PENDAHULUAN
Wanita, terutama wanita usia subur/WUS, bayi dan anak balita adalah
kelompok rawan pada penduduk yang selalu harus menjadi perhatian.
1
Indonesia tidak mempunyai ‘vital statistic’ yang dapat dilakukan untuk
menghitung angka kematian ibu. Biasanya dilakukan estimasi berdasarkan
survei yang ada seperti Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Dari analisis SDKI 1991, 1994
diperkirakan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah 390 per 100,000 kelahiran
hidup untuk periode 1989-1994, dan 334 pada periode tahun 1992-1997.
Sebelum tahun 1997, Pemerintah Indonesia mentargetkan penurunan AKI ini
dari 450 (1995) menjadi 225 (1999). Melihat variasi AKI di lima provinsi dari
analisis SKRT 1995 yang menunjukkan AKI antara 1025 (Irian), 796 (Maluku),
686 (Jawa Barat), 554 (NTT) dan 248 (Jawa Tengah), diasumsikan AKI masih
sangat bermasalah memasuki milenium ketiga ini (Sumantri, et.al, 1999).
2
(Lihat Figure 6 dan 7). Proporsi ini sama dengan 13.316.561 wanita usia
subur diperkirakan mempunyai risiko kurang energi kronis. Terlihat juga
bahwa wanita usia subur, khususnya pada kelompok yang paling produktif:
usia 15-19, 20-24 dan 25-29 tahun, mempunyai proprosi LILA <23.5% yang
tertinggi.
Masalah gizi lainnya yang cukup penting adalah masalah gizi mikro,
terutama untuk kurang yodium dan zat besi. Pada tahun 1980, prevalensi
gangguan akibat kurang yodium (GAKY) pada anak usia sekolah adalah 30%,
prevalensi ini menurun menjadi 9,8% pada tahun 1998. Walaupun terjadi
penurunan yang cukup berarti, masih dianggap masalah kesehatan
masyarakat, karena prevalensi di atas 5%. Prevalensi tersebut bervariasi
antar kecamatan, masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi GAKY di atas
30% (daerah endemik berat). Berdasarkan prevalensi tersebut, diperkirakan
10 juta penduduk menderita GAKY, dan kemungkinan 9000 bayi lahir dengan
kretin. Masalah berikutnya adalah anemia gizi akibat kurang zat besi. Kajian
Survei Kesehatan Rumah Tangga (1995) menunjukkan bahwa prevalensi
anemi pada ibu hamil adalah 50,9%, pada wanita usia subur 39,5%, pada
remaja putri 57,1%, dan pada balita 40,5%.
Faktor penyebab dari tingginya kematian ibu, bayi dan anak ini tidak
lain disebabkan karena belum memadainya pelayanan kesehatan
masyarakat dan keadaan gizi, diluar faktor pencetus lainnya yang
memperkuat masalah ini seperti kemiskinan dan tingkat pendidikan. Akibat
yang terlihat dari kemiskinan adalah masih dijumpai hampir 50% rumah
tangga mengkonsumsi makanan kurang dari 70% terhadap angka kecukupan
gizi yang dianjurkan (2200 Kkal/kapita/hari; 48 gram protein/kapita/hari). Kita
ketahui Human Development Index pada tahun 2000 yang dilaporkan oleh
UNDP adalah 109 untuk Indonesia, tertinggal jauh dari Malaysia, Filipina dan
Thailand. Masih tingginya masalah gizi, akan berpengaruh nyata terhadap
tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita. Rendahnya kondisi gizi akan
berakibat pada rawannya penyakit infeksi dan semakin tinggi pengeluaran
terhadap kesehatan. Krisis ekonomi yang berkepanjangan akan berdampak
lebih nyata pada masalah kesehatan dan gizi penduduk.
3
kesehatan dasar, kesehatan ibu/safemotherhood dan gizi, terutama untuk
penduduk miskin. Upaya yang telah dilakukan antara lain:
1
Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010, Depkes 1999.
4
kesehatan yang bermutu harus selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan berusaha untuk mengusai IPTEK yang
mutakhir. Disadari bahwa jumlah sumber daya manusia kesehatan yang
mengikuti perkembangan IPTEK dan menerapkan nilai-nilai moral dan etika
profesi masih terbatas. Adanya kompetisi dala era pasar bebas sebagai
akibat dari globalisasi harus diantisipasi dengan peningkatan mutu dan
profesionalisme sumber daya manusia kesehatan. Hal ini diperlukan tidak
saja untuk meningkatkan daya saing sektor kesehatan, tetapi juga untuk
membantu peningkatan daya saing sektor lain, antara lain pengamanan
komoditi bahan makanan dan makanan jadi.
3. Mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
5
2. Pengembangan agribisnis
3. Pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan yang berkaitan
erat dengan upaya peningkatan daya beli dan akses terhadap pangan.
4. Pola pengasuhan yang tepat dan bermutu untuk anak
6
8. Pelayanan gizi di Institusi
9. Pengembangan mutu dan keamanan pangan
10.Penelitian dan pengembangan
Indonesia Sehat 2010 merupakan goal yang akan dicapai. Hal ini tidak
mungkin dicapai jika peningkatan kualitas dan akses masyarakat terhadap
kesehatan dan gizi tidak menjadi perhatian utama. Alokasi kesehatan yang
masih sekitar 3% tentunya tidak berarti untuk mencapai tujuan ini. Goal ini
juga mengarahkan kita semua untuk mendukung upaya berkaitan dengan
peningkatan sumber daya manusia melalui pendidikan dan kualitas hidup.
Diperlukan penjabaran Propenas dan Propeda kedalam bentuk program aksi
yang lebih konkrit. Fokus perhatian diutamakan pada keluarga miskin di
wilayah kumuh perkotaan dan pedesaan. Selain itu peningkatan kesehatan
dan gizi masyarakat tidak akan terlepas juga dari kontribusi “komprehensif
dan pelayanan profesional” yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat
secara keseluruhan.
7
Tabel 1
Proporsi penduduk menurut kelompok umur
(Hasil sementara SP 2000)
Perempua
Umur (tahun) Laki-laki n Total
0-4 9.16 8.59 8.88
5-9 10.56 10.18 10.37
10-14 10.93 10.22 10.58
15-19 10.89 10.17 10.53
20-24 8.71 8.93 8.82
25-29 8.27 9.05 8.66
30-34 7.59 7.96 7.77
35-39 7.39 7.83 7.61
40-44 6.49 6.35 6.42
45-49 5.52 4.99 5.26
50-54 3.97 4.37 4.17
55-59 3.25 3.30 3.28
60-64 2.80 3.09 2.94
65-69 1.92 2.16 2.04
70-74 1.44 1.45 1.45
75+ 1.12 1.35 1.24
0-49 85.51 84.27 84.90
15-49 54.86 55.28 55.07
Sumber: Hasil Sementara SP 2000, BPS
Figure 1
Kecenderungan GNP per capita ($US dollars)
1988-2000
1200
1000
800
$US
600
400
200 GNP/Cap($US)
0
1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002
Tahun
8
Figure 2
Persen Penduduk Miskin 1976-1999
45
40
Kota
35
Desa
Kota+Desa
Persen Penduduk Miskin
30
25
20
15
10
0
1970 1975 1980 1985 1990 1995 2000 2005
Tahun
Figure 3
Angka Kematian Bayi (IMR) dan Balita (U5MR)
SDKI 1991, 1994 dan 1997
100.0
80.0
Kematian/1000 LH
60.0 SDKI-91
97.4 SDKI-94
40.0 81.3 SDKI-97
67.8
57.0 58.2
45.7
20.0
0.0
IMR U5MR
9
Keadaan gizi kurang dan gizi buruk pada Balita, Susenas 1989-2000
40.00
35.00
30.00
persen menurut BB/U
25.00
31.17 28.34 20.02
19.00
20.00
18.25
17.13
15.00
10.00
11.56 10.51
5.00 6.30 7.23 8.11 7.53
0.00
1989 1992 1995 1998 1999 2000
Tahun Survei
10
Figure 5
Proporsi BBLR dari beberapa sumber: 1990-2000
18
16 16.1
15.0
14
WSC Goal
12.6
12 Repelita Goal
11.4
Studi di Jakarta
Proporsi BBLR (%)
10.4
10 9.9 10
9.2 9.4
9
Studi di Sulsel
8.4
8 7.3 7.3
7.7 7.9 Studi di U. Pandang
7.1 6.6 Studi di Jabar
6 6.8
SKRT
4
Studi Long. Ciawi
Studi Long, Indramayu
2 SDKI
SDKI,Kota
0
1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 SDKI,Desa
Sumber: End Decade Goal Report, 2000
11
Figure 6
Proporsi Wanita Usia Subur (15-49 tahun) dengan LILA <23.5 cm: Susenas
1999-2000
60%
50%
1999
2000
40%
% LILA <23.5 cm
30%
20%
10%
0%
10 15 20 25 30 35 40 45 50
Umur (tahun)
Figure 7
Proporsi Wanita Usia Subur (15-49 tahun) dengan LILA <23.5 cm: Susenas
1999-2000
50%
45%
1999
40%
2000
% LILA <23.5 cm
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
Kelompok Umur
Sumber: Analisis Susenas 1999 dan 2000 untuk LILA pada Wanita Usia Subur,
Direktorat Gizi Masyarakat, 2001.
12