1
Daniel Golman mengangkat kasus yang sangat tragis berkenaan
dengan orang yang IQ-nya tinggi, tetapi sebaliknya EQ-nya sangat
rendah, yang merupakan tipe-tipe akademis murni. Jason H. adalah
seorang siswa SMU yang cerdas, ia memiliki cita-cita untuk memasuki
fakultas kedokteran Harvard. Akan tetapi, kata Golman, karena
Pologruto,guru guru fisikanya member nilai 80 kepada Jason dalam
satu tes, akibanya menjadi sangat fatal. Jason beranggapan bahwa
dengan nilai ia akan terhalang untuk memasuki fakultas kedokteran,
karena itu dengan sebuah pisau dapur ia tusuk guru fisikanya tersebut.
[3] Disinilah, seperti dikatakan oleh Golman,yang ‘pintar’ itu berubah
menjadi “bodoh,” karena apa yang telah di cita-citakan, hancur
berantakan karena ketidak mampuannya untuk mengendalikan diri
(nafsu) sendiri.
“Lengan Riyan Sofyan (16), siswa kelas II SMK 1 Budi Utomo, nyaris
putus akibat disabet celurit oleh pelajar lain dalam tawuran
antarpelajar di Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Kamis (10/9)
siang.”[4]
2
dikatakan, barang siapa menolak pengajaran Allah, maka syaitan akan
mendudukinya untuk melakukan tindakan-tindakan jahat.[6]
3
Permasalahan yang banyak terjadi di SMPN 11 Kota Serang adalah
permasalahan yang berhubungan dengan setting/beground keluarga
siswa, yang sangat mempengaruhi tingkah laku atau akhlak mereka di
sekolah. Anak-anak yang memiliki permasalahan keluarga (broken
home) sering mangalami stress yang berlebihan sehingga akan
membuat mereka tidak besemangat dalam mengikuti pelajaran, dan
berlaku acuh-tak acuh terhadap semua orang. Seperti yang terjadi
pada siswa x kelas III ini, dia sering tidak bersemangat dalam
mengikuti setiap pelajaran, tidak disiplin dan sering membolos,
sehingga membuat dia hampir di keluarkan dari sekolah. Namun
berkat bimbingan-bimbingan yang dilakukan oleh pihak sekolah
membuat dia berubah sampai dia bisa lulus. Inilah bagaimana sekolah
sangat berperan penting dalam membentuk prilaku seiap siswa
menjadi orang yang dewasa dan mandiri.
Maka dari itu, dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri
siswa sebagai salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam
pembentukan akhlaknya, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis
tertarik untuk meneliti: ”Pengaruh Emosional Inteligence terhadap
Akhlak Siswa kelas III SMPN 11 Kota Serang”.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut,
“Seberapa besar pengaruh emosional inteligence terhadap akhlak
siswa kelas II SMPN 11 Kota Serang?”
4
C. Tujuan
D. Hipotesisi Penelitian
E. Mamfaat Penelitian
1. Bagi individu
1. Bagi lembaga
F. Definisi Oprasional
5
1. Pengertian Pengaruh
1. Pengertian Akhlak
Jadi pengertian Akhlak dalam penelitian ini adalah suatu kondisi atau
sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga
dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan
dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran.
Apabila kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut
pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia dinamakan budi pekerti
mulia (akhlakul karimah) dan sebaliknya pabila yang lahir kelakuan
yang buruk, maka disebutlah bukit pekerti yang tercela.
6
G. Identifikasi variabel penelitian
Tabel 1.1
H. Batasan Masalah
I. Kerangka Konsep
7
Jika dibuat dalam suatu kerangka konsep, maka akan terlihat
hubungan sebagai berikut:
J. Tinjauan Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Skripsi yang ditulis oleh Gatot Nurluqman pada tahun 1997 Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang yang berjudul
”Urgensi Kecerdasan Emosional Sebagai Paradigma Baru Pendidikan
Anak Di Lingungan Keluarga.” Penelitian yang menggunakan
pendekatan kualitatif ini memaparkan tentang pentingya
mengembangkan dan menjadikan paradigma emosional inteligensi
sebagai konsep yang harus mendapat perhatian untuk dikembangkan
dalam lingkungan pendidikan formal maupun non formal, namun
penelitian ini juga tidak memisahkan antara urgensi aspek-aspek
kecerdasan yang lain termasuk didalamnya kecerdasan spritual
dengan memberikan nilai yang berlebihan terhadap aspek kecerdasan
emosional sebagai paradigma yang begitu penting dalam usaha
mendidik dan membesarkan anak.
