ILMU KEPENDIDIKAN
OLEH:
IKHWANUDIN, M.S.I
Madrasah Mu'allimin merupakan satu dari sedikit sekolah tingkat menengah yang masih
memberikan ilmu kependidikan sebagai salahsatu kurikulum inti. Dengan demikian,
setiap alumni Madrasah Mu'allimin harus memiliki dasar pemahaman tentang
pendidikan, karena saya meyakini bahwa: “Tidak seluruh Pelajar/alumni Madrasah
Mu'allimin akan menjadi guru, tetapi dapat dipastikan bahwa semuanya akan menjadi
pendidik”
Sebagai penutup, tulisan pengantar ini masih memiliki banyak kekurangan, untuk
menutupi sebagian kekurangan tersebut, selain pengharapan atas saran perbaikan,
perbanyaklah wawasan dengan membaca karya lain.
Penyusun
Ikhwanudin, M.S.I
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Sejarah Singkat Madrasah Mu'allimin .................................................................. 1
B. Visi dan Misi Madrasah Mu'allimin ...................................................................... 2
C. Ilmu Pendidikan dan Madrasah Mu'allimin .......................................................... 5
D. Uji Kompetensi ..................................................................................................... 5
Glosarium ............................................................................................................................... 42
Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 45
I
PENDAHULUAN
Alasan utama berdirinya Qismul Arqa adalah untuk menjawab tuntutan para alumnus
Sekolah Rakyat (sekolah ongko loro) Muhammadiyah yang tidak bisa melanjutkan ke
sekolah guru milik gubernemen (Pemerintah Hindia-Belanda, sekarang seperti sekolah
negeri). Dengan rekomendasi Boedi Oetomo, Muhammadiyah beberapa kali mengajukan
permohonan persamaan ijazah (sekolah ongko loro setara dengan sekolah setingkat
sehingga alumninya dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi), namun
tidak juga diterima/dikabulkan. Akhirnya, pada tahun 1918 KH. Ahmad Dahlan
mendirikan Madrasah Qismul Arqa, dengan kemunculan Madrasah Qismul Arqa, para
lulusan sekolah rakyat milik Muhammadiyah dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi tanpa memerlukan ijazah persamaan. Di samping itu, keuntungan yang
dapat diperoleh Muhammadiyah dengan adanya Madrasah tersebut adalah kenyataan
bahwa lulusan Madrasah Qismul Arqa dapat membantu mengajar tujuan Muhammadiyah
dengan cara mengajar di sekolah-sekolah milik Muhammadiyah yang saat itu berkembang
dengan pesat di seluruh Indonesia. Qismul Arqa kemudian mengalami beberapa kali
perubahan:
1918 - 1920 Qismul Arqa’
1920 – 1921 Pondok Moehammadijah - Hogere Moehammadijah School
1923 - 1924 Kweekschool Islam
1938 - 1941 Kweekschool Moehammadijah
1941 - sekarang Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah*)
Tabel 1. perubahan nama Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah
*)Kongres Muhammadiyah ke-23 tanggal 19-25 Juli 1934 di Yogyakarta.
Fakta otentik yang telah disebutkan diatas adalah sejak awal berdiri Madrasah
Mu'allimin bertugas “hanya” untuk menghasilkan lulusan yang dapat memberikan
kontribusi pada masyarakat dengan cara ‘mengajar’, dan ini dilengkapi dengan arti kata
Mu'allimin yang berasal dari bahasa Arab “”ﻋﻠّﻢ, dengan kata lain ada korelasi khusus
antara Mu'allimin sebagai lembaga pendidikan dengan defines ilmu, mengajar dan belajar,
tentu saja pemaknaan mengajar disinilah yang kemudian berkembang, tidak kemudian
diartikan secara sempit sekedar mengajar di kelas (baca: guru). Perkembangan inilah yang
kemudian memungkinkan alumni Madrasah Mu'allimin memberikan “pencerahan” kepada
masyarakat sebagaimana yang telah dilakukan pendirinya (KH. Ahmad Dahlan) dengan
mendirikan Muhammadiyah. Perlu dicatat, bahwa ilmu pendidikan ini mulanya dikenal
dengan “ilmu keguruan”, tetapi perubahan dan perkembangan zaman membuat perlunya
perubahan menjadi ilmu kependidikan (pendidikan) yang notabene lebih luas cakupannya.
Lebih lanjut, tradisi Madrasah Mu'allimin sebagai sekolah penghasil guru merupakan
kebanggan tersendiri, dan tradisi ini berlanjut hingga sekarang, kiprah alumni-alumni -5-
(lulusan) berlanjut dan pada akhirnya diakui sebagai salahsatu dari sedikit sekolah/pondok
pesantren yang menjadi basis kaderisasi Muhammadiyah dan dari segi umur adalah yang
paling tua. Ciri khas Madrasah Mu'allimin inilah yang membedakan dengan lembaga
pendidikan setingkatnya, karena itu setiap individu yang menjadi keluarga besar Madrasah
Mu'allimin harus menyadari bahwasanya dalam dirinya telah mengalir “jiwa” pendidik.
UJI KOMPETENSI
1. Sejak berdirinya hingga kemerdekaan Indonesia (17 agustus 1945), sebutkan
perubahan nama Madrasah Mu'allimin?
2. Apakah arti Qismul Arqa’?
3. Jelaskan pengertian “VISI” dan “MISI”
4. Sebutkan ‘visi’ dan ‘misi’ Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah
5. Jelaskan secara singkat hubungan antara ilmu kependidikan dengan visi misi
Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah tersebut?
"Without education, man is as though in a closed room and with education he finds himself in a room with all its
windows open towards outside world."
