2 Teori Viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan
merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untk mengalir. Beberapa cairan ada
yang dapat mengalir cepat, sedangkan lainnya mengalir secara lambat. Cairan yang mengalir seperti air,
alcohol dan bensin mempunyai viskositas kecil. Sedangkan cairan yang mengalir lambat seperti gliserin,
minyak castor dan madu mempunyai viskositas besar. Jadi viskositas tidak lain menentukan kecepatan
mengalirnya suatu cairan.
A. Koefisien Viskositas
Koefisien viskositas dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan Poiseuille:
Pμr 4 t
η=
8 vl
B. HUKUM POISEUILLE
Suatu fluida tidak kental bisa mengalir melalui pipa yang bertingkattanpa adanya gaya yang
diberikan. Pada fluida kental (viskos) diperlukan perbedaan tekanan antara ujung-ujung pipa untuk
menjagakesinambungan aliran, apakah air atau oli pada pipa atau darah pada system sirkulasi manusia.
Banyaknya cairan yang mengalir persatun waktu melalui penampang melintang berbentuk
silinder berjari-jari r, yang panjangnya l, selain di tentukan oleh beda tekanan (P) pada kedua ujung
yang di berikan gaya pengaliran juga di tentukan oleh viskositas cairan dan luas penampang pipa.
Hubungan tersebut di rumuskan oleh poiseuille yang dikenal Hukum Poiseuille sebagai :
( ∆ P)π r 4 ( Δ P)π r 4
Q= atau Q=
8 ηl 8 ηl
Dengan Q adalah kecepatan aliran volume (volume cairan V yang melewati pipa persatuan
waktu t dinyataka dalam satuan SI m3/S).
Persamaan diatas memperlihatkan bahwa Qberbanding terbalik dengan viskositas cairan. Makin
besar viskositas, hambatan aliran juga semakin besar sehingga Q menjadi rendah. Kecepatan aliran
volume juga sebanding dengan gradien tekanan P/l dan pangkat empat jari-jari pipa. Ini berarti jika r
diperkecil sehingga menjadi setengahnya, maka akan dibutuhkan 16kali lebih besar tekanan unutk
memompa cairan lewat pipa pada kecepatan aliran volume semula.
C. HUKUM STOKES
Apabila benda padat bergerak dengan kecepatan tertentu dalam medium fluida kental, maka
benda tersebut akan mengalami hambatan yang diakibatkan oleh gaya gesekan fluida. Gaya gesek
tersebut sebanding dengan kecepatan relative gerak benda terhadap medium dan viskositasnya
Av
F=η
z
Atau
A
F= ηv=kηv
z
Dimana k adalah koefisien yang besarnya bergantung bentuk geometric benda. Dari hasil
percobaan, untuk benda berbentuk bola dengan jari-jari r diperoleh k=6 μr. Dengan memasukkan nilai k
diperoleh:
F=6 μ r η v
Persamaan ini dinyatakan pertama kali oleh Sir George Stokes (1845), yang kemudian dikenal
dengan hukum stokes. Bila gaya F diterapkan pada partikel berbentuk bola dalam larutan, maka Stokes
menunjukkan bahwa untuk aliran laminar berlaku:
f =6 πr η
Dimana f adalah koefisien gesek dari partikel.
D. PENGUKURAN VISKOSITAS
Secara umum, viskositas cairan dapat ditentukan dengan dua metode, yaitu:
Metode ini ditentukan berdasarkan hokum Poiseuille menggunakan alat Viskometer Ostwald
(gambar 4.3.) Penetapannya dilakukan dengan jalan mengukur waktu yang diperlukan untuk
mengalirnya cairan dalam pipa kapiler dari a ke b.
Sejumlah cairan yang akan diukur viskositasnya dimasukkan ke dalam viscometer yang diletakkan
pada thermostat. Cairan kemudian diisap dengan pompa ke dalam bola C sampai di atas tanda a. Cairan
dibiarkan mengalir ke bawah dan waktu yang diperlukan dari a ke b dicatat menggunakan stopwatch.
π P1 r 4 t
η=
8V l
t ialah waktu yang diperlukan cairan bervolume V, yang mengalir melalui pipa kapiler dengan panjang l
dan jari-jari r. Tekanan P merupakan perbedaan tekanan aliran kedua ujung pipa viscometer dan
besarnya diasumsikan sebanding dengan berat cairan.
Pengukuran viskositas yang tepat dengan cara diatas sulit dicapai. Hal ini disebabkan harga r dan l
sukar ditentukan secara tepat. Kesalahan pengukuran terutama r, sangat besar pengaruhnya karena
harga ini dipangkatkan empat. Untuk menghindari kesalahan tersebut dalam prakteknya digunakan
suatu cairan pembanding. Cairan yang paling sering digunakan adalah air.
Untuk dua cairan yang berbeda dengan pengukuran alat yang sama, diperoleh hubungan:
η1 η P 1 r 4 t 1 8 Vl P t
= χ 4
= 1 1
η2 8 Vl η P2 r t 2 P 2 t 2
Karena tekanan berbanding lurus dengan rapatan cairan (d), maka berlaku:
η1 d1 t 1
=
η2 d2 t 2
Jadi, bila η dan d cairan pembanding diketahui, maka dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk
mengalir kedua cairan melalui alat yang sama dapat ditentukan η cairan yang sudah diketahui
rapatannya.
Viskositas cairan dapat ditentukan dengan metode bola jatuh berdasarkan hokum Stokes.
Penetapannya diperlukan bola kelereng dari logam dan alat gelas silinder berupa tabung.Bola kelereng
dengan rapatan d dan jari-jari r dijatuhkan kedalam tabung berisi cairan yang akan ditentukan
viskositasnya. Waktu yang diperlukan bola untuk jatuh melalui cairan dengan tinggi tertentu kemudian
dicatat dengan stopwatch.
Sewaktu bola jatuh bebas dalam fluida kental kecepatannya makin membesar. Selama gerakannya,
pada bola bekerja daya berat yang menyebabkan bola mengendap. Besarnya gaya tersebut sama
dengan masa efektifnya kali percepatan gravitasi. Masa efektif adalah masa bola dikurangi masa fluida
yang dipindahkan. Jika bola mempunyai rapatan d b dan rapatan cairan dc, maka gaya yang menyebabkan
gerak sebesar:
Fw=4/3 r3(db-dc)g
Selain itu juga bekerja gaya gesekan yang dikerjakan oleh fluida yang arahnya keatas, sesuai
persamaan Stokes:
Fg= 6rη v
Pada saat tercapai kecepatan terminal, yaitu kecepatan pengendapan terbesar yang tetap, maka
gaya-gaya yang bekerja pada bola adalah setimbang (F w=Fa), sehingga berlaku hubungan:
Atau
2 r 2 g (d b−d c )
η=
9v
Jadi, dengan menentukan kecepatan pengendapan v dari bola yang diketahui r dan d b, dalan cairan
yang diketahui rapatannya dc, viskositas cairan η dapat dihitung. Cara ini khususnya berguna untuk
larutan dengan viskositas tinggi seperti larutan pekat atau polimer tinggi. Penentuan kecepatan
pengendapan juga dapat digunakan untuk menentukan jari-jari r partikel koloid yang diketahui
rapatannya dan viskositas mediumnya.
Agar perhitungan lebih teliti rumus diatas perlu factor koreksi dari bejana, sehingga persamaan
menjadi:
2 r 2 g (d b−d c )
η=
s
9 () t
¿¿