara kecil dari satu sisi dan

mengangkat penguasa-penguasa boneka untuk mengaktualisasikan

program pengaburan/pengkikisan identitas dari satu sisi yang lain

termasuk agenda musuh yang sukses dijalankan dengan baik di era ini.

Dalam bidang ini, peran para pemikir yang kebarat-baratan dan para

penulis yang secara sadar atau tidak kadang-kadang bergerak sesuai


dengan apa yang telah digariskan dan diprogram oleh musuh tidak kalah

daripada peran para penguasa boneka mereka. Para penulis yang telah

terkontaminasi dengan aroma weternisasi, seperti Toha Husein dan Salam

Musa di Mesir dan dunia Arab, Diya’ Kuk Old di Turki, Sayid Ahmad

Khan di India, dan Qasim Amin dan Taqi Zodeh di Iran, dan tentu masih

banyak lagi para penulis dan kolomnis koran dan majalah lainnya yang

nama mereka dapat disebut, menilai bahwa jalan kemajuan dapat dicapai

dengan membebek dan mengikuti pola hidup ala Barat. Mereka

menekankan masalah ini dalam pelbagai tulisan, orasi dan konferen-

konferensi yang mereka ikuti.

Qasim Amin adalah pendukung keras anti jilbab, karena menurutnya

fenomena religius, seperti jilbab kaum wanita mencegah kemajuan umat

Islam. Sebagian dari mereka menganggap bahwa mengubah tulisan ke

latin adalah salah satu cara lain untuk mendekatkan umat Islam ke

kafilah peradaban manusia. Sebagaimana hal ini dipraktekkan secara

resmi di Turki. Akibatnya, hubungan masyarakat dengan tulisan Al

Qur'an pun terputus.

Meskipun permusuhan ini secara lahiriah menandai adanya

peperangan antara tradisi dan modernitas, dan para pemikir ini

mengklaim bahwa mereka berusaha untuk mengantarkan masyarakat


pada kafilah peradaban manusia, namun sejatinya mereka hanyalah alat

yang dimanfaatkan oleh musuh dalam pertarungan ini; pertarungan yang

esensinya adalah permusuhan peradaban dan budaya yang bertujuan

untuk memutuskan umat Islam dari latarbelakang peradabannya.

Musuh sangat memahami bahwa selama hubungan masyarakat Islam

dengan budaya dan peradaban masa lalu mereka terbangun dengan baik,

maka hal itu berpotensi mendatangkan bahaya dan sewaktu-waktu dapat

menggerakkan perlawanan dan resisitensi masyarakat terhadap serangan

bangsa asing. Musuh mengetahui bahwa budaya ini memiliki benteng

yang kokoh yang mampu memberikan pertahanan dan daya tahan khusus

di hadapan serangan membabi-buta mereka, dan benteng yang dimaksud

adalah akidah (keyakinan). Oleh karena itu, mereka berusaha semaksimal

mungkin untuk membuat dan merancang strategi yang kiranya dapat

melemahkan faktor-faktor, yang, membuat umat Islam terikat dengan

keyakinan dan kepercayaan keagamaan mereka.

Berkaitan dengan hal ini, ada suatu fenomena menarik yang kiranya

dapat menjadi bahan renungan kita bersama, yaitu pada tahun 1920 M

dan selanjutnya di daerah yang paling strategis di beberapa kawasan

dunia Islam yang notabene berbeda secara bahasa, geografi dan mazhab,

namun uniknya para pemimpin di pelbagai kawasan ini secara serempak


menyatakan perang dan protes keras terhadap pelbagai symbol dan

identitas keagamaan dan budaya masyarakat mereka sendiri. ‘Di Turki,

pasca tumbangnya Pemerintahan Usmani, Musthafa Kamal Atatruk

mengambil tampuk kepemimpinan pada tahun 1923 M, di Iran dikuasai

oleh Reza Pahlavi pada tahun 1925 M dan di Afganistan kursi kekuasaan

diduduki oleh Amanullah Khan pada tahun 1919 M.

Yang menarik, di tiga kawasan strategis Islam tersebut semua

penguasanya melakukan gerakan yang nyaris sama dimana mereka semua

berusaha merusak budaya lokal dan mengajak masyarakat untuk

mengikuti gaya hidup ala Barat serta memerangi dengan serius segala

bentuk fenomena keagamaan, seperti jilbab, masjid, shalat, para alim

ulama, tulisan Arab, dan pelbagai fenomena religius dan budaya

masyarakat lainnya.

Tak syak lagi, fenomena ini bukanlah suatu kebetulan semata dan juga

tidak apat dikatakan bahwa mereka sebenarnya berusaha untuk

memerangi kemunduran dan berpikir untuk kemajuan bangsa mereka.

Para pemimpin boneka ini dengan sadar sedang memainkan scenario

penjajah di negara-negara yang mereka ditugaskan di situ. Oleh karena

itu, di era tersebut para penguasa inilah yang menandatangani

kontrak/perjanjian politik dan militer yang paling merugikan.


Di seluruh negara dan kawasan Islam lainnya juga terjadi keadaan

yang serupa. Termasuk program dan agenda yang diterapkan dengan

serius dan sistematis di era ini di pelbagai negeri Islam lainnya adalah

mensosialisasikan pelbagai pemikiran dan "isme" yang diimpor dari

Timur dan Barat dan menyebarkan paham nasionalisme serta

menghidupkan kembali pelbagai adat istiadat dan tradisi kaum Jahiliya

dengan asumsi bahwa hal tersebut merupakan latarbelakang nasional.

Kendatipun pelbagai konspirasi ini mendapat perlawanan kuat dan

reaksi keras serta efektif para ulama Islam, khususnya ulama Syiah di

Iraq dan Iran, namun lemahnya sarana dan alat dakwah dibandingkan

dengan sarana yang digunakan pihak musuh dan usaha biadab dan tak

manusiawi pihak penguasa dalam mengkikis peran ulama dan

menghentikan gerakan-gerakan Islam, menyebabkan budaya impor ini

berhasil melakukan penetrasi secara mendalam di banyak dari

masyarakat Islam.

Sebagai contoh, di zaman inilah, Jamal Abdu Nasir di Mesir dan

kalangan intelektual dan para pembaharu, seperti Sayid Qutub dan Hasan

al Banna dibunuh dan gugur sebagai syahid. Bahkan gerakan dan ormas

"Ikhwanu Muslimin" pun dibubarkan dan berusaha dihancurkan. Di saat

yang sama dan seolah sebagai alternatifnya, dikibarkanlah bendera


"Nasionalisme Arab" sebagai satu ideologi. Hal ini menandai bahwa

perang budaya yang disertai dengan penghancuran pelbagai gerakan

Islam telah ditabuh di Mesir.

Di banyak negara Arab faham nasionalisme berkolaborasi dengan

sosialisme. Kolaborasi ini begitu penting karena meskipun nasionalisme

Arab mempunyai daya tarik kebangsaan, namun ia sendiri tidak cukup

untuk mengisi kekosongan pada program dan pedoman kehidupan.

Karena itu, sosialisme disosialisasikan sebagai system politik-sosial yang

berdampingan dengan nasionalisme Arab.

Dan dengan penggabungan ini, setelah mensosialisasikan penon-aktifan

agama dari panggung social, mereka berusaha untuk mengisi kekosongan

ideologi. Di zaman itu, ideologi Sosialisme-Marxsisme yang berseberangan

dengan sistem Kapitalisme yang menjadi penguasa dunia tampil sebagai

sistem politik revolusioner baru yang memiliki daya tarik tersendiri di

kalangan anak-anak muda dan para mahasiswa. Karena alasan ini, di

banyak negara Arab, nasionalisme Arab yang memiliki karakter

sosialisme berhasil mengait pengikut dan simpatisan,khususnya di

kalangan cendekiawan dan generasi muda. Di Iraq, kelompok Komunis—

karena dukungan dan lampu hijau dari pemerintah—secara terang-

terangan bergabung dengan Materialisme-Marxsisme yang dasar


pemikirannya berhaluan pada pengingkaran terhadap metafisik dan

Pencipta alam. Dengan kata lain, mereka mengajak masyarakat kepada

kekufuran dan ketidakberimanan kepada Tuhan. Masalah ini

memunculkan kecaman dan protes keras kalangan agamis, sehingga

Ayatullah al-‘Udzma Sayid Muhammad Hakim mengeluarkan fatwa

bersejarah yang berlebel “Komunisme adalah kafir dan tak kenal

Tuhan” . Fatwa ini berhasil menghentikan kesesatan tersebut. Sebab,

dengan keluarnya fatwa ini masyarakat termotivasi untuk melakukan

kebangkitan kolektif dimana mereka menyerang pusat kelompok sesat ini,

sehingga membuat pemerintah mengubah sikapnya dan menarik

dukungannya terhadap gerakan Komunis ini.

Oleh karena itu, dengan mudah dapat dikatakan bahwa tujuan dan

agenda musuh di era ini dan di masa sebelum dimulainya kebangkitan

Islam secara utama terpusat dan terfokus pada usaha menyingkirkan

peran agama dan menumbuhkan pemikiran Materialisme.

Keimanan yang kuat dan kokoh masyarakat terhadap Islam dan

pelbagai ajaran abadi Al Qur'an menjadi penghalang melemahnya

keterikatan mereka pada Islam, meskipun serangan musuh di era ini bak

ombak besar yang menerjang masyarakat Islam dari pelbagai arah, dan

kendatipun sekolah, dan universitas, koran, majalah, pena-pena bayaran,


dukungan para pengusa boneka berhasil menyebarkan budaya impor dan

gaya hidup Barat dan pelbagai asesorisnya di tengah masyarakat.

Tetapi, mereka sama sekali tidak mampu mengubah identitas asli

Islam masyarakat dan hubungan mereka dengan Islam. Sebagai contoh, di

Turki, meskipun setelah jatuhnya Kerajaan Usmani, penguasa boneka

Barat berhasil menjalankan pemerintahan sekularis dan menggunakan

pendekatan kekerasan dalam rangka menerapkan program

"menyingkirkan Islam", seperti mengubah huruf Arab, melarang wanita

memakai jilbab, dan bahkan mengubah model pakaian dan menyebarkan

Nasionalisme Turki dst… dll. Namun, setelah beberapa decade berlalu;

dengan hanya tersedianya kebebasan untuk menampakkan akidah dan

terciptanya kondisi untuk mewujudkan keinginan masyarakat, maka

hanya satu kelompok politik yang menang, yaitu yang kendaraan

politiknya bernamakan Islam.

Berkaitan dengan masalah Palestina juga demikian halnya. Meskipun

para pemimpin bayaran dan para tokoh negara Arab yang pro-

Barat dalam beberapa tahun yang lalu berusaha melihat masalah

Palestina dari kaca mata non-Islam dan memberikan warna

Nasionalisme Arab padanya, namun sekarang kita menyaksikan di

Palestina bahwa gerakan politik dan ormas yang berhasil menarik


mayoritas suara rakyat adalah gerakan politik dan ormas yang

memperkenalkan dirinya dengan syiar jihad.

2. Era Kebangkitan Islam:

Kebangkitan Islam adalah nama dari suatu tahapan dimana kaum

Muslimin—setelah berabad-abad terlelap dalam tidur dan

kelalaiannya—mengharapkan hegemoni Islam di tengah

masyarakat mereka. Era ini identik dengan kembalinya orang-

orang Islam pada peradaban terdahulunya dengan tujuan

menghidupkannya kembali. Tahapan ini bisa disebut era percaya

diri dan penolakan terhadap semua solusi politik-sosial yang

diimpor dari Timur dan Barat, dan kembali pada kekuasaan politik

Islam. Keberhasilan kebangkitan Islam ini yang mampu mengubah

secara luas wajah dunia dimotori oleh para reformis, pembaharu,

gerakan-gerakan Islam, pusat-pusat pencerahan yang dipimpin oleh

para ulama dan hauzah (sentral-sentral pendidikan tradisional

agama) di Irak dan Iran. Tak diragukan lagi, terdapat banyak

faktor yang melatarbelakangi perubahan ini, dan kami akan

mengisyaratkan sebagiannya di bawah ini:


Telah tampak dengan jelas ketidakberdayaan semua pemikiran dan

"isme" yang diimpor dari Timur dan Barat.

Telah terbongkar kedok para penguasa boneka dan para pengklaim

gerakan modernisme sebagai antek-antek penjajah dan masyarakat

sudah tidak percaya lagi terhadap kinerja mereka pada sejarah

kontemporer.

Tindakan zalim para penguasa boneka yang sangat keterlaluan dan

mereka dengan sengaja mengunakan aset dan kekayaan nasional

untuk kepentingan penjajah.

Dengan kemenangan Revolusi Islam Iran, seolah ruh dan nyawa baru

ditiupkan pada kebangkitan ini. Revolusi Islam Iran menjadi contoh

bagi pelbagai gerakan kebebasan untuk semua orang-orang

tertindas didunia. Revolusi Islam Iran dengan kepemimpinan Imam

Khomaini adalah bak ledakan cahaya di tengah dunia gelap yang

melanda orang-orang tertindas.

Musuh awalnya berada dalam kebingungan di hadapan ombak dan

perubahan besar ini dan mereka berada dalam ketakutan yang luar

biasa. Dan akhirnya, mereka pelan-pelan mulai memikirkan

bagaimana menemukan cara dan strategi untuk menghadapi

gelombang ombak ini.


Pertama, mereka memaksakan perang melalui partai Ba’ts, Iraq yang

dipimpim oleh Saddam Husein Takriti. Kekuatan Adi Daya

mendukung Saddam secara penuh (media, logistic, alat militer)

untuk menghancurkan Revolusi Islam yang baru berlangsung di

Iran. Dengan hancurnya Iran yang jelas-jelas mengangkat bendera

Islam maka harapan rakyat terhadap pemerintahan dan kemuliaan

Islam di dunia akan sirna. Di samping perang yang dipaksakan,

Saddam juga menyiapkan pelbagai ambisi pribadi jahatnya, namun

gelombang ombak ini bukan hanya tidak berhenti, tapi justru

semakin tumbuh subur dan akarnya semakin kuat. Gaung

kebangkitan Islam di Iran justru—hari demi hari—semakin

menyebar kemana-mana dan gerakan Islam di Iran semakin

matang dan mantap dalam menghadapi pelbagai konspirasi musuh

eksternal dan internal.

Sampai sekarang tekad dan perlawanan yang tumbuh dari kekuatan iman

masyarakat Muslim Iran menjadi faktor utama yang mampu

menjaga cita-cita Imam Khomeini dan pemerintahan Islam dan

juga menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi pelbagai

konspirasi yang disusun sejak awal Revolusi Islam Iran.


Hari demi hari dunia Islam terus menghadapi pelbagai konspirasi yang

dilancarkan para musuh untuk menghambat laju kebangkitan

Islam. Konspirasi ini bukan hanya tidak berhenti, bahkan hari demi

hari lebih dalam, lebih luas dan lebih sulit.

Untuk generasi yang hidup di era kebangkitan Islam dan Revolusi

Islam, sangat penting bagi mereka untuk mengetahui problematika

kontemporer dunia Islam dan tujuan buruk segi tiga kejahatan, yaitu

kekuatan kekufuran, Zionisme, dan kaum Salibisme internasional. Di

samping pengetahuan ini, memahami potensi dan kekuatan perlawanan

serta unsur kemenangan di hadapan musuh-musuh bersama akan

menjamin basirah (ketajaman mata hati) dan membuat kita yang berada

di barisan kebenaran mengenal bagaimana caranya menghadapi front

kebatilan dalam peperangan panjang yang sangat menentukan ini.

Esensi Problematika di Era Kebangkitan

Barat dalam analisa dan penelitiannya mengetahui dengan baik bahwa

pesan yang selalu menjadikan masyarakat Muslim tetap tegar bak

tembok kokoh di hadapan para tiran telah hidup untuk kedua

kalinya di hati dan jiwa masyarakat. Bangsa-bangsa Muslim,

setelah cukup lama setelah beberapa abad terlelap dalam kelalaian,


kini telah kembali pada identitas peradabannya. Pesan yang

dimaksud Barat adalah pesan yang pernah disampaikan di masa

lalu, tepatnya di zaman turunnya Al Qur'an. Pesan tauhid inilah

yang mampu menyatukan masyarakat di hadapan para tiran zaman

itu, dan ia juga mampu berhasil membangun revolusi budaya

tersukses sepanjang sejarah manusia dan ia dapat membidani

lahirnya peradaban yang abadi dan cemerlang dalam sejarah.

Mereka telah merasakan pengalaman pahit di masa lalu yang tak


seberapa jauh, yaitu pasca jatuhnya Kerajaan Usmani dimana
mereka berpikir bahwa seluruh kekuatan Islam telah habis dan
gulung tikar. Dan mereka pun merasakan dahsatnya pengaruh
pesan tauhid ini saat serangan Napoleon ke Mesir dan kalahnya
kekuatan militernya; saat kemenangan rakyat Irak dan diusirnya
kekuatan penjajah Inggris tahun 1920 M; saat gagalnya rencana
jahat penjajah Inggris di Iran dalam peristiwa pengharaman
tembakau; saat pendirian pemerintah Islam di benua India dengan
nama Pakistan; saat terbentuknya gerakan rakyat di Afganistan
dan terusirnya tentara Soviet; dan akhirnya saat terbentuknya
gerakan jihad di Palestina. Alhasil, musuh telah membuktikan dan
melihat sendiri keampuhan pesan ini dalam rentetan kemenangan
pelbagai kelompok kecil Islam yang bersenjatakan tidak secanggih
musuhnya.