II
ILMU KEPENDIDIKAN
Kompetensi Dasar: Pertama kali akan muncul sebuah pertanyaan? Apa dan
- Mengetahui pengertian
bagaimana ilmu kependidikan itu? Seberapa penting-kah ilmu
pendidikan dan ilmu
kependidikan kependidikan? Mengapa ada ilmu kependidikan?. sebelum
- Memahami makna
Pendidikan Sepanjang menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, berikut definisi ilmu dan
Hayat definisi kependidikan (pendidikan) serta hal-hal yang terkait
- Menyebutkan urgensi
Pendidikan dengannya.
- Mengetahui urgensi ilmu
kependidikan Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah “seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia”. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan
yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan -6-
kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekedar pengetahuan
(knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang
disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam
bidang ilmu tertentu.
A. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232
mendefinisikan bahwa: “Pendidikan berasal dari kata ‘didik’, lalu mendapat awalan me-
sehingga menjadi ‘mendidik’ yang berarti: memelihara dan Pendidikan: suatu usaha
untuk membina
memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan kepribadiannya sesuai
dengan nilai-nilai dalam
diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai
masyarakat dan kebudayaan.
akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pedagogi: ilmu dan seni
Dalam Bahasa Yunani, pendidikan berasal dari kata mengajar anak” (the art and
science of teaching children)
“Pedagogi” yaitu kata ‘paid’ yang berarti ‘anak’ dan
Andragogi: ilmu dan seni
“agogos” yang artinya membimbing (orang yang untuk membantu orang
memberikan bimbingan kepada anak disebut pembimbing dewasa belajar (andragogy is
the science and the arts of
atau ”pedagog”), adapun “pedagogi” dapat diartikan helping adults learn).
sebagai “ilmu dan seni mengajar anak”(the art and science of teaching children),
maksudnya bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa
secara sadar dan bertanggungjawab agar anak menjadi dewasa, karena itulah kemudian
muncul konsep pendidikan seumur hidup (lifelong education) yang berarti pendidikan
berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan berlangsung seumur hidup dan setiap saat
selama ada pengaruh lingkungan. Belajar kepada Jepang.
Jika ‘Pedagogi’ dimaksudkan Tahun 1945, ketika Nagasaki dan Hirosima dilululantahkan oleh
sekutu (Bom Atom), lebih-kurang 200.000 penduduknya tewas dan
sebagai ilmu dan seni mengajar hanya ada tanah dan air yang tersisa. Kemegahan bangunan
anak-anak, maka untuk orang pupus sudah. Menariknya pemimpin mereka saat itu, Kaisar
Hirohito tidak menanyakan berapa jumlah tentara yang tersisa
dewasa disebut dengan untuk melawan musuh, tetapi justru mendata berapa jumlah
“Andragogi”, yang berarti ilmu guru yang masih hidup?. Kenapa mesti Guru yang
dipertanyakan. Hirohito sadar benar bahwa membangun bangsa
dan seni untuk membantu orang berawal dari Guru sebagai pendidik. Guru merupakan penopang
utama sumberdaya manusia.
dewasa belajar (andragogy is the
science and the arts of helping Begitu terhormatnya Negara Jepang memposisikan Guru. Guru
pun di Jepang ketika itu banyak yang tewas, lalu Hirohito berjuang
adults learn). “andragogy” sendiri dengan pengorbanan luar biasa untuk meningkatkan mutu
pendidikan walaupun menyewa guru-guru asing. Biaya yang
berasal dari bahasa Yunani, ‘andr’
dikeluarkan tidak sedikit. Untuk membangun sistem pendidikan -7-
yang berarti dewasa dan ‘agogo’ yang berkualitas dunia, Jepang segera mendatangkan pakar-pakar
terbaik dan guru-guru dari seluruh dunia. Mereka diberikan jabatan
berarti membimbing atau yang tinggi dengan otoritas yang besar. Penghasilan yang
mengamong. diberikan kepada mereka pun sangat mahal. Para pengajar asing
rata-rata di bayar 600 yen per bulan, padahal gaji rektor universitas
Adapun dalam Bahasa Inggris, Tokyo hanya 400 yen. Selain itu, Depetemen pendidikan juga
Pendidikan disebut dengan mengirimkan banyak orang keluar negeri. Total anggaran yang di
keluarkan untuk membayar orang-orang asing dan mengirimkan
education, kata ‘education’ itu pelajar keluar negeri lebih dari 30% total anggaran pendidikan.
Suatu jumlah yang sangat besar
sendiri berasal dari bahasa Latin
yaitu: educare dan educere. Dalam masa yang relatif singkat Jepang berhasil membangun
negara mereka menjadi negara yang kuat dalam bidang ekonomi
Educaredalam bahasa Latin dan pendidikan. Bahkan merupakan negara ekonomi terkuat yang
memiliki konotasi melatih, menjadi ancaman bagi AS sendiri. Coba kita bandingkan dengan
Indonesia yang mulai membangun diri pada waktu yang sama
menjinakkan dan menyuburkan, dengan Jepang (kita merdeka 1945 dan Jepang di bom atom
1945). Jepang telah berlari jauh di depan, kita malah masih
singkatnya akan menuju pada
tertatih-tatih bahkan jalan di tempat dan kadang kala juga mundur
pengertian bahwa pendidikan ke balakang.
adalah PROSES menumbuhkan, Contoh nyata dari kemajuan pendidikan di Jepang adalah
berobahnya pengertian buta huruf dikalangan rakyat Jepang. Buta
mengembangkan, mendewasakan,
huruf yang sudah tidak ada lagi di Jepang mempunyai pengertian
membuat sesuatu menjadi “jinak” “tidak bisa menggunakan komputer”. Betapa jauhnya pengertian ini
dengan pengertian aslinya di kalangan bangsa berkembang (dunia
(dari sebelumnya liar). Acapkali ketiga), yang berarti tidak bisa tulis dan baca.
diartikan suatu proses menciptakan kultur baru, dapat juga diartikan sebagai proses
mengeluarkan potensi yang dimiliki setiap manusia, baik itu potensi olah-rasa, olah-raga
atau olah-karsa.
