Anda di halaman 1dari 8

ISOLATOR SALURAN UDARA

oleh: Eri Jauhari (eri.jauhari@gmail.com), Electrical Engineer


http://www.geocities.com/eri_j

1 Bahan-bahan Isolasi

Bahan isolasi yang biasa dipergunakan pada isolator saluran udara yang
dioperasikan pada tegangan tinggi (di atas 1 kV) adalah bahan porselin, bahan gelas
serta bahan polymer (composite).

1.1 Bahan Porselin (keramik)


Porselin terbuat dari tanah liat china (china clay) yang terdapat di alam dalam bentuk alumunium
silikat. Bahan tersebut dicampur kaolin, felspar dan quarts. Kemudian campuran ini dipanaskan dalam
tungku yang suhunya dapat diatur. Bahan porselin dibakar sampai keras, halus mengkilat dan bebas dari
lubang-lubang.
Untuk mendapatkan sifat-sifat listrik dan sifat mekanis yang baik, harus dipilih suhu
pemrosesan bahan isolasi yang sesuai, karena jika bahan isolasi diproses pada suhu yang agak
rendah, sifat mekanisnya baik, tetapi bahan tetap berlubang-lubang. Sedangkan jika diproses
pada suhu yang tinggi, lubang-lubangnya berkurang tetapi bahan menjadi rapuh.
Isolator porselin yang baik secara mekanis mempunyai kuat dielektrik kira-kira 60 kV/cm, kuat
tekan dan kuat tariknya masing-masing 70.000 kg/cm2 dan 500 kg/cm2.
Beberapa kelebihan isolator porselin/keramik antara lain:
1. Stabil, adanya ikatan ionik yang kuat antaratom yang menyusun keramik, seperti silikon dan oksigen
dalam silica dan silicates, membuatnya strukturnya sangat stabil dan biasanya tidak mengalami
degradasi karena pengaruh lingkungan. Ini berarti bahwa isolator keramik tidak akan rusak oleh
pengaruh UV, kelembaban, aktivitas elektrik, dsb.
2. Mempunyai kekuatan mekanik yang baik, merupakan ciri alami bahwa bahan keramik mempunyai
sifat mekanik yang kuat, sehingga pada pemakaian isolator porselin sebagai terminal kabel, bushing,
dan arrester surja tidak memerlukan material lain untuk meyokongnya.
3. Harganya relatif murah, penyusun porselin seperti clay, feldspar dan quartz harganya relatif murah dan
persediaannya berlimpah.
4. Tahan lama, proses pembuatan porselin yang terdiri dari beberapa proses seperti pencetakan dan
pembakaran dalam mengurangi kadar air menyebabkan porselin mempunyai sifat awet.
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, isolator porselin mempunyai beberapa
kekurangan, yaitu:
1. Mudah pecah, isolator porselin rentan pecah pada saat dibawa maupunsaat instalasi.
Vandalisme merupakan faktor utama yang yang menyebabkan isolator pecah.
2. Berat, salah satu sifat dari keramik adalah mempunyai massa yang berat. Oleh karenanya, pada
isolator porselin berukuran besar dan berat biasanya mahal karena biaya yang dikeluarkan untuk
pengiriman dan instalasi.
3. Berlubang akibat pembuatan kurang sempurna, berdasarkan pengalaman isolator porselin yang
berlubang dapat meyebabkan terjadinya tembus internal (internal dielectric breakdown).
4. Bentuk geometri kompleks, porselin mempunyai relatif mempunyai karakteristik jarak rayap yang
kecil, oleh karenanya untuk memperpanjang jarak rayap tidak dilakukan dengan memperbesar
diameter atau memperpanjang isolator melainkan mendesain isolator dengan membuat shed-shed. Hal
ini membuat bentuknya menjadi kompleks.
5. Mudah terpolusi, permukaan porselin bersifat hidrophilik, yang berarti bahwa permukaan porselin
mudah untuk menangkap air, sehingga pada kondisi lingkungan yang berpolusi mudah untuk terbentuk
lapisan konduktif di permukaannya. Hal ini yang dapat menyebabkan kegagalan isolasi yaitu flashover.