Oleh karena itu, musuh melihat bahwa dirinya berada di depan hidupnya

kembali suatu pemikiran yang tak dapat dibendung dengan aksi

militer ini, dan juga berada di hadapan pelbagai bangsa yang


menginginkan dipraktekkannya dominasi Islam dalam kehidupan

social mereka.

Melihat realita tersebut, musuh menyusun strategi baru guna menghadapi

fenomena ini, meskipun dalam dua era sebelum dan setelah masa

kebangkitan Islam kekuatan Adi Daya menggunakan pendekatan

perang budaya. Namun pada masa kebangkitan Islam dan kalahnya

rencana penghapusan agama, penyebaran faham Liberalisme, yaitu

program pemisahan agama dari kehidupan di-setting untuk menjadi

alternatifnya. Sebab, Liberalisme di-make up sebagai kebebasan

mutlak dan demokrasi yang di satu sisi mengakui keberadaan

agama dan keimanan kepada Tuhan sebatas keyakinan dan adab-

adab beribadah, namun di sisi lain ia menegaskan supaya manusia

membebaskan diri dari segala ikatan Ilahi dan religius dalam

masalah-masalah social dan kehidupan.

Dengan demikian, pada era pertama musuh berusaha memisahkan

kaum Muslimin dari keyakinan terhadap Tuhan dan metafisik, sedangkan

pada era kedua meskipun pihak Barat mengakui keberadaan metafisik,

namun mereka berupaya memisahkan agama dari pentas kehidupan,

yakni menentang dan melawan Islam sebagai system politik dan social
Karena alasan inilah, Barat mulai melakukan peperangan yang

keras terhadap pemikiran Islam yang berbau politik. Sebab, bila pelbagai

bangsa di dunia mengenal pesan kebebasan Islam; dan jika saja penetrasi

ajaran-ajaran Islam yang sangat inspiratif dibiarkan begitu saja maka ini

sama dengan bunuh diri bagi mereka dan sudah barang tentu akan

menjadi ancaman serius bagi kemapanan imperialisme. Jadi, pesan

kebangkitan ini membuat musuh terancam justru di dalam rumahnya

sendiri. Dan berbeda dengan masa sebelumnya dimana musuh selalu

meng-obok-obok Islam di tubuh internal masyarakat Muslim, namun kali

ini pesan Islam mampu menembus batas kekuasaan musuh dan

memaksanya bertahan di dalam daerah kekuasaan dan pusat

kekuatannya.

Adapun strategi yang disusun Barat untuk menghadapi dunia Islam

pada era kebangkitan Islam adalah:

Mengkikis peran Islam dari percaturan masyarakat dunia.

Menghapus peran Islam di antara masyarakat Islami sendiri.

Melucuti infrastruktur dan potensi yang dimiliki negara-negara Islam.

Sekarang, kami akan menjabarkan ketiga strategi tersebut di bawah

ini:
a. Mengkikis peran Islam dari percaturan masyarakat dunia

Meragukan keberadaan Islam sebagai agama samawi.

Meragukan keotentikan Al Qur'an.

Mendistorsi sejarah dan kehidupan Nabi Muhammad saw yang jelas-jelas

diakui kebenarannya oleh seluruh umat Islam.

Memberikan gambaran yang tidak benar berkenaan dengan ajaran Islam

dan Al Qur'an, dan mengenalkannya sebagai sumber kekerasan.

Mewujudkan kebencian dan ketegangan di antara kaum Muslimin dan

para pengikut agama lainnya, khususnya umat Kristen.

Mengadakan pelbagai seminar ilmiah dan mendirikan pusat penelitian

untuk mengenal Islam dengan tujuan untuk mempelajari

kelemahan dan kekurangan agama Islam.

b. Menghapus peran Islam di antara masyarakat Islam sendiri dan

menyebarkan pemikiran Liberalisme

Menolak kemampuan Islam dalam mengatur kehidupan manusia

kontemporer.

Kontradiksi antara hukum social Islam dan modernitas.

Meragukan kembali hal-hal yang sudah pasti dan disepakati dalam Islam,

seperti jilbab, hukum waris, hukum peradilan Islam, dan


menganggap hokum-hukum tersebut hanya berlaku dan cocok pada

masa tertentu.

Melawan otoritas para ulama.

Menolak ijtihad dan taklid dan tidak setuju kepada keharusan spesialisasi

dalam hukum Islam.

Menyebarkan penghalalan apa saja dengan dalih kebebasan.

Menanamkan keraguan pada keyakinan beragama para pemuda

berkaitan dengan masalah dasar-dasar epistimologi Islam.

Mensosialisasikan pemahaman yang dimpor dari pusat akademi Barat

dan menerapkannya pada prinsip-prinsip epistimologi Islam,

seperti; pluralisme agama, hermeneutic, menolak kebenaran makna

lahiriah Al Qur'an dan hadis dan pembahasan-pembahasan yang

serupa dengan ini.

Memerangi prinsip dan nilai akhlak yang mendominasi masyarakat Islam

dengan memanfaatkan konvensi internasional dengan judul hak-

hak asasi manusia, hak-hak perempuan, kebebasan dan lain-lain

dan kemudian memaksa negara-negara Islam untuk menjalankan

keputusan ini.

c. Melucuti infrastruktur dan potensi yang dimiliki negara-negara Islam


Menyalakan konflik antar pelbagai kaum dan mazhab di dalam negara-

negara Islam.

Mendalangi terjadinya krisis dan ketegangan politik di negara-negara

Islam melalui antek-antek bayaran mereka.

Mengembangbiakkan teroris dan mewujudkan instabilitas di tengah

masyarakat Islam.

Memecah belah di antara negara-negara Islam untuk mencegah persatuan

dan keharmonisan hubungan sesama mereka dan menghalangi

kemungkinan tercapainya satu kata atau satu sikap di pelbagai

lembaga dan organisasi internasional.

Menghancurkan pondasi perekonomian negara-negara Islam dan

menghabiskan kekayaan alam anegerah Ilahi pelbagai negara ini

dengan tujuan menahan potensi pertumbuhan masyarakat Islam.

Strategi ini menggunakan beberapa kiat di bawah ini:

- Menciptakan musuh imajiner dengan maksud memaksa suatu negara

untuk membeli senjata dangan modal besar.

- Membuat pelbagai negara sibuk dengan masalah-masalah dalam

negeri dan menjadikan mereka terpaksa menaggung biaya yang

sangat besar untuk mengontrol keadaan dalam negerinya.


- Memunculkan krisis dengan tujuan untuk menahan laju

perkembangan ekonomi.

Melemahkan rasa percaya diri bangsa-bangsa Islam dan menanamkan

rasa putus asa di antara mereka dengan tujuan menghilangkan

spirit perlawanan dan rasa percaya diri. Dan mematikan segala

usaha di bidang independensi unsur bersama pada seluruh tema

yang telah kami paparkan di atas, politik, dan mendesain pelbagai

problema dan fitnah ini dalam kemasan perang budaya dan

peradaban. Sebab, sebagaimana yang telah kami singgung bahwa

fenomena kebangkitan Islam tidak akan pernah dicegah oleh musuh

melalui pendekatan dan aksi militer.

Referensi:

1-Bihar al-Anwar, juz 39, hal. 56.

Terakhir Diperbaharui (Minggu, 17 Oktober 2010 07:57)

Terpopuler Wawancara Artikel Terakhir

• Potret Imam Syafi'i • Sejarah Islam dan • Walikota Roubaix


• Hamzah: Pejuang dan Tantangan Permasalahkan
Pahlawan Perang Kontemporer Daging Halal
Badar dan Uhud • Urgensi Mencari • Lauren Booth, Ipar
• Peran Kasih Sayang Titik Kesamaan Mantan PM Inggris
dalam Pendidikan Agama Ilahi Masuk Islam
• Kiat Memahami • Ayatullah Tashkiri: • Ulama Syiah Puji
Gejolak Pikiran Zionis Manfaatkan Pernyataan Sheikh al-
Remaja Kebodohan Barat Azhar
• Wawancara Eksklusif • OKI Bahas Jalur
• Wawancara Eksklusif Dengan Prof. DR. Hukum Pencabutan
Dengan Prof. DR. KH. Umar Shihab Blokade Gaza
KH. Umar Shihab (Ketua MUI Pusat)
(Ketua MUI Pusat) • Fatwa Mati Ulama
• Perpecahan Saudi Menuai
Mendatangkan Azab Kecaman
Ilahi

Copyright © 2009 ---.


All Rights Reserved.

Designed By Mostafa Nasiri

Tuan George. W. Bush Presiden Amerika Serikat...


Dalam beberapa waktu Saya sempat berpikir, bagaimana bisa kontradiksi yang
tidak dapat diingkari dalam kancah dunia internasional ini, di mana
masyarakat dan pada khususnya di kalangan politik dan mahasiswa, dapat di
benarkan. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan tentang hal ini yang tak
terjawab. Karena itu saya kemudian memutuskan agar sebagian dari
kontradiksi
dan pertanyaan-pertanyaan itu bisa saya tanyakan. Mungkin akan ada
kesempatan untuk membenarkan masalah tersebut.

Apakah bisa; pengikut Nabi Isa A.S. sebagai salah satu Nabi besar ilahi
dapat berpegang teguh dengan hak-hak asasi manusia dengan menjadikan
Liberalisme sebagai model peradaban dengan memperluas persenjataan nuklir
dan pembunuhan massal untuk menunjukkan ketidaksetujuannya dan menjadikan
peperangan melawan terorisme sebagai slogannya?

Pada akhirnya, untuk membentuk masyarakat yang satu dan universal tetap
harus diusahakan. Sebuah masyarakat yang akan diperintah oleh Nabi Isa
A.S.
dan orang-orang baik di muka bumi.

Namun pada saat yang sama;


Negara-negara diserang. Jiwa, kehormatan, keberadaan orang-orang dan
nilai-nilai kemudian runtuh. Sebagai contoh, hanya dikarenakan adanya
sebuah
kemungkinan keberadaan beberapa orang pelaku kriminal di sebuah desa, kota
atau bersama sebuah iring-iringan, seluruh desa, kota dan iring-iringan
harus dibabat habis.
Atau dengan kemungkinan keberadaan senjata pemusnah massal di sebuah
negeri
lalu negeri tersebut dikuasai? Sekitar ratusan ribu masyarakat negara itu
harus tewas. Sumber-sumber air, pertanian dan industri rusak dan sekitar
180.000 pasukan militer tinggal di sana.

Kehormatan yang dimiliki oleh rumah-rumah masyarakat telah dihancurkan dan


mungkin sekitar lebih dari 50 tahun sebuah negara menjadi terkebelakang.
Dengan anggaran belanja seperti apa? Dengan menghabiskan miliaran
dolar dari
harta kekayaan sebuah negara dan sebagian negara yang lain atau dengan
mengirimkan puluhan ribu pemuda sebagai pasukan penyerang. Meletakkan
mereka
di tempat pembunuhan serta menjauhkan mereka dari keluarganya, mengotori
tangan mereka dengan darah orang lain, menekan jiwa mereka sehingga setiap
hari sejumlah dari mereka melakukan tindakan bunuh diri. Ketika mereka
kembali ke negara mereka masing-masing tersiksa dan tertekan di sertai
dengan penyakit yang beragam. Sebagian lainnya telah terbunuh dan jenazah
mereka telah diterima oleh keluarga mereka.

Hanya dengan alasan adanya senjata pemusnah massal, sebuah tragedi besar
telah tercipta baik untuk masyarakat yang negaranya dijajah atau penjajah.
Sementara pada akhirnya jelas bahwa senjata pemusnah massal tidak pernah
ada.

Namun tetap saja bahwa Saddam Husein adalah seorang diktator dan pembunuh.
Namun tujuan peperangan yang dilakukan bukan untuk menumbangkannya tapi
usaha untuk menemukan senjata pembunuh massal yang sudah diumumkan
sebelumnya. Saddam dalam rangkaian ini telah tumbang. Masyarakat
sekitarnya
merasa senang dengan tumbangnya Saddam. Pada peperangan yang dipaksakan
kepada Iran, Saddam di bantu dan dibela oleh Barat.

Tuan Presiden...
Mungkin Anda telah tahu bahwa saya hanya seorang dosen. Mahasiswa saya
sering mempertanyakan bagaimana aksi-aksi yang ada ini disesuaikan dengan
nilai-nilai yang telah disampaikan di awal surat saya dengan agama
Nabi Isa
A.S. seorang Nabi perdamaian dan kasih sayang?

Mereka yang tertuduh dan dipenjara Guantanamo yang tidak bakal diadili
secara adil, tidak memiliki akses untuk mendapat pembelaan dari seorang
pengacara. Keluarga mereka tidak diperkenankan untuk melihat mereka dan di
luar dari negaranya sendiri diisolir sementara tidak ada pengawasan
internasional untuk mereka. Tidak jelas posisi mereka; apakah mereka
adalah
dipenjara, tawanan perang, tertuduh ataukah orang-orang yang telah
dihukum?

Para pengawas Uni Eropa mengakui adanya penjara-penjara misterius di


Eropa.
Saya tidak dapat menerima penculikan dan penahanan orang-orang di
penjara-penjara misterius itu tanpa adanya sebuah sistem peradilan yang
berlaku di dunia. Dan saya tidak pernah mengerti bagaimana aksi-aksi yang
telah dilakukan sesuai dengan nilai-nilai yang telah saya sebutkan di
atas.
Dengan ajaran-ajaran Nabi Isa A.S. ataukah hak-hak asasi manusia ataukah
dengan nilai-nilai Liberalisme?

Para pemuda, mahasiswa dan masyarakat banyak mempertanyakan tentang


fenomena
bernama Israel. Pasti sebagian dari pertanyaan-pertanyaan itu telah Anda
dengar. Dalam sejarah tercatat banyak negara yang telah dijajah. Namun
salah
satu fenomena kontemporer masa kita adalah sebuah pembentukan negara baru
dengan masyarakat yang baru pula.

Para mahasiswa berkata, 60 tahun yang lalu tidak pernah ada negara dengan
nama ini. Dokumen-dokumen dan peta geografi dunia yang lama
ditunjukkan oleh
mereka sambil berkata, kami telah berusaha sedemikian rupa mencarinya
namun
kami tidak menemukan sebuah negara yang bernama Israel.

Saya terpaksa menuntun mereka agar mempelajari lagi tentang perang dunia
pertama dan kedua. Sekali waktu seorang mahasiswa berkata, pada perang
dunia
kedua puluhan juta manusia tewas. Berita-berita perang dengan cepat
disebarkan dari kedua belah pihak yang berperang. Masing-masing
memberitakan
kemenangannya dan kekalahan lawan. Setelah perang dunia kedua selesai
mereka
mengklaim bahwa ada enam juta orang Yahudi tewas. Enam juta orang yang
sekurang-kurangnya dari dua juta kepala keluarga.

Kita andaikan saja bahwa berita ini benar. Apakah kesimpulan logisnya
adalah
pembentukan sebuah negara Israel di kawasan Timur Tengah dan atau membela
mereka habis-habisan? Bagaimana menganalisa dan menginterpretasikan
fenomena
semacam ini?
Tuan Presiden...
Anda pasti telah mengetahui dengan anggaran belanja dan pesan-pesan yang
seperti apa sehingga Israel terbentuk;

Dengan terbantainya ribuan jiwa.


Dengan mengungsikan jutaan jiwa penduduk asli kawasan.
Dengan penghancuran ratusan ribu hektar sawah, kebun zaitun dan
penghancuran
kota-kota dan tanah-tanah subur.
Tragedi ini tidak hanya terbatas pada masa pembentukan saja. Sangat
disayangkan selama 60 tahun hal ini berjalan dan akan terus berlanjut.

Rezim yang dibentuk ini bahkan tidak memiliki rasa belas kasihan terhadap
anak-anak. Rumah-rumah dihancurkan, rencana teror tokoh-tokoh Palestina
dengan terlebih dahulu mengumumkannya serta memenjarakan ribuan
orang-orang
Palestina. Fenomena ini pada abad-abad terakhir bila tidak dikatakan sulit
dicari tandingannya maka tentunya tidak ada bandingannya.

Pertanyaan besar lainnya dari kebanyakan masyarakat adalah ini. Mengapa


rezim yang seperti ini masih harus dibela?

Apakah pembelaan rezim yang semacam ini merupakan salah satu ajaran Nabi
Isa A.S. atau sesuai dengan nilai-nilai Liberalisme?

Dan apakah memberikan hak untuk menentukan nasib sendiri di tanah


Palestina
kepada pemilik aslinya baik yang tinggal di Palestina maupun di luar dan
baik mereka itu Islam, Yahudi dan atau Kristen, bertentangan dengan
demokrasi, hak-hak asasi manusia dan ajaran-ajaran para Nabi?

Bila tidak bertentangan mengapa usulan referendum tidak pernah disetujui?

