Disusun oleh:
Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, M.Si
2
UJI TRAP
PENDAHULUAN
Latar belakang
Tikus merupakan mamalia yang kerap kali menjadi hama penting dalam
kehidupan manusia yang sangat sulit dikendalikan. Bahkan bisa dikatakan bahwa
tikus adalah hama yang sangat dekat dengan kehidupan manusia. Tikus memiliki
kelebihan-kelebihan dari hama-hama lain diantaranya tikus merupakan organisme
omnivora sehingga sulit untuk kekurangan makanan. Selain itu, tikus juga
memiliki kemampuan fisik yang baik sehingga mampu beradaptasi dengan baik
dalam keadaan lingkungan baru. Kemudian reproduksi tikus juga sangat baik, hal
ini menyebabkan populasi tikus sangat mudah mengalami kenaikan.
Peningkatan populasi tikus merupakan masalah utama dalam pengendalian
tikus. Hal ini terjadi karena tikus mampu merupakan kerusakan yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan jumlah makanan yang dimakan oleh tikus itu sendiri.
Reproduksi tikus sangat baik, rahim tikus betina mampu menampung 10-16
embrio dalam satu masa kehamilan dan tikus jantan mampu kawin sepanjang
tahun, selain tiu masa matang seksual tikus juga sangat singkat yaitu 2-2,6 bulan.
Peningkatan populasi tikus inilah yang menjadi ancaman bagi manusia dan
perekonomiannya. Oleh sebab itu, tindakan pengendalian harus segera dilakukan
begitu terdeteksi kehadiran tikus.(Priyambodo Swastiko, 2003).
Tikus merupakan hama dalam berbagai kehidupan manusia, selain
menjadi hama dalam pertanian, tikus juga sangat dekat dengan manusia dengan
menjadi hama di dalam rumah manusia. Hal ini menyebabkan tikus menjadi
organisme yang sangat mengganggu dalam kehidupan manusia.
Berbagai upaya dilakukan manusia untuk mengendalikan populasi tikus
tersebut, diantaranya dengan racun atau rodentisida, dengan perangkap, dll. Pada
praktikum kali ini, mencoba mengamati efektifitas suatu jenis perangkap dalam
mengendalikan populasi tikus.
Tujuan
2
Praktikum ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang tingkat
efektifitas penggunaan suatu jenis trap.
Bahan
Pada praktikum uji trap ini, alat-alat yang digunakan berupa kandang
untuk tikus, enam jenis trap yaitu tomahawk, multiple, havahart, shermann,
single dan snap trap. Bahan yang digunakan adalah pakan tikus yaitu gabah dan
tikus pohon (Rattus tiomanicus).
Metode
Setelah kandang disiapkan, terlebih dahulu semua trap diletakkan pada
kandang dengan posisi yang acak, setiap trap diberi makanan yaitu gabah yang
diletakkan pada sebuah mangkuk. Setelah semua semua trap diletakkan di dalam
kandang, kemudian tikus yang telah disiapkan ditimbang terlebih dahulu, dan
dilihat jenis kelaminnya. Setelah itu, tikus dimasukkan ke kandang yang telah
diberi perangkap tadi dan ditutup bagian atasnya dengan kain berwarna gelap agar
kondisi cahaya di dalam kandang gelap. Setalah semua selesai, tikus tersebut
ditinggal di dalam kandang selama ±24 jam. Kemudian diamati apakah tikus
tersebut terperangkap atau tidak, jika terpengkap, maka terperangkap pada jenis
trap apa. Lalu dilakukan pengulangan selama enam hari dengan perlakuan
pemindahan posisi trap.
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
PENGUJIAN TRAP
Number of Means 2 3 4 5 6
Critical Range 0.8162 0.8509 0.8744 0.8918 0.9056
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping Mean N TRTMENT
4
A 2.1667 12 Tomahawk
A 1.6667 12 Multiple
B 0.8333 12 Havahart
B 0.5833 12 Shermann
B 0.1667 12 Single
B 0.0833 12 Snap
Pembahasan
5
dilihat dari cara kerjanya, kedua perangkap ini memiliki cara kerja yang hampir
sama. Apabila tikus melewati kedua perangkap ini, tampa ia memakan umpan pun
ia akan terperangkap dengan sendirinya.
Kemudian perangkap jenis havahart dan shermann berdasarkan data yang
diperoleh, kedua perangkap ini memiliki tingkat efektifitas yang cukup baik.