Educere (campuran preposisi ‘ex’ yang berarti ‘keluar dari’, dan ‘ducere’ yang berarti
memimpin). ‘Educere’ berarti “proses kegiatan untuk menarik keluar atau membawa
keluar”. Dapat dicermati, bahwa pada akhirnya proses ini membutuhkan dan melahirkan
relasi vertical. “Vertical” dapat dimaksudkan sebaga “relasi (hubungan) antara murid
dan guru”. Tidak salah jika seorang guru mendapatkan gelar ‘pahlawan’ karena mengajar
dan mendidik itu bukan sesuatu yang mudah, guru-lah pada dasarnya berjasa besar dalam
mencerdaskan umat manusia.
Kemudian melihat preposisi ‘ex’ yang berarti “keluar dari”, ada dua nilai yang
terkandung dari pembimbingan ini, pertama, internal, artinya: manusia yang belajar
(dididik) dimaksudkan agar dia dapat keluar dari keterbatasan-keterbatasan fisik yang
dialaminya dengan melalui ‘gemblengan’ proses pendidikan sehingga dapat bertahan
hidup. Kedua, eksternal, ini mengacu pada relasi horizontal, tujuannya yaitu: manusia
dapat saling bekerjasam dengan manusia lain (baca masyarakat) dan membaktikan
-8-
sepenuhnya pada kepentingan yang lebih luas cakupannya (istilah Madrasah Mu’allimin
dulu: “dibenum”).
Dengan demikian makna Pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat”.
Menurut Sutari Imam Barnadib; “ilmu pendidikan mempelajari suasana dan proses-
proses pendidikan”. Sedangkan menurut Brodjonegoro; ilmu pendidikan merupakan teori
pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Yang bertujuan untuk:
1. Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan
dilakukan secara sadar;
2. Ada pendidik, pembimbing;atau penolong;
3. Ada yang didik
4. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan;
5. Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
4. Faktor Alat Pendidikan, Alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang
sengaja diadakan untuk tercapainya pendidikan tertentu.
Pendidikan juga mengenal dengan apa yang disebut Pendidikan Sepanjang Hayat
(PSH), PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan
persekolahan, PSH merupakan sesuatu proses berkesinambungan yang berlangsung
sepanjang hidup, tepatnya adalah “tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan
penstrukturan pengalaman pendidikan, pengorganisasian dan penstrukturan ini
diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang paling muda sampai
paling tua”. PSH muncul karena adanya kesadaran bahwa manusia adalah makhluk yang
tumbuh dan berkembang, ia ingin mencapai suatu kehidupan yang optimal.
Selama manusia berusaha untuk meningkatkan / mengembangkan kehidupannya,
pengetahuan, kepribadian, maupun Pendidikan Sepanjang Hayat
keterampilannya, secara sadar atau tidak Keluarga Sekolah Masyarakat
sadar, maka selama itulah pendidikan masih Keluarga merupakan lingkungan pertama -11-
berjalan terus. Pendidikan sepanjang hayat dan utama bagi proses perkembangan
seorang individu sekaligus merupakan
merupakan asas pendidikan yang tepat bagi peletak dasar kepribadian anak.
orang-orang yang hidup dalam dunia Sekolah harus mencerminkan kehidupan
transformasi, dan di dalam masyarakat yang sekelilingnya
dimana sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri
dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam abad terakhir ini, dan tidak dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tuntutan manusia yang makin meningkat.
Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada tingkat pendidikan dari sejak kanak-kanak
sampai dewasa, tidak akan memenuhi persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang
berkembang sangat pesat. Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang
fleksibel. Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus menerus.
Pendidikan bukan hanya berlangsung lembaga pendidikan formal (sekolah). Pendidikan
segera dimulai setelah anak lahir (bahkan sebeblum lahir) dan akan berlangsung sampai
manusia meninggal dunia, sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh. Oleh
karena itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
Dalam PSH, keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses
perkembangan seorang individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak,
pendidikan anak diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua – anak, dalam
berinteraksi dengan anaknya, orang tua akan menunjukkan sikap dan perlakuan tertentu
sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya. Selanjutnya adalah pendidikan di
sekolah. Sekolah merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua
setelah keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya.
Sekolah diselenggarakan secara formal, di sekolah anak akan belajar apa yang ada di
dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan
sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan
kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya.
-12-
Dalam kehidupan modern seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan,
karena tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak
memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga.Materi yang diberikan di sekolah
berhubungan langsung dengan pengembangan pribadi anak, berisikan nilai moral dan
agama, berhubungan langsung dengan pengembangan sains dan teknologi, serta
pengembangan kecakapan-kecakapan tertentu yang langsung dapat dirasakan dalam
pengisian tenaga kerja.
- Program persamaan bagi mereka yang tidak pernah bersekolah atau putus
sekolah;
- Program pemberantasan buta huruf;
- Penitipan bayi dan penitipan anak pra sekolah;
- Perkumpulan olah raga dan rekreasi;
- Kursus-kursus keterampilan.
