Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KAPITA SELEKTA

OLEH

S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2010

Kapita selekta
Fakta adalah sebagai faktor nyata atau suatu realitas yang ada di suatu tempat dan dalam waktu
tertentu tentang apa yang kita amati (lihat ,dengar, raba ,cicip dan cium), realitas yang kita amati itu
bisa berupa kejadian, benda simbol sifat dan lain sebagainya. Artinya informasi yang kita peroleh dari
sebuah pengamatan. Boleh juga sebagai situasi atau kondisi yang telah terjadi yang diperoleh dari
pengalaman iderawi. Fakta saangat bersifat objektif. Jenis fakta yang paling sederhana adalah fakta
atomik, yakni fakta paling dasar dan tidak dapat direduksi. Ia tidak dapat dibagi kedalam komponen-
komponnen, tetapi merupakan kombinasi dari benda-benda dan objek pengertian. Pada dasarnya fakta
atomik tidak dapat dipakai untuk membuktikan adanya fakta atomik lainnya. Atau boleh juga dipakai
istilah lain yakni fakta nuklir (inti atom) yang tidak mungkin diurai lagi.
Konsep dapat difahami sebagai gambaran umum dari suatu ide atau gagasan dari sistem
penalaran. Biasanya gambaran umum itu sifatnya abstrak. Dalam sistem penalaran, kita harus
memberikan batas atau ruang lingkup agar jelas terbeda sesuatu dengan yang lain, baik bentuk, sifat
atau material dari ide atau gagasan tersebut. Misalnya tentang “meja” akan lebih jelas dengan sebuah
konsep. Dan akan bereda dengan “kursi” karena konsep tadi. Konsep tentang meja berbeda dengan
konsep tentang kursi.
Tentu saja kita dalam hal ini terlebih dahulu harus memulai memahaminya dari pengertian dan
defenisi. Konsep juga mengandung upaya mengkalsifikasi dan kategorisasi. Misalnya konsep tentang
meja atau kursi, kita harus mlihat dan mengetahui semua bentuk meja , maka semua meja itu (yang
telah pernah dilihat atau teramati ) harus masuk kedalam kelas atau kelompok meja, tidak ada
pengecualian. Demikian pula dengan yang lain, misalnya unggas (yang telah pernah dilihat atau
teramati ), semua jenis unggas harus masuk kedalam kelasnya.
Bila kita melihat sebah meja, misalnya meja itu datarannya berbentuk lingkaran atau bundar, kakinya
empat atau tiga, maka yang kita lihat itu adalah sebuah manifestasi dari konsep “meja”. Itulah salah
satu model dari “konsep maeja”, yakni sebuah meja yang bentuknya berkaki tiga dan berdataran
bundar. Jadi sebuah meja yang seperti yang kita amati itu belum bisa digunakan untuk merumuskan apa
yang dimaksud dengan “konsep Meja”. Sebab yang menghukum kita adalah defenisi. Juga perlu
dipahami adalah bahwa konsep itu menjelaskan substansi dari sesuatu (sep. Meja tadi).
Pada “konsep meja” yang kita rumuskan dalam alam fikiran adalah sebuah barang yang dibuat tidak
boleh keluar dari hakekatnya (karena sudah dibatasi). Hakekat dari “konsep meja” yakni adanya kaki
dan dataran. Boleh saja kakinya minimal satu dan maksimalnya empat atau lebih. Begitu pula
datarannya, boleh bundar atau persegi. Kalau kita membangun sebuah meja berarti kita meletakan
beberapa aksidensia. Dengan demikian akan lebih mudah setiap orang memahami sebuah meja
dengan segala atributnya.
Prinsip, dapat dipahami sebagai ketentuan yang harus ada atau harus dijalankan. Atau boleh
juga dan dapat berarti suatu aturan umum yang dijadikan sebagai panduan ( misalnya untuk dasar
perilaku). Prinsip berfungsi sebagai dasar (pedoman) bertindak, bisa saja sebagi acuan proses dan dapat
pula sebagai target capaian. Prinsip biasanya mengandung hukum causalitas atau hubungan sebab dan
akibat.Sebagai contoh bila permintaan meningkat maka pasokan juga haru meningkat. Apapun
pekerjaan kita waktu untuk bersantai atau rilek harus ada. Apa saja yang akan kia bangun asalkan
mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.
Kapita selekta
Boleh juga sebagai sebab yang paling dasar. Makna prinsip lebih luas dari konsep sebab. “ Sebab “
hanya membedakan eksistensi dan ketergantungan hal yang disebabkan pada suatu yang menjadi
sebab. Dengan kata lain prinsip sebagai kausalitas yang sangat penting. Sebagai contoh tidak ada akibat
tanpa sebab. Dengan prinsip ini biasanya orang akan lebih mudah menjelaskan bukti adanya Tuhan.