8
Analisi datanya dengan menggunakan Produc Momen dan nilai
koefisien reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha Cronbach.
2. Kecerdasan Emosional
a. Definisi Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti
bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel
Goleman[10] emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian
kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah
dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap
rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi
gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga
secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang
berperilaku menangis.
9
manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti
meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional
manusia.
putus asa
10
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun
1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John
Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-
kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan.
11
2) Mampu berkomuniasi: mengirimkan pesan secara jelas dan
meyakinkan.
2) Mengelola Emosi
12
3) Memotivasi Diri Sendiri
5) Membina Hubungan
3. Definisi Akhlak
Definisi Akhlak dari segi etimologi adalah berasal dari kata Al-Khalqa
dan Al-khulqu yang bermakna satu, sebagaimana kata Asy Ayarabu
dan Asy Syurabu. Tetapi ketika harokat fathanya disukunkan pada
huruf Kha’ dalam kata al-Khalqu, maka ia bermakna suatu keadaan
dan gambaran yang bisa dirasakan oleh pandangan. Sedangkan
tatkala harakatdhammahnya dikhususkan pada kha’nya, maka ia
bermakan suatu kekuatan dan peragai yang bisa dirasakan oleh
pandangan hati.[21]
13
disamakan artinya dengan arti kata “budi pekerti” atau “kesusilaan”
atau “sopan santun” dalam bahasa Indonesia, dan tidak berbeda pula
dengan arti kata “moral” atau “etic” dalam bahasa ingris. Dalam
bahasa Yunani, untuk pengertian “akhlaq” ini dipakai kata “ethos”
atau “ethikos” yang kemudian menjadi “etika” dalam istilah bahasa
Indonesia.
الخلق عبارةعن هئة في النفس راسخة عنها تصدرالفعال بسهولة ويسرمن غيرحاجةالى فكلروروية.
Akhlaq ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya
timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu).[22]
Jadi pada hakekatnya Khulk (budi pekerti) atau akhlak adalah suatu
kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi
kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan
dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa
memerlukan pemikiran. Apabila kondisi tadi timbul kelakuan yang baik
dan terpuji menurut pandangan syari’at dan akal pikiran, maka ia
dinamakan budi pekerti mulia (akhlakul karimah) dan sebaliknya pabila
yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebutlah bukit pekerti yang
tercela.
14
merupkan pembawaan sejak lahir. Jika pendidikan itu benar, yaitu
menuju pada kebaikan, maka lahirlah perbuatan baik dan jika
pendidikannya salah, maka lahirlah perbuatan yang tercela. Jadi
sebenarnya yang menjadi dasar akhlakul karimah adalah pendidikan
dan laihan untuk selalu berbuat baik.[23]
c. Faktor Akhlak
1) Siddiq
2) Istiqamah
15
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya . (at-Tiin:4)
Abu Ali ad-Daqqaq berkata, “Ada tiga derajat peringat istiqamah, yaitu
menegakkan atau membentuk sesuatu (taqwim) menyehatkan dan
meluruskan (isqamah), dan berlaku lurus (istiqamah). Taqwim
menyangkut disiplin jiwa, isqamah berkaitan dengan penyempurnaan,
dan istiqamah berhubungan dengan tindakan mendekatkan diri
kepada Allah.”[26] Adapun lawan kata dari istiqhomah tidak teguh
pendirian dan tidak konsisten terhadap apa yang dia ucapakan atau
perbuat.
3) Fathanah
4) Amanah
16
5) Tablihg
Kata tablihg di dalam al-Qur’an disebut dalam bentuk kata kerja (fi’il)
sedikitnya ada sepuluh kali (al-Maidah:67, al-Azhab: 62 68, al-Ahqaaf:
23, al-Jin: 28, al-A’raaf: 79, 92, Huud: 57) yang merupakan bentukan
dari akar kata balagha-yublahgu-tabliighan.artinya proses
menyampaika sesuatu untuk mempengaruhi orang lain melalui
lambing-lambang yang berarti (the process of transmitting the
meaningful symbol).