Akhirnya dengan pilihan rakyat Palestina telah terbentuk pemerintahan di


tanah Palestina. Semua pengawas yang tidak memihak mengukuhkan bahwa
pemerintah terpilih dipilih oleh rakyat. Dengan tanpa disangka pemerintah
terpilih ditekan sedemikian rupa agar menerima negara bernama Israel dan
tidak lagi meneruskan perjuangan serta melanjutkan program pemerintah
sebelumnya.

Seandainya pemerintah terpilih saat ini sejak awal mengumumkan


kebijakannya
seperti yang diinginkan, apakah masyarakat Palestina akan memilih mereka?
Apakah sikap yang semacam ini di hadapan pemerintah Palestina sesuai
dengan
nilai-nilai di atas? Demikian pula masyarakat bertanya-tanya, mengapa
resolusi PBB yang telah diputuskan di dewan keamanan PBB terhadap Israel
selalu diveto?

Tuan Presiden...
Anda mengetahui bahwa saya hidup bersama rakyat dan punya hubungan dengan
mereka. Kebanyakan dari masyarakat Timur Tengah, yang dengan berbagai
bentuk, melakukan hubungan dengan saya. Mereka melihat kebijakan ganda
yang
ada ini tidak sesuai dengan logika apapun. Bukti-bukti menunjukkan
bagaimana
kebanyakan masyarakat di kawasan dari hari ke hari semakin marah dengan
kebijakan yang dilakukan.

Saya tidak bermaksud untuk menyampaikan banyak pertanyaan, namun saya


ingin
menunjukkan beberapa poin yang lain.

Mengapa setiap kemajuan keilmuan dan teknologi di kawasan Timur Tengah


dianggap dan di promosikan sebagai ancaman terhadap rezim Israel? Apakah
usaha ilmiah dan penelitian bukan merupakan hak-hak dasar masyarakat?

Kemungkinan Anda memiliki pengetahuan tentang sejarah. Selain abad


pertengahan pada bagian mana dari sejarah dan di mana, kemajuan ilmu dan
teknologi dianggap sebagai sebuah kejahatan? Apakah dengan mengandaikan
kemungkinan dipakainya ilmu dan teknologi untuk maksud-maksud militer
dapat
menjadi alasan untuk menentang ilmu dan teknologi? Bila kesimpulan yang
demikian adalah benar, maka seluruh ilmu harus ditentang bahkan fisika,
kimia, matematika, kedokteran, arsitektur dan lain-lain.

Dalam masalah Irak telah terjadi kebohongan. Hasilnya apa? Saya tidak ragu
bahwa semua manusia meyakini bahwa kebohongan adalah hal yang tidak
terpuji.
Anda sendiri tidak akan senang bila orang lain berdusta terhadap Anda.

Tuan Presiden...
Apakah masyarakat di Amerika Latin memiliki hak untuk mempertanyakan
mengapa
selalu ada usaha untuk tidak menyetujui pemerintahan terpilih dari rakyat
dan pada saat yang sama adanya pembelaan bagi mereka yang ingin melakukan
kudeta terhadap pemerintahan terpilih. Mengapa ancaman selalu diarahkan
kepada mereka?

Masyarakat Afrika adalah masyarakat yang punya etos kerja, kreatif dan
memiliki potensi. Mereka dapat berperan penting dalam menjamin
kebutuhan dan
kemajuan materi dan maknawi masyarakat dunia. Kemiskinan dan kepapaan di
sebagian besar Afrika menjadi kendala terbesar untuk dapat memainkan peran
penting tersebut.

Apakah mereka berhak untuk mempertanyakan, mengapa kekayaan luar biasa dan
barang tambang mereka dijarah padahal mereka lebih membutuhkan dari orang
lain? Apakah aksi-aksi semacam ini sesuai dengan ajaran Nabi Isa dan
hak-hak
asasi manusia?

Masyarakat Iran yang berani dan beriman juga memiliki banyak pertanyaan.
Salah satunya; Kudeta 28 Murdad terhadap pemerintahan waktu itu pada lima
puluh dua tahun yang lalu, berhadap-hadapan dengan revolusi Islam dan
menjadikan kedutaan Amerika menjadi markas besar, dengan memiliki ribuan
dokumen, yang membela mereka yang tidak setuju dengan Republik Islam,
melindungi Saddam Husein dalam perang terhadap Iran, penembakan pesawat
penumpang Iran, menyandera harta masyarakat Iran, ancaman-ancaman yang
semakin meningkat dengan menunjukkan ketidaksetujuan serta kemarahan atas
kemajuan ilmu dan teknologi serta nuklir masyarakat Iran, padahal semua
orang Iran gembira dengan kemajuan negara mereka dan mengadakan acara
untuk
keberhasilan mereka. Masih banyak lagi pertanyaan yang semacam ini dan
untuk
menjelaskannya di surat ini tidak saya cantumkan.

Tuan Presiden...
Peristiwa 11 September benar-benar merupakan peristiwa yang mengerikan.
Pembunuhan terhadap orang-orang tak berdosa di bagian mana saja dari dunia
ini selalu menyakitkan dan sangat disayangkan. Pemerintah kami pada waktu
itu mengumumkan rasa kebencian terhadap pelaku kejadian dan sekaligus
mengucapkan belasungkawa kepada mereka yang ditinggalkan.

Semua negara memiliki kewajiban untuk melindungi jiwa, harta dan


kehormatan
rakyatnya. Seperti yang dikatakan bahwa negara Anda memiliki sistem
keamanan, penjagaan dan informasi yang luas dan canggih. Bahkan para
penentang yang berada di luar negeri pun diburu. Operasi 11 September
bukan
operasi yang mudah. Apakah konsep dan pelaksanaan operasi tersebut dapat
bekerja tanpa kerja sama dengan sistem informasi dan keamanan dan atau
pengaruh yang luas di sana dapat terjadi? Tentunya ini hanya sebuah
kemungkinan dari orang-orang yang berpikiran logis. Mengapa sisi-sisi lain
dari kejadian ini tetap misterius? Mengapa tidak ada penjelasan resmi
bahwa
siapa yang bertanggung jawab atas kelalaian ini? Dan mengapa para
pelaku dan
mereka yang lalai tidak diumumkan dan dihukum?

Tuan Presiden...
Salah satu kewajiban pemerintah adalah mewujudkan keamanan dan ketenangan
kepada rakyatnya. Masyarakat negara Anda dan negara-negara tetangga poros
krisis dunia selama bertahun-tahun tidak lagi merasakan keamanan dan
ketenangan.

Setelah peristiwa 11 September bukannya meredam jiwa dan menenangkan


mereka
yang terkena musibah. Masyarakat Amerika adalah yang paling menderita
akibat
kejadian tersebut sementara sebagian dari media Barat malah
membesar-besarkan kondisi tidak aman dan senantiasa mengabarkan adanya
kemungkinan serangan teroris dan mereka sengaja menjaga agar masyarakat
senantiasa dalam kondisi takut dan khawatir. Apakah ini namanya melayani
rakyat Amerika? Apakah kerugian yang berasal dari ketakutan dan
kekhawatiran
dapat dihitung?

Coba gambarkan! Rakyat Amerika merasa bakal ada serangan. Di jalanan,


tempat
kerja dan di rumah mereka merasa tidak aman. Siapa yang dapat menerima
kondisi seperti ini? Mengapa media bukannya memberitakan hal-hal yang
dapat
menenangkan dan memberikan keamanan malah mengabarkan ketidakamanan?

Sebagian berkeyakinan bahwa iklan besar-besaran ini sebagai fondasi dan


alasan untuk menyerang Afghanistan. Bila sudah begini kiranya baik
bila saya
berikan sedikit petunjuk terkait dengan media.

Dalam prinsip dasar media, penyampaian informasi yang benar dan menjaga
amanat dalam menyebarkan berita adalah dasar yang manusiawi dan diterima.
Saya merasa perlu untuk mengucapkan dan mengumumkan rasa penyesalan yang
dalam atas ketiadaan rasa tanggung jawab sebagian media Barat dengan
kewajiban ini. Alasan asli agresi ke Irak adalah adanya senjata pemusnah
massal. Tema ini diulang-ulang sedemikian rupa sehingga masyarakat percaya
dan menjadi dasar untuk menyerang Irak.

Apakah kebenaran tidak akan hilang pada situasi yang dibuat-buat dan
berisi
kebohongan?

Apakah hilangnya sebuah kebenaran sesuai dengan tolok ukur yang telah
dijelaskan sebelumnya?

Apakah kebenaran juga akan hilang di sisi Tuhan?

Tuan Presiden...
Di semua negara masyarakatlah yang menanggung anggaran belanja negaranya
sehingga pemerintah dapat melayani mereka. Pertanyaannya di sini, dengan
anggaran tahunan ratusan miliar dolar pengiriman pasukan ke Irak apa yang
didapat oleh masyarakat?

Anda sendiri mengetahui bahwa di sebagian negara bagian Amerika masyarakat


hidup dalam kemiskinan. Ribuan orang tidak memiliki rumah. Pengangguran
adalah masalah besar dan masalah ini kurang lebih terjadi juga di
negara-negara lain. Apakah dalam kondisi yang seperti ini pengiriman
sejumlah besar pasukan dan itu pun dengan anggaran luar biasa dari
masyarakat dapat dibenarkan dan sesuai dengan dasar-dasar yang telah
disebutkan sebelumnya?

Tuan Presiden...
Apa yang sudah disebutkan adalah sebagian dari penderitaan masyarakat
dunia;
kawasan kami dan masyarakat Anda. Namun maksud asli saya yang
setidak-tidaknya akan Anda benarkan sebagai berikut:

Para penguasa memiliki masa tertentu dan tidak selamanya berkuasa. Namun
nama mereka akan diingat dan tertulis dalam sejarah. Dan di masa depan,
dekat atau jauh, senantiasa dinilai. Masyarakat akan berkata, dalam
periode
kita ini apa yang telah terjadi.

Apakah untuk masyarakat kita menyiapkan keamanan dan kesejahteraan atau


ketidakamanan dan pengangguran.

Apakah kita hendak mengukuhkan keadilan ataukah hanya kelompok khusus yang
ingin kita lindungi. Itu pun dengan harga kemiskinan dan kepapaan sebagian
besar masyarakat dunia. Apakah kita akan memilih untuk mengutamakan
sekelompok kaum minoritas dengan segala kekayaan dan pangkat dan kerelaan
mereka ketimbang kerelaan Tuhan?

Apakah kita telah membela hak-hak masyarakat dan kaum miskin ataukah kita
tidak memandang sedikit pun kepada mereka.

Apakah kita membela hak-hak manusia di seluruh dunia ataukah dengan


memaksakan perang dan ikut campur secara ilegal terhadap urusan sebuah
negara dan dengan mengadakan sel-sel yang menakutkan memenjarakan sebagian
orang di sana?
Apakah kita telah berbuat untuk terwujudnya perdamaian dunia ataukah kita
menyebarkan ancaman dan kekerasan di seluruh dunia?

Apakah kita telah berbicara dengan jujur kepada rakyat kita dan masyarakat
dunia ataukah kita malah menunjukkan kebenaran yang telah diputarbalikkan.

Apakah kita termasuk pembela masyarakat ataukah pembela para penjajah dan
penzalim?

Apakah dalam pemerintahan kita, logika, akal, moral, perdamaian,


mengamalkan
perjanjian, menyebarkan keadilan, melayani masyarakat, kesejahteraan dan
kemajuan dan menjaga kehormatan manusia lebih dipentingkan ataukah
kekuatan
persenjataan, ancaman, tidak adanya keamanan, tidak adanya perhatian
kepada
masyarakat, menahan lajunya kemajuan masyarakat dunia dan merusak hak-hak
manusia?

Pada akhirnya mereka akan berkata, apakah kita masih setia dengan sumpah
yang kita ucapkan dalam rangka melayani masyarakat dan perjanjian asli
kita
dan ajaran-ajaran para Nabi ataukah tidak?

Tuan Presiden...
Sampai kapan dunia akan menanggung beban berat ini? Dengan proses yang
semacam ini dunia akan menuju kemana?
Sampai kapan masyarakat dunia harus menanggung beban keputusan-keputusan
tidak benar dari para penguasa?
Sampai kapan cakrawala ketakutan harus dihadapkan kepada masyarakat dunia
akibat ditimbunnya senjata pemusnah massal?
Sampai kapan darah anak-anak, para wanita dan laki-laki harus mengalir di
atas batu-batu jalanan dan rumah-rumah mereka harus dihancurkan?

Apakah Anda rela dengan kondisi dunia sekarang ini?


Apakah Anda berpikir bahwa kebijakan yang telah ada ini dapat berlangsung
terus?

Bila saja ratusan miliar dolar yang dipakai untuk membiayai keamanan,
pertahanan, pengiriman pasukan dialokasikan sebagai modal dan bantuan bagi
negara-negara miskin, pengembangan kebersihan, berperang melawan berbagai
macam penyakit, penghijauan dan pengentasan kemiskinan dan keterbatasan,
menggalang perdamaian, menghilangkan perselisihan antar negara-negara,
menghilangkan peperangan kabilah dan ras dan lain-lain. Dapat dibayangkan
bagaimana dunia sekarang? Dan apakah pemerintahan dan rakyat Anda tidak
merasa bangga dengan ini?

Apakah posisi politik dan ekonomi pemerintahan dan rakyat Anda tidak akan
semakin kokoh?
Dengan mengucapkan rasa penyesalan penuh, saya harus mengucapkan
apakah ada
kenaikan tingkat kebencian masyarakat dunia terhadap pemerintah Amerika?

Tuan Presiden, saya tidak bermaksud untuk melukai perasaan seorang pun.

Apakah bila hari ini Nabi Ibrahim, Ishaq, Ya'qub, Ismail, Yusuf dan atau
Nabi Isa A.S. hadir di dunia ini dan dengan melihat perilaku yang semacam
ini apa kata mereka? Apakah dunia yang dijanjikan, dunia yang diliputi
oleh
keadilan dengan kehadiran Nabi Isa A.S. akan memberikan kita peran? Apakah
mereka akan menerima kita?

Pertanyaan kunci saya di sini; Apakah jalan yang lebih baik dalam
pergaulan
dengan masyarakat dunia tidak ada lagi?

Hari ini di dunia ada ratusan juta orang Kristen, ratusan juta orang Islam
dan jutaan lagi orang pengikut Nabi Musa A.S. Semua agama ilahi dalam satu
kalimat bersatu dan itu adalah kalimat tauhid, yaitu keyakinan akan Tuhan
Yang Esa dan selain Dia tidak ada tuhan di dunia ini.

Al-Quran al-Karim menegaskan akan kalimat yang satu ini dan ia memanggil
semua pengikut agama ilahi dengan kalimat ini. Allah berfirman:

"Katakanlah : "Hai Ahli Kitab, marilah kepada suatu kalimat


(ketetapan) yang
tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah
kecuali
Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula)
sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain dari pada
Allah." (Ali Imran: 64)

Tuan Presiden...
Berdasarkan firman ilahi kita semua diajak untuk menyembah Allah Yang Esa
dan mengikuti utusan-utusan ilahi.

" Penyembahan kepada Tuhan Yang Esa yang Maha kuasa dan berkuasa atas
segala
sesuatu", Allah Yang Maha Mengetahui hal-hal yang tersembunyi dan tampak,
dahulu dan akan datang dan Ia mengetahui apa yang terlintas di benak
hamba-Nya dan Ia mencatat amalan mereka", "Tuhan Sang pemilik langit dan
bumi dan semua alam di bawah kekuasaan-Nya", "Pengaturan seluruh alam di
tangan-Nya dan Ia memberikan janji untuk mengampuni dosa-dosa
hamba-Nya", Ia
penolong mereka yang terzalimi dan musuh mereka yang menzalimi", Dia Maha
Pengasih dan Penyayang", "Ia penolong kaum mukminin dan Ia menuntun mereka
dari kegelapan kepada keterang-benderangan", "Ia mengawasi perbuatan
hamba-hamba-Nya", " Ia menyerukan hamba-Nya untuk beriman dan berbuat baik
dan menginginkan agar mereka berbuat berdasarkan kebenaran dan untuk tetap
istiqamah dalam kebenaran", " Allah menyerukan agar hamba-hamba-Nya untuk
menaati utusan-Nya dan Ia sebagai saksi dan pengawas perbuatan
hamba-hamba-Nya", "Puncak keburukan terkait dengan orang-orang yang
menginginkan kehidupan yang terbatas di dunia ini dan tidak mengikuti
perintah-Nya dan menzalimi hamba-hamba Allah", "Puncak kebaikan dan surga
yang kekal hanya akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa di
hadapan keagungan ilahi dan tidak mengikuti hawa nafsunya".

Kami yakin bahwa kembali kepada ajaran-ajaran para Nabi adalah


satu-satunya
jalur kebahagiaan dan kesuksesan. Saya mendengar bahwa Anda adalah seorang
penganut Kristen dan percaya akan janji ilahi akan adanya pemerintahan
orang-orang baik di muka bumi.