1.2 Bahan Gelas


Selain bahan porselin, bahan gelas juga banyak digunakan sebagai isolator pasangan luar (outdoor
insulator) atau isolator saluran udara (overhead insulator),
karena bahan gelas mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut:
1. Kuat dielektriknya tinggi, sekitar 140 kV/cm
2. Koefesien muainya rendah
3. Midah didesain (karena kuat dielektrikanya tinggi)
4. Kuat tekannya lebih besar daripada porselin
5. Karena sifatnya yang tembus pandang, adanya keretakan, ketidakmurnian bahan, adanya gelembung
udara dan pecahnya isolator mudah diketahui
6. Bahan hampir merata (homogen)
Selain keuntungan-keuntungan yang dimilikinya, isolator gelas juga mempunyai
kerugian sebagai berikut:
1. Uap air mudah mengembun pada permukaannya. Oleh karena itu debu dan kotoran akan mudah
mengumpul pada permukaannya, kejadian ini akan memudahkan mengalirnya arus bocor serta
terjadinya flashover
2. Untuk dipergunakan pada sistem tegangan yang tinggi, gelas tidak dapat dicor dalam bentuk yang
tidak beraturan, karena pendinginan yang tidak teratur akan menimbulkan tekanan dari dalam.
3. Mudah pecah, sama seperti bahan porselin, bahan gelas mempunyai sifat yang mudah pecah pula.
Vandalisme merupakan penyebab utama pecahnya isolator gelas (misal ditembak).

1.3 Bahan Polimer (Composite)


Bahan polimer telah dipakai selama kurang lebih 50 tahun dan mengalami
perkembangan pesat dibanding bahan lainnya. Menurut R. Hacham, pada tahun 1940 telah
dipakai bisphenol epoxy resin untuk isolator dalam, cycloaliphatic epoxy untuk isolator luar
(1950). Selanjutnya terjadi perkembangan pesar dalam pemakaian polimer untuk bahan isolator
dan dibuat untuk skala komersial. Ethylene Propylene Rubber (EPR) dibuat oleh Ceraver, Francis
(1975), Ohio Brass, USA (1976), Sedivar, USA (1977), dan Lapp, USA (1980). Silicone Rubber
(SIR) dibuat oleh Rosenthal, Jerman (1976) dan Reliable, USA (1983), serta penggunaan
cycloaliphatic epoxy pada jaringan transmisi di United Kingdom (1977).
Isolator komposit (composite insulator) telah digunakan di beberapa negara lebih
dari tiga dekade sebagai alternatif pengganti isolator porselin dan gelas. Isolator
komposit menunjukkan performansi yang bagus pada beberapa kondisi, terutama
untuk daerah berpolusi.
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh isolator polimer:
1. Ringan, kepadatan material polimaer lebih rendah dibandingkan keranik maupun
gelas, hal ini menyebabkan isolator polimer ringan, sehingga mudah dalam
penanganan maupun instalasi.
2. Bentuk geometri sederhana, karena mempunyai karakteristik jarak rayap yang relatif besar
emnyebabkan desain isolator polimer sederhana.
3. Tahan terhadap polusi, karena bahan polimer mempunyai sifat hidrophobik (menolak air)
yang baik. Sehingga air atau kotoran lainnya akan sukar menempel pada permukaannya
meskipun dioperasikan pada kondisi lingkungan yang berpolusi maka isolator polimer
mempunyai ketahanan tegangan lewat-denyar yang baik.
4. Waktu pembuatan lebih singkat dibandingkan dengan isolator porselin, namun tidak
mengurangi performansinya.
5. Tidak terdapat lubang karena pembuatan, karena sifat polimer yang berbeda dengan
porselin dalam hal pembuatannya. Sehingga memungkinkan tidak terjadinya tembus internal.
Sedangkan kekurangan yang dimilki oleh isolator polimer adalah:
1. Penuaan/degradasi pada permukaannya (surface ageing), stress yang disebabkan antara
lain karena korona, radiasi UV atau zat kimia dapat menyebabkan reaksi kimia pada
permukaan polimer. Sehingga dapat merusak permukaan polimer (penuaan) yang dapat
menghilangkan sifat hidrofobiknya,
2. Mahal, bahan penyusun polimer lebih mahal dibandingkan dengan porselin maupun gelas.
3. Kekuatan mekaniknya kecil, isolasi polimer biasanya tidak mampu untuk menyokong dirinya sendiri.
Oleh karenanya dalam instalasi dibutuhkan peralatan lain seperti jacket (oversheath) sebagai
penyokongnya.
4. Kompabilitas material, produk polimer menpunyai interface lebih dari satu sumbu bergantung pada
fungsi dan desainnya. Apabila terdapat banyak interface menyebabkan pengaruh penting pada
perekatnya. Oleh karenya harus diketahui dengan jelas sebelum menggunakan isolator polimer, sebab
dapat menimbulkan korosi atau retakan apabila formulasinya tidak sesuai.
2 Klasifikasi Isolator Saluran Udara

Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator pasangan luar (outdoor


insulator) atau isolator saluran udara (overhead insulator) diklasifikasikan menjadi:
isolator pasak (pin type insulator), isolator piring (suspension insulator), isolator batang
panjang (long rod insulator), isolator pos saluran (line post insulator) dan isolator pos pin
(pin post insulator).

2.1 Isolator Pasak (Pin Type Insulator)


Isolator jenis ini adalah yang pertama kali dirancang untuk menopang penghantar
saluran. Desain dari isolator ini ditunjukkan pada gambar 2.1. Garis patah-patah AB
menunjukkan jarak rayap isolator.
Jarak rayap isolator dapat diperpanjang dengan membuat sebuah atau lebih pelindung hujan (rain
shed), pelindung hujan ini disebut juag petticoats atau skirt. Pelindung hujan dibuat sedemikian rupa agar
pada waktu isolator basah masih terdapat jarak rayap yang kering.
Untuk pemakaian tegangan yang makin tinggi, dibutuhkan bahan isolasi yang makin tebal, akan
tetapi dalam praktek tidak dapat dibuat isolator tunggal yang sangat tebal. Oleh karena itu dibuat isolator
pasak yang terdiri dari beberapa 7bagian disambungkan satu sama lain dengan mempergunakan perekat
semen. ‘
A
B

Gambar 2.1 Isolator Pasak Tunggal

Isolator jenis pasak dapat dipergunakan sampai 80 kV. Desain isolator pasak yang terdiri dari
beberapa bagian dapat dilihat pada gambar 2.2 sebagai berikut:
Gambar 2.2
Isolator pasak terdiri dari dua bagian