17
K. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
3. Desain Penelitian
18
secara langsung, serta melalui observasi langsung terhadap objek.
Sedangkan data sekunder didapatkan melalui laporan prestasi belajar
siswa yang dapat berupa buku raport.
6. Instrumen Penelitian
Suatu alat ukur dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik dan
mampu memberikan informasi yang jelas dan akurat apabila telah
memenuhi beberapa kriteria yang telah ditentukan oleh para ahli
psikometri, yaitu kriteria valid dan reliabel. Oleh karena itu agar
kesimpulan tidak keliru dan tidak memberikan gambaran yang jauh
berbeda dari keadaan yang sebenarnya diperlukan uji validitas dan
reliabilitas dari alat ukur yang digunakan dalam penelitian.
a. Uji Validitas
19
Dalam penelitian ini digunakan pendekatan validitas konstruk
(construct validity) yaitu validitas yang mengacu pada konsistensi dari
semua komponen kerangka konsep. Untuk menguji tingkat validitas
instrumen penelitiannya, maka digunakan rumus teknik Regresi liner
sederhana.
Bagian dari uji validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah
melalui analisis butir-butir, dimana untuk menguji setiap butir skor
total valid tidaknya suatu item dapat diketahui dengan
membandingkan antara angka regresi linier sederhana (r Hitung) pada
level signifikansi 0,05 nilai kritisnya. Instrumen penelitian ini dikatakan
valid dimana nilai korelasinya lebih besar dari 0,3.
b. Uji Reliabilitas
Uji realibilitas adalah dengan menguji skor antar item dengan tingkat
signifikansi 0,05 sehingga apabila angka korelasi yang diperoleh lebih
besar dari nilai kritis, berarti item tersebut dikatakan reliabel. Uji Alpha
Cronbach digunakan untuk menguji realibilitas instrumen ini.
a. Observasi
b. Dokumentasi
20
Metode dokumentasi dilakukan dengan cara mencari data tentang hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
c. Angket
8. Analisis Data
Secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi tiga tahap utama:
21
3. Penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian:
4. Penelitian deskriptif : presentase dan komparasi dengan criteria
yang telah ditentukan
5. Penelitian komparasi: dengan berbagai teknik korelasi sesuai
dengan jenis data.
6. Penelitian eksperimen: diuji hasilnya dengan t-test.
Namun oleh karena data yang dikumpulkan baru data mentah, maka
sebelum di analisis, data mentah tersebut diolah lebih dahulu sebelum
dianalisis dengan tehnik analisis tertentu. Dan secara umum teknik
analisa data untuk kuantitatif menggunakan metode statistic, dan agar
mudah biasanya di bantu oleh program komputer, seperti SPSS, SPS,
Minitab, MS exel, dll. Terdapat dua macam statistik yang digunakan
untuk analisa data dalam penelitian, yaitu: statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Statistik inferensial meliputi statistik parametris
dan statistik non parametris. Dalam penelitian ini, menggunakan
statistik inferensia dan juga deskriptif, karena kedua- duanya sangat
membantu dalam penelitian ini.
22
Dalam penelitian ini, akan digunakan analisis data dengan metode
statistik parametik. Karena statistik parametik dapat dilakukan jika
sample yang akan dipakai berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Jumlah data yang digunakan dalam analisis ini minimal 30
sampel dan menggunakan yang berupa data interval dan ordinal. Ini
sangat berkaitan dengan data Interval yang telah digunakan
sebelumnya.
Bab II, berisi tentang kajian pustaka, dengan bab ini dapat dijadikan
dasar untuk penyajian dan analisis data yang ada relevansinya dengan
rumusan masalah.
23
Bab IV, berisi tentang laporan hasil penelitian terdiri atas latar
belakang obyek, penyajian dan analisis data.
Bab V, berisi tentang paparan data dan hasil dari penelitian yang telah
dilaksanakan.
24