Kami juga percaya bahwa Nabi Isa A.S. adalah salah satu Nabi besar ilahi.
Dalam al-Quran Nabi Isa mendapat penghormatan yang luar biasa dan ini
adalah
ucapan Nabi Isa A.S. yang dinukil oleh al-Quran:

"Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia


oleh kamu
sekalian. Ini adalah jalan yang lurus." (Maryam: 36)

Penghambaan dan ketaatan kepada Allah adalah seruan semua para Nabi. Tuhan
seluruh masyarakat di Eropa, Afrika, Amerika, dan negara-negara kepulauan,
seluruh dunia hanya satu Tuhan dan itu adalah Tuhan yang memberikan
hidayah
dan menginginkan kemuliaan bagi semua hamba-hamba-Nya dan memberikan
kehormatan kepada umat manusia.

Dan dalam firman Allah: "Allah Yang Maha Mengetahui dan Tinggi
mengutus para
Nabi disertai dengan tanda-tanda yang jelas dan mukjizat untuk memberi
petunjuk kepada manusia. Pengutusan itu agar mereka menunjukkan
tanda-tanda
kebesaran ilahi kepada manusia. Dengan begitu manusia dapat disucikan dari
dosa. Allah mengirimkan kitab dan mizan agar manusia dapat menegakkan
keadilan dan dapat meninggalkan orang-orang yang berbuat zalim".
Seluruh ayat-ayat dengan bentuk yang mirip ada di kitab suci.
Para Nabi dan utusan ilahi memberikan janji:
Suatu hari nanti semua manusia akan dibangkitkan di hadapan Allah untuk
diperhitungkan amal perbuatannya. Mereka yang berbuat baik akan diantarkan
ke surga. Dan mereka yang berbuat buruk akan menanggung perbuatannya
dengan
menerima siksa ilahi. Saya berpikir bahwa kita berdua sama meyakini akan
hari itu.

Tentunya perhitungan para penguasa tidak akan ringan. Hal itu karena harus
menjawab kepada masyarakat dan semua orang atas setiap perbuatan kita yang
ada hubungannya dan memiliki dampak dalam kehidupan mereka.

Para Nabi menginginkan perdamaian, ketenangan berdasarkan prinsip-prinsip


penyembahan kepada Allah, menjaga harkat dan martabat manusia bagi seluruh
manusia.

Bila kita semua meyakini tauhid dan penyembahan kepada Tuhan, keadilan,
menjaga harkat dan martabat serta kemuliaan manusia dan hari akhir, apakah
tidak bisa menyelesaikan problema dunia sekarang yang diakibatkan oleh
kejauhan dari ketaatan kepada Allah dan ajaran-ajaran para Nabi, dengan
prinsip itu dengan lebih baik dan indah?

Apakah keyakinan akan prinsip-prinsip ini tidak memperluas dan menjamin


perdamaian, persaudaraan dan keadilan?

Apakah prinsip-prinsip itu bukan merupakan ajaran tertulis atau tidak


tertulis mayoritas masyarakat dunia?

Apakah Anda tidak ingin mengiyakan seruan ini? Kembali secara hakiki
kepada
ajaran-ajaran para Nabi, kepada tauhid dan keadilan, kepada penjagaan
terhadap harkat dan martabat manusia dan kepada ketaatan terhadap
Tuhan dan
utusan-utusan-Nya

Tuan Presiden...
Data-data sejarah menunjukkan bahwa pemerintahan yang berada dalam jalur
kezaliman tidak pernah bertahan lama. Tuhan tidak menyerahkan nasib
manusia
di tangan penguasa zalim. Tuhan tidak membiarkan dunia dan manusia begitu
saja. Bukankah sudah banyak kejadian yang bertolak belakang dengan
rencana-rencana para penguasa. Kejadian-kejadian sejarah menunjukkan bahwa
ada kekuatan misterius di atas segalanya di balik semua ini yang mengatur
semua hal.
Tuan Presiden...
Apakah tanda-tanda perubahan di dunia kini dapat diingkari? Apakah keadaan
dunia sekarang dengan sepuluh tahun yang lalu dapat dibandingkan.
Perubahan
terjadi begitu cepat dan dengan dimensi yang sangat luas.

Masyarakat dunia tidak rela dengan kondisi dunia kini. Mereka tidak
percaya
dengan janji-janji sebagian penguasa paling berpengaruh pun di dunia.

Sebagian besar masyarakat dunia merasa tidak aman. Mereka tidak setuju
dengan berkembangnya kondisi ini begitu juga dengan perang. Mereka juga
tidak setuju dengan kebijakan ganda.

Masyarakat dunia protes akan adanya jurang pemisah yang dalam antara
mereka
yang kaya dan miskin dan antara negara yang sejahtera dan miskin.
Masyarakat
semakin membenci kebejatan moral yang semakin meningkat.

Mayoritas masyarakat di negara-negara merasa tidak puas karena basis


budaya
mereka terancam dan institusi keluarga yang berantakan serta kasih sayang
dan cinta kasih yang semakin luntur.

Masyarakat dunia mulai pesimis memandang PBB. Hal itu dikarenakan hak-hak
mereka tidak dipertahankan.

Liberalisme dan Demokrasi Barat tidak mampu mendekatkan manusia kepada


idealisme mereka. Liberalisme dan Demokrasi adalah dua kata pecundang.
Para
pemikir dan cendekiawan dunia dengan jelas mendengar suara runtuhnya
pemikiran dan sistem Liberal-Demokrasi.

Hari ini perhatian masyarakat dunia semakin meningkat kepada sebuah fokus.
Dan pusat itu adalah Tuhan Yang Esa. Dan tentunya masyarakat dengan tauhid
dan berpegangan dengan ajaran-ajaran para Nabi akan dimenangkan atas
masalah
yang dihadapi. Pertanyaan penting dan serius saya di sini:

Apakah Anda tidak ingin menyertai mereka?

Syariah Publications.Com — Pentingnya demokratisasi Timur Tengah belakangan


ini kerap dilontarkan oleh para pejabat AS, termasuk Presiden Goerge W. Bush.
Dalam pidatonya pada Kamis, 6/11/2003, di depan The National Endowment for
Democracy, pada ulang tahun badan itu yang ke-20, Bush kembali menekankan
pentingnya demokratisasi Timur Tengah.

Dalam kesempatan itu, ada beberapa argumentasi yang dilontarkan Bush tentang
pentingnya demokratisasi di Timur Tengah. Menurutnya, selama kebebasan
(freedom) belum tumbuh di Timur Tengah, kawasan itu akan tetap menjadi wilayah
stagnan (jumud), peng-‘ekskpor’ kekerasan, termasuk menjadi tempat penyebaran
senjata yang membahayakan negara AS. Dengan menyakinkan, Bush mengatakan,
“Demokrasi akan menjangkau seluruh negara-negara Arab pada akhirnya.”
(Khilafah. Com Journal, 21/11/2003).

Pertanyaannya, benarkah demokrasi akan menjadi solusi atas berbagai persoalan


dunia saat ini. Apakah demokrasi memberikan kebaikan pada manusia atau
sebaliknya?

Menguji Sistem Demokrasi

Apa yang disebut dengan sistem demokrasi, dengan segala nilai-nilai yang dianggap
baik oleh pengikutnya, tentunya sangat penting dikritisi; baik dalam tataran konsep
maupun realita praktiknya dalam sistem pemerintahan. Dari sana diharapkan muncul
kesadaran baru bagi kaum Muslim tentang kebobrokan sistem kufur ini. Mereka juga
bisa berhenti untuk bermimpi dengan harapan-harapan palsu yang ditawarkan
sistem ini. Lebih penting lagi, mereka terhindar dari murka Allah Swt. Sebab, saat
mereka berpegang dengan demokrasi yang intinya kedaulatan di tangan rakyat,
mereka telah menjadikan tuhan baru sebagai tandingan bagi Allah, yakni suara yang
mengatasnamakan rakyat.

(1) Demokrasi: dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.

Menurut kamus, demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dengan kekuasaan


tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakil-
wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas. Dalam ucapan Abraham
Lincoln, demokrasi merupakan pemerintahan “dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat”. (Apakah Demokrasi Itu? United States Information Agency, hlm. 4). Namun,
benarkah realitanya seperti itu?

Faktanya, para kepala negara dan anggota parlemen di negara-negara demokrasi


seperti AS dan Inggris sebenarnya mewakili kehendak kaum kapitalis (pemilik
modal, konglomerat). Para kapitalis raksasa inilah yang mendudukkan mereka ke
berbagai posisi pemerintahan atau lembaga-lembaga perwakilan, dengan harapan,
mereka dapat merealisasikan kepentingan kaum kapitalis tersebut. Kaum kapatalis
pulalah yang membiayai para politisi, mulai dari kampanye sampai proses pemilihan
presiden dan anggota parlemen. Wajar kalau mereka memiliki pengaruh besar
terhadap para politisi baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif. Di Inggris,
sebagian besar anggota parlemen ini mewakili para penguasa, pemilik tanah, serta
golongan bangsawan aristokrat.

Pengkritik demokrasi seperti Gatano Mosca, Clfrede Pareto, dan Robert Michels
cenderung melihat demokrasi sebagai topeng ideologis yang melindungi tirani
minoritas atas mayoritas. Dalam praktiknya, yang berkuasa adalah sekelompok kecil
atas kelompok besar yang lain. Seperti di Indonesia, mayoritas kaum Muslim
Indonesia berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Indonesia lebih
didominasi oleh kelompok minoritas, terutama dalam hal kekuasaan (power) dan
pemilikan modal (kapital).

Kritik yang sama muncul dari C. Wright Mills yang memokuskan penelitiannya pada
persoalan elit politik. Berdasarkan penelitiannya pada sebuah kota kecil di AS, dia
melihat bahwa meskipun pemilu dilakukan secara demokratis, ternyata elit penguasa
yang ada selalu datang dari kelompok yang sama. Kelompok ini merupakan
kelompok elit di daerah tersebut yang menguasai jabatan-jabatan negara, militer,
dan posisi kunci perekonomian. Merekapun datang dari keluarga-keluarga kaya di
daerah tersebut, yang mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah elit yang
sama. Memang, secara ide, demokrasi sering menyatakan bahwa semua orang bisa
menempati jabatan negara, militer, atau memegang posisi bisnis kelas atas. Akan
tetapi, dalam kenyataannya, jabatan-jabatan itu diduduki oleh kelompok-kelompok
tertentu.

Pendukung demokrasi sangat bangga dengan menyatakan bahwa dalam demokrasi


setiap keputusan yang diambil adalah suara mayoritas rakyat. Namun, kenyataannya
tidaklah begitu. Tetap saja keputusan diambil oleh selompok orang yang berkuasa,
yang memiliki modal besar, kelompok berpengaruh dari keluarga bangsawan, atau
dari militer.

Dalam sistem kapitalis, kekuatan pemilik modal menjadi faktor yang sangat penting
dalam pengambilan keputusan, bukan rakyat secara keseluruhan. Merekalah yang
banyak mempengaruhi pengambilan keputusan di parlemen atau pemerintahan. Ini
tidak aneh, karena dalam sistem kapitalis, calon anggota parlemen haruslah memiliki
modal yang besar untuk mencalonkan diri. Karena itu, kalau dia sendiri bukan
pengusaha kaya, dia akan dicalonkan atau disponsori oleh para pengusaha kaya,
sehingga politik uang sangat sering terjadi. Bisa disebut hampir mustahil, kalau ada
orang bisa mencalonkan diri menjadi presiden atau anggota parlemen kalau tidak
memiliki modal.

Karena itu, keputusan yang diambil oleh parlemen pastilah sangat memihak pemilik
modal besar tersebut. Dilegalisasinya serangan AS ke Irak oleh Parlemen Negara
Paman Sam tersebut tidak bisa dilepaskan dari besarnya kepentingan ekonomi para
pengusaha minyak AS terhadap Irak yang memiliki cadangan minyak kedua terbesar
setelah Saudi Arabia.

Dalam sejarah Inggris, PM Anthony Eden, misalnya, bahkan pernah mengumumkan


perang terhadap Mesir dalam Krisis Suez tanpa terlebih dulu meminta persetujuan
parlemen. Demikian juga serangan AS terhadap negara-negara lain seperti Irak,
Afganistan, Sudan, Libya, Somalia; sering tanpa terlebih dulu disetujui oleh anggota
parlemen. Dalam pembuatan UU, sebenarnya anggota parlemen lebih sering sebatas
menngesahkan rancangan UU yang dibuat oleh eksekutif (presiden atau perdana
menteri).

Memang, dalam kenyataannya, sulit untuk membuat keputusan dengan terlebih dulu
mendapat persetujuan rakyat. Bisa disebut, klaim ‘suara anggota parlemen adalah
cerminan suara rakyat’ hanyalah mitos. Seharusnya, kalau prinsip ini benar-benar
dilaksakan, setiap kali parlemen akan menghasilkan sebuah UU atau kebijakan,
mereka bertanya dulu kepada rakyat, bagaimana pendapat mereka. Terang saja,
cara seperti ini sangat sulit, untuk tidak dikatakan utopis. Apalagi, kalau negara
tersebut memiliki jumlah penduduk yang sangat besar seperti AS dan Indonesia.
Klaim demokrasi yang lain, pemerintahan yang terpilih adalah pemerintahan rakyat.
Anggapan ini, selain keliru, juga utopis. Pada praktiknya, tidak mungkin seluruh
rakyat memerintah. Tetap saja yang menjalankan pemerintahan adalah elit
penguasa yang berasal dari pemilik modal kuat atau pengendali kekuatan militer.

(2) Demokrasi dan kebebasan.

Bagi para pendukung demokrasi, kebebasan berpendapat dianggap sebagai salah


satu nilai unggul dan luhur dari demokrasi. Kenyataannya tidaklah seperti itu. Tetap
saja, dalam negara demokrasi, kebebasan berpendapat dibatasi oleh demokrasi itu
sendiri. Artinya, pendapat yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi
atau akan menghancurkan sistem demokrasi tetap saja dilarang. Organisasi atau
partai politik yang dibebaskan adalah juga yang sejalan dengan demokrasi. Kalau
tidak, mereka tetap saja dilarang.

Sebenarnya dalam sistem apapun, wajar jika sebuah sistem politik memiliki batasan
yang tidak boleh dilanggar, apalagi sampai menghancurkan sistem politik itu. Namun
curangnya, pendukung demokrasi, sering mengklaim bahwa hanya sistemnya yang
membolehkan kebebasan berpendapat, sementara sistem ideologi lain tidak. Padahal
dalam kenyataannya, sistem demokrasi pun memberikan batasan tentang
kebebasan berpendapat ini.

Tidak mengherankan kalau negara yang dikenal ‘demokratis’, bahkan mahagurunya


demokrasi, melarang sejumlah hal atas nama demokrasi. Di Prancis dan beberapa
negara lainya di Eropa, jilbab dilarang atau paling tidak dihambat pemakainnya atas
nama sekularisme (yang merupakan asas dari sistem demokrasi). Kelompok-
kelompok Islam, juga atas nama demokrasi, sering dilarang dengan alasan
mengancam sekularisme. Untuk memperkuat tuduhan tersebut, kelompok Islam
yang dianggap bertentangan dengan sekularisme kemudian dikaitkan dengan
tindakan terorisme.

Atas nama perang melawan terorisme, kebebasan media masa dihambat, baik oleh
negara ataupun oleh kesadaran media itu sendiri. Terbukti, banyak berita yang
diplintir untuk kepentingan AS dalam Perang Irak, sementara berita yang dianggap
mengancam kepentingan AS disensor. Larangan terhadap stasiun Aljazeera di Irak
oleh pemerintah sementara Irak bentukan AS (jadi pasti di bawah tekanan AS)
merupakan praktik lain dari kebohongan kebebasan demokrasi.

Fakta lain, kekhawatiran munculnya sistem Islam telah mendorong penguasa sekular
dan militer memberangus dan membatalkan kemenangan FIS di Aljazair—sebuah
tindakan yang jelas-jelas tidak demokratis. Namun, negara-negara demokrasi
seperti Prancis, Inggris, dan AS diam terhadap persoalan ini. Sebab, sistem Islam
akan membuat negara-negara imperialis kehilangan kontrol terhadap negara bekas
jajahannya itu.

Barat pada umumnya, khususnya AS, juga memuji-muji Turki sebagai model
pemerintah ideal bagi umat Islam. Turki dianggap telah mempraktikkan demokrasi
Islam. Padahal, di Turki, memakai kerudung saja dilarang dengan alasan
bertentangan dengan prinsip sekularisme. Partai Raffah, yang sebenarnya sudah
mengakui sekularisme Turki, juga terus ditekan, dan bahkan dibubarkan; lagi-lagi
karena dianggap membahayakan sekularisme.
(3) Demokrasi dan kesejahteraan.