Lalu perangkap jenis single dan snap merupaka jenis perangkap yang
memiliki efektifitas paling rendah diantara perangkap-perangkap lainnya.
Perangkap snap merupakan perangkap mati yang paling banyak digunakan
sehingga bisa dikatakan perangkap ini merupakan perangkap yang paling umum
dikenali oleh tikus. Perangkap ini hanya akan memerangkap tikus yang menarik
pakan yang diletakkan diatasnya, apabila tikus tidak kekurangan makanan, maka
ia tidak akan mendekati perangkap ini. Selain itu, ukurannya juga sangat kecil dan
jumlah makanan yang diletakkan juga sangat sedikit. Kemudian perangkap single
juga kurang efektif dalam memerangkap tikus. Perangkap ini pada dasarnya
memiliki desain yang mirip dengan sarang tikus, dan tidak diletakkan umpan di
dalamnya. Kurang efektifnya perangkap ini bisa saja disebabkan karena tidak
adanya makanan yang diletakkan. Selain itu tikus memiliki kecurigaan terhadap
benda yang ada disekitarnya, sehingga ia lebih memilih memasuki sarang awlnya
dibandingkan dengan memasuki single trap. Oleh sebab itu, intensitas pemakaian
perangkap juga berpengaruh pada hasil yang diperoleh.
Selain hal di atas, faktor yang mempengaruhi efektifitas perangkap yang
digunakan dapat juga terjadi karena pakan yang diberikan terlalu banyak sehingga
menyebabkan tikus tidak berminat untuk mencari makan lagi. Kemudian adanya
aroma-aroma yang ditinggalkan tikus sebelumnya yang terperangkap pada jenis
trap tersebut seperti air seni, dll. Lalu jenis kelamin tikus dan ukuran serta bobot
tubuh tikus yang dipakai.
6
Gambar perangkap tikus yang biasa digunakan
Hava
hart
snap trap
www.enasco.com www.made-in-china.com
7
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pada praktikum uji perangkat kali ini, tomahawk dan multiple merupakan
perangkap yang memiliki tingkat efektifitas paling baik diantara perangkap-
perangkap lainnya. Bentuk dan ukuran perangkap juga mempengaruhi efektitas
suatu perangkap. Faktor genetik dan adaptasi tikus mempengaruhi tikus untuk
memasuki suatu perangkap.
Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disarankan apabila dalam
menggunakan perangkap yang paling efektif yaitu tomahawk dan multiple.
Karena tingkat perangkap lainnya lebih rendah jika dibandigkan dengan kedua
perangkap tersebut.
8
DAFTAR PUSTAKA
9
UJI UMPAN PAKAN KUCING DAN
PAKAN IKAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hama tikus merupakan salah-satu masalah yang hingga saat ini sulit
ditangani. Tidak hanya di rumah, di perkantoran, bangunan-bangunan lain, di atas
kapal laun maupun di tempat lain ternyata tikus selalu menimbulkan masalah
karena selalu mengerat. Aktivitas mengerat yang dilakukan tikus adalah akibat
dari pertumbuhan gigi serinya yang akan terus memanjang. Jadi aktivitas
mengeratnya ini bertujuan untuk mengurangi pertumbuhan gigiserinya. Namun,
yang lebih penting adalah hewan ini sangan potensial menimbulakan kerusakan
dan kerugian yang tidak sedikit bagi bidang pertanian bahkan di sawah, ladang
maupun perkebunan pun sering tikus sangat merajalela. Sudah beratus-ratus
sawah, ladang, dan areal perkebunan yang rusak akibat keganasan serangannya.
Yang lebih gila lagi adalah mereka bias merusak tanaman hanya dalam waktu
semalam saja (Mahfus,2005).
Pengendalian harus terus dilakukan untuk menekan populasi tikus ini agar
kerusakan tidak terua meningkat, salah satunya adalah dengan memberikan
umpan beracun atau rodentisida yang secara umum terdiri dari bahan racun, bahan
umpan, dan bahan tambahan. Umpan beracun harus masuk ke dalam tubuh tikus,
dan untuk itu umpan berarti harus di makan oleh tikus. Oleh karena itu bahan
racun harus dicampur dengan umpan yang paling disenangi tikus dibandingkan
dengan bahan umpan lain yang berbeda di sekitar kehidupan tikus. Untuk
mengetahui jenis bahan umpan yang paling disenangi oleh tikus, perlu dilakukan
pengujian tentang preperensi umpan.
Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui jenis umpan yang paling
disenangi oleh tikus yang nantinya akan menjadi bahan dasar untuk pembuatan
umpan beracun, menentukan komposisi pakan yang tepat bagi pertumbuhan dan
perkembangan tikus yang optimum, serta menentukan jumlah pakan (energi) yang
dibutuhkan oleh tikus dalam satu hari.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan alat
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam praktikum uji umpan ini adalah
berbagai jenis umpan tikus, yaitu gabah, kacang tanah, pakan kucing, pakan ikan,
jagung, dan beras. Selain itu dibutuhkan pula air untuk minum tikus, dan seekor
tikus pohon (Rattus tiomanicus). Adapun alat yang diperlukan adalah timbangan
untuk mengukur tikus dan pakan, kurungan tikus yang berisi tempat makan,
tempat minum dan bubung bamboo, Kantung plastic uktuk tempat pakan dan
tempat menimbang tikus.
Metode
Metode yang pakai dalam praktikum uji umpan ini adalah metode pengujian
dengan pilihan (choice test). Lanhkah pertama yang kami lakukan adalah
menimbang tikus yang akan digunakan dengan bantuan kantung plastic untuk
mendapatkan bobot awalnya. Lalu jenis kelamin tikus ditentukan. Setelah tikus
dipersiapkan, selanjutnya pakan tikus disiapkan. Pakan tikus ditimbang sejumlah
±10% dari bobot tubuh tikus. Tikus dimasukkan kedalam kurungan dan tikus
tersebut dibiarkan untuk beradaptasi di dalam kurungan tersebut sampai tikus itu
masuk ke dalam bumbung bambu.
Pakan yang akan diuji dimasukkan ke dalam wadah umpan dengan letak
umpan yang diacak setiap hari dan air minum dimasukkan ke dalam gelas minum.
Wadah umpan dan minum dimasukkan ke dalam sarang tikus pada hari
berikutnya (tikus dibiarkan berpuasa selama 24 jam). Setiap dua puluh empat jam
sekali, sisa pakan tikus ditimbang, termasuk umpan atau pakan yang berceceran di
bagian dasar kurungan. Pakan tersebut ditambah kembali sama dengan jumlah
atau berat awalnya. Jika umpan basah terkena urine atau air minum, sisa umpan
dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang dan pakan diganti dengan yang
baru, demikian pula dengan air minumnya.
Pengamatan ini dalakukan selama tujuh hari, sehingga didapatkan jumlah
konsumsi beberapa jenis pakan selama seminggu. Diakhir praktikum, tikus
ditimbang kembali untuk mendapatkan bobot akhir tikus. Bobot awal dan akhir
tikus dirata-ratakan untuk mendapatkan bobot tikus rata-rata. Perhitungan tingkat
konsumsi dilakukan dengan mengkonversi jumlah tiap-tiap pakan yang
dikonsumsinya terhadap 100 gram bobot tubuh tikus.
100
Konsumsi perhitungan = bobot rerata tikus
x konsumsi
sebenarnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
PENGUJIAN UMPAN PAKAN KUCING
Number of Means 2 3 4 5
Critical Range 2.329 2.447 2.522 2.576
Number of Means 2 3 4 5
Critical Range 3.153 3.288 3.378 3.445
Number of Means 2 3 4 5
Critical Range 2.329 2.447 2.522 2.576
Number of Means 2 3 4 5
Critical Range 1.853 1.932 1.985 2.024
Kesimpulan
Pada uji umpan yang menggunakan tambahan umpan pakan kucing dan
pakan ikan terlihat bahwa tikus lebih menyukai makanan serealia yaitu gabah,
dimana terlihat lebih besar konsumsinya dibandingkan jenis umpan lainnya.
Meskipun beberapa data menunjukan bahwa hasil pengamatan yang memenyertai
pakan kucing,terlihat bahwa tikus masih menyukai kacang tanah dan jagung tetapi
tidak lebih baik jika dibandingkan dengan gabah. Jadi, bahan yang paling baik
digunakan sebagai umpan tikus adalah gabah.
Saran
Dari percobaan yang telah dilakukan, terlihat bahwa umpan yang paling
disukai tikus adalah gabah (jenis serealia). Konsumsinya lebih besar dari jenis-
jenis pakan lainnya, meskipun jika diberi jenis pakan kucing dan pakan ikan, tikus
lebih memilih gabah sebagai pakan utamanya. Sehingga disarankan apabila dalam
pemberian pakan tikus yang akan digunakan dalam campuran umpan beracun,
dapat digunakan gabah sebagai pakan utamanya.
