Anda di halaman 1dari 1

Mengapa Susu Formula Perlu Dibatasi

By Pipiet Tri Noorastuti - Selasa, 26 Oktober

• Kirim
• Kirim via YM
• Cetak

VIVAnews - Kampanye memberikan air susu ibu (ASI) kembali gencar menyusul rencana larangan iklan
susu formula untuk bayi di Indonesia. Ini memperkuat argumen bahwa susu formula tak dapat menggantikan
manfaat ASI.

Dalam sebuah penelitian di Inggris, susu formula bahwa dinyatakan memiliki sejumlah efek buruk. Bukan
hanya tak mampu memenuhi kebutuhan bayi, tapi juga mengandung zat berbahaya yang menempatkan bayi
pada risiko kesehatan buruk.

Penelitian yang dilakukan tim dari Keele University, Staffordshire, itu memeriksa 16 sampel susu formula
merek ternama untuk anak-anak usia satu tahun ke bawah yang beredar di Inggris.

Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal BMC Pediatrics ini menunjukkan, jejak logam dalam 16
sampel susu itu melebihi ambang batas aman. Mayoritas sampel menunjukkan kandungan alumunium 40
kali lebih banyak dari ASI.

Salah satu produk susu untuk bayi prematur bahkan memiliki kandungan alumunium supertinggi mencapai
800 mikrogram per liter. Padahal, aturan kesehatan yang telah disepakati di negara-negara Eropa tidak boleh
lebih 200 mikrogram per liter.

Seperti dikutip dari laman Daily Mail, Dr Chris Exley, yang memimpin studi itu, mengatakan, "Kami telah
meneliti kandungan aluminium dalam susu formula selama bertahun-tahun dan berpotensi membahayakan
anak."

Exley mengatakan bahwa asupan alumunium berlebih memang tak memiliki efek frontal pada anak yang
meminumnya. "Anak tidak akan meninggal gara-gara minum susu formula, tapi asupan alumunium dari
susu formula ini berhubungan dengan penyakit saraf dan cacat tulang di kemudian hari, bahkan ada
hubungan dengan demensia."

Pembatasan asupan susu formula telah dilakukan di sejumlah negara dengan mengadopsi Kode Internasional
Pemasaran Produk Pengganti ASI yang dikeluarkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1981.

Seperti dikutip dari situs UNICEF, di Iran, pemerintah setempat melakukan kontrol ketat terhadap impor dan
penjualan susu formula pengganti ASI. Masyarakat hanya dapat membeli susu formula dengan resep dokter.
Tak hanya itu, kaleng susu juga tak boleh menampilkan merek, gambar atau pesan promosi.

Sementara undang-undang di India mengharuskan produsen susu formula untuk menyertakan peringatan
mencolok tentang potensi bahaya di kaleng. Peringatan ini harus ditempatkan di tengah-tengah label
sehingga terbaca pembeli. (pet)

Anda mungkin juga menyukai