Dalam sehari semalam, seorang mukalaf wajib mengerjakan salat
sebanyak lima kali. Dari kelima salat itu, salat subuh mempunyai ciri
khas yang dapat membedakannya dari salat-salat yang lain. Selain karena
hanya dua rakaat, salat subuh mempunyai qunût yang dapat
membuatnya lebih istimewa dari yang lain.
ْاركْ لِي
ِ َ َولَّي
ْت َو َب َولَّنِيْ فِ ْي َمنْ َت ْت َو َت
َ ا َفي افِنِيْ فِ ْي َمنْ َع َ َدي
ْت َو َع ِدنِيْ فِ ْي َمنْ َه ْاللَّ ُه َّم اه
Dari sisi lain, qunût juga bisa dibagi menjadi dua, yaitu : qunût râtib dan
qunût nâzilah. Qunût râtib adalah qunût yang dilaksanakan pada waktu
salat subuh dan di rakaat terakhir salat witir diseparuh kedua bulan
Ramadhan.
Qunût râtib ini termasuk diantara sunnah ab’adh-nya salat, bila lupa
tidak dikerjakan maka disunnahkan sujud sahwi. Meninggalkan sebagian
dari qunût râtib ini sama halnya dengan meninggalkan kesemuanya
qunut. Jadi, orang yang tidak membaca qunût ini dengan sempurna, atau
mengganti sebagian kalimat dengan kalimat yang lain, seperti mengganti
huruf “ fî “ dengan “ma’a” dalam lafadz “fî man hadaita”, maka orang
tersebut sama halnya dengan tidak mengerjakannya sama sekali dan
disunnahkan baginya untuk mengganti qunût tersebut dengan sujud
sahwi. Sama dengan permasalahan diatas yaitu, bila ada orang yang
membaca sebagian qunût, lalu melanjutkannya dengan qunût yang lain
yang tidak sama dengan qunût yang pertama, seperti membaca sebagian
qunut yang ma’sur dari Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam lalu
melanjutkannya dengan sebagian qunutnya Sayyidina Umar Radhiyallâhu
‘anhu, maka orang tersebut juga disunnahkan menggantinya dengan
sujud sahwi, karna orang tersebut tidak membaca satu qûnut-pun dengan
sempurna.
Qunût nâzilah ini pernah dilakukan oleh Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam
selama satu bulan untuk mendo’akan para sahabat yang terbunuh dalam
peristiwa sumur mu’nah. Jadi, hukum mengerjakan qunût ini adalah
sunnah ketika ada musibah yang menimpa umat islam dengan dasar
mengikuti langkah perbuatan Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam.
Dalam kesunnahan qunût nâzilah ini, apabila lupa tidak dikerjakan atau
satu kalimat diganti dengan kalimat yang lain, maka tidak disunnahkan
untuk menggantinya dengan sujud sahwi, karna kesunnahan qunût
nâzilah ini adalah dzâtiyah dari qunût itu sendiri, tanpa ada sangkut
pautnya dengan salat yang dikerjakan.
Untuk lafal-lafal yang digunakan dalam qunût nâzilah ini, sama dengan
lafadz-lafadz yang digunakan didalam qunût râtib. Tapi, ada sebagian
ulama yang mengatakan bahwa lafadz-lafadz qunût nâzilah lebih baik
disesuaikan dengan peristiwa yang menimpa kaum muslimin dan ini lebib
baik dari pada membaca qunut yang biasa dibaca dalam qunût râtib.
Jadi, apabila kejadian yang menimpa kaum muslimin berupa bencana
gempa bumi, maka, sebaiknya para korban dido’akan dengan doa-doa
yang dapat meringankan penderitaan mereka.