No : 08/267560/Sp/22967
Kasus :
Tanggal 19 Januari 2010, Jaksa Penuntut Umum Cyrus Sinaga membacakan tuntutan yang
terdiri dari 600 lembar, sebagian isi tuntutan tersebut merupakan kalimat yang dianggap vulgar
karena mengurai secara mendtail perbuatan asusila yang dilakukan Antasari dengan Rani
Juliani, isteri siri Nasrudin Zulkarnaen di kamar Hotel Grand Mahakam, Jakarta Selatan.
TV One yang terkena imbasnya karena menayangkan siaran langsung pembacaan tuntutan
tersebut. Akibat penayangan program "Breaking News" tentang siaran pembacaan Jaksa
Penuntut Umum di Pengadilan Jakarta Selatan mulai pukul 9.54 WIB (19/01/2010), TV One
diberi surat teguran oleh KPI Pusat. TV One dianggap telah melanggar beberapa pasal yang
berkaitan dengan penyiaran, pers, Standar Program Siaran, dan Kode Etik Jurnalistik.
Sesuai dengan Kitab Hukum Acara Pidana, hakim boleh menyatakan sidang terbuka bila tidak
menyangkut kasus asusila atau bila terdakwanya bukan anak-anak. Artinya, hakim tidak
melanggar aturan ketika membiarkan jaksa membacakan dakwaan yang berisi perincian adegan
intim itu. Sebelum sidang berlangsung, Hakim tentunya sudah membaca materi dakwaan.
Merupakan kewenangan hakim untuk memperingati media untuk tidak menyiarkan isi dakwaan
secara lengkap. Bila ada media yang menyiarkan rekaman secara lengkap, maka hal tersebut
bukanlah tanggung jawab hakim.
Tindakan tersebut melanggar Pasal 36 ayat (3) dan (5b) UU No.32 Tahun 2002 Tentang
Penyiaran, Pasal 5 ayat (1) UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers, Pasal 13 ayat (1), Pasal 16 ayat
(1) dan Pasal 17 j Standar Program Siaran KPI Tahun 2009 serta Pasal 4 Kode Etik Jurnalistik
yang ditetapkan Dewan Pers.
Respon KPI melalui surat teguran yang diberikan utuk Tv One dapat dijelaskan dengan
menggunakan metode etika deontologist. Etika deontologist tidak mempertimbangkan alasan
disiarkannya hal tersebut, namun mempertimbangkan benar atau tidak-nya tindakan tersebut
sesuai hukum yang berlaku.
”Deontologi” ( Deontology ) sendiri berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu : deon yang
artinya adalah kewajiban. Dalam suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini
konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan
dilihat dari hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi
menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak menjadi
perbuatan itu juga baik.
Sumber :
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:NmJckDQoHHIJ:kmku.files.wordpress.com/2008/02/5-
cara-berfikir-etis.ppt+deontologis&cd=4&hl=id&ct=clnk&gl=id
http://www.tempointeraktif.com/hg/opiniKT/2009/10/17/krn.20091017.179335.id.html
http://belajaretika.blogspot.com/2010/05/pelanggaran-tv-one-terkait-pembacaan.html
http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-utilitarisme-deontologi/