2.2 Isolator Piring (Suspension Insulator)


Untuk tegangan saluran yang tinggi, isolator pasak yang dibutuhkan menjadi lebih berat, desainnya
rumit dan harganya mahal. Penggantian isolator yang rusak mahal, oleh karenanya isolator pasak menjadi
tidak ekonomis bila digunakan pada sistem tegangan yang tinggi.
Pada sistem saluran udara tegangan tinggi, jenis isolator yang banyak dipergunakan adalah isolator
piring. Sejumlah isolator piring dihubung-hubungkan secara seri dengan mempergunakan sambungan
logam, membentuk satu rentengan. Sedangkan penghantar saluran dipegang oleh isolator yang terbawah.
Keuntungan-keuntungan mempergunakan isolator piring adalah:
1. Tiap isolator piring dirancang untuk tegangan yang tidak terlalu tinggi, jadi dengan menghubungkan
sejumlah isolator, dapat dirancang suatu rentengan isolator sesuai dengan kebutuhan
2. Jika salah satu atau beberapa isolator dalam rentengan rusak, dapat dilakukan penggantian dengan
mudah dan biaya murah
3. Rentengan isolator bersifat lentur, hal ini dapat mengurangi pengaruh tarikan mekanis.
4. Jika rentengan isolator dipasang pada menara baja, pengarub petir pada penghantar akan berkurang
karena letak kawat penghantar lebih rendah daripada palang (cross arm) yang diketanahkan
5. Jika beban mekanisnya naik, misalnya karena tegangan saluran transmisi ditinggikan, dapat
dipergunakan saluran ganda atau menambah jumlah isolator dalam rentengan
Sebuah isolator piring terdiri dari sebuah pirigan porselin atau gelas yang bagian bawahnya
berlekuk-lekuk untuk memperbesar jarak rayap. Pada bagian atas piringan disemenkan sebuah tutup (cap)
yang terbuat dari besi cor yang telah digalvanisasikan, sedangkan pada rongga bagian bawah disemenkan
sebuah pasak baja yang telah digalvanisasikan.

Isolator piring dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan cara menghubung-
hubungkan tiap isolator. Saat ini jenis isolator piring yang banyak dipergunakan adalah jenis
Clevis dan jenis Ball and Socket, seperti terlihat pada gambar 2.3.
(i) (ii)
Gambar 2.3
(i) Isolator piring jenis Clevis
(ii) Isolator piring jenis Ball and Socket

2.3 Isolator Batang Panjang (Long-rod Insulator)


Isolator batang panjang berbentuk seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4.

Gambar 2.4
Isolator batang panjang
Isolator jenis ini terdiri atas silinder porselin dengan kerutan-kerutan dan ujung-ujungnya
diperkuat dengan dua tutup logam yang disemenkan. Diameter silinder porselin dipilih menurut
kekuatan mekanis yang dibutuhkan, kuat tariknya sekitar 130-140 kg/cm2.
Pemakaian isolator batang panjang menghemat logam jika dibandingkan dengan isolator
rentengan isolator piring, juga lebih ringan. Oleh karena isolator batang panjang mempunyai
rusuk yang sederhana, maka kotoran yang melekat pada permukaan isolator mudah dicuci oleh
hujan, sehingga isolator jenis ini sesuai untuk daerah-daerah yang berpolusi.
Kekurangan utama dari isolator panjang adalah adanya kemungkinan timbulnya
kerusakan yang menyeluruh oleh busur api atau oleh adanya pukulan mekanis dari luar. Dalam
kasus seperti ini, isolator piring tidak akan rusak seluruhnya, bahkan adanya keretakan-keretakan
pada isolator tidak akan membuat isolator jatuh berkeping-keping, rentengan isolator masih dapat
menahan beban mekanis untuk jangka waktu yang agak lama (meskipun isolator sudah rusak
secara listrik).

2.4 Isolator Pos Saluran (Line Post Insulator)


Isolator jenis ini terbuat dari porselin yang bagian bawahnya diberi tutup (cap) besi cor
yang disemenkan pada porselin serta pasak baja yang disekrupkan padanya. Karena jenis ini
dipakai sendiri (tidak dalam gandengan) serta kekuatan mekanisnya rendah, maka isolator pos
saluarantidak dibuat dalam ukuran yang besar. Konstruksi isolator pos saluran terlihat pada
gambar 2.5 berikut:

Gambar 2.5 Isolator pos saluran

2.5 Isolator Pos Pin (Pin Post Iinsulator)


Isolator pos pin digunakan pada daerah yang membutuhkan keandalan yang tinggi.
Bentuk dari isolator jenis pos pin ditunjukkan pada gambar 2.6