Islam telah mengajarkan bagaimana pentingnya pendidikan (sepanjang hayat) ini,
seperti ayat
Ayat di atas, memberikan isyarat kepada manusia tentang adanya perbedaan bagi
manusia sebagai mahkluk yang berakal yang memfungsikan akalnya secara optimal
dengan yang tidak, bagi manusia yang memiliki ilmu akan ditinggikan derajatnya
dibandingkan dengan mereka yang tak berilmu. Dalam ayat lain juga disebutkan secara
tersirat bahwa sepanjang manusia hidup, maka dipastikan dia memerlukan pengetahuan:
Artinya:“dunia itu laknat, terlaknatlah bagi siapa saja yang ada didalamnya kecuali yang
mengingat Allah, ulama (orang berilmu) dan pelajar (orang yang belajar)” (HR. Tirmidzi)
Dunia pun mengakui pentingnya pendidikan, sebagaimana dilansir oleh UNESCO
(badan resmi PBB yang khusus menangani masalah anak-anak dan pendidikan) dalam
websitenya, dimana Pendidikan merupakan katalis (hal yang mempercepat) utama bagi
pembangunan manusia, bahkan terkait dengan MDGs (Millennium Development
Goals_Tujuan Pembangunan Milenium),kemajuan yang cepat dalam pendidikan dapat
membantu mencapai semua tujuan MDGs tersebut. Pada tahun 2000, 147 kepala
Negara/Pemerintahan dan 189 negara berjanji untuk mengurangi separuh kemiskinan pada
tahun 2015. Disamping itu, juga mengidentifikasi delapan MDGs sebagaimana tercantum
di bawah ini. 1:
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan ekstrim (Eradicate extreme poverty and
hunger Tujuan)
2. Mencapai pendidikan dasar universal (Achieve universal primary education)
3. Meningkatkan kesetaraan jender dan pemberdayaan perempuan (Promote gender
equality and empower women)
4. Mengurangi tingkat kematian anak (Reduce child mortality)
5. Kesehatan Ibu (Maternal health)
6. Memerangi HIV / AIDS, malaria dan penyakit lainnya (Combat HIV/AIDS, malaria
and other diseases)
7. Menjamin kelestarian lingkungan (Ensure environmental sustainability)
8. Kemitraan Global (Global Partnership)
Dengan demikian terlihat jelas bahwa pendidikan menjadi unsure signifikan dan
penentu dalam kehidupan seseorang, ia menjadi keyword dengan apa yang dinamakan
dengan kemajuan peradaban. Ini dibuktikan dengan sejarah Jepang yang merupakan
sebuah negara tanpa memiliki sumber daya alam yang mencukupi, tetapi karena memiliki
kekuatan di level pendidikan, ternyata pada akhirnya berdampak positif pada kemajuan
-14-
selurh bidang
UJI KOMPETENSI
1
Sumber http://www.unesco.org/en/education-for-all-international-coordination/themes/education-and-
the-mdgs/ , akses tanggal 5 september 2010.
III
PENGERTIAN PENDIDIKAN
konteks pendidikan Islam dan kurang setuju terhadap penggunaan istilah ‘tarbiyah’ dan
‘ta’lim’. 3
2F
manusia seutuhnya; akal dan hati, rohani dan jasmaninya; akhlak dan
keterampilannya. Pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam
perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan
2
Nama lengkapnya adalah Syed Muhammad al Naquib bin Ali bin Abdullah bin Muhsin al Attas
lahir di Bogor, 5 September 1931. ia adalah seorang cendekiawan dan filsuf muslim dari Malaysia. Ia menguasai
teologi, filsafat, metafisika, sejarah, dan literature, juga menulis berbagai buku di bidang pemikiran dan
peradaban Islam.
3
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah”, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002.
4
Yusuf Qaradhawi lahir di Shafth Turaab, Kairo, Mesir, 9 September 1926; umur 84 tahun adalah
seorang cendekiawan Muslim yang berasal dari Mesir. Ia dikenal sebagai seorang Mujtahid pada era modern ini
(abad 20-21).
kejahatannya, manis dan pahitnya”. Menurut Mohammad Natsir, 5 maksud ‘didikan’
di sini ialah “satu pimpinan jasmani dan ruhani yang menuju kepada kesempurnaan
dan kelengkapan arti kemanusiaan dengan sesungguhnya”. Hasan Langgulung
merumuskan pendidikan Islam sebagai: “proses penyiapan generasi muda untuk
mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan
dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat”. Oleh
karenanya, proses tersebut berupa bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subjek
didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan, kemauan, intuisi dan lain
sebagainya) dan raga objek didik dengan bahan-bahan materi tertentu dan dengan alat
perlengkapan yang ada ke arah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai
dengan ajaran Islam.
Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad SAW mengandung
implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin, sehingga
Pendidikan dalam perspektif Islam dapat mengandung pengertian pendidikan atau
pengajaran keagamaan, sehingga Pendidikan dalam Islam adalah Bimbingan oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal anak didik sehingga bisa
-16-
terbentuk pribadi muslim yang baik. Pada dasarnya Pendidikan menurut Islam
setidaknya memiliki delapan pengertian, yaitu:
a) At-Tarbiyyah Ad-Din (Pendidikan keagamaan),
b) At-Ta’lim fil Islamy (pengajaran keislaman),
c) Tarbiyyah Al-Muslimin (Pendidikan orang-orang islam),
d) At-Tarbiyyah fil Islam (Pendidikan dalam islam),
e) At-Tarbiyyah ‘inda Muslimin (Pendidikan dikalangan Orang-orang Islam), dan
f) At-Tarbiyyah Al-Islamiyyah (Pendidikan Islami).
Muhammadiyah sendiri memaknai pendidikan sebagai
Muhammadiyah
upaya penyiapan lingkungan yang memungkinkan “pendidikan sebagai upaya
penyiapan lingkungan yang
seseorang tumbuh sebagai manusia yang menyadari memungkinkan seseorang
tumbuh sebagai manusia yang
kehadiran Allah SWT sebagai Rabb dan menguasai ilmu menyadari kehadiran Allah
SWT sebagai Rabb dan
pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS). dengan
menguasai ilmu pengetahuan,
demikian, pendidikan dalam Muhammadiyah merupakan teknologi dan seni (IPTEKS)”
pendidikan islam modern yang mengintegrasikan agama dengan kehidupan dan antara
5
Mohammad Natsir (lahir di Alahan Panjang, Lembah Gumanti, Solok, Sumatera Barat, 17 Juli
1908 – meninggal di Jakarta, 6 Februari 1993 pada umur 84 tahun) adalah perdana menteri kelima, pendiri
sekaligus pemimpin partai politik Masyumi, dan salah seorang tokoh Islam terkemuka di Indonesia.
iman dan kemajuan yang holistic. Dari rahim pendidikan Islam seperti inilah nantinya
diharapkan melahirkan generasi muslim terpelajar yang kuat iman dan kepribadiannya,
sekaligus mampu menghadapi dan menjawab tantangan zaman. 6
satu kerajaan Yunani lama, berpendapat bahwa tujuan hidup adalah mencari kebenaran
(truth), dan kalau bisa menyirnakan diri pada kebenaran itu.
