Anda di halaman 1dari 4

Ada 5 logo yaitu: PEMDA, HIMPAUDI,FORUM PAUD, UNIVERISTAS RIAU dan

Himpunan Alumni IPB prov Riau

PRESS RELEASE

Seminar Nasional dan Jambore Pendidik Pendidikan


Anak Usia Dini (PAUD) se Riau III
Wujudkan anak Indonesia cerdas dan berkarakter sejak dini melalui
stimulasi, gizi seimbang dan kesehatan secara holistik

Pekanbaru, 3 November 2010. Pemda Provinsi Riau, HIMPAUDI (Himpunan


Pendidik dan Tenaga Kependidkan Anak Usia Dini Indonesia) Riau, Forum
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Riau, Badan Kajian Gizi dan Pangan Faperta
Universitas Riau dan Himpunan Alumni IPB Riau, hari ini dan besok
menyelenggarakan Seminar Nasional I dan Jambore Pendidik PAUD Riau III. Acara
yang diikuti sekitar 1500 peserta meliputi: pendidik PAUD (TK, KB, TPA,
POSPAUD), Dosen, Peneliti, Mahasiswa dan masyarakat umum ini diharapkan
dapat menjadi ajang edukasi informasi bagi seluruh peserta, juga menjadi sarana
diskusi peneliti-peneliti se Indonesia tentang stimulasi, kesehatan dan gizi anak
usia dini serta ajang kreativitas bagi pendidik PAUD.

PAUD menetukan kualitas SDM dan bangsa karena seluruh potensi kecerdasan
dan karakter manusia dibangun pada masa emas ini (0-6 tahun). Itulah
sebabnya salah satu dari lima program Utama Kemendiknas saat ini adalah
PAUD. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan
bahwa PAUD dilakukan melalui 3 jalur, yaitu PAUD informal (keluarga), PAUD non
formal (kelompok bermain, TPA, SPS) dan PAUD formal (TK dan RA). Dimanapun
PAUD dilaksanakan, yang penting Penyelenggaraan PAUD tersebut haruslah
berdasarkan tiga pilar penting PAUD yaitu stimulasi, gizi dan kesehatan sehingga
ketiganya merupakan menjadi kompetensi bagi pendidik PAUD dan program
utama di lembaga PAUD. . Sayangnya, sebagian besar pendidik PAUD di
Indonesia belum memenuhi standar dan kompetensi yang dipersyaratkan UU. Di
sisi lain, pelaksanaan program pengembangan, pengasuhan dan pendidikan
anak usia dini juga belum mengakar pada karakter dan budaya Indonesia,”
demikian dikatakan Prof.Dr.Fasli Jalal, Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nasional RI pada press conference hari ini di Pekanbaru.

“Kepedulian semua pihak terus meningkat terhadap pentingnya PAUD. Sejak


kebijakan dan program PAUD dimulai, perkembangan jumlah PAUD beserta
peserta didiknya sangat pesat baik di provinsi Riau maupun ditingkat nasional.
Meskipun demikian tentu ada saja keragaman kualitas PAUD dari sabang sampai
merauke, dan diantaranya banyak juga yang bisa dijadikan sebagai best practice
atau teladan. Salah satu upaya untuk menularkan best practice dan saling
sharing pengalaman dalam menyelenggarakan pendidikan PAUD serta sosialisasi
hasil-hasil kajian terkini tentang PAUD adalah melalui seminar dan jambore
nasional pendidikan PAUD. Oleh karena itu, penyelenggaraan Seminar hari ini
menjadi sangat penting sebagai upaya mewujudkan penyelenggaraan PAUD
holistik yang berkualitas di Indonesia” dikatakan Dra.Septina P.R. Zainal, MM,
istri Gubernur Provinsi Riau yang juga selaku Ketua Forum PAUD Riau.

”Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa usia 0-6 tahun merupakan usia
keemasan tumbuh kembang dan masa pembentukan kecerdasan serta karakter
diri manusia. Stimulasi, kesehatan dan gizi merupakan tiga faktor penting pada
masa pembentukan tersebut; dan ketiga hal ini harus dijalankan secara holistik
dan integratif di semua Lembaga PAUD. Bukan hanya stimulasi pendidikan
sesungguhnya gizi juga menetukan kualitas karakter dan kecerdasan. Bahkan
gizi merupakan pra syarat agar proses stimulasi pendidikan dapat berjalan
efektif. ” dijelaskan Ketua Panitia yang juga Guru Besar Universitas Riau
Prof.Dr.Hj.Netti Herawati, MSi.