Gambar 2.6
Isolator pos pin
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh isolator pos pin, antara lain:
1. Bebas dari cacat, karena semen dan tangkai besi (metal flange) dipasang di sisi luar porselin, sehingga
tidak menyebabkan pemuaian.
2. Bebas dari kerusakan akibat lewat-denyar (puncture), kuat medan listrik pada isolator pos pin seragam
dan lebih rendah dibandingkan dengan isolator pasak (pin type insulator). Oleh karena badan
isolatornya tidak bocor, maka lewat-denyar yang terjadi di luar porselin meskipun terjadi tegangan
impuls secara tiba-tiba. Demikian pula pada inti isolator, terbebas dari puncture..
3. Mempunyai sifat antikontaminasi yang baik, isolator pos pin mempunyai sifat antikontaminasi yang
baik dibandingkan isolator jenis lain, karena:
• mempunyai jarak rayap (creepage distance) yang terlindungi besar hingga 50% dari total jarak
rayap.
• mempunyai bentuk profil yang baik, karena mampu meneteskan kontaminan dari tubuhnya
• memepunyai jarak celah udara (air gap) yang besar antara bagian dalam sirip dengan permukaan
isolator, sehingga dapat menghindari terjadinya jembatan air yang terkontaminasi.
4. Tahan terhahap busur api, arus berupa busur api yang mengalir akibat
lewat denyar akibat polusi dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan
isolator. Isolator pos pin bersifat mampu menahan busur api hingga circuit
breaker memutus aliran daya

3 Karakteristik Isolator

3.1 Karakteristik Elektrik


Isolator terdiri dari bahan isolasi yang diapit oleh elektroda-elektroda. Dengan demikian,
maka isolator terdiri dari sejumlah kapasitansi. Karena kapasitansi ini, maka distribusi tegangan
pada sebuah rentengan isolator menjadi tidak seragam. Potensial pada ujung yang terkena
tegangan (ujung yang memegang kawat penghantar) adalah paling besar.
Karakteristik elektrik suatu isolator dinilai dari tegangan lewat-denyar yang terdiri dari tegangan-
tegangan lewat-denyar frekuensi rendah, impuls dan tembus merusak (puncture).
• Tegangan lewat-denyar frekuensi rendah kering (dry power frequency flashover voltage) adalah
tegangan lewat-denyar yang terjadi bila tegangan diterapkan di antara kedua elektroda isolator yang
bersih dan kering permukaannya, nilainya konstan serta merupakan nilai dasar dari karakteristik
isolator.
• Tegangan lewat-denyar frekuensi rendah basah (wet power frequency flashover voltage) adalah
tegangan lewat-denyar yang terjadi bila tegangan diterapkan di antara dua elektroda isolator yang
basah karena hujan atau sengaja dibasahi.
• Tegangan lewat-denyar impuls (impuls flashover voltage) adalah tegangan lewat-denyar yang terjadi
bila tegangan impuls dengan gelombang standar diterapkan. Menurut standar IEC besarnya gelombang
impuls standar adalah 1,2 x 50ms. Karakteristik impuls terbagi atas polaritas positif dan negatif.
Biasanya, tegangan dengan polaritas positif yang dipakai (memberikan nilai lewat-denyar lebih
rendah). Untuk polaritas positif, tegangan lewat-denyar badah dan kering sama.
• Tegangan tembus (puncture) merupakan tembus yang menyebabkan perusakan bahan isolasinya.
Sedangkan perusakan bagian isolator yang disebabkan oleh pemanasan lebih tidak dikategorikan
sebagai puncture.

3.2 Karakteristik Mekanis


Isolator harus memiliki kekuatan mekanis guna memikul beban mekanis penghantar yang
diisolasikannya. Bahan isolasi, sebagai bagian utama sebuah isolator, mempunyai sifat sebagai besi cor,
dengan kuat tekan (compressive strength) yang besar dan kuat tarik (tensile strength) yang lebih kecil,
Untuk porselin, kuat 400-900 kg/cm2, sedangkan kuat tekannya 10 kali lebih besar.
Gaya tarik terhadap isolator yang telah dipasang relatif besar, sehingga kekuatan bahan isolasi dan
gaian-bagian yang disemenkan padanya harus dibuat lebih besar dari kekuatan bagian-bagian logamnya.