Madzhab-madzhab pendidikan Eropa Barat dan Amerika (terutama sesudah masa
Decartes, 1596-1650) banyak mengambil pendapat dari kedua madzhab Yunani lama
tersebut, 7 dan semua madzhab itu beranggapan bahwa dunia inilah tujuan hidup tidak
heran jika kemudian ada yang mengingkari sama sekali wujud Tuhan dan hari akhir
(karena menganggap bahwa yang dapat dilihat-lah yang nyata).
6
Panitia Muktamar 1 Abad Muhammadiyah, Revitalisasi Gerakan Muhammadiyah Muktamar
1Abad.(booklet).
7
Rene Descartes adalah pemikir dan filosof pada zaman Eropa abad Pertengahan, terkenal dengan kata-
katanya “cogito ergo sum”_ aku berpikir maka aku ada, René lahir di Perancis, 31 Maret 1596 – meninggal di
Swedia, 11 Februari 1650 pada umur 53 tahun, juga dikenal sebagai Renatus Cartesius dalam literatur
berbahasa Latin, merupakan seorang filsuf dan matematikawan Perancis. Karyanya yang terpenting ialah
Discours de la méthode (1637) dan Meditationes de prima Philosophia (1641).
3. Pendidikan Dalam Perspektif Tokoh
Beberapa pandangan tentang pendidikan diantaranya:
1) Ki Hajar Dewantara: “Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi
pekerti, pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup
yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan
masyarakatnya”.
2) Ahmad D. Marimba: “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama”
3) UU No. 2 tahun 1989: “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di
masa yang akan dating”.
4) UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional: “Pendidikan adalah
usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
-18-
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.”
B. Prinsip Pendidikan
Prinsip adalah ”suatu pernyataan fundamental atau Prinsip Pendidikan
menurut Islam
kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh a) Tauhid/Ikhlas
seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir b) Pendidikan
Berlangsung Seumur
atau bertindak”. Lalu bagaimana prinsip-prinsip pendidikan Hidup
c) Efektivitas Pendidikan
tersebut?
1. Prinsip Pendidikan Menurut Islam
Prinsip pendidikan menurut Islam merupakan hal-hal yang menjadi pedoman dan
panduan dalam penyelenggaraan (proses) pendidikan. Pedoman ini bersifat mengikat
dalam penyelenggaraan pendidikan. Ada tiga kerangka dasar pendidikan Islam yang
semuanya tergambar dalam surat al-Alaq:
a) Tauhid (lkhlas)
Prinsip ikhlas dapat terlihat dengan jelas dalam Surat Al-'Alaq ayat 1. Tuhan
memerintahkan membaca atas nama Allah. Begitu juga pada ayat:
8
http://www.jenniferchien.com/library/EDUCATIONAL.pdf, akses tanggal 18 september 2010
9. Mengajar orang untuk mengatasi masalah sepele dan masalah serius dalam
hidup, termasuk masalah ketidakadilan, rasa sakit karena penderitaan dan
kematian.
10. Mengajar orang untuk menjadi pemilih yang baik (good choosers), karena
itu mereka harus diberi latihan dalam membuat pilihan yang baik.
C. Karakteristik Pendidikan
Pemahaman makna Karakter sangat banyak, untuk memudahkn maka diambil
pengertian bahwa karakteristik disini dimaksudkan adalah hal yang membedakan
dengan yang lain (distinguished from others). 9
1. Karakteristik Pendidikan Menurut Islam
Menurut Azyumardi Azra, beberapa karakteristik pendidikan Islam, yaitu:
a) Penguasaan Ilmu Pengetahuan. Ajaran dasar Islam mewajibkan mencari
ilmu pengetahuan bagi setiap Muslim dan muslimat. Setiap Rasul yang
diutus Allah lebih dahulu dibekali ilmu pengetahuan, dan mereka
diperintahkan untuk mengembangkan llmu pengetahuan itu.
b) Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Ilmu yang telah dikuasai harus -21-
9
Selengkapnya lihat http://ardictionary.com/Character/4078, akses tanggal 18 September 2010.
Perkembangan kepribadian itu berkaitan dengan seluruh nilai sistem Islam,
sehingga setiap anak dapat diarahan untuk mencapai tujuan Islam.
g) Penekanan pada amal saleh dan tanggung jawab. Setiap anak didik diberi
semangat dan dorongan untuk mengamalkan ilmu pengetahuan sehingga
benar-benar bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat secara
keseluruhan. Amal shaleh dan tanggung jawab itulah yang
menghantarkannya kelak kepada kebahagiaan di hari kemudian kelak.
10
John Dewey adalah seorang filsuf dari Amerika Serikat Dewey (dilahirkan di Burlington pada tahun
1859, sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 40 buku dan lebih dari 700-an artikel, Dewey meninggal dunia
pada tahun 1952), yang termasuk Mazhab Pragmatisme (filsafat yang mempelajari penyebab dan akibat). Selain
sebagai filsuf, Dewey juga dikenal sebagai kritikus sosial dan pemikir dalam bidang pendidikan.
Akibatnya, ilmu pengetahuan serta nilai-nilai etika dan moral, yang diatur oleh
rasio manusia, terus menerus berubah. Sehingga dari cara pandang yang seperti
inilah pada akhirnya akan melahirkan ilmu-ilmu sekular. Menurut al-Attas, ada
lima faktor yang menjiwai budaya dan peradaban Barat:
a) Menggunakan akal untuk membimbing kehidupan manusia;
b) Bersikap dualitas terhadap realitas dan kebenaran;
c) Menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup
sekular;
d) Menggunakan doktrin humanisme;
e) Menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam
fitrah dan eksistensi kemanusiaan .