Dalam kesempatan yang sama Prof.Dr.Ir.Hardinsyah, MS, Ketua Umum PERGIZI


PANGAN dan guru besar FEMA IPB mengatakan, “Anak usia dini (0-6 thn) amat
rentan terhadap berbagai masalah gizi dan kesehatan yang turut menentukan
tumbuh kembangnya. Sementara tumbuh kembang anak pada usia dini akan
menentukan keberhasilan mereka pada kehidupan selanjutnya. Tumbuh-
kembang yang begitu pesat pada anak usia dini memerlukan semua zat gizi
yang berkualitas menyertai stimulasi dan perawatan atau pelayanan kesehatan
bagi anak usia dini. Banyak bukti bahwa kekurangan zat gizi makro dan mikro
berdampak buruk pada status kesehatan dan tumbuh kembang anak, yang
diukur berdasarkan status gizi baik secara antropometrik maupun biokimia,
kemampuan motorik dan kognitif anak.”

“Gizi seimbang bagi bayi sampai usia 6 bulan berupa Air Susu Ibu (ASI) yang
aman dan cukup dan gizi seimbang bagi anak 6-24 bulan berupa ASI, minuman
dan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang aman, beragam, enak dan cukup.
Selanjutnya gizi seimbang bagi anak 3-6 tahun berupa minuman dan makanan
yang aman, beragam, enak dan cukup sesuai periode tumbuh-kembangnya
seperti dianjurkan dalam panduan gizi seimbang bagi anak, “ditekankan
Prof.Hardinsyah.

“Memperhatikan masih besarnya masalah gangguan tumbuh anak (tercermin


dari besarnya masalah underweight dan stunted), dan besarnya masalah
gangguan kembang anak, serta pada usia dini ini termasuk masa emas (golden
age) bagi masa depan anak, maka sosialisasi, pendidikan dan penerapan gizi
seimbang bagi anak usia dini adalah hal yang mutlak, menyertai stimulasi dan
menjaga kesehatan anak. Oleh karena itu berbagai kelembagaan, tenaga dan
kader terkait perlu membangun sinergi kegiatan sampai tingkat paling bawah
guna mewujudkan anak Indonesia yang tumbuh kembang dengan optimal,
“tambahnya.

Untuk mencegah kekurangan dan kelebihan gizi, diperlukan pola hidup sehat,
antara lain dengan memahami dan mempraktikkan pola makan yang bergizi
seimbang. Pola makan gizi seimbang diterapkan dengan cara memberikan
makanan yang beraneka ragam ditambah dengan variasi makanan kecil (snack)
karena aktivitas di usia ini makin banyak sehingga sering merasa lapar disertai
dengan membiasakan anak untuk minum air dalam jumlah yang cukup. Pola
makan dengan gizi seimbang juga harus ditunjang dengan aktivitas fisik ataupun
olahraga serta memantau berat badan anak .

Kebutuhan energi tiap usia berbeda-beda. Dari segi jumlah, menu sehari untuk
anak usia 4-5 tahun lebih banyak dengan anak usia 2-3 tahun. Akan tetapi anak-
anak usia 2-5 tahun boleh makan lebih banyak mengingat aktivitas mereka yang
kian banyak dengan syarat orangtua memantau berat badan anaknya setiap
bulan agar tidak berlebihan atau kekurangan. Sementara itu, Berdasarkan Angka
Kecukupan Gizi (AKG) 2004, kebutuhan energi anak usia 2―3 tahun adalah
sejumlah 1.000 kkal dan 1.550 kkal untuk usia 4―5 tahun. Sementara
kebutuhan proteinnya sebanyak 25 g untuk usia 2―3 tahun dan 39 gram untuk
usia 4―5 tahun. Kebutuhan air bagi anak usia 2―5 tahun sekitar 1,0—1,5 liter
atau 5—7 gelas air putih yang aman setiap hari.

Tiap negara bisa jadi memiliki jenis pangan, anjuran jumlah pangan dan cara
mensosialisasikan gizi seimbang yang berbeda-beda tergantung pola konsumsi
pangan, kebutuhan gizi dan beragam aspek sosial budaya dan ekonomi serta
dapat direvisi sesuai dengan kebutuhan masing-masing negara. Tiga prinsip gizi
seimbang bagi penduduk Indonesia adalah, makan bervariasi (beragam jenis)
dalam jumlah cukup dan minum air putih minimal 2 liter sehari, memonitor
status gizi dan melakukan aktivitas fisik dan gaya hidup sehat. Konsep ini akan
dipaparkan lebih lanjut dalam buku “Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang”
yang akan diluncurkan segera pada akhir tahun nanti agar dapat lebih dipahami
oleh masyarakat luas.