DAFTAR PUSTAKA
Latar Belakang
Tikus merupakan satwa liar yang menjadi hama penting dalam kehidupan
manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, pemukiman, dan kesehatan
(Meehan.1984). Setidaknya ada 24 spesies tikus yang merupakan hama penting
dari negara-negara Asia dan Indo pasifik (Aplain , Jacob.2003). Asosiasi tikus
dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, tikus mendapatkan keuntungan
sedangkan manusia sebaliknya. Asosiasi tikus dengan manusia dapat juga bersifat
mutualisme karena ada jenis tikus yang merupakan hewan laboratorium. Jenis
tikus ini dijadikan hewan percobaan untuk pengujian obat bagi manusia dan
mengetahui tingkat toksinitas.
Tikus adalah binatang yang sangat tidak disukai oleh manusia, karena
tikus lebih banyak menyusahkan bagi manusia. Selain menyusahkan, ternyata
tikus juga telah memberikan kerugian yang cukup besar bagi perekonomian
manusia. Tikus dikenal sebagai pembawa 45 macam penyakit, diantaranya;
salmonellosis, pausteurellosis, leptospirosis, disentri pada babi, trichinosis,
toksoplasma dan rabies, termasuk organisme yang ada pada kakinya sehingga
penyakit lebih cepat menyebar. Koloni 100 ekor tikus dapat menghabiskan pakan
ternak sebanyak 1 ton dalam setahun. Selain itu, Tikus menghasilkan kotoran 10
kali lipat dari pakan yang dimakan dengan kotoran, urin dan bulunya
(www.syaarar.com).
Tikus hidup dekat dengan sumber makanan; gudang, lumbung pangan,
kandang. Tikus dapat memanjat dan melompat dengan ketinggian 91cm dan
sejauh 122cm. Tikus dapat memanjat batubata, dinding dan berjalan diatas kawat.
Tikus besar dapat menyelinap dilubang dengan diameter 1cm, sedangkan tikus
kecil 0,6cm bahkan lebih kecil. Tikus aktif dimalam hari. Untuk memprediksi
intensitas serangan tikus tanaman padi dengan pendekatan SIG, disarankan peta
waktu tanam yang harus diperhatikan. Karena intensitas serangan tikus musim
hujan dan musim kemarau tidak berbeda maka tindakan pengendalian terhadap
hama tikus sebaiknya diperlakukan sama untuk musim hujan dan musim kemarau
(www.go.php//).
Tujuan
Menentukan jenis bahan penyedap yang disukai oleh tikus dan mengetahui
tingkat konsentrasi bahan penyedap di dalam umpan yang paling efektif.
BAHAN DAN METODE
Metode
Hasil Pengamatan
PENGUJIAN PENYEDAP KROTO
Complete Random Deisgn 18:39 Thursday, May 1, 2009
Analysis of Varience Procedure
Dependent Variable: YIELD
Number of Means 2 3 4 5 6
Critical Range 1.598 1.680 1.732 1.770 1.798
Number of Means 2 3 4 5 6
Critical Range 2.152 2.244 2.306 2.352 2.387
Number of Means 2 3 4 5 6
Critical Range 1.611 1.693 1.747 1.785 1.813
Number of Means 2 3 4 5 6
Critical Range 2.170 2.263 2.325 2.371 2.407
Pembahasan
Saran
Tikus lebih menyukai Terasi dari uji penyedap kroto dan vetsin dari uji
penyedap sohor tetapi disarankan menggunakan terasi dari pada vetsin untuk
penggunaan penyedap dalam pencampuran pakan beracun yang akan di makan
oleh tikus karena lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Aplain KP, Brown PR, Jacob J, Krebs CJ, Singleton GR.2003. Field Methods For
Rodent, Studies in Asia and The indo-pasifik. Australian Centre For
International Agricultural Research. Camberra : Australia.
Coates, M.E., ed.1987. ICLAS Guidelines on the Selection and Formulation of
Diets for Animal in Biomedical Research. London : Institute of Biologi.
Knapa, J.J.1983. Nutrition. Pp. 51-67 in The Mouse in Biomedical Research.
Vol.111 : Normative Biology, Immunology, and Husbandry,H. L. Foster, J.
D. Small, and J. G. Fox, eds. New York : Academic Press.
Meehan AP.1984. Rats and Mice, Their Biology and Control. East Grinstead :
Rentokil Limitid.
Priyambodo S.2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta : PT. Penebar
Swadaya.135 p.
Anonim.www.syaarar.com.11 Mei 2009