Banyak penganut sekularisme memandang bahwa demokrasi akan membawa


kesejahteraan bagi dunia. Hal ini sering dipropagandakan oleh negara-negara Barat
kepada Dunia Ketiga supaya mereka mau dan setia menerapkan sistem demokrasi,
tentu saja termasuk Dunia Islam. Namun, apa kenyataannya? Sistem demokrasi
yang dipraktikkan oleh negara-negara kapitalis hanyalah memakmurkan dunia Barat
saja atau negara-negara boneka Barat yang menjadi agen kapitalisme Barat seperti
Jepang dan Singapura. Sebaliknya, Dunia Ketiga tetap saja menderita. Lihat saja,
saat dunia dipimpin dan dikendalikan oleh negara-negara kapitalis penjajah, Dunia
Ketiga semakin tidak sejahtera. Badan pangan dunia (FAO), dalam World Food
Summit pada 2002, menyatakan bahwa 817 juta penduduk dunia terancam
kelaparan, dan setiap 2 detik satu orang meninggal dunia akibat kelaparan.
Kemiskinan terbesar ada di negara-negara Afrika (Sebaliknya, pada saat yang sama
penduduk negara-negara maju sibuk melawan kegemukan). Padahal, sebenarnya
hanya diperlukan dana sebesar 13 miliar dolar AS untuk memenuhi kebutuhan
pangan dan sanitasi di seluruh dunia. Jumlah itu ternyata lebih sedikit dibandingkan
dengan pengeluaran pertahun orang-orang di Amerika dan Uni Eropa untuk membeli
parfum mereka (Ignacio Ramonet, The Politics of Hunger, Le Monde Diplomatique,
November 1998). Walhasil, pangkal kemiskinan di dunia tidak lain adalah sistem
Kapitalisme internasional yang dipraktikkan saat ini oleh negara-negara maju yang
mengklaim sebagai negara paling demokratis di dunia.

Sementara itu, kesejahteraan yang dialami negara-negara maju sebetulnya bukan


karena faktor demokrasinya, tetapi karena ekploitasi mereka terhadap dunia lain.
Sebab, sudah merupakan sifat dari ideologi Kapitalisme untuk menjajah dan
mengeksploitasi kekayaan negara-negara lain secara rakus. Dengan itulah
Kapitalisme tumbuh di dunia. Mereka merampok dan memiskinkan Dunia Ketiga
secara sistematis lewat berbagai cara seperti krisis moneter, privatisasi, pasar
bebas, pemberian utang, standarisasi mata uang dolar, dan mekanisme perampokan
lainnya.

Demokrasi sering dimanfaatkan oleh negara-negara imperialis untuk kepentingan


penjajahan ekonomi mereka. Artinya, sebuah negara yang dijadikan target untuk
dieksploitasi sering dicap sebagai pelanggar demokrasi dan HAM. Itulah yang
kemudian dijadikan alasan oleh mereka untuk menyerang negara tersebut,
mengintervensinya, atau memboikot ekonominya. Lihat saja bagaimana Irak yang
kaya dengan minyak dijajah oleh AS dengan alasan demokratisasi. Beberapa negara,
seperti Cina, sering dikenakan sanksi ekonomi, juga dengan memunculkan alasan
melanggar demokrasi dan HAM. Sebaliknya, negara-negara yang jelas-jelas tidak
demokratis seperti Saudi Arabia, Kuwait, atau Bahrain tetap dipelihara oleh AS.
Sebab, AS mempunyai kepentingan minyak di negara-negara tersebut.

Tidak adanya relevansi antara demokrasi dan kesejahteraan bisa dibuktikan.


Beberapa negara Dunia Ketiga yang dikenal paling demokratis, seperti India atau
Filipina, ternyata bukanlah negara sejahtera. Penduduknya juga banyak hidup dalam
penderitaan. Indonesia, yang sering dipuji lebih demokratis pada masa reformasi,
mayoritas rakyatnya juga jauh dari sejahtera. Sebaliknya, banyak negara yang
dikenal tidak demokratis justru kaya seperti Saudi Arabia, Kuwait, Bahrain, atau
Brunei. Di sini jelas, demokrasi bukanlah faktor kunci sejahtera-tidaknya sebuah
negara.
(4) Demokrasi dan stabilitas.

Mitos lain adalah demokrasi akan menciptakan stabilitas. Dalam banyak kasus, yang
terjadi justru sebaliknya. Kran demokrasi yang diperluas ternyata menimbulkan
banyak konflik di tengah masyarakat. Secara konseptual, hubungan konflik dan
demokrasi bisa dirujuk pada ide utama demokrasi, yakni kebebasan atau
kemerdekaan. Ketika pintu demokrasi dibuka, banyak pihak kemudian menuntut
kebebasan dan kemerdekaan; biasanya atas nama bangsa, suku, kelompok.
Muncullah konflik antar pihak yang bersinggungan kepentingan atas nama bangsa,
suku, atau kelompoknya. Muncul pula perdebatan batasan wilayah dan kekuasaan
masing-masing. Bersamaan dengan itu, muncul persaingan internal elit politik yang
ingin muncul sebagai penguasa baru. Contoh nyata dalam hal ini adalah Indonesia.
Masa reformasi ditandai dengan meningkatnya konflik di beberapa tempat, seperti
Timor Timur (yang kemudian lepas), Aceh,Maluku, dan Papua. Konflik ini sebagian
besar dipicu oleh isu keinginan untuk memisahkan diri (disintegrasi) dengan alasan
kemerdekaan untuk menentukan nasib sendiri sebagai bagian dari asas kebebasan—
sebagai pilar utama demokrasi.

Pemilihan kepala daerah yang sering kisruh di beberapa tempat juga merupakan
hasil dari demokrasi. Sebelumnya, pada masa Orde Baru, kepala daerah ditentukan
oleh Presiden. Atas nama aspirasi masyarakat daerah, kepala daerah kemudian
dipilih oleh DPRD masing-masing, yang kemudian menyulut berbagai konflik
horisontal antar masyarakat.

Hal yang sama tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi wilayah dunia yang lain.
Demokrasi kemudian memunculkan fanatisme nasionalisme atas nama bangsa,
suku, kelompok. Disintegrasi negeri-negeri eks komunis, seperti Soviet dan
Yugoslavia, sebelumnya diyakini sebagai cahaya terang demokrasi. Kenyataannya,
disintegrasi menimbulkan konflik yang berlarut-larut hingga kini, dengan korban
manusia yang tidak sedikit. Konflik antar etnis pun terjadi, masing-masing dengan
alasan yang sama: kemerdekaan bangsa. Belum lagi, kalau kita membicarakan
korban-korban perang atas nama demokrasi yang disulut oleh negara AS. Apa yang
terjadi di Irak merupakan contoh yang jelas. Tawaran demokrasi AS ternyata
menimbulkan banyak penderitaan bagi rakyat Irak hingga kini. Perang atas nama
demokrasi ini telah menimbulkan puluhan ribu korban manusia. Inikah yang disebut
dengan stabilitas?

(5) Demokrasi dan kemajuan.

Pidato Bush yang menyatakan bahwa tanpa demokrasi Timur Tengah akan menjadi
stagnan (jumud)—seakan-akan kemajuan ditentukan oleh apakah negara itu
menganut sistem demokrasi atau tidak—patut dikritisi. Argumentasi yang sering
dilontarkan, demokrasi menjamin kebebasan, sementara kebebasan adalah syarat
bagi kemajuan. Dengan kata lain, reason (akal) bisa produktif karena adanya
freedom (kebebasan), baik freedom of thinking (kebebasan berpikir) maupun
freedom of speech (kebebasan berbicara), dan keduanya itu hanya ada dalam sistem
demokrasi. Karena itu, demokrasi mutlak harus diperjuangkan.

Benarkah dengan kebebasan akan diperoleh kemajuan intelektual? Tentu saja tidak
sesederhana itu. Rusia pada masa kejayaan Komunisme meraih kemajuan di bidang
sains dan teknologi. Mereka mampu menciptakan teknologi canggih hingga ke
teknologi ruang angkasa. Padahal Komunisme sering diklaim memberangus
kebebasan.

Bandingkan pula dengan masa kejayaan Islam, yang jelas bukan berdasarkan sistem
demokrasi. Betapa banyak karya intelektual yang dihasilkan oleh para pemikir Islam
saat itu. Jutaan karya intelektual dihasilkan oleh para ulama besar seperti an-
Nawawi, Ibn Taimiyah, Ibn hajar al-Asqalani, dan lainnya. Dunia Islam pun dipenuhi
dengan penemuan-penemuan baru di bidang sains dan teknologi, yang diakui oleh
banyak pihak. Bandingkan dengan sekarang. Sebaliknyalah yang terjadi, negeri-
negeri Islam yang sebagian besar menganut sistem demokrasi mundur dalam bidang
sains dan teknologi. Lihat pula intelektualitas para penyeru kebebasan di negeri
Islam, berapa banyak dan bagaimana mutu tulisan mereka dibandingkan dengan
ulama-ulama Islam terdahulu.

Jadi, persoalannya bukanlah masalah kebebasan atau tidak, tetapi apakah


masyarakat itu memiliki kebiasan berpikir yang produktif atau tidak. Berpikir
produktif sendiri merupakan hasil dari kebangkitan berpikir yang didasarkan pada
ideologi (mabda’) tertentu. Jadi, lepas sahih atau tidak, ideologi yang dianut oleh
suatu bangsa atau masyarakat akan mendorong produktivitas berpikir bangsa
tersebut. Sebab, karakter dasar dari ideologi adalah senantiasa ingin memecahkan
persoalan manusia secara menyeluruh, sekaligus mempertahankan dan
menyebarkan ideologinya. Semua itu membutuhkan berpikir yang produktif.

Demokrasi: Alat Penjajahan Barat

Propaganda demokratisasi di negeri-negeri Islam pada dasarnya tidak bisa


dilepaskan dari kepentingan negara-negara kapitalis penjajah. Sebab, tujuan dari
politik luar negeri dari negara-negara kapitalis itu memang menyebarkan ideologi
Kapitalisme mereka, dengan demokrasi sebagai derivatnya. Tersebarnya nilai-nilai
Kapitalisme di dunia ini akan menguntungkan negara-negara kapitalis; mereka akan
tetap dapat mempertahankan penjajahannya atas negeri-negeri Islam.

Demokrasi digunakan untuk menjauhkan kaum Muslim dari sistem Islam yang
bersumber dari Allah Swt. Sebab, demokrasi menyerahkan kedaulatan ke tangan
manusia, sementara dalam Islam kedaulatan ada di tangan Allah Swt. Demokrasi
pun digunakan untuk memerangi kaum Muslim. Atas nama menegakkan demokrasi
dan memerangi terorisme, negeri-negeri Islam diserang dan dijajah, seperti yang
terjadi di Irak dan Afganistan.

Untuk menyebarluaskan demokrasi itu, negara-negara kapitalis melakukan berbagai


penipuan dan kebohongan. Ide demokrasi pun dikemas sedemikian rupa sehingga
tampak bagus dan memberikan harapan kepada kaum Muslim. Alih-alih memberikan
solusi terhadap persoalan kaum Muslim, sistem demokrasi justru memperparah
kondisi kaum Muslim. Penyebab persoalan kaum Muslim justru adalah penerapan
sistem demokrasi yang membuat mereka jauh dari aturan-aturan Allah. Padahal,
hanya dengan penerapan aturan Islamlah kaum Muslim terbebas dari berbagai
persoalan dan penjajahan.

Salam Indonesia buat Obama - Fajar Perubahan


Menyingsing
Thursday, 27 November 2008 11:24
User Rating: /1
Rate
Poor Best
Article Index
Salam Indonesia buat Obama
Merangkak dari Bawah
Dunia Bersorak
Ya, Kita Bisa
Fajar Perubahan Menyingsing
Amerika yang Baru
Demokrasi ala AS
All Pages
Page 5 of 7
Fajar Perubahan Menyingsing

Visi akan perubahan yang tulus dan jujur membawa Obama menjadi pemimpin masa
depan.

Mimpi pejuang persamaan hak bagi warga kulit


hitam di Amerika, Martin Luther King Jr sebagaimana dalam pidatonya yang terkenal “I
Have a Dream” benar-benar terwujud dengan kemenangan Barack Obama menjadi
Presiden Amerika Serikat (AS) ke-44 pada pemilihan umum 4 November 2008 lalu.
Kemenangan Obama yang merupakan keturunan kulit hitam itu merupakan hal luar biasa
bagi Amerika dan dunia, mengingat ras kulit hitam selama beratus tahun hidup tertindas
menjadi budak belian.

Barack Obama menjadi presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat dalam 232 tahun
sejarah perjalanan negeri itu. Kemenangan Obama yang diusung Partai Demokrat boleh
dikatakan mengakhiri tradisi lama presiden AS yaitu WASP - White-Anglo-Saxon-
Protestan (Kulit putih-keturunan Anglo Saxon- dan beragama Protestan). Memang
sebelumnya pernah terpilih John F Kennedy yang penganut Katolik namun tidak seheboh
kemenangan Obama. Ketika itu, pemerintahan Kennedy juga tidak berusia panjang
karena dia tewas dibunuh.

Jika ditelusuri ke belakang, kemenangan Obama ini bukanlah hasil kerja sesaat. Di
negara Paman Sam itu, perjuangan warga Afro-Amerika menuju Gedung Putih sudah
dimulai oleh Sharley Anita St. Hill Chisholm pada 1972, tapi gagal. Kemudian, Jesse
Louis Jackson Sr juga dua kali menjadi kandidat presiden dari Partai Demokrat yakni
pada 1984 dan 1988, tapi juga gagal.
Perjuangan persamaan hak antara kulit putih dan kulit hitam di negeri itu sudah
menelusuri lorong waktu yang sangat panjang dan berliku. Salah satu tokoh yang paling
gigih dalam perjuangan ini adalah tokoh kulit hitam antirasialisme Martin Luther King Jr.

Sebelumnya, ras kulit hitam di AS diperlakukan sebagai budak belian. Perbudakan


kemudian dihapus lewat amandemen ke-13 Konstitusi AS kurang lebih 140 tahun yang
lalu. Tapi, segregasi atau pemisahan rasial di tempat-tempat umum baru dihapus pada
1968 oleh Mahkamah Agung. Dan aturan-aturan hukum terkait dengan segregasi, yang
pada hakikatnya diskriminasi rasial, baru tuntas dihapus pada 1970, saat Obama sendiri
sudah berusia 9 tahun.

Karena itulah dunia sangat terkesima dengan


kemenangan Obama. Di berbagai belahan dunia, masyarakat memperbincangkan Barack
Obama seolah pemilihan presiden itu terjadi di negeri mereka masing-masing. Terlebih
oleh masyarakat Indonesia yang sedikit memiliki persinggungan dengan dia, karena
pernah tinggal dan sekolah di Indonesia serta memiliki saudara tiri dan ayah tiri dari
Indonesia.

Kekaguman dunia kepada Obama memang hal yang wajar terutama melihat
kepiawaiannya berpidato. Setiap kalimat yang muncul dari mulutnya selalu bernas dan
padat. Pilihan katanya sangat tepat mewakili perasaan publik. Kecerdasannya terpantul
dari pidato-pidatonya yang lancar tanpa pengulangan walaupun tanpa teks. Intonasi dan
nada suaranya lembut dan merangkul. Perspektifnya dalam memandang persoalan begitu
bijak, menenangkan, namun jelas dan tegas apa yang diinginkannya. Dan yang paling
penting, paradigma yang dia bawa merupakan solusi dari persoalan negaranya dan dunia
yang akut. Karena itu, ia mengusung slogan Change atau perubahan. Bukan sekadar
mengubah kebijakan, tapi mengubah paradigma.

Obama adalah tipikal Amerika kontemporer, bukan tipikal Amerika masa lalu yang koboi
dan jemawa. Ayahnya, Barack Hussein Obama Sr adalah imigran Afrika. Memang,
semua orang Amerika kecuali Indian, adalah imigran. Namun, ayahnya benar-benar
pendatang karena dia kemudian kembali ke negerinya, Kenya. Obama lahir di Hawaii
dari ibunya yang kulit putih. Masa kecilnya sempat tinggal dan sekolah di Indonesia.
Dia tidak dari keluarga kaya, namun berkat kemakmuran dan demokrasi Amerika,
Obama yang lulusan hukum dari sekolah hukum terbaik di dunia, Harvard Law School,
bisa berkembang dengan kemampuan dan kecerdasan yang ia miliki.
Berkat nilai-nilai Amerika serta berbekal bakat, kecerdasan dan pengalaman, dia
memasuki panggung politik dengan maju sebagai senator. Ketika itu, Amerika sudah
geger oleh popularitas Obama. Kemudian, belum satu periode menjadi senator, dia maju
untuk memimpin Amerika. Dan seperti yang sudah diketahui, dia menang dengan telak.

Kemenangan Obama ini tidak sekadar kemenangan warga kulit hitam AS yang selama
beberapa abad menjadi budak belian. Juga bukan hanya kemenangan warga kulit hitam
dunia, yang selama ini dianggap belum setara dengan penduduk dunia lainnya, terutama
kaum kulit putih. Bukan pula sekadar kemenangan kulit berwarna yang mampu
mematahkan dominasi warga kulit putih di negeri yang menjunjung tinggi demokrasi itu.

Kemenangan itu adalah kemenangan sebuah harapan akan perubahan. Harapan akan
perubahan dari seluruh warga AS dan dunia yang saat ini sedang dirundung krisis
ekonomi. Juga harapan akan perubahan dari banyak negara yang selama ini merasa
diperlakukan tidak adil oleh pemerintah AS.