Generalisasi
Adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju
kesimpulan umum yang mengikat selutuh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang
diselidiki.
Contoh :
Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena
belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Macam-macam generalisasi :
Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh: sensus penduduk
Generalisasi tidak sempurna
Adalah generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan
juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantalon.
Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna
Generalisasi yang tidak sempurna juga dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur
pengujian yang benar.
Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah:
Jumlah sampel yang diteliti terwakili.
Sampel harus bervariasi.
Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/ tidak umum.

Deskripsi Teori
Sesuai dengan pendapat Kerlinger (2000) teori adalah suatu construct yang menjelaskan hubungan
antar variabel. Kristalisasi teori dapat berupa definisi atau proposisi yang menyajikan pandangan
tentang hubungan antar variabel yang disusun secara sistematis, dengan tujuan untuk memberikan
eksplanasi dan prediksi mengenai suatu fenomena. Teori dalam penelitian kuantitatif memiliki
kedudukan dan peran yang sangat penting, karena teori akan memberikan landasan bagi peneliti dalam

Kapita selekta
menyusun perencanaan penelitian. Oleh karena itu, teori yang dideskripsikan harus memenuhi unsur-
unsur berikut:
1. Memberi kerangka pemikiran bagi pelaksanaan penelitian;
2. Membantu peneliti dalam mengkonstruksi hipotesis penelitian;
3. Dapat dipergunakan sebagai dasar atau landasan dalam menjelaskan dan memaknai data atau
fakta yang telah dikumpulkan;
4. Dalam hubungannya dengan perumusan masalah penelitian, teori akan membantu
mendudukkan permasalahan penelitian secara nalar dan runtut;
5. Membantu mengkonstruksi ide-ide yang diperoleh dari hasil penelitian, sehingga konsep dan
wawasannya menjadi lebih mendalam dan bermakna;
6. Dalam hubungannya dengan proses penyusunan desain penelitian, teori memberikan acuan dan
menunjukkan jalan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang telah dilakukan para ahli melalui
teori yang telah digeneralisasikan secara baik;
7. Dalam hubungannya dengan penyusunan instrumen penelitian, terutama yang menggunakan
validitas konstruct (construct validity) dan validitas isi (content validity), teori akan memberikan
dasar-dasar konseptual dalam menyusun definisi operasional. Dari definisi operasional tersebut akan
melahirkan indikator-indikator, dan dari indikator-indikator tersebut akan menghasilkan deskriptor-
deskriptor, sampai pada akhirnya menghasilkan butir-butir pertanyaan atau pernyataan yang dipakai
sebagai alat pengumpul data. Pemenuhan unsur-unsur di atas teori-teori dikemukakan adalah teori
yang relevan sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan variabel yang akan diteliti, serta sebagai
dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan (hipotesis).
Deskripsi teori dapat pula dimanfaatkan dalam penyusunan instrumen penelitian. Teori-teori yang
digunakan bukan sekedar pendapat dari pengarang, pendapat penguasa, tetapi teori yang betul-betul
telali teruji kebenarannya secara empiris. Di sini juga diperlukan dukungan hasil-hasil penelitian
yang telah ada sebelumnya yang ada kaitannya dengan variabel yang akan diteliti. Mengingat betapa
besarnya peranan kerangka teori dalam penelitian kuantitatif, prosedur penyusunan landasan teori
perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Melakukan kajian pustaka (literature review) yang relevan, meliputi antara lain buku-buku referensi,
hasil penelitian, jurnal, terbitan ilmiah berkala, abstrak disertasi dan tesis. Tujuan yang utama dalam
melakukan kajian pustaka ini antara lain ialah:
a. Menunjukkan seberapa jauh kesiapan peneliti menyajikan permasalahan penelitian yang
diajukan.
b. Mengetahui apakah permasalahan penelitian yang diajukan merupakan permasalahan
yang orisinil atau berupa duplikasi dari penelitian-penelitian lain.
c. Memberikan dasar bagi peneliti akan penguasaan konsep-konsep teoritik yang akan
dijadikan kerangka pemikiran, sehingga dengan begitu peneliti akan memahami apa yang
seharusnya dilakukan, bukan melakukan sesuatu kerja dan atau langkah tanpa konsep yang jelas.
d. Mengetahui dan mengecek apa saja yang pernah dilakukan oleh orang atau ahli lain,
sehingga peneliti tidak dikatakan melakukan replikasi.