Kelima faktor diatas amat berpengaruh dalam pola pikir orang Barat sehingga
membentuk pola pendidikan yang ada di Barat.bercirikan atau melahirkan
berbagai macam faham dan pemikiran seperti Esensialisme, 11 humanisme, 12 dan
lainnya. Faktor sebut juga ikut mempengaruhi berbagai disiplin keilmuan, seperti
dalam filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lainnya. -23-
11
Esensialisme berarti mengutamkan gagasan-gagasan pokok, yang hakiki. Prinsip pendidikan
esesensialisme adalah 1]. Tugas pertama sekolah adalah mengajarkan pengetahuan dasar, 2]. Belajar adalah kerja
keras dan disiplin, 3]. Guru adalah inti dari kekuasaan kelas. Dwi Siswoyo dkk, Ilmu Pendidikan, Yogyakarta:
UNY Press, 2008. Hal. 65-66.
12
Humanisme adalah kelanjutan prinsip progresifisme, pada hakikatnya ia menginginkan “mentalitas
yang ingin bebas dari penjara” sehingga, penekanan prinsip humanism adalah memusatkan pada aktualisasi diri
daripada penguasaan pengetahuan, sehingga seringkali ia menggunakan metode ketebukaan, menggunakan
imajinasi, percobaan dan sebagainya. Semua yang dilakukan adalah mengembangkan kebebasan siswa sesuai
dengan perubahan-perubahan dunia modern yang semakin kompleks. Salah satu contoh sekolah yang
menggunakan pemikiran ini adalah Gomo Gakuen, dengan tokoh utama adalah Totto Chan dan kepala sekolah
sekaligus pendirinya, Mr. Kobayashi.
Pendidikan Religius Tradisional Pendidikan Sekuler Modern
1. Orientasi keakhiratan 1. Orientasi kesekuleran
2. Berupaya mencapai sosialisasi ke 2. Berupaya mencapai perkembangan
dalam Islam individu
3. Kurikulum tidak berubah sejak abad 3. Kurikulum merespon perubahan-
pertengahan perubahan berkenaan dengan bidang
studi
4. Pengetahuan berdasarkan pada 4. Pengetahuan diperoleh melalui
wahyu dan tidak dipersoalkan pengalaman dan deduksi
5. Pengetahuan dicari dan diperoleh 5. Pengetahuan diperlukan sebagai alat
berdasarkan pada perintah Tuhan untuk menyelesaikan masalah
6. Mendiskusikan moralitas dan 6. Mendiskusikan moralitas dan
asumsi-asumsi tidak dikehendaki asumsi-asumsi disambut baik
7. Metode dan teknik mengajar pada 7. Metode dan teknik mengajar student-
dasarnya otoriter center
8. Penghapalan dianggap sangat 8. Pencerapan konsep-konsep kunci
menentukan dianggap menentukan
9. Mental mahasiswa dianggap pasif- 9. Mental mahasisswa dianggap aktif-
reseptif produktif
10. Pendidikan secara umum tidak 10. Pendidikan dispesialisasikan
dispesialisasikan
Artinya: “dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku” (QS. Al-Dzariat: 56).
Tujuan pendidikan menurut islam selain untuk mendekatkan diri kita kepada
Allah, juga menjadi alat/sarana bagi dirinya untuk mencari nikmat yang ada di dunia
sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al-Qashash: 77
Artinya: “dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan -25-
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
Catatan terpenting dari pendidikan dalam islam adalah princip untuk lebih
mengutamakan akhlak keseharian. Secara lebih luas pendidikan islam bertujuan untuk:
- Pembinaan Akhlak
- Penguasaan Ilmu
- Keterampilan bekerja dalam masyarakat
- Mengembangkan akal dan Akhlak
- Pengajaran Kebudayaan
- Pembentukan kepribadian
- Menghambakan diri kepada Allah
- Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat
Tujuan Kurikuker : Tujuan yang hendak dicapai oleh mata pelajaran atau bidang
studi tertentu
Tujuan Instruksional: Tujuan yang ingin dicapai pada waktu guru mengajar suatu
pokok bahasan tertentu.
Adapun fungsi pendidikan terhadap masyarakat dapat dibagai menjadi dua garis
pokok, yaitu:1] Fungsi Preservatif: Melestarikan tata social dan tata nilai yang berlaku
dalam masyarakat, 2] Fungsi Direktif: usaha untuk mengantisipasi perubahan di masa
mendatang, fungsi ini lebih menekankan pendidikan sebagai agen pembaharua social
dalam kaitannya dengan perubahan diatas.
E. Batasan Pendidikan
Jika dimaknai pendidikan sebagai gejala manusia, maka ia tidak akan lepas
dari apa yang disebut dengan keterbatasan-keterbatasan, keterbatasan ini dapat
ditemukan pada peserta didik, pendidik, interaksi pendidikan, lingkungan dan sarana-
prasarana pendidikan.
Batasan peserta didik diantaranya: kemampuan, bakat, minat, semangat dan
sebagainya, batasan pendidika adalah: pendidik yang terlampau ditakuti, pendidik
yang tidak tahu apa materi yang akan disampaikan atau factor ketebatasan pendidik
dalam interaksi karena ada hambatan bahasa. Adapun keterbatasan dalam lingkungan,
sarana dan prasarana antara lain: kekurangan gedung, kurangnya kerjasama antara
pihak sekolah dengan pihak masyarakat.
Pun demikian, batasan-batasan ini dapat di perkecil pengaruhnya jika
pendidik/guru bersangkutan kreatif dalam menyelenggarakan pendidikan.