Obama berhasil meyakinkan para pemilihnya untuk kembali mewujudkan “American


Dream”, mimpi AS sebagai negara yang makmur, sejahtera, bermartabat, besar, kuat, dan
disegani dunia. Kerinduan akan ‘mimpi’ itu semakin terasa akibat krisis yang dialami
negara adidaya itu belakangan ini. Krisis ekonomi terbesar setelah tahun 1929 (Great
Depression).

Kini, euforia menyambut kemenangan Obama yang begitu hebat dan luar biasa sudah
berlalu. Dia sudah menoreh sejarah baru bagi AS dan dunia. Yang tersisa adalah
masyarakat AS dan dunia menunggu kepemimpinannya. Mampukah dia mewujudkan
harapan warga yang begitu besar? Di sinilah masalahnya.

Sebagaimana perjalanan, kita belum bisa tahu apa yang ada di tengah dan di ujung
perjalanan. Sebagai presiden AS, dia diyakini akan mengutamakan kepentingan
nasionalnya. Dan sebagai orang Demokrat, dia juga takkan bisa bergerak terlalu jauh dari
garis partainya yang selama ini sangat ketat soal HAM, demokrasi, dan perlindungan
terhadap produk AS.

Di awal pemerintahannya, Obama sudah dihadang berbagai persoalan pelik antara lain
yang paling pelik adalah krisis ekonomi yang melanda negaranya serta warisan buruk
diplomasi internasional yang ditinggalkan Presiden George W Bush. Tidak ada yang bisa
memastikan bahwa Obama akan sanggup mengatasi berbagai masalah itu. Namun yang
hampir pasti diyakini adalah arah kebijakan Obama selama di Gedung Putih nanti akan
bersifat prorakyat.

Untuk menjalankan pemerintahan, ia diperkirakan akan menghimpun kekuatan dari


semua lapisan dan golongan. Cara ini dilakukan karena problem yang diwariskan Bush,
pendahulunya, amat berat dan dalam. Dan, hanya kebersamaanlah yang dapat
menyelesaikannya. Gelagat Obama akan membangun kebersamaan sudah terlihat
sebelumnya dari tema-tema kampanyenya. Ia hampir-hampir tak pernah menyerang
pesaingnya secara pribadi. Ia lebih fokus kepada pemecahan persoalan. Suatu cara yang
dapat menarik simpati pendukung lawan-lawannya.

Sepintas tentang sistem ekonomi yang dia lontarkan yakni pernyataannya yang tidak
setuju dengan ekonomi pasar bebas yang berlebihan tanpa diimbangi regulasi yang baik
dan pengawasan yang memadai, cukup membesarkan hati. Ia mengecam Wall Street
yang terlalu serakah, sehingga memicu krisis finansial global.

Di bidang politik luar negeri, Obama juga diyakini bukanlah pemimpin yang gemar
perang. Kebijakan internasonal yang dianutnya akan ditujukan pada pemulihan relasi
internasional. Hal itu diyakini akan dilakukan secara lebih tertata. Dia diperkirakan akan
memilih berdialog dulu ketimbang langsung menyimpulkan untuk berperang.

Beberapa pengamat juga mengatakan, Obama mungkin akan lebih melakukan hal yang
lebih tepat ketimbang mengejar ambisi pribadi. Dia diperkirakan akan menjalankan
kebijakan luar negeri yang lebih rasional dan berdasarkan realitas. Dia juga diperkirakan
akan meniru gaya pemerintahan Nelson Mandela, dimana dia akan memilih rekonsiliasi
ketimbang membalas dendam.

Bagaimana pun bentuk realisai tindakannya, yang jelas dunia kini berharap dia akan
membuat tata dunia baru yang lebih adil dan seimbang dimana semua negara bekerja
sama untuk memerangi musuh bersama yakni global warming, krisis energi, krisis
pangan, dan teroris.

Lebih khusus lagi, dunia menunggu bagaimana dia menyelesaikan masalah Palestina,
nuklir Iran, pendudukan di Irak dan Afganistan, isu terorisme, penjara-penjaranya di
berbagai pojok dunia, lingkungan hidup, masalah HAM, dan demokrasi. Ia juga dituntut
membangun tata ekonomi dan perdagangan dunia yang berkeadilan.

Dalam pidato-pidatonya, dia tetap berakar kuat pada nilai-nilai Amerika dan kebanggaan-
kebanggaan Amerika. Hal mana yang selama ini dianggap sering menimbulkan kesan
arogan pada bangsa Amerika. Maka jika tak hati-hati, Obama akan terjatuh juga seperti
pendahulunya pada kegagalan dalam isu perang dan keserakahan ekonomi. Hal yang
membuat dunia selama ini bergejolak. Jika demikian, isu perubahan dan paradigma baru
yang dilontarkannya hanya akan menjadi isapan jempol belaka.

Kini, dunia tak sabar menanti langkah-langkah perubahan yang dia lakukan untuk
mengatasi berbagai hal di atas. Tapi kemenangan Obama sendiri sebenarnya sudah
merupakan suatu perubahan besar.

Yang jelas, warga dunia, termasuk Indonesia telah mendapat pelajaran berharga dari
Pemilu AS serta kemenangan Obama. Sebagai anak blaster dari ayah berkulit hitam asal
Kenya dan ibu ras kulit putih asal Kansas, kemenangan Obama ini membuktikan kepada
dunia, bahwa rasialisme telah usang. Semua manusia punya harkat, martabat dan hak
yang sama, termasuk menjadi seorang presiden. MS (BI 62)
Dalam beberapa waktu saya sempat berpikir, bagaimana mungkin dapat dibenarkan
keberadaan berbagai kontradiksi yang terjadi di dunia internasional, kontradiksi yang
tidak dapat diingkari dan selalu menjadi pembahasan masyarakat khususnya di kalangan
politik dan mahasiswa. Banyak sekali pertanyaan yang tak terjawab tentang hal ini.
Karena itu saya memutuskan untuk menanyakan sebagian kontradiksi dan pertanyaan itu.
Semoga akan ada kesempatan untuk menjawab masalah tersebut.

Bagaimana mungkin, pengikut Nabi Isa AS yang mengaku berpegang teguh kepada hak-
hak asasi manusia (HAM), menjadikan Liberalisme sebagai model peradaban,
menyatakan ketidaksetujuannya terhadap perluasan senjata nuklir dan pembunuhan
massal, menjadikan peperangan melawan terorisme sebagai slogannya dan berusaha
membentuk masyarakat yang satu dan universal—masyarakat yang akan diperintah oleh
Nabi Isa AS dan orang-orang yang saleh di muka bumi.

Namun pada saat yang sama, berbagai negara diserang. Jiwa, kehormatan dan keberadaan
insan dihancurkan. Sebagai contoh, hanya karena diduga pelaku kriminal berada di
sebuah desa, kota atau dalam sebuah kafilah, seluruh desa, kota atau kafilah itu
dihancurkan dan dibabat habis. Atau karena diduga sebuah negara memiliki senjata
pemusnah massal, lalu negeri itu dikuasai. Ratusan ribu masyarakat negara itu tewas,
sumber-sumber air, pertanian dan industri rusak dan sekitar 180.000 pasukan militer
ditempatkan di sana.

Kehormatan rumah-rumah penduduk telah dihancurkan. Mungkin negara itu menjadi


terbelakang hingga 50 tahun lebih. Dengan anggaran belanja berapa? Dengan
menghabiskan miliaran dolar dari harta kekayaan sebuah negara dan beberapa negara
lainnya. Dengan mengirimkan puluhan ribu pemuda sebagai pasukan penyerang,
menempatkan mereka di arena pembunuhan, menjauhkan mereka dari keluarganya dan
mengotori tangan mereka dengan darah orang lain. Tekanan demikian berat menimpa
jiwa mereka sehingga setiap hari, sebagian mereka melakukan tindakan bunuh diri.
Ketika mereka kembali ke negaranya, mereka tersiksa, tertekan dan bahkan menderita
berbagai penyakit. Sebagian mereka terbunuh dan jenazah mereka dikembalikan kepada
keluarga mereka.

Dengan alasan keberadaan senjata pemusnah massal, telah terjadi sebuah tragedi besar
untuk negara dan penduduk yang diinvasi. Kemudian baru terungkap bahwa senjata
pemusnah massal yang dimaksudkan tidak pernah ada.

Memang Saddam Hussein adalah seorang diktator dan pembunuh. Namun tujuan perang
yang dilakukan bukan untuk menumbangkannya tapi untuk menemukan senjata
pemusnah massal yang sudah diumumkan sebelumnya. Saddam akhirnya tumbang dan
masyarakat merasa senang akan hal ini. Saya tambahkan pula bahwa dalam peperangan
dengan Iran, Saddam telah dibantu dan dibela oleh Barat.

[sunting] Bagian kedua


Tuan Presiden,
Mungkin Anda tahu bahwa saya adalah seorang dosen. Mahasiswa saya sering
menanyakan bagaimana menyesuaikan aksi-aksi ini dengan nilai-nilai yang telah saya
sebut di awal surat tentang komitmen terhadap ajaran Nabi Isa AS, Nabi penyeru
perdamaian dan kasih sayang?
Para tertuduh dipenjarakan di Guantanamo tanpa proses peradilan, mereka tidak bisa
memiliki pengacara, keluarga tidak bisa menjenguk, mereka diisolir di negeri yang jauh
dari negaranya dan sama sekali tidak ada pengawasan internasional untuk mereka. Tidak
jelas apakah mereka adalah tahanan, tawanan perang, tertuduh ataukah orang-orang yang
telah dijatuhi hukuman.

Para pengawas Uni Eropa mengakui adanya penjara-penjara misterius di Eropa. Saya
tidak dapat menyelaraskan penculikan dan penahanan orang-orang dalam penjara-penjara
misterius itu dengan satu pun sistem peradilan yang berlaku di dunia. Dan saya tidak
pernah mengerti bagaimana aksi-aksi yang telah dilakukan sesuai dengan nilai-nilai yang
telah saya sebutkan di atas, misalnya dengan ajaran-ajaran Nabi Isa AS ataukah hak-hak
asasi manusia ataukah dengan nilai-nilai Liberalisme?

Para pemuda, mahasiswa dan masyarakat banyak mempertanyakan tentang fenomena


bernama Israel. Pasti sebagian dari pertanyaan-pertanyaan itu telah Anda dengar. Dalam
sejarah tercatat banyak negara yang telah dijajah. Namun salah satu fenomena
kontemporer masa kita adalah pembentukan sebuah negara baru dengan masyarakat yang
baru pula.

Para mahasiswa berkata, 60 tahun yang lalu tidak ada negara dengan nama ini. Mereka
menunjukkan dokumen-dokumen dan peta geografi dunia kuno sambil berkata, kami
telah berusaha sedemikian rupa mencarinya namun kami tidak menemukan sebuah
negara yang bernama Israel.
Saya terpaksa menuntun mereka agar mempelajari lagi tentang perang dunia pertama dan
kedua.

Sekali waktu seorang mahasiswa berkata, pada perang dunia kedua, puluhan juta manusia
tewas. Berita-berita perang dengan cepat disebarkan oleh kedua belah pihak yang
berperang. Masing-masing memberitakan kemenangannya dan kekalahan lawan. Setelah
perang dunia kedua selesai diklaim bahwa enam juta orang Yahudi telah tewas. Enam
juta orang yang sedikitnya berasal dari dua juta keluarga.

Kita andaikan saja bahwa berita ini benar. Apakah kesimpulan logisnya adalah
pembentukan sebuah negara Israel di kawasan Timur Tengah dan atau membela mereka
habis-habisan?

Bagaimana menganalisa dan menginterpretasikan fenomena ini?

[sunting] Bagian ketiga


Tuan Presiden,
Anda pasti telah mengetahui bagaimana Israel terbentuk dan akibat yang ditimbulkannya:

• Dengan terbantainya ribuan jiwa.


• Dengan mengungsikan jutaan jiwa penduduk asli kawasan.
• Dengan penghancuran ratusan ribu hektar sawah, kebun zaitun dan penghancuran
kota-kota dan tanah-tanah subur.
• Tragedi ini tidak hanya terbatas pada masa pembentukan saja.

Sangat disayangkan selama enam puluh tahun hal ini terus berlanjut.

Rezim yang dibentuk ini bahkan tidak memiliki rasa belas kasihan terhadap anak-anak.
Rumah-rumah dihancurkan, rencana teror tokoh-tokoh Palestina diumumkan dan ribuan
orang-orang Palestina dipenjarakan. Fenomena ini pada abad-abad terakhir bila tidak
dikatakan sulit dicari tandingannya maka tentunya tidak ada bandingannya.

Pertanyaan besar lainnya dari masyarakat umum adalah: Mengapa rezim yang seperti ini
masih harus dibela?
Apakah pembelaan terhadap rezim ini sesuai dengan ajaran Nabi Isa AS atau Nabi Musa
AS atau nilai-nilai Liberalisme?
Apakah memberikan hak untuk menentukan nasib sendiri di tanah Palestina kepada
pemilik asli baik mereka yang tinggal di Palestina maupun di luar, baik mereka itu Islam,
Yahudi dan atau Kristen, bertentangan dengan demokrasi, hak-hak asasi manusia dan
ajaran-ajaran para Nabi?

Bila tidak bertentangan, mengapa usulan referendum tidak pernah disetujui?


Akhir-akhir ini, dengan pilihan rakyat Palestina, telah terbentuk sebuah pemerintahan.
Semua pengawas yang netral telah mengukuhkan bahwa pemerintah tersebut dipilih oleh
rakyat. Dengan rasa tidak percaya, pemerintahan terpilih ditekan sedemikian rupa agar
mengakui sebuah negara bernama Israel dan tidak lagi meneruskan perjuangan serta
melanjutkan program pemerintahan sebelumnya.

Seandainya pemerintahan terpilih ini sejak awal mengumumkan kebijakannya seperti


yang diinginkan penekan, apakah masyarakat Palestina akan memilih mereka? Apakah
sikap semacam ini di hadapan pemerintahan Palestina sesuai dengan nilai-nilai di atas?

Demikian pula, masyarakat selalu bertanya-tanya mengapa resolusi PBB yang telah
diputuskan di dewan keamanan PBB terhadap Israel selalu diveto?

[sunting] Bagian keempat


Tuan Presiden,
Anda mengetahui bahwa saya hidup bersama rakyat dan selalu berhubungan dengan
mereka. Banyak masyarakat Timur Tengah yang menghubungi saya dengan berbagai
cara. Mereka melihat kebijakan ganda ini tidak sesuai dengan logika apapun.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa kebanyakan masyarakat di kawasan Timur Tengah, dari
hari ke hari semakin marah dengan kebijakan yang telah dilakukan.

Saya tidak bermaksud untuk menyampaikan banyak pertanyaan, namun saya ingin
menunjukkan beberapa poin lain.
Mengapa setiap kemajuan ilmu dan teknologi di kawasan Timur Tengah selalu dianggap
dan dipropagandakan sebagai ancaman terhadap rezim Israel?
Apakah usaha ilmiah dan penelitian bukan merupakan hak-hak dasar masyarakat?

Anda mungkin memiliki pengetahuan tentang sejarah. Selain abad pertengahan pada
bagian mana dari sejarah dan dimanakah, kemajuan ilmu dan teknologi dianggap sebagai
sebuah kejahatan? Apakah dengan mengandaikan kemungkinan dipakainya ilmu dan
teknologi untuk maksud-maksud militer dapat menjadi alasan untuk menentang ilmu dan
teknologi? Bila kesimpulan yang demikian adalah benar, maka seluruh ilmu harus
ditentang bahkan fisika, kimia, matematika, kedokteran, arsitektur dan lain-lain.

Dalam masalah Irak telah terjadi kebohongan. Hasilnya apa? Saya tidak ragu bahwa
semua manusia meyakini bahwa kebohongan adalah hal yang tidak terpuji. Anda sendiri
tidak akan senang bila orang lain berdusta terhadap Anda.

[sunting] Bagian kelima


Tuan Presiden,
Apakah masyarakat di Amerika Latin memiliki hak untuk mempertanyakan mengapa
selalu ada usaha untuk tidak menyetujui pemerintahan terpilih dari rakyat dan pada saat
yang sama adanya pembelaan bagi mereka yang ingin melakukan kudeta terhadap
pemerintahan terpilih. Mengapa ancaman selalu diarahkan kepada mereka?

Masyarakat Afrika adalah masyarakat yang punya etos kerja, kreatif dan memiliki
potensi. Mereka dapat berperan penting dalam menjamin kebutuhan dan kemajuan materi
dan maknawi masyarakat dunia. Namun, kemiskinan dan kepapaan di sebagian besar
Afrika menjadi kendala terbesar untuk dapat memainkan peran penting tersebut.

Apakah mereka berhak untuk mempertanyakan, mengapa kekayaan luar biasa dan barang
tambang mereka dijarah padahal mereka lebih membutuhkan dari orang lain? Apakah
aksi-aksi semacam ini sesuai dengan ajaran Nabi Isa AS dan hak-hak asasi manusia?

Masyarakat Iran yang berani dan beriman juga memiliki banyak pertanyaan. Salah
satunya adalah Kudeta 28 Murdad tahun 1953 terhadap pemerintahan waktu itu,
menentang revolusi Islam pada 52 tahun yang lalu, menjadikan kedutaan Amerika
menjadi markas penentang Republik Islam, memiliki ribuan dokumen rahasia,
melindungi Saddam Hussein dalam perang terhadap Iran, penembakan pesawat
penumpang Iran, menyandera harta masyarakat Iran, ancaman-ancaman yang semakin
meningkat dengan menunjukkan ketidaksetujuan serta kemarahan atas kemajuan ilmu
dan teknologi serta nuklir masyarakat Iran. Padahal semua orang Iran gembira dengan
kemajuan negara mereka dan mengadakan pesta untuk keberhasilan mereka. Masih
banyak lagi pertanyaan semacam ini yang di surat ini tidak saya cantumkan.

[sunting] Bagian keenam


Tuan Presiden,
Peristiwa 11 September benar-benar merupakan peristiwa yang mengerikan.
Pembunuhan terhadap orang-orang tak berdosa di bagian mana saja dari dunia ini selalu
menyakitkan dan sangat disayangkan. Pemerintah kami pada waktu itu mengumumkan
rasa kebencian terhadap pelaku kejadian dan sekaligus mengucapkan belasungkawa
kepada mereka yang ditinggalkan. Semua negara memiliki kewajiban untuk melindungi
jiwa, harta dan kehormatan rakyatnya.

Seperti yang disebut-sebut, negara Anda memiliki sistem keamanan, penjagaan dan
informasi yang luas dan canggih. Bahkan para penentang yang berada di luar negeri pun
diburu. Operasi 11 September bukan operasi yang mudah.
Apakah konsep dan pelaksanaan operasi tersebut dapat terwujud tanpa kerja sama dengan
sistem informasi, keamanan atau adanya pengaruh yang kuat?
Tentunya ini adalah sebuah pengandaian yang logis. Mengapa sisi-sisi lain dari kejadian
ini tetap misterius? Mengapa tidak ada penjelasan resmi tentang siapa yang bertanggung
jawab atas kelalaian ini? Dan mengapa para pelaku dan mereka yang lalai tidak
diumumkan dan dihukum?

[sunting] Bagian ketujuh


Tuan Presiden,
Salah satu kewajiban pemerintah adalah mewujudkan keamanan dan ketenangan bagi
rakyatnya. Masyarakat negara Anda dan negara-negara yang bertetangga dengan poros
krisis dunia tidak lagi merasakan keamanan dan ketenangan selama bertahun-tahun.

Setelah peristiwa 11 September, bukannya meredam jiwa dan menenangkan masyarakat


Amerika yang sangat menderita akibat peristiwa tersebut tapi sebagian media massa
Barat malah membesar-besarkan kondisi tidak aman dan senantiasa mengabarkan adanya
kemungkinan serangan teroris serta senantiasa sengaja menjaga agar masyarakat dalam
kondisi takut dan khawatir. Apakah ini yang disebut melayani rakyat Amerika? Apakah
kerugian yang berasal dari ketakutan dan kekhawatiran dapat dihitung?

Coba anda bayangkan, rakyat Amerika merasa bakal ada serangan. Mereka merasa tidak
aman ketika berada di jalanan, tempat kerja dan di rumah. Siapa yang dapat menerima
kondisi seperti ini? Mengapa media bukannya memberitakan hal-hal yang dapat
menenangkan dan memberikan keamanan sebaliknya malah mengabarkan
ketidakamanan?
Sebagian berkeyakinan bahwa propaganda besar-besaran ini dijadikan fondasi dan alasan
untuk menyerang Afghanistan. Bila sudah begini kiranya baik bila saya berikan sedikit
petunjuk terkait dengan media.

Dalam prinsip dasar media, penyampaian informasi yang benar dan menjaga amanat
dalam menyebarkan berita adalah prinsip dasar yang manusiawi dan telah diakui. Saya
merasa perlu untuk mengucapkan dan mengumumkan rasa penyesalan yang dalam atas
ketiadaan rasa tanggung jawab sebagian media Barat berkaitan dengan komitmen ini.

Alasan utama agresi ke Irak adalah adanya senjata pemusnah massal. Tema ini diulang-
ulang sedemikian rupa sehingga masyarakat percaya dan akhirnya basis penyerangan Irak
pun tercipta.
Apakah kebenaran tidak akan hilang dalam atmosfer yang direkayasa dan berisi
kebohongan?
Apakah hilangnya sebuah kebenaran sesuai dengan tolok ukur yang telah saya jelaskan
sebelumnya?
Apakah kebenaran juga akan hilang di sisi Tuhan?

[sunting] Bagian kedelapan


Tuan Presiden,
Di semua negara masyarakatlah yang menanggung anggaran belanja negaranya sehingga
pemerintah dapat melayani mereka. Pertanyaannya di sini adalah, dengan anggaran
tahunan ratusan miliar dolar untuk pengiriman pasukan ke Irak apa yang didapat oleh
masyarakat?

Anda sendiri mengetahui bahwa di sebagian negara bagian Amerika masyarakat hidup
dalam kemiskinan. Ribuan orang tidak memiliki rumah. Pengangguran adalah masalah
besar dan masalah ini kurang lebih juga terjadi di negara-negara lain. Apakah dalam
kondisi yang seperti ini pengiriman sejumlah besar pasukan dan itu pun dengan anggaran
luar biasa dari masyarakat dapat dibenarkan dan sesuai dengan dasar-dasar yang telah
disebutkan sebelumnya?

[sunting] Bagian kesembilan


Tuan Presiden,
Apa yang sudah disebutkan adalah sebagian dari penderitaan masyarakat dunia,
masyarakat kawasan kami dan masyarakat Anda. Namun maksud asli saya yang
sedikitnya pasti akan Anda benarkan adalah sebagai berikut:
Para penguasa memiliki masa tertentu dan tidak selamanya berkuasa. Namun nama
mereka akan diingat dan tertulis dalam sejarah. Dan di masa depan, dekat atau jauh, ia
akan senantiasa dinilai. Masyarakat akan berkata: dalam periode kita ini apa yang telah
terjadi.
Apakah untuk masyarakat kita menyiapkan keamanan dan kesejahteraan atau malah
ketidakamanan dan pengangguran?
Apakah kita memang hendak mewujudkan keadilan atau hanya membela kelompok
istimewa dengan imbalan harga kemiskinan dan kepapaan sebagian besar masyarakat
dunia? Apakah kita memberikan kekayaan dan pangkat pada sekelompok orang dan lebih
memilih kerelaan mereka ketimbang kerelaan masyarakat dan Tuhan?
Apakah kita membela hak-hak masyarakat dan kaum miskin atau kita tidak memandang
mereka sedikit pun?
Apakah kita membela hak-hak manusia di seluruh dunia atau malah memaksakan perang
dan ikut campur secara ilegal dalam urusan negara lain atau membangun sel-sel rahasia
dan memenjarakan sebagian orang di sana?
Apakah kita telah mewujudkan perdamaian dunia atau malah menyebarkan ancaman dan
kekerasan di seluruh dunia?
Apakah kita telah berbicara dengan jujur kepada rakyat kita dan masyarakat dunia atau
malah menunjukkan kebenaran yang telah diputarbalikkan?
Apakah kita termasuk pembela masyarakat atau pembela para penjajah dan penzalim?
Apakah dalam pemerintahan kita yang lebih dipentingkan adalah logika, akal, moral,
perdamaian, mengamalkan perjanjian, menyebarkan keadilan, melayani masyarakat,
kesejahteraan dan kemajuan, menjaga kehormatan manusia ataukah kekuatan
persenjataan, ancaman, ketidakamanan, tidak memperdulikan masyarakat, menahan
kemajuan masyarakat dunia dan menginjak hak-hak manusia?

Dan pada akhirnya mereka akan berkata, apakah kita setia dengan sumpah yang kita
ucapkan dalam rangka melayani masyarakat yang merupakan tugas asli kita dan apakah
kita mengamalkan ajaran-ajaran para Nabi ataukah tidak?

[sunting] Bagian kesepuluh


Tuan Presiden,
Sampai kapan dunia akan menanggung beban berat ini? Dengan proses semacam ini,
kemanakah dunia akan melangkah? Sampai kapan masyarakat dunia harus menanggung
beban keputusan-keputusan salah dari para penguasa? Sampai kapan cakrawala ketakutan
harus terbentang di hadapan masyarakat dunia akibat ditimbunnya senjata pemusnah
massal? Sampai kapan darah anak-anak, para wanita dan laki-laki harus mengalir di atas
batu-batu jalanan dan rumah-rumah mereka harus dihancurkan?
Apakah Anda rela dengan kondisi dunia sekarang ini? Apakah Anda berpikir bahwa
kebijakan yang telah ada ini dapat terus berlangsung?

Andai ratusan miliar dolar yang dipakai untuk membiayai keamanan, pertahanan,
pengiriman pasukan dialokasikan sebagai modal dan bantuan bagi negara-negara miskin,
pengembangan kebersihan, perang melawan berbagai macam penyakit, pendidikan,
peningkatan kemampuan berfikir dan jasmani, menolong korban bencana alam,
menciptakan lapangan pekerjaan, penghijauan dan pengentasan kemiskinan, menggalang
perdamaian, menghilangkan perselisihan antar negara-negara, menghilangkan
peperangan kabilah dan ras dan lain-lain... Dapatkah dibayangkan keadaan dunia akan
seperti apa? Dan apakah pemerintahan dan rakyat Anda tidak merasa bangga dengan ini?
Apakah posisi politik dan ekonomi pemerintahan dan rakyat Anda tidak akan semakin
kokoh? Dengan mengucapkan rasa penyesalan penuh, saya harus mengucapkan apakah
masyarakat dunia semakin membenci pemerintah Amerika?

[sunting] Bagian kesebelas


Tuan Presiden,
Saya tidak bermaksud untuk melukai perasaan seorang pun.
Bila Nabi Ibrahim, Ishaq, Ya’qub, Ismail, Yusuf dan atau Nabi Isa AS hadir di dunia hari
ini dan melihat perilaku semacam ini, apakah yang akan dikatakan mereka? Apakah
dalam dunia yang dijanjikan, dunia yang diliputi oleh keadilan dan Nabi Isa AS akan
hadir, kita akan diberi sebuah peran? Apakah mereka akan menerima kita?

Pertanyaan kunci saya adalah: apakah tidak ada lagi jalan yang lebih baik dalam
pergaulan dengan masyarakat dunia?

Saat ini di dunia ada ratusan juta orang Kristen, ratusan juta orang Islam dan jutaan lagi
orang pengikut Nabi Musa AS. Semua agama Ilahi memiliki persamaan dalam satu
kalimat yaitu kalimat tauhid, keyakinan akan Tuhan Yang Esa dan tidak ada tuhan selain
Dia di dunia ini.

Al-Quran al-Karim menegaskan persamaan ini dan menyeru semua pengikut agama ilahi
dengan sabdanya:

“Katakanlah : “Hai Ahli Kitab, marilah berpegang pada suatu kalimat


(ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita
sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan
tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain
dari pada Allah.” (Ali Imran: 64)

[sunting] Bagian keduabelas


Tuan Presiden,
Berdasarkan firman ilahi kita semua diajak untuk menyembah Allah Yang Esa dan
mengikuti utusan-utusan ilahi.

“Penyembahan kepada Tuhan Yang Esa yang Maha kuasa dan berkuasa atas segala
sesuatu.”
“Allah Yang Maha Mengetahui apa yang tersembunyi dan yang tampak, masa lalu dan
yang akan datang. Dan Ia mengetahui apa yang terlintas di benak hamba-Nya dan
mencatat amalan mereka.”
“Tuhan sang pemilik langit dan bumi dan semua alam di bawah kekuasaan-Nya”,
“Pengaturan seluruh alam di tangan-Nya dan Ia memberikan janji untuk mengampuni
dosa-dosa hamba-Nya.”
“Ia adalah penolong mereka yang terzalimi dan musuh mereka yang menzalimi.”
“Dia Maha Pengasih dan Penyayang.”
“Ia adalah penolong kaum mukminin dan Ia menuntun mereka dari kegelapan kepada
keterangbenderangan.”
“Ia mengawasi perbuatan hamba-hamba-Nya.”
“Ia menyerukan hamba-Nya untuk beriman dan berbuat baik dan menginginkan agar
mereka berbuat berdasarkan kebenaran dan untuk tetap istiqamah dalam kebenaran.”
“Allah menyerukan agar hamba-hamba-Nya untuk menaati utusan-Nya dan Ia sebagai
saksi dan pengawas perbuatan hamba-hamba-Nya”, “Puncak keburukan terkait dengan
orang-orang yang menginginkan kehidupan yang terbatas di dunia ini dan tidak
mengikuti perintah-Nya dan menzalimi hamba-hamba Allah”,
“Puncak kebaikan dan surga yang kekal hanya akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya
yang bertakwa di hadapan keagungan ilahi dan tidak mengikuti hawa nafsunya”.

Kami yakin bahwa kembali kepada ajaran para Nabi adalah satu-satunya jalur
kebahagiaan dan kesuksesan. Saya mendengar bahwa Anda adalah seorang penganut
Kristen dan percaya akan janji Ilahi akan adanya pemerintahan orang-orang shaleh di
muka bumi.

Kami juga percaya bahwa Nabi Isa AS adalah salah satu Nabi besar ilahi. Dalam al-
Quran Nabi Isa AS mendapat penghormatan yang luar biasa dan ini adalah ucapan Nabi
Isa AS yang dinukil oleh al-Quran:

“Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Ini
adalah jalan yang lurus.” (Maryam: 36)

Penghambaan dan ketaatan kepada Allah adalah seruan semua para Nabi. Tuhan seluruh
masyarakat di Eropa, Afrika, Amerika, dan negara-negara kepulauan, seluruh dunia
hanya satu dan Ia adalah Tuhan menginginkan kemuliaan bagi semua hamba-Nya dan
memberikan kehormatan kepada umat manusia.

Dan dalam firman Allah:

“Allah Yang Maha Berkuasa dan Tinggi mengutus para Nabi yang memiliki
mukjizat dan tanda-tanda yang jelas untuk memberi petunjuk kepada manusia
akan tanda-tanda kebesaran Tuhan serta menjauhkan manusia dari dosa. Allah
mengirimkan kitab dan mizan agar manusia dapat menegakkan keadilan dan
tidak berbuat zalim”.

Semua ayat-ayat ini terdapat dalam kitab suci.

Para Nabi dan utusan ilahi memberikan janji bahwa pada suatu hari nanti semua manusia
akan dibangkitkan di hadapan Allah untuk diperhitungkan amal perbuatannya. Mereka
yang berbuat baik akan diantarkan ke surga dan mereka yang berbuat buruk akan
mengalami siksaan ilahi.
Saya pikir kita berdua sama-sama meyakini akan hari itu.
Tetapi perhitungan para penguasa tidak akan ringan. Karena kita harus memberikan
jawaban kepada masyarakat dan semua orang disebabkan perbuatan kita yang memiliki
dampak dalam kehidupan mereka.

Para Nabi menginginkan perdamaian dan ketenangan yang berdasarkan prinsip-prinsip


penyembahan kepada Allah, keadilan, menjaga harkat dan martabat manusia.

Bila kita semua meyakini tauhid dan penyembahan kepada Tuhan, keadilan, menjaga
harkat dan martabat manusia, hari akhir, apakah kita tidak bisa memainkan peranan yang
lebih penting dan indah dalam menyelesaikan problem dunia saat ini yang muncul akibat
ketidaktaatan kepada Allah dan ajaran-ajaran para Nabi?
Apakah keyakinan akan prinsip-prinsip ini tidak akan memperluas dan menjamin
perdamaian, persaudaraan dan keadilan?
Apakah prinsip-prinsip itu bukan merupakan ajaran tertulis atau tidak tertulis mayoritas
masyarakat dunia?
Apakah Anda tidak ingin mengabulkan seruan ini?
Kembali secara hakiki pada ajaran para Nabi, tauhid dan keadilan, pada penjagaan
terhadap harkat dan martabat manusia serta ketaatan kepada Tuhan dan utusan-utusan-
Nya

[sunting] Bagian ketigabelas


Tuan Presiden,
Sejarah menunjukkan bahwa pemerintahan yang berada dalam jalur kezaliman tidak akan
pernah bertahan lama. Tuhan tidak membiarkan dunia dan manusia begitu saja.
Bukankah sudah banyak kejadian yang bertolak belakang dengan rencana-rencana para
penguasa. Fakta sejarah menunjukkan bahwa ada kekuatan yang lebih di atas segalanya
yang mengatur semua hal.

[sunting] Bagian keempatbelas


Tuan Presiden,
Apakah indikasi perubahan di dunia pada masa ini dapat diingkari? Apakah keadaan
dunia sekarang dengan sepuluh tahun yang lalu dapat dibandingkan. Perubahan terjadi
begitu cepat terjadi dan mencakup dimensi yang sangat luas. Masyarakat dunia tidak rela
dengan kondisi dunia saat ini. Mereka tidak percaya dengan janji-janji sebagian penguasa
yang berpengaruh di dunia.