Kapita selekta
e. Menghasilkan wawasan yang luas mengenai pengetahuan dalam bidangnya, peneliti
akan memiliki landasan yang kuat dalam mengajukan hipotesis penelitian, sehingga hipotesisnya
memiliki landasan teoretis yang kuat.
f. Memberikan justifikasi mengenai kerangka pemikiran yang diajukan. Dengan demikian,
peneliti yang membuat paradigma penelitian akan memiliki landasan pemikiran yang kuat.
g. Memperoleh pengalaman-pengalaman berharga dari peneliti sebelumnya, dan akan
terhindar serta tidak akan mengulang kesalahan-kesalahan atau kekurangan-kekurangan yang
dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
2. Melakukan sintesa atau penyatuan makna antara teori yang satu dengan teori yang lain untuk
menjelaskan secara spesifik tentang variabel penelitian biasanya disebut dengan defini operesional
varaibel.
3. Atas dasar hasil kajian pustaka, kemudian peneliti menyusun sendiri kerangka teorinya dalam
susunan kerangka pemikiran yang logis, rasional, dan runtut (sistematis).
4. Dengan dilandasi oleh hasil dari kajian pustaka, kemudian peneliti merumuskan hipotesis penelitian.
Hipotesis tidak semata-mata muncul berdasarkan intuisi penelitian, tetapi muncul berdasarkan
landasan teori
Berdasarkan prosedur tersebut di atas, struktur pembahasan dalam deskripsi teoretik meliputi:
(1) Mengidentifikasi dan mengkaji teori-teori dan hasil penelitian yang relevan dengan variabel
penelitian yang akan dianalisis;
(2) Melengkapi kajian teori dengan berbagai pendapat lain yang telah dipublikasikan;
(3) Menyatakan sintesis (definisi konseptual) tentang variabel penelitian pada setiap akhir pembahasan
suatu kajian teori.

Kapita selekta
STRATEGI PEMBELAJARAN IPA UNTUK SEKOLAH DASAR

Kecakapan Proses
IPA tidak dapat diajarkan sebagai suatu materi pengetahuan, yang disampaikan dengan metoda
ceramah,melainkan melalui pembelajaran siswa aktif. Model pembelajaran penemuan (discovery-
inquiry) merupakan pembelajaran siswa aktif, dimana siswa belajar dan berlatih untuk memiliki dan
menguasai konsep-konsep dasar sains secara tuntas (mastery learning).
Tujuan pendidikan sains di SD hendaknya lebih menekankan kepada pemilikan kecakapan proses atau
kecakapan generik dibandingkan dengan penguasaan konsep, karena kecakapan generik merupakan
prasyarat yang harus dimiliki siswa, agar siswa dapat mempelajari bidang studi lainnya sesuai dengan
minatnya. Kecakapan generic yang dimiliki siswa SD akan berfunsi menjadi alat bagi mereka untuk
menggali konsep-konsep keilmuan yang diminatinya, pada jenjang pendidikan berikutnya
Adapun kecakapan proses yang harus dimiliki siswa adalah :
1. Kecakapan observasi
2. Kecakapan klasifikasi
3. Kecakapan Pengukuran
4. Kecakapan memprediksi
5. Kecakapan inferensi (pengambilan kesimpulan)
6. Kecakapan membuat hipotesa
7. Kecakapan komunikasi
Selain penguasaan konsep dan kecakapan proses yang merupakan keterampilan ilmiah, siswa juga
seharusnya memperoleh nilai religius, karena pada dasarnya IPA adalah bagaimana mempelajari
ciptaan Allah swt. Rasa keingintahuan untuk mengamati fenomena alam, nilai kejujuran harus melekat
pada diri seorang saintis kecil.

Model Inquiry
Ada banyak model pembelajaran sain atau IPA. Diantaranya model inquiry. Pembelajaran IPA berbasis
inkuiri dideskripsikan dengan mengajak siswa dalam kegiatan yang akan mengembangkan pengetahuan
dan pemahaman konsep-konsep IPA sebagaimana para saintis mempelajari dunia alamiah.
Trowbridge, et al. (1973) mengajukan tiga tahap pembelajaran berbasis inkuiri. Tahap pertama adalah
belajar diskoveri, yaitu guru menyusun masalah dan proses tetapi memberi kesempatan siswa untuk
mengidentifikasi hasil alterna-tif. Tahap kedua inkuiri terbimbing (guided inquiry), yaitu guru me-
ngajukan masalah dan siswa menentukan penyelesaian dan prosesnya. Tahap ketiga, adalah inkuiri
terbuka (open inquiry), yaitu guru hanya memberikan konteks masalah sedangkan siswa
mengindentifikasi dan memecahkannya.
Menurut NRC (1996) pembelajaran berbasis inkuiri meliputi kegiatan observasi, mengajukan
pertanyaan, memeriksa buku-buku dan sumber-sumber lain untuk melihat informasi yang ada,
merencanakan penyelidikan, me-rangkum apa yang sudah diketahui dalam bukti eksperimen,
menggunakan alat untuk mengumpulkan, menganalisis dan interpretasi data, mengajukan jawaban,
Kapita selekta
penjelasan, prediksi, serta mengkomunikasikan hasil. Dari pandangan pedagogi, pengajaran IPA
berorientasi inkuiri lebih mencerminkan model belajar konstruktivis. Belajar adalah hasil perubahan
mental yang terus mene-rus sebagaimana kita membuat makna dari pengalaman kita.
Menurut NSTA & AETS (1998) jantungnya inkuiri adalah kemampuan mengajukan pertanyaan dan
mengidentifikasi penyelesaian masalah. Karena itu dalam pembelajaran seharusnya guru lebih banyak
mengajukan pertanya-an open ended dan lebih banyak merangsang diskusi antar siswa. Keterampilan
bertanya dan mendengarkan secara efektif penting untuk keberhasilan mengajar.
Akhirnya, berbagai model, pendekatan atau strategi apapun dalam pembelajaran, harus disajikan guru
dalam kemasan yang menarik sehingga membangun minat siswa untuk belajar. Jika guru,sudah
menerapkan 3 prinsip strategi pembelajaran IPA, yaitu memahami konsep ilmiah, keterampilan ilmia
dan nilai religius dengan model pembelajaran IPA yang menggugah selera belajar siswa, maka nilai
akademis pun insya Allah akan diraih.

Kapita selekta

Anda mungkin juga menyukai