UJI KOMPETENSI:
KOMPONEN PENDIDIKAN
Kompetensi Dasar:
Pendidikan merupakan sebuah system, artinya pendidikan
- Menyebutkan komponen merupakan sebuah rangkaian seluruh. Dengan kata lain,
dan sub-sub komponen
dalam pendidikan pendidikan jika dimaknai sebagai sebuah kesatuan system
- Menjelaskan hubungan berarti: suatu rangkaian keseluruhan kebulatan kesatuan dari
antar komponen
- Menyebutkan pendukung komponen-komponen yang saling berinteraksi atau
proses pendidikan
interpendensi (saling ketergantungan satu dengan yang lain)
dalam mencapai suatu tujuan.
A. Komponen Pendidikan
Setidaknya ada 3 (tiga) komponen utama dalam proses pendidikan, komponen-
komponen tersebut adalah: Tujuan Pendidikan, Peserta Didik dan Pendidik.
-29-
Tujuan
Pendidikan
Bagan diatas adalah apa yang disebut dengan interaksi (hubungan) Pendidikan
yang melibatkan dua belah pihak yang mengarah tercapainya tujuan pendidikan.
Misal: Tujuan proses pendidikan di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah adalah:
“Terselenggaranya pendidikan tingkat menengah yang unggul dalam
membentuk kader ulama, pemimpin dan pendidik yang mendukung pencapaian
tujuan Muhammadiyah, kini terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya”
Artinya: semua proses berjalannya penyelenggaraan pendidikan, baik dari
materi pelajaran, kegiatan siswa, hubungan antara siswa dengan guru/musyrif dan lain
sebagainya, dimaksudkan untuk mencapai tujuan Mu'allimin diatas. Jika dalam
hubungan (interaksi) antara siswa dengan guru ternyata tidak mengarah pada
pencapaian tujuan pendidikan diatas, maka hal ini kontraproduktif dengan adanya
proses pendidikan.
PROSES PENDIDIKAN
(Educational Process)
Uji Kompetensi
13
Dwi Siswoyo dkk, Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2008. Hal. 51
V
TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN
B. Ki Hadjar Dewantara
bin Sa'd al-Zar'i, al-Dimashqi ()ﺍﻟﺪﻣﺸﻘﻲ, bergelar Abu Abdullah Syamsuddin ( ﺃﺑﻮ ﻋﺒﺪ
)ﷲ ﺷﻤﺲ ﺍﻟﺪﻳﻦ, atau lebih dikenal dengan nama Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, selain itu
karena ayahnya berada / menjadi penjaga (qayyim) di sebuah sekolah bernama Al-
Jauziyyah. Nama lengkapnya tertulis: ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ ﺃﻳﻮﺏ ﺍﺑﻦ ﺷﻤﺲ ﺍﻟﺪﻳﻦ
Dilahirkan di Damaskus, Suriah pada tanggal 4 Februari 1292, dan meninggal pada
23 September 1350) adalah seorang Imam Sunni, cendekiawan, dan ahli fiqh yang
hidup pada abad ke-13. Ia adalah ahli fiqih bermazhab Hambali. Disamping itu juga
seorang ahli Tafsir, ahli hadits, penghafal Al-Quran, ahli ilmu nahwu, ahli ushul, ahli
ilmu kalam, sekaligus seorang mujtahid.
Ibnu Qayyim berguru ilmu hadits pada Syihab an-Nablusi dan Qadi Taqiyyuddin
bin Sulaiman; berguru tentang fiqh kepada Syekh Safiyyuddin al-Hindi dan Isma'il bin
Muhammad al-Harrani; berguru tentang ilmu pembagian waris (fara'idh) kepada
bapaknya; dan juga berguru selama 16 tahun kepada Ibnu Taimiyyah.
Beliau belajar ilmu faraidh dari bapaknya karena beliau sangat menonjol dalam
ilmu itu. Belajar bahasa Arab dari Ibnu Abi al-Fath al-Baththiy dengan membaca
kitab-kitab: (al-Mulakhkhas li Abil Balqa’ kemudian kitab al-Jurjaniyah, kemudian
Alfiyah Ibnu Malik, juga sebagian besar Kitab al-kafiyah was Syafiyah dan sebagian at-
Tas-hil). i samping itu belajar dari syaikh Majduddin at-Tunisi satu bagian dari kitab al-
Muqarrib li Ibni Ushfur.
Belajar ilmu Ushul dari Syaikh Shafiyuddin al-Hindi, Ilmu Fiqih dari Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah dan Syaikh Isma’il bin Muhammad al-Harraniy. Ibnul Qayyim
pernah dipenjara, dihina dan diarak berkeliling bersama Ibnu Taimiyah sambil didera
dengan cambuk di atas seekor onta. Setelah Ibnu Taimiyah wafat, Ibnul Qayyim pun
dilepaskan dari penjara. Hal itu disebabkan karena beliau menentang adanya anjuran
agar orang pergi berziarah ke kuburan para wali.
Beliau peringatkan kaum muslimin dari adanya khurafat kaum sufi, logika kaum
filosof dan zuhud model orang-orang hindu ke dalam firqah Islamiyah. Penguasaannya
terhadap Ilmu Tafsir tiada bandingnya, pemahamannya terhadap ushuluddin mencapai
puncaknya dan pengetahuannya mengenai hadits, makna hadits, pemahaman serta
-39-
istinbath-istinbath rumitnya, sulit ditemukan tandingannya. Begitu pula, pengetahuan
beliau tentang ilmu suluk dan ilmu kalam-nya Ahli tasawwuf, isyarat-isyarat mereka
serta detail-detail mereka. Ia memang amat menguasai terhadap berbagai bidang ilmu
ini.