Sebagian besar masyarakat dunia merasa tidak aman. Mereka tidak setuju dengan
berkembangnya kondisi ini begitu juga dengan perang. Masyarakat dunia protes akan
adanya jurang pemisah yang dalam antara mereka yang kaya dan miskin, antara negara
yang sejahtera dan miskin. Masyarakat semakin membenci kebejatan moral yang
semakin meningkat.
Mayoritas masyarakat di negara-negara merasa sedih karena basis budaya mereka
terancam, institusi keluarga berantakan dan kasih sayang seta cinta kasih yang semakin
luntur.

Masyarakat dunia mulai pesimis memandang organisai-organisai internasional karena


hak-hak mereka tidak dipertahankan oleh organisasi tersebut.

Liberalisme dan Demokrasi Barat tidak mampu mendekatkan manusia kepada idealisme
mereka. Liberalisme dan Demokrasi adalah pecundang. Para pemikir dan cendekiawan
dunia dengan jelas mendengar suara runtuhnya pemikiran dan sistem Liberal-Demokrasi.
Hari ini perhatian masyarakat dunia semakin meningkat kepada sebuah fokus. Dan fokus
itu adalah Tuhan Yang Esa. Dan tentunya masyarakat akan sukses mengatasi masalah
mereka dengan tauhid dan berpegang teguh dengan ajaran-ajaran para Nabi.
Pertanyaan penting dan serius saya di sini adalah: Apakah Anda tidak ingin menyertai
mere

Kewajiban kemanusiaan menyelamatkan Irak

Abad ini sangat aneh. Para pemimpin negara-negara besar mengklaim sebagai abad HAM
dan peradaban. Tapi, orang masih mendiskusikan di media massa apakah perang saudara
di Irak sudah meletus atau belum, padahal ratusan ribu orang dari sekitar 30 juta total
penduduk Irak terbunuh.

Aneh, apakah perang saudara dianggap sebagai pesta demokrasi atau pemilu atau
pertunjukan? Atau apakah perlu deklarasi resmi bahwa yang terjadi sekarang adalah
perang saudara?

Sebutlah apa saja; perang saudara, pembersihan kaum sektarian yang menghancurkan
saudara dan kerabat, pembersihan etnis yang lebih dahsyat dari apa yang terjadi di Bosnia
dan negara-negara Afrika. Atau seperti Syeikh Haris Al-Dari, ketua Asosiasi Ulama
Sunni yang menyebut realita ini sebagai fitnah produksi penjajah Amerika dan bukan
oleh kelompok lokal. Penamaan apapun yang jadi korban adalah manusia yang dibunuh
tanpa batas.

Pembunuhnya adalah kelompok dari berbagai aliran, sebagian dengan label agama,
sebagian dengan motif uang, sebagian dengan label pasukan keamanan dalam dan luar
negeri. Tak penting siapa pelaku pembunuhan itu yang penting adalah penduduk bumi
yang lainnya memiliki kewajiban melakukan sesuatu untuk menghentikan pertumpahan
darah di Irak.

Irak harus diselamatkan. Irak tidak hanya membutuhkan pembicaraan soal pemerintah
kesatuan nasional. Namun membutuhkan pemerintah penyelamat nasional. Bahkan
membutuhkan revolusi rakyat yang bernuansa murni dan lokal yang menyelamatkan
negara dari ancaman hilang, sejalan dengan komitmen perubahan utuh pada sikap dunia
internasional terhadap apa yang terjadi di Irak.
Lantas siapa yang diprioritaskan melakukan inisiatif menyelamatkan Irak? Menurut
penulis, negara-negara Islam dan Muslim serta semua negara non blok yang tidak
memiliki kontribusi kesalahan atas apa yang terjadi di Irak harus melakukan kewajiban
kamanusiaannya, moral, agama dan historis untuk bergerak menyelamatkan Irak. Bukan
menyelamatkan Amerika yang menginvasi negari 1001 malam itu.

Dalam kunjungan Presiden Amerika George W. Bush beberapa saat lalu ke Bogor,
penulis mengamati, hal terpenting yang ditegaskan presiden SBY adalah masalah
kemanusiaan di Irak. Ini menjadi fokus konferensi pers dua pemimpin itu. Penulis senang
mendengar Presiden SBY mengatakan dengan tegas di depan Bush akan pentingnya
perubahan politik Amerika dan dunia internasional soal Irak dan Menlu Dr. Hasan
Wirajuda menegaskan untuk kedua kali di depan para diplomat dan wartawan 8 Januari
lalu.

Ia menegaskan, Indonesia memiliki usulan dengan tiga dimensi; kesepakatan nasional


yang hakiki di mana berbagai forum di negara-negara Arab gagal dalam hal ini,
mengganti badan keamanan di Irak dengan badan keamanan negara-negara Muslim yang
moderat-menurut penulis ini harus dipimpin Indonesia-dan mengawali rehabilitas fisik
Irak dan rehabilitasi masyarakatnya yang dicabik-cabik. Satu hal lagi adalah mengawasi
penyelenggaraan pemilu kedua yang melahirkan sistem politik yang baru yang dalam
menjalankannya perlu pengawasan dari Negara Islam selama bertahun-tahun.

Digagas pembentukan pasukan Arab, tapi sebagian besar pihak menolaknya sejak tahun
2003. Belakangan, Arab Saudi memberikan isyarat soal ini meski mengkhawatirkan akan
menimbulkan perang kawasan antar Arab, Iran dan Turki yang lebih luar dari perang Irak
– Iran tahun 1980-1988. Meski hanya diam, para pemimpin Arab memahami sinyal
bahaya di masa depan. Raja Abdullah II Jordania mengkawatirkan tiga bahaya perang
saudara di kawasan; di Irak, Libanon, Palestina. Dan Jordania secara geografis berada di
tengah-tengah antara negara tersebut.

Sekenario gelap dari sejumlah skenario ke depan di Irak penuh dengan bahaya jika Syiah
dan Sunni serta Kurdi tidak menemukan solusi yang menjamin kesatuan Irak, keadilan
ekonomi, dan keterlibatan politik bagi semua pihak. Aksi pembunuhan akan terus
berlangsung hingga Irak terbagi menjadi tiga wilayah … atau perang makin meluas dan
cerai-berai wilayah akan terus berlangsung antara suku Kurdi di utara dan “Syi’istan”
(daerah syiah) di selatan serta Sunistan (daerah sunni) di tengah. Instabilitas keamanan
akan berlangsung selama beberapa tahun ke depan dan negara-negara tetangga Irak akan
mendukung antara tiga kelompok tersebut. Atau kondisi militer berangsur pulih namun
ketegangan politik akan tetap terjadi seperti di Libanon. Untuk menghindar dari sekenario
yang berdarah-darah ini, negara-negara Muslim dan negara-negara sahabat yang
menginginkan perdamaian bisa melakukan intervensi.

Anggap saja hari ini yang paling penting adalah masalah kemanusiaan dan kita
menyepakati dengan rakyat Irak untuk melakukan sejumlah langkah. Negara-negara
Muslim jangan melakukan intervensi sendiri dan jangan melakukan intervensi militer
tergesa-gesa tanpa kajian mendalam seperti yang dilakukan Amerika. Namun harus tetap
menghimpun kekuatan semua kelompok di Irak dan didesak melakukan kesepakatan
dengan dunia Islam. Kita berada di era penting membangun hubungan internasional
dengan nuansa kerjasama, bahu-membahu dan melakukan inisiatif menyelamatkan
sebuah negara yang mengalami tragedi.

Poros HAM Internasional

Indonesia sebagai negara Muslim terbesar, negara terbesar keempat dunia, paling
demokrasi ketiga di dunia, dan terbesar di Asia Tenggara, kini memiliki peluang untuk
menorehkan sejarahnya dengan tinta emas. Sejarah juga akan mencatat negara seperti
Indonesia meski jauh secara geografis dari Irak, namun bangsa dan masyarakatnya sangat
dekat dengan Irak. Karenanya, Indonesia layak memimpin gerakan penyelamatan
terhadap sebuah negara saudara seperti Irak dari kehancuran sumber daya manusianya
akibat keberingasan Amerika. Indonesia sebagai saudara tertua negara-negara Muslim
harus menjadi poros kemanusiaan bagi Negara-negara pencinta kebajikan untuk
menjadikan tugas prioritasnya menyelamatkan Irak.

Mungkin orang mengira ini gagasan mimpi belaka. Namun yakinlah Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Bisa jadi Allah memberikan kekuatan dan keberpihakan kepada
Indonesia dan pihak yang sepaham untuk menempuh langkah kemanusiaan yang
monumental ini. Tapi tentu dengan melakukan sejumlah studi lapangan dan konsultasi
dengan negara-negara Arab dan Islam terlebih dahulu. Mungkin juga mereka butuh untuk
membangun prakarsa mereka dengan sebuah konferensi kemanusiaan bertaraf
internasional untuk menyelamatkan Irak yang diselenggarakan di Jakarta seperti
konferensi non-blok yang dilakukan di Bandung. Bisa jadi poros ini akan menjadi
alternatif dari gerakan yang ada dan tidak memberi pengaruh apa-apa. Bukan mustahil di
Indonesia muncul poros kemanusiaan internasional baru. Kita menyadari negara-negara
Arab dan Islam tidak lagi memiliki peran kepemimpinan di dunia bahkan di kawasannya
sendiri. Dunia Arab dan Islam mirip desa kecil yang mengalami berbagai kejahatan dan
masalah di dalamnya. Namun penduduknya memilih masuk rumah mereka, menutup
pintunya dan tidak peduli dengan apa yang terjadi di rumah tetangganya. Itulah kondisi
negara-negara Arab dan Islam yang tidak lagi memiliki pengaruh menghentikan semua
musibah yang menimpa Irak. Di sisi lain muncul tiga Negara yang ambisinya ingin
memperluas pengaruhnya; Sunni Turki, Iran Syiah dan Israel zionis.

Kita berada di depan momen sejarah yang mungkin saja ada yang berubah dalam
perjalanan hubungan internasional jika kaum Muslimin mamp mengubah realitas pahit
seperti di Irak. Sebab kepercayaan akan kembali, jiwa para pemimpin, parpol, ormas dan
bangsa-bangsa Muslim jika sebagian pemimpin kita bergerak menyelamatkan sebuah
bangsa terpenjara yang disembelih layaknya domba. Apalagi Amerika negara terbesar
dunia ini gagal memerintah Irak, gagal menjaga keamanan kelompok yang lemah, gagal
menerapkan demokrasi di sana, gagal membangkitkan dan mensejahterakannya setelah
tiga tahun berperang.

Jika Indonesia ingin memiliki peran di Irak sebaiknya memperhatikan 10 poin penting
sehingga tidak menimbulkan dampak negatif:
1. Peran Indonesia dalam poros kemanusiaan internasional seharusnya peran negara
penolong, penasehat dan mediator. Bukan peran pengintervensi dan memaksakan
pendapatnya. Karenanya, Indonesia harus menghindar dari kesalahan-kesalahan negara-
negara tetangga Irak terutama kesahalan-kesalahan Amerika Serikat dan sekutunya dan
harus memberikan contoh baru.

2. Para politikus, pemikir, Ormas dan Orpol di Indonesia harus berpikir dan berbagi
pendapat secara cukup untuk mengambil sikap tegas terhadap peran OKI. Sehingga setiap
langkah dan sikap OKI menimbulkan dampak negatif, padahal Indonesia memiliki tugas
bersar di dunia Arab dan Islam. Barangkali Irak menjadi titik awal menaikkan pengaruh
diplomasi Islam yang bermula dari Jakarta.

3. Peran Indonesia dan dunia Islam harus disetujui terlebih dahulu oleh warga Irak
semunya agar tidak berubah menjadi pangkal permusuhan antara kelompok. Karenanya,
penulis tegaskan jangan sampai Indonesia melakukan intervensi militer sendirian,
langsung dan tanpa pertimbangan. Sebab ini akan berbahaya dan akan menimbulkan
musibah baru bagi Indonesia dan negara-negara Islam. Irak tidak aman bagi warga
sendiri. Apalagi bagi orang Indonesia, Malaysia dan lainnya. Intervensi harus dilakukan
secara massal, internasional dan dengan skala besar. Jika sebuah kelompok di Irak
menolak menyepakati maka tidak ada gunanya mengintervensi.

4. Prakarsa Indonesia dan atau OKI seharusnya terlepas dari pasukan Amerika. Prakarsa
Indonesia seharusnya bukan perangkat untuk menyelamatkan keterjebakan dan kegagalan
Amerika namun untuk menyelamatkan rakyat Irak. Indonesia harus berhati-hati dan
jangan terkait dengan politik Amerika apapun bentuknya baik media atau di lapangan.
Jika Indonesia mengintervensi militer di bawah pimpinan PBB maka harus dengan syarat
Amerika menarik pasukannya dari Irak. Mungkin Amerika menolak menarik pasukannya
dari Irak. Dunia sudah berunjuk rasa menentang Amerika dalam invasinya ke Irak tapi
Negara Paman Sam ini tak mendengarkannya. Namun waktu sudah berbeda. Pemerintah
Amerika saat ini menyadari telah berada di kubangan. Bahkan kebanyakan politikusnya
mengakui kegagalan mereka di Irak. Berbeda dengan pada saat invasi hingga dua tahun
berikutnya, di mana Amerika begitu arogan dan yakin akan kemenangannya serta akan
mampu menerapkan demokrasi di Irak.

5. Peran Indonesia ini harus disepakati dengan negara-negara tetangga Irak dan
melibatkan mereka dalam setiap prakarsa politik. Negara-negara itu mencakup Iran, Arab
Saudi, Suriah, Turki dan Jordania dengan mengajak mereka berdialog secara tranparan
dan Indonesia harus meminta kepada mereka agar menghentikan intervensi negatif
mereka di Irak.

6. Pemerintah Jakarta hendaknya bergerak bersama dengan negara-negara Islam moderat


dan non blok, seperti Malaysia, Banglades, Pakistan dan Nigeria secara khusus untuk
bekerja sama degan Negara-negara lain yang tidak mempunyai kesalahan dan
kepentingan, seperti negara-negara tetangga Iraq, yang sebagiannya ditengarai berperan
dalam menyulut berbagai peristiwa. Bisa juga memperluas poros kemanusiaan ini dengan
menyertakan kekuatan lain yang mencintai perdamaian, agar tumbuh di Indonesia poros
kemanusiaan yang menjadi alternatif gerakan non blok yang dahulu dicetuskan di
Bandung Indonesia.

7. Hendaknya proyek Indonesia ini dilatari dengan keseriusan guna mengokohkan


kesepakatan antar negara secara bertahap dengan dibantu kekuatan negara Islam dan
negara lain yang mencintai perdamaian.

8. Proyek ini adalah sebagai langkah awal untuk menyelamatkan Iraq dari kehancuran
yang disebabkan peperangan yang terus berlangsung, setelah Amerika gagal mengatasi
hal itu, padahal para tokoh liberal Irak berharap banyak kepada upaya Amerika tersebut.
Dengan catatan tidak terperosok kepada kesalahan yang pernah dialami Wasington di
mana mereka tidak memberikan pejabat-pejabat sipil Irak yang kompeten. Akhirnya
semua interaksi dan menyikapi semua masalah harus dengan cara militer dari tentara
Amerika.

9. Tidak terperosok dalam kesalahan yang pernah dilakukan Amerika dengan


membenarkan nasehat sebagian petinggi partai Irak yang hanya mencari keuntungan
pribadi. Hendaknya konsultasi diperluas yang mencakup semua kelompok dan semua
organisasi, yang di dalamnya terdapat orang sipil, para analis dan pengamat, cendikiawan
luar dan dalam negeri. Amerika telah melakukan kesalahan dengan menjajah mereka di
Iraq dan salah dalam memilih partner, mereka membuka pintu Irak dengan lebar bagi
tetangga Irak.

10. Hendaknya kerja diplomasi, politik, dan media pada tahap awalnya sehingga sesuai
dengan tujuan kemanusiaan maka harus melibatkan orang-orang Irak dan melakukan
konsultasi dengan lingkup masyarakat yang lebih luas, dengan pimpinan mereka yang
merepresentasikan berbagai unsure dan kelompok tanpa kecuali. Penulis tegaskan tanpa
pengecualian seorang pun meski dengan mereka yang memanggul senjata. Hal ini dalam
rangka melihat kemungkinan peran yang bisa dilakukan untuk masyarakat Negara itu.
Bisa jadi proyek ini dalam langkah awalnya hanya melalui satu poros, yang nanti bisa
menjadi luas hingga mencapi tingkat kekuatan di bawah payung PBB atau OKI jika
diperlukan.

Sekedar mengingatkan, bahwa ketika anda membaca tulisan ini, nun di sana ada puluhan
orang yang dibunuh atau diculik atau kendaraan mereka atau pasar-pasar mereka di salah
satu kota Irak di ledakkan. Darah senantiasa tertumpah dan dunia tetap berdiam diri.
Siapakah yang mau merobohkan tembok kebekuan peran ini? Semoga itu adalah
Indonesia dan mereka yang bekerja bersama dalam poros kemanusian antar negara yang
baru. Yang pergerakannya harus bersifat damai dan tidak menambah korban meski dari
mereka yang berasal dari kekuatan yang datang untuk menyelamatkan orang-orang Iraq.
Sesungguhnya jiwa manusia itu sangat mahal harganya…!

Anda mungkin juga menyukai