Anda di halaman 1dari 14

II.

KALORIMETRI

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Semua materi tersusun atas atom-atom atau molekul-molekul yang


terus menerus bergetar. Apakah partikel-partikel tersebut bergabung
dengan membentuk zat padat, cair atau gas bergantung pada seberapa
cepat partikel bergerak. Berdasarkan atas gerakan mereka, partikel-partikel
dalam materi memiliki energi kinetik. Energi kinetik rata-rata sebuah
partikel secara langsung berhubungan dengan sebuah sifat yang bisa kita
rasakan yaitu panas. Bilamana suatu benda menghangat, energi kinetik
partikelnya meningkat karena atom-atom dan molekul-molekul bergerak
lebih cepat. Sehingga dikatakan bahwa partikel-partikel dalam materi
tersebut memiliki lebih banyak energi thermal dan juga energi kinetik.
Nilai rata-rata energi kinetik yang dimiliki oleh atom atau molekul dalam
suatu materi disebut suhu.
Dalam fisika dan thermodinamika, panas merupakan proses
perpindahan energi dari satu benda atau sistem dalam kaitan dengan
hubungan termis. Dihubungkan dengan istilah energi termis, digambarkan
bahwa energi ditunjukkan dengan meningkatnya suhu. Panas juga bisa
didefinisikan sebagai energi termis, meskipun yang dimaksud disini adalah
proses perpindahan panas diantara satu benda atau sistem.
Dalam SI, satuan kalor adalah joule (J). Satuan lainnya dari kalor
adalah kalori (kal) dan kilokalori (kkal). Pengertiann 1 kalori adalah kalor
yang dibutuhkan untuk menaikan suhu 1 gram air sebesar 10C.
Perpindahan kalor meliputi radiasi, konduksi dan konveksi. Suhu
digunakan sebagai ukuran energi internal atau entalpi,yaitu tingkatan

1
satuan kenaikan perpindahan kalor. Perpindahan kalor berpegang teguh
pada Hukum Kekekalan Energi.
Dalam dunia pertanian, khususnya di bidang pangan mempelajari
tentang kalor dan perpindahannya tentu sangat penting. Dalam hal-hal yang
dipelajari dalam bidang pangan kita akan menemukan banyak alat yang
membutuhkan dan menghasilkan kalor. Misalnya dalam proses pemasakan
atau pemanasan. Selain itu, jenis makanan tertentu juga membutuhkan suhu
yang terjaga agar didapat hasil berkualitas baik sepeti saat fermentasi.

2. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum kalorimetri adalah mencoba menentukan niai kapasitas
panas jenis (C) suatu larutan tertentu dengan menggunakan asas Black.

3. Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum Acara II Kalorimetri dilaksanakan pada hari Jumat 9
Oktober 2009 pada pukul 09.00 – 11.00 WIB bertempat di Laboratorium
Rekaya Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2
B. Tinjauan Pustaka

Kalor merupakan salah satu bentuk energi, pengertian kalor yaitu


energi yang diberikan karena perbedaan suhu. Atau, kalor merupakan energi
yang ditransfer dari satu benda ke benda lain karena perbedaan suhu
(Taranggono, 2004 ).
Jika benda dipanaskan maka benda itu akan mendapat tambahan
tenaga dan menyebabkan sejumlah akibat, yaitu berubah wujud, berubah
dimensi dan tentunya suhu bertambah. Kalor yang diperlukan untuk
menaikkan suhu benda bergantung pada beberapa faktor berikut ini.
1. Massa benda. Semakin besar masssa benda maka kalor yang
dibutukan untuk menaikkan suhu akan lebih besar.
2. Jenis benda. Benda tertentu memiliki massa jenis tertentu, sehingga
jumlah atom atau molekul per gramnya juga tertentu.
3. Kenaikan suhu. Tiap kenaikan suhu diperlukan kenaikan kalor
pula.
Kenaikan suhu terjadi karena kenaikan kalor, sehingga akan ada
tetapan yang bergantung pada jenis benda, yang disebut kapasitas kalor jenis
( Murdaka, 2008 ).

Perpindahan kalor meliputi konduksi, konveksi, dan radiasi.


Konduksi yaitu perpindahan kalor karena perubahan suhu atau terjadi aliran
energi netto. Konduksi cenderung untuk menyamakan suhu dalam seluruh
bahan. Konduksi sering diartikan perpindahan kalor di padat. Di skala
mikroskopis, konduksi terjadi sebagai panas, yaitu perpindahan atau
bergetarnya atom dan molekul dengan atom yang berdekatan secara cepat,
dan terjadi perpindahkan sebagian dari panas energi mereka ke atom
berdekatan tersebut (Alonso, 1980 ).
Konveksi adalah perpindahan kalor dari suatu tempat ke tempat lain
yang dibawa sendiri oleh bahan pemanas. ( Sears, 1979 ). Konveksi
biasanya dominan pada perpindahan kalor di cair dan gas. Istilah ini

3
digunakan untuk menggabungkan efek konduksi dan aliran fluida. Dalam
konveksi, entalpi terjadi karena bergeraknya panas atau dingin bersama
dengan pemindahan kalor dengan konduksi. ( Anonim,2009)
Radiasi diartikan suatu pancaran energi dari permukaan semua
benda. Energi ini disebut energi radiasi dalam bentuk gelombang
elektromagnetik.Gelombang bergerak secepat kecepatan cahaya baik lewat
ruang hampa maupun udara. Apabila menumbuk benda yang tidak
transparan, gelombang akan diserap dan energi menjadi panas. ( Sears,
1979).

Kapasitas panas bersifat ekstensif yang berarti bahwa jumlahnya


tergantung dari besar sampel. Misalnya untuk menaikkan suhu 1 g air
sebesar 10C diperlukan 4,18 J (1 kal), tapi untuk menaikkan suhu 100 g air
sebesar 10C diperlukan energi 100 kali lebih banyak yaitu 418 J. Sehingga 1
g sampel mempunyai kapasitas panas sebesar 4,18 J/0C sedangkan 100 g
sampel 418J/0C. Sifat intensif berhubungan dengan kapasitas panas adalah
kalor jenis (panas spesifik) yang didefinisikan sebagai jumlah panas yang
diperlukan untuk menaikkan suhu 1 g zat sebesar 1 0C. Untuk air, panas
spesifiknya adalah 4,18 Jg-1C-1. Kebanyakan zat mempunyai panas spesifik
yang lebih kecil dari air. Misalnya besi, panas spesifiknya hanya 0,452 J g -1
0
C-1. Berarti lebih sedikit panas diperlukan untuk memanaskan besi 1 g
sebesar 10C daripada air atau juga dapat diartikan bahwa jumlah panas yang
akan menaikkan suhu 1 g besi lebih besar dari pada menaikkan suhu 1 g air..
Besarnya panas spesifik untuk air disebabkan karena adanya sedikit
pengaruh dari laut terhadap cuaca. Pada musim dingin air laut lebih lambat
menjadi dingin dari daratan sehingga udara yang bergerak dari laut ke darat
lebih panas daripada udara dari darat ke laut. Demikian juga dalam musim
panas, air laut lebih lambat menjadi panas daripada daratan. ( Ratna, 2009)

Untuk proses pengukuran kalor diperlukan alat yaitu kalorimeter.


Dalam proses tersebut berlaku hukum kekekalan energi. Apabila dua buah
benda yang bersusu berbeda dicampur, maka benda yang bersuhu tinggi

4
akan memberikan kalornya pada benda yang bersuhu rendah, sampai suatu
saat suhu kedua benda akan sama. Kalor yang diberikan oleh benda yang
bersuhu tinggi sama dengan kalor yang diterima oleh benda bersuhu rendah.
Prinsip ini disebut Asas Black (Taranggono, 2004 ).

Koefisien perpindahan kalor dua fase gas-cair merupakan


penjumlahan koefisien perpindahan kalor fase gas dan fase cair berdasarkan
volume masing-masing fase. Informasi mengenai perpindahan kalor dua
fasa, dua komponen gas-cair tanpa pendidihan juga sangat diperlukan,
fenomena ini banyak diaplikasi dalam banyak industri seperti pada
pengaliran minyak dan gas alam. Penelitian perpindahan kalor aliran dua
fasa dengan pendidihan lebih banyak dilakukan dari pada yang tanpa
pendidihan (Putro,2007)

5
C. Alat, Bahan dan Cara Kerja

1. Alat
a. Kalorimeter
b. Termometer
c. Timbangan
d. Pemanas air

2. Bahan
a. Air
b. Larutan yang lainnya ( garam dan kopi )

3. Cara Kerja
a. Menentukan massa kalorimetri
b. Mencampur air dengan larutan yang dicari nilai kapasitas panas
jenisnya ( c ),
c. Menentukan nilai kapasitas panas jenis (C) air, massa air, dan
suhu awalnya,
d. Menentukan massa dan suhu larutan,
e. Melakukan proses pencampuran,
f. Mencatat suhu akhir bila telah stabil
g. Mencari nilai kapasitas panas jenis ( c ) larutan berdasarkan Asas
Black,
h. Mengulang percobaan di atas untuk mendapat data yang akurat.

6
D. HASIL DAN ANALISIS HASIL PERCOBAAN

1. Hasil Percobaan

Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Suhu dan Kalor Jenis Larutan Kopi

Massa Suhu Suhu Suhu Kalor


Massa Mass
N bejana + awal awal akhir jenis
larutan a air
o termomete larutan air larutan (kal/gr
(g) (g)
r (g) (oC) (oC) (oC) o
C)
  Kopi            
1 170 60 28 55 65 40 1,35
2 180 40 28 50 50 38 1,5
3 190 70 28 46 20 34 0,57
Rata -rata 1,14
Sumber: Laporan Sementara

Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Suhu dan Kalor Jenis Larutan Garam

Massa Suhu Suhu Suhu Kalor


Massa
bejana + awal awal Massa akhir jenis
No larutan
termometer larutan air air (g) larutan (kal/gr
(g)
(g) (oC) (oC) (oC) o
C)
  Garam            
1 170 60 27 52 80 41 1,05
2 170 80 28 48 60 35 1,39
3 180 50 28 46 60 35 1,88
Rata-rata 1,44
Sumber : Laporan Sementara

7
2. Analisis data

Rumus : Qb=Qt

(mc∆ t)l = (mc∆ t)t

Dimana : Qb: panas yang dilepaskan ∆ t : perubahan suhu


Qt : panas yang diterima m : massa
C : kapasitas panas jenis

Larutan Kopi

Diketahui :

Mair1 = 295-230= 65 gr Δt1lepas =55-40 = 15o Δt 1terima = 40 – 28 =


12o

Mair2 = 270-220= 50 gr Δt2lepas =50-38 = 12 oΔt 2terima = 38 – 28 = 10o

Mair3 = 260-240= 20 gr Δt3lepas = 46-34 = 12o Δt3 terima = 34 – 28 = 6o

Mlarutan1=230-170 =60 Mlarutan2=220-180 =40 Mlarutan3=240-170 =70

1. Q l = Qt
m ( air ) ×c × ∆ t = m(larut )× c × ∆ t

65 ×1 ×15 = 60 × c ×12

975=720 c

C1 = 1,35 kal/gr oC

8
2. Q l = Qt
m ( air ) ×c × ∆ t = m(larut )× c × ∆ t

50 ×1 ×12 = 40 × c × 10

600=400 c

C = 1,5 kal/gr oC

3. Q l = Qt
m ( air ) ×c × ∆ t = m(larut )× c × ∆ t

20 ×1 ×12 = 70 ×c ×6

240=420 c

C = 0,57 kal/gr oC

1,35+1,5+0,57
C rata-rata = =1,14 kal/gr oC
3

Larutan Garam

Diketahui :

Mair1 = 310-230= 80 gr Δt1lepas =52-41 = 11o Δt 1terima = 41 – 27 =


14o

Mair2 = 310-250= 60 gr Δt2lepas =48-35 = 13 oΔt 2terima = 35 – 28 = 7o

Mair3 = 290-230= 60 gr Δt3lepas = 46-35 = 11o Δt 3terima = 35 – 28 = 7o

Mlarutan1=230-170 =60 Mlarutan2=250-170 =80 Mlarutan2 = 230-180 =50

9
1. Q l = Qt
m ( air ) ×c × ∆ t = m(larut )× c × ∆ t
80 x 1 x 11 = 60 x c x 14

880 = 840 c

c=1,05 kal/gr oC

2. Q l = Qt
m ( air ) ×c × ∆ t = m(larut )× c × ∆ t
60 ×1 ×13 = 80 × c ×7

780 = 560 c

c=1,39kal/gr oC

3. Q b = Qt
m ( air ) ×c × ∆ t = m(larut )× c × ∆ t
60 ×1 ×11 = 50 ×c ×7

660 = 350 c

c=1,88 kal/gr oC

1,05+1,39+1,88
C rata-rata = =1,44 kal/gr oC
3

10
Gambar 2.1 Grafik Hubungan antara C ( kapasitas panas jenis ) dan T
(suhu akhir)

E. Pembahasan

Dalam percobaan ini menggunakan prinsip Asas Black, dimana


kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diterima. Dalam Asas Black
larutan dengan suhu tinggi akan melepas kalor, dalam percobaan ini adalah
air panas. Perpindahan kalor pada percobaan ini adalah konveksi.
Konveksi adalah proses berpindahnya kalor akibat adanya perpindahan
molekul-molekul suatu benda. Dimana nilainy dipengaruhi C. C adalah
kapasitas panas jenis, yaitu kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan 1 oC.
Jad, kalor yang dibutuhkan sebesar Q untuk menaikkan suhu benda

sebesar T maka kapasitas kalor ( C ) dapat dirumuskan C = Q/ T atau Q

= C. T.

11
Berdasarkan persamaan diatas maka, kapasitas kalor dapat juga
ditulis C= m. c ( c merupakan kalor jenis ).
0
Setelah percobaan diperoleh C larutan kopi sebesar 1,1 4 kal/ g
0
C sedangkan larutan garam sebesar 1,44 kal/ g C. Hal in tidak sesuai
teori karena seharusnya C kopi harus lebih besar dari C garam. Hal ini
dikarenakan, garam merupakan larutan elektrolit yang mengalami ionisasi
jika dalam air. Ionisasi menimbulkan panas, sehingga garam memerlukan
kalor yang lebih sedikit daripada kopi untuk memanaskan diri.
Prinsip pertukaran energi dengan cara demikian merupakan dasar
dari kalorimetri. Dalam praktikum ini diketahui kesalahan pada
penambahan air ke dalam larutan kopi yang terlalu sedikit sehingga
berpengaruh pada pengukuran massa air. Selain itu air yang digunakan
untuk pencampuran tidak terlalu panas sehingga suhu akhir yang
dihasilkan tidak dapat maksimal.

Untuk larutan kopi, garis grafik menunjukkan peningkatan lalu


penurunan. Penurunan dikarenakan karena kesalahan pada penambahan
massa air. Sedangkan pada larutan garam garis grafik menunjukkan
peningkatan C, karena penurunan suhu.

Grafik yang didapat berpotongan, dikarenakan kesalahan pada


penambahan air yang terlalu sedikit.

F. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut:

0
1. Kapasitas jenis adalah kalor yang digunakan saat menaikkan suhu 1 C
pada 1 kg dan berfungsi untuk menyerap dan menyimpan kalor.

12
2. Besar kecilnya nilai kapasitas jenis dipengaruhi oleh kalor (diterima atau
dilepas),massa zat serta suhu. Kapasitas jenis berbanding lurus dengan
jumlah kalor dan berbanding terbalik dengan massa zat dan suhu.
3. Larutan yang melepas kalor adalah air, sedangkan yang menerima kalor
adalah larutan kopi dan garam.
0
4. Besar C pada larutan kopi adalah 1,14 (kal/ g C) sedangkan besar
0
C pada larutan garam adalah 1,44 (kal/ g C). Hal ini menyimpang
dari teori. Hal ini dikarenakan, garam merupakan larutan elektrolit
yang mengalami ionisasi jika dalam air. Ionisasi menimbulkan panas,
sehingga garam memerlukan kalor yang lebih sedikit daripada kopi
untuk memanaskan diri.

5. Dalam praktikum ini diketahui kesalahan pada penambahan air ke


dalam larutan kopi yang terlalu sedikit sehingga berpengaruh pada
pengukuran massa air. Selain itu air yang digunakan untuk
pencampuran tidak terlalu panas sehingga suhu akhir yang dihasilkan
tidak dapat maksimal.
6. Pada larutan kopi, garis grafik antara suhu dan kapasitas jenis
mengalami kenaikkan tetapi pada suatu titik tertentu turun.
7. Pada larutan garam, garis grafik antara suhu dan kapasitas jenis
mengalami penurunan dan konstan pada suatu titik.
8. C dan c berbanding lurus, jika C besar

13
14

Anda mungkin juga menyukai