Karena itulah banyak manusia-manusia pilihan dari kalangan pemerhati ilmu yang
murid beliau. Mereka adalah para Ulama terbaik dimasanya, di antaranya ialah :
Anak beliau sendiri bernama Syarafuddin Abdullah
Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy penyusun kitab al-Bidayah wan Nihayah
Al-Imam al-Hafizh Abdurrahman bin Rajab al-Hambali al-Baghdadi
penyusun kitab Thabaqat al-Hanabilah
Ibnu Abdil Hadi al-Maqdisi
Syamsuddin Muhammad bin Abdil Qadir an-Nablisiy
Ibnu Abdirrahman an-Nablisiy
Muhammad bin Ahmad bin Utsman bin Qaimaz adz-Dzhahabi at-
Turkumaniy asy-Syafi’i
Ali bin Abdil Kafi bin Ali bin Taman As Subky
Taqiyuddin Abu ath-Thahir al-Fairuz asy-Syafi’i
Manhaj serta hadaf Ibnul Qayyim rahimahullah ialah kembali kepada sumber-sumber
dinul Islam yang suci dan murni, tidak terkotori oleh pendapat-pendapat Ahli Bid’ah
serta tipu daya orang-orang yang suka mempermainkan agama. Oleh sebab itulah beliau
rahimahullah mengajak kembali kepada madzhab salaf; orang-orang yang telah
mengaji langsung dari Rasulullah SAW.
Di samping itu, Ibnul Qayyim juga mengumandangkan bathilnya madzhab taqlid.
Kendatipun beliau adalah pengikut madzhab Hanbali, namun beliau sering keluar dari
pendapat kaum Hanabilah (nama yang mengikuti/berpedoman fiqh Imam Hanbali),
dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan
madzhab-madzhab yang masyhur.
Ibnu Qayyim al-Jauziyah, wafat pada malam Kamis, tanggal 18 Rajab tahun 751
Hijriyah.
D. Maria Montessori
Maria Montessori (31 Agustus 1870 –6 Mei 1952) adalah seorang pendidik,
ilmuwan, dokter Italia. Ia mengembangkan sebuah metode pendidikan anak-anak
dengan memberi kebebasan bagi mereka untuk melakukan kegiatan dan mengatur -40-
acara harian. Metode ini kelak dikenal dengan Metode Montessori.
Maria Montessori mengenyam pendidikan teknik pada sebuah sekolah teknik
dan lulus dengan pujian. Setelah itu ia masuk ke dalam Regio Instituto Tecnico
Leonardo da Vinci pada 1886 hingga 1890 untuk mempelajari bahasa dan ilmu alam.
Pada 1890, ia melanjutkan pendidikannya sebagai mahasiswa kedokteran. Sebuah hal
yang dipuji dan mengagetkan karena ia adalah mahasiswa kedokteran wanita Italia
yang pertama. Pada masa itu, sebuah hal yang mustahil bagi wanita Italia untuk
memperoleh pendidikan kedokteran. Ia lulus dari sekolah kedokteran dengan pujian.
Montessori memulai karirnya melihat penyakit anak-anak dan terlibat
dalam pendidikan 'rusak' (mental terbelakang, Kebanyakan disebabkan karena
kesalahan orang dewasa) anak-anak di Casa dei Bambini-nya atau Children's
House (pusat penitipan anak pada sebuah apartemen di lingkungan miskin) di daerah
kumuh Roma pada tahun 1907 Sebagai dokter, ia berkonsentrasi dengan masalah
keadaan anak-anak dengan menggunakan caranya sendiri dan berhasil mendidik anak-
anak tersebut dengan hasil yang sebaik anak-anak biasa.
Selama waktu itu ia mengembangkan teori menarik dan inovatif pada
bagaimana anak-anak belajar. Montessori percaya bahwa semua kegiatan berarti bagi
anak-anak, karenanya ia tidak membedakan antara bekerja dan bermain, ia juga
percaya bahwa anak-anak belajar dengan menggunakan indera mereka dan mereka
belajar segala sesuatu dari lingkungannya. Montessori adalah pendidik pertama yang
mengembangkan perabot dan peralatan nyata seukuran anak, bahkan ialah yang
merancang tangga di sekolah sehingga cocok untuk kaki anak-anak.
Montessori ingin anak-anak belajar dengan kecepatan mereka sendiri dan
anak-anak didorong untuk memilih kegiatan mereka sendiri, dia juga ingin anak-anak
bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, dan metode Montessori ini lebih
dikenal dengan “spontaneous self-developmen”. Montessori juga melihat bahwa peran
guru adalah untuk membimbing dan mengamati serta mempercayai bahwa cara belajar
anak-anak yang terbaik adalah melalui pengalaman dan pengulangan. Sampai
sekarang, metode pengajaran Montessori masih banyak digunakan di seluruh dunia.
-41-
VI
GLOSARIUM
Ichsan dan Sangkot Sirait, Teori-teori Kepribadian dan Etika Profesi Guru, Yogyakarta: F
Tarbiyah UIN SUKA, 2010.
Ikhwanudin, Implementasi Manajemen Sumber Daya Mannusia di Madrasah Mu'allimin
Muhammadiyah Yogyakarta (tesis), Yogyakarta: PPs UIN Suna Kalijaga, 2009.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di
Sekolah”, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2002.
Mujahid dkk, Pemantapan Kemampuan Mengajar, Yogyakarta: F Tarbiyah UIN SUKA,
2010.
Rasyid, Harun dan Mansur, Penilaian Hasil Belajar, Bandung: Wacana Prima, 2008.
Siswoyo, Dwi dkk, Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2008.
Sutrisno dkk, Pedagogik Transformatif, Yogyakarta: F Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2010
Yamin, Martinis, Profesionalisasi Guru dan implementasi KTSP, Jakarta: Gaung Persada
Press 2007. -45-
Internet:
http://www.unesco.org/en/education-for-all-international-coordination/themes/education-and-
the- mdgs/ , akses tanggal 5 september 2010.
http://mjieschool.multiply.com/journal/item/36/DASAR_PENDIDIKAN_DALAM_KONSEP
_DAN_ MAKNA_BELAJAR_, akses tanggal 5 september 2010.
http://www.notablebiographies.com/Mo-Ni/Montessori-Maria.html