4 Kegagalan Isolator

Secara garis besar isolator tegangan tinggi mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi
mekanik dan elektrik. Secara mekanik, isolator berfungsi untuk mendukung atau menahan
konduktor pada tegangan tinggi, sedangkan secara elektrik isolator berfungsi sebagai
pemisah, yaitu untuk mencegah mengalirnya arus dari penghantar ke tanah atau ke
menara penopang saluran udara. Pada saluran transimisi atau distribusi kegagalan isolasi
dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
• Isolator pecah, disebabkan pemuaian yang tidak merata dan konstraksi yang terjadi di dalam semen,
baja, dan bahan porselin. Kegagalan ini juga bisa disebabkan pergantian musim yang mencolok dan
pemanasan lebih.
• Bahan isolasi berlubang-lubang. Lubang terjadi karena bahan porselin diproses pada suhu rendah
hingga mudah menyerap air. Kejadian ini menurunkan kekuatan isolasi dan arus merembes melalui
isolator.
• Ketidakmurnian bahan isolasi. Di tempat yang mengalami ketidakmurnian bahan isolasi pun akan
terjadi kebocoran.
• Bahan tidak dapat mengkilap, sehingga air akan tetap tinggal padanya, lalu menyebabkan penimbunan
debu dan kotoran membentuk lapisan yang bersifat menghantar dan memperpendek jarak rayap
(creepage-distance).
• Tekanan secara mekanis, misalnya karena penumpukkan isolator. Jika bahannya kurang kuat dapat
menyebabkan isolator pecah.
• Tembus dan lewat-denyar (flashover). Lewat-denyar, yaitu pelepasan muatan destruktif (bersifat
merusak) yang melintasi pada seluruh bagian permukaan isolator. Pelepasan muatan ini disebabkan
pembebanan medan listrik pada permukaan isolator melebihi harga ketahanan elektriknya. Lewat-
denyar menimbulkan pemanasan dan ini dapat merusak isolator. Penyebabnya: pengotoran permukaan
isolator, surja hubung dan surja petir. Sedangkan tembus (puncture) adalah pelepasan muatan disruptif
pada bagian isolasi isolator, khusus terjadi pada isolasi padat saja.

5 Parameter Isolator

Parameter isolator merupakan parameter-parameter yang terdapat pada isolator itu


sendiri yang mempengaruhi sifat kerjanya, apabila dipasang pada daerah yang berpolusi.
Dalam kondisi berpolusi, nilai tahanan permukaan sangat dipengaruhi oleh resistivitas
timbunan kotoran yang menempel pada permukaan isolator, sehingga untuk menjaga agar nilai
tahanan permukaan tetap tinggi dengan memperpanjang jarak rayap tidak cukup. Bangunan
isolator akan mempengaruhi laju penimbunan kotoran, kapasitas penyimpanan air pada
permukaan dan mempengaruhi laju pencucian sendiri oleh hujan.
IEC Publikasi 36 memberikan saran untuk mempertimbangkan parameter-
parameter dalam pemakaian isolator di daerah polusi, sebagai berikut:
• Faktor bentuk (Form Factor – FF)
• Faktor profil
• Perbandingan jarak dua shed berurutan dengan panjang shed bergantung (the ratio of
shed interval to shed overhang), dan
• Sudut kemiringan shed.
Beberapa peneliti menambahkan sifat kerja isolator yang akan dipasang pada daerah
berpolusi, yaitu panjang jarak rayap isolator (creepage distance), diameter isolator dan
konfigurasi rentengan isolator.
Pengertian parameter-parameter isolator tersebut dapat diterangkan dengan
menggunakan gambar 2.7.
p1+p2+s = jarak bocor terpendek
ld1 + ld2 = l (panjang jarak rayap)

Gambar 2.7 Parameter pada isolator gantung jenis cap and pim

5.1 Faktor bentuk


Faktor bentuk isolator dapat ditentukan dengan rumus berikut:
……………………………………………….(2.1)
di mana:
FF : faktor bentuk
L : panjang jarak rayap diukur dari salah satu elektroda
D(l) : diameter isolator pada jarak rayap sama dengan l
Pada prakteknya, besarnya faktor bentuk isolator ditentukan dengan cara grafis.

5.2 Faktor profil


Faktor profil merupakan perbandingan antara jarak bocor terpendek dengan panjang
jarak rayap yang diukur di antara dua titik yang dipisahkan oleh jarak. Dari gambar 2.7 besar
faktor profil dapat dinyatakan oleh persamaan berikut:
……………………………………………………...(2.2)

5.3 Perbandingan jarak dua shed berurutan dengan panjang shed bergantung
(The ratio of shed interval to shed overhang)
Pada gambar 2.7 perbandingan jarak dua shed berurutan dengan panjang shed
bergantung adalah
s/p1…………………………………………………………………….(2.3)

5.4 Sudut kemiringan shed


Pada gambar 2.7 sudut kemiringan shed ditunjukkan oleh sudut yang diberi tanda a.

5.5 Panjang jarak rayap isolator


Panjang jarak rayap isolator adalah panjang jarak yang diukur dari salah satu elektroda
menyusuri bentuk permukaan isolator hingga elektroda yang lain. Dengan demikian jarak rayap
yang besar mempunyai tahanan permukaan yang tinggi. Dari gambar 2.7 panjang jarak rayapnya
adalah:
l = ld1 + ld2……………………………………………………………..(2.4)

5.6 Diameter isolator


Untuk menyelidiki pengaruh diamater isolator terhadap sifat kerja isolator yang terkena
polusi, I. Kimoto melakukan percobaan pada sejumlah isolator dari berbagai tipe. Kimoto juga
melakukan percobaan untuk mengetahui hubungan antara jumlah isolator dalam suatu rentengan
isolator dengan besarnya tegangan ketahanan. I. Kimoto menyimpulkan bahwa untuk rentegan
vertikal, efek pencucian oleh hujan lebih efektif pada isolator dengan diameter lebih kecil.
Sedangkan untuk konfigurasi rentengan horisontal, efek pencucian oleh hujan hampir tidak
terpengaruh oleh ukuran diameter dan kedalaman ketiak isolator.

5.5 Konfigurasi rentengan isolator


Rentengan isolator dapat disusun dalam konfigurasi yang umum, yaitu konfigurasi
rentengan vertikal (suspension string), konfigurasi rentengan horisontal (tension string) dan
konfigurasi rentengan miring/Vee (Vee string).
Konfigurasi rentengan isolator ternyata mempengaruhi sifat kerja isolator yang dipasang
di daerah berpolusi. Hal ini didasarkan pada pengalaman pada suatu sistem hantaran udara 500
kV, polusi telah menyebabkan terjadinya lewat-denyar lebih dari 75 kali untuk konfigurasi
rentengan vertikal, sedangkan untuk konfigurasi rentengan Vee dan horisontal tidak terjadi lewat-
denyar. Kejadian ini juga terjadi pada sistem hantaran udara 135 dan 220 kV di lembah Latrobe,
Australia, pada saluran-saluran tersebut telah terjadi 25 kali lewat-denyar dalam selang waktu
tiga bulan. Semuanya terjadi pada konfigurasi rentengan vertikal.
I. Kimoto melakukan pengukuran dalam waktu yang lama, yaitu dengan jalan memasang
isolator di udara terbuka dalam waktu yang lama, dengan hasil sebagai berikut:
• Rentengan horisontal menghasilkan kepadatan timbunan garam yang lebih kecil
daripada rentengan vertikal. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa kepadatan
timbunan garam pada rentengan horisontal 6 50% dari kepadatan timbunan garam pada
rentengan vertikal.
• Kepadatan rentengan Vee 6 80% dari kepadatan timbunan garam rentengan vertikal.

Anda mungkin juga menyukai