Salah satu zat gizi makro yang sangat penting peranannya untuk mengatur
proses kehidupan namun sering terlupakan adalah air. “Air merupakan zat gizi
penting bagi tubuh karena hampir semua proses metabolisme dan sistem dalam
tubuh membutuhkan air. Kekurangan asupan air dalam tubuh dapat
menyebabkan masalah kesehatan. Salah satu masalah yang sering timbul akibat
kurangnya asupan air adalah masalah dehidrasi, yakni kondisi dimana air dalam
tubuh tidak mencukupi untuk melakukan fungsi kerja tubuh secara normal,”
dijelaskan Dr.dr.Saptawati Bardosono,MSc, dari Bagian Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

”Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh untuk dapat memenuhi kebutuhan


tubuh untuk dapat melakukan fungsi kerja tubuh secara normal. Dampak
langsung yang dapat dirasakan antara lain adalah tubuh mudah terasa lelah
karena terkurasnya cadangan energi tubuh (Mulut kering dan lengket,
Mengantuk/lelah, Haus, Sedikit urinnya, Airmata kurang/kering, Otot lemah, Sakit
kepala, Pusing / silau melihat sinar). Kekurangan cairan tubuh sebesar 2%BB
sudah dapat menyebabkan gangguan pada respons fisiologis, kognitif dan
kemampuan fisik tubuh, kekurangan air 4-6% berat badan sudah dapat
menurunkan 20–25% kemampuan fisik, lebih dari itu akan berakibat serius
seperti pingsan dan fatal,” tambahnya.

”Ibu-ibu harus memahami bahwa air merupakan salah satu zat gizi yang juga
sangat dibutuhkan dalam jumlah terbesar oleh tubuh agar tubuh dapat
melaksanakan fungsinya dengan normal dan terhindar dari berbagai gangguan
kesehatan dan penyakit. Ibu-ibu harus memperkenalkan budaya minum air
kepada anak sejak usia dini sambil terus memberikan penjelasan tentang
pentingnya air bagi tubuh anak dan tentunya juga dengan memberikan contoh
yang baik. Bagi anak menjelang usia 6 bulan ASI adalah minuman terbaik bagi
bayi” ditambahkan dr.Tati.

Selanjutnya dr.Tati mengemukakan, ”Minum air tidak disukai anak-anak karena


tidak ada rasanya. Orangtua harus menjadi role model (contoh) bagaimana bisa
menikmati minum air di hadapan anak-anaknya. Selain itu bisa juga mencoba
menyajikan air minum dengan cara yang menarik misalnya menambahkan es
dengan bentuk yang menarik, menambahkan potongan jeruk atau buah lainnya,
atau menyimpan air minum dalam lemari pendingin agar terasa sejuk saat
diminum, atau menggunakan gelas dan/atau sedotan dengan bentuk dan warna
yang menarik. Yang terpenting adalah dengan memperkenalkan rasa air minum
sedini mungkin pada anak sebelum anak sempat merasakan rasa dari jenis
minuman lain yang manis dan lain-lain, sambil menjelaskan kepada anak akan
pentingnya air putih bagi tubuhnya; air dari sayur, buah dan kuah sup hanya
menyeddiakan seperlima kebutuhan air tubuh.”

Minum air sebelum haus secara berkala dengan jumlah 6 gelas air bagi anak dan
8 gelas air bagi dewasa. Kontrol selalu status hidrasi tubuh dengan
mencocokkan warna urin menggunakan grafik warna PURI. Cara pemeriksaan ini
sangat praktis dan sebaiknya menggunakan “mid-stream urine” yaitu urin yang
keluar di pertengahan saat kita berkemih. Urin ini ditampung dalam jumlah
secukupnya di tempat yang bersih dan berwarna putih/bening, kemudian kita
membandingkan warna urin tersebut dengan grafik warna di bawah sinar lampu
neon putih atau sinar matahari.

”Saat ini PAUD meningkat amat pesat sehingga PAUD berdiri sampai kepelosok
negeri meskipun jumlah ini baru melayani 40% anak usia dini di Indonesia.
Sayangnya, perkembangan ini tidak seiring dengan kualitas gurunya. Padahal
PAUD adalah pondasi kesuksesan untuk pendidikan selanjutnya. Sehingga
Seminar Nasional kali ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan
inspirasi bagi para pendidik PAUD dan orang tua, membangun kesadaran serta
meningkatkan kompetensi dan kreativitas pendidik PAUD dalam menjalankan
tugasnya sebagai pendidik PAUD dalam mewujudkan anak Indonesia yang
cerdas dan berkarakter, “ demikian ditutup Prof.Netti yang juga merupakan
Ketua Himpaudi Riau dan Badan Kajian Gizi Pangan Faperta Universitas Riau ini.

Selesai

Informasi selanjutnya mohon menghubungi:

Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc

Email : tati_bardo@yahoo.com

Prof.Dr.Ir.Hardinsyah, MS

Email : hardinsyah2010@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai