Menurut Dr. Shubhi as-Shalih, pengertian Asbabun-Nuzul secara terminologis adalah:
Suatu peristiwa atau pertanyaan yang melatar belakangi turunnya suatu ayat atau beberapa ayat, di mana ayat tersebut mengandung informasi mengenai peristiwa itu, atau memberikan jawaban terhadap pertanyaan, atau menjelaskan hukum yang terkandung dalam peristiwa itu, pada saat terjadinya peristiwa / pertanyaan tersebut. Berdasarkan definisi ini maka Ilmu Asbabun-Nuzul dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang historis turunnya ayat-ayat Alquran. Baik berupa peristiwa maupun berupa pertanyaan. Jika sebabnya berupa peristiwa, maka ayat yang turun mengandung informasi tentang peristiwa tersebut atau memberikan penjelasan terhadap hukum yang terkandung di dalamnya, pada saat peristiwa itu terjadi. Jika sebabnya berupa pertanyaan, maka ayat yang turun akan berfungsi sebagai jawaban terhadap pertanyaan tersebut.
B. Makna Ungkapan-ungkapan Sebab Nuzul
Peristiwa atau pertanyaan yang disebut sebagai asbabun-nuzul itu terjadinya pada masa Rasulullah, atau lebih khusus lagi, pada masa turunnya ayat-ayat Al-quran. Dengan demikian asbabun-nuzul hanya dapat diketahui melalui penuturan para sahabat Nabi yang secara langsung menyaksikan terjadinya peristiwa atau munculnya pertanyaan sebab nuzul. Hal ini berarti, bahwa Asbabun-Nuzul haruslah berupa riwayat yang dituturkan oleh para sahabat. Para sahabat dalam menuturkan sebab nuzul menggunakan ungkapan yang berbeda antara suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Perbedaan ungkapan tersebut tentunya mengandung perbedaan makna yang memiliki implikasi pada status sebab nuzulnya. Macam-macam ungkapan/redaksi yang digunakan sahabat dalam mendeskribsikan sebab nuzul antara lain: 1. kata ( سببsebab). Contohnya seperti: ل َيِة كــَذاَ ل َهـِذهِ ا ِ ب ُنُزْو ُ سَب َ … (sebab turunnya ayat ini demikian …) Ungkapan (redaksi) ini disebut sebagai redaksi yang sharih (jelas/tegas). Maksudnya, sebab nuzul yang menggunakan redaksi seperti ini menunjukkan betul-betul sebagai latar belakang turunnya ayat, tidak mengandung makna lain. 2. kata ( فـــmaka). Contohnya seperti: ت َكَذا َو َكَذا َفـَنَزَلت الَيُة َ حَدَث َ (telah terjadi peristiwa ini dan itu, maka turunlah ayat). Ungkapan ini mengandung pengertian yang sama dengan penggunaan kata sababu, yakni sama- sama sharih (jelas/tegas). 3. kata ( فيmengenai/tentang). Contohnya seperti: ي َكَذا و َكـَذا ْ ت َهِذِه الَيُة ِفْ ( … َنَزَلayat ini turun mengenai ini dan itu). Ungkapan seperti ini tidak secara tegas (ghairu sharih) menunjukkan sebab turunnya suatu ayat. Akan tetapi masih dimungkinkan mengandung pengertian lain.
C. Kaedah-kaedah Penetapan Hukum Dikaitkan dengan Sebab Nuzul.
Dalam memahami makna ayat Alquran yang mengandung lafal umum dan dikaitkan dengan sebab turunnya, para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan dasar pemahaman.Karena itu, berkaitan dengan masalah ini ada dua kaedah yang bertolak belakang.
Kaedah pertama menyatakan:
ِ سَب ب ّ ص الِ صْو ُ خ ُ ل ِب َ ظِ ْالِعْبَرةُ ِبُعُمْوِم الّلْف (penetapan makna suatu ayat didasarkan pada bentuk umumnya lafazh (bunyi lafazh), bukan sebabnya yang khusus). Kaedah kedua menyatakan sebaliknya: ِ ل ِبُعُمْوِم الّلْف ظ َ ب ِ سَبّ ص ال ِ صْو ُ خ ُ ْالِعْبَرةُ ِب (penetapan makna suatu ayat didasarkan pada penyebabnya yang khusus (sebab nuzul), bukan pada bentuk lafazhnya yang umum).
Contoh Penerapan Kaedah Pertama.
Firman Allah, Surat An-Nur ayat 6: Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, bahwa sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. [Q.S. An-Nur: 6]. Jika dilakukan pemahaman berdasarkan bentuk umumnya lafal terhadap surat An-Nur ayat 6 di atas, maka keharusan mengucapkan sumpah dengan nama Allah sebanyak empat kali bahwa tuduhannya adalah benar, berlaku bagi siapa saja (suami) yang menuduh isterinya berzina. Pemahaman yang demikian ini (berdasarkan umumnya lafal) tidak bertentangan dengan ayat lain atau hadits atau ketentuan hukum yang lainnya Contoh Penerapan Kaedah Kedua, Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 115: Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka ke mana pun kamu menghadap di situ- lah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas Rahmat-Nya, lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 115). Jika dalam memahami ayat 115 ini kita terapkan kaedah pertama, maka dapat disimpulkan, bahwa shalat dapat dilakukan dengan menghadap ke arah mana saja, tanpa dibatasi oleh situasi dan kondisi di mana dan dalam keadaan bagaimana kita shalat. Kesimpulan demikian ini bertentangan dengan dalil lain (ayat) yang menyatakan, bahwa dalam melaksanakan shalat harus menghadap ke arah Masjidil-Haram. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Alllah: Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan (Al-Baqarah: 149). Akan tetapi, jika dalam memahami Surat Al-Baqarah ayat 115 di atas dikaitkan dengan sebab nuzulnya, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah, bahwa menghadap ke arah mana saja dalam shalat adalah sah jika shalatnya dilakukan di atas kendaraan yang sedang berjalan, atau dalam kondisi tidak mengetahui arah kiblat (Masjidil-Haram). Dalam kasus ayat yang demikian ini pemahamannya harus didasarkan pada sebab turunnya ayat yang bersifat khusus dan tidak boleh berpatokan pada bunyi lafazh yang bersifat umum. D. Kegunaan Asbabun-Nuzul Keharusan mengetahui sebab nuzul untuk memahami isi kandungan Alquran tentu tidak untuk semua ayat Alquran. Karena tidak semua ayat dalam Alquran memiliki sebab nuzul. Bahkan ayat yang turun tanpa sebab nuzul jumlahnya jauh lebih banyak daripada ayat-ayat yang mempunyai sebab. Namun pembahasan tentang sebab nuzul mendapat perhatian yang sangat besar dari para ahli Ulumul-Quran. Hal ini menunjukkan pentingnya kajian Asbabun-Nuzul dalam Ulumul-Quran. Di antara arti pentingnya adalah: 1. Mengetahui rahasia dan tujuan Allah menysyariatkan agamanya melalui ayat-ayat Alquran. 2. Memudahkan pemahaman Alquran secara benar, sehingga terhindar dari kesukaran dan memperkecil kemungkinan salah. 3.Asbab an-Nuzul memperkuat hafalan Alquran, terutama ayat-ayat yang memiliki kemiripan ungkapan.