Anda di halaman 1dari 4

SUMBAR HUKUM ISLAM DAN PEMBAGIANNYA

Oleh : Ahmad faiqul himam


Nim ;

Pendahuluan

Sesungguhnya kami telah menurunkann kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,


supaya kamu dpat menetapkan hokum kepada manusia dengan apa yang telah Allah
wahyukan kepadamu.
Tata kehidupan manusia perlu diatur dengan norma-norma hukkum yang diambil dari
jaran-ajaran islam, karena mereka selain hidup di dunia juga akan mengalami kehidupan
akhirat yang kebahagiaan atau kesengsaraannya ditentukan oleh akumulasi pahala dari
perbebuatan-perbuatan baik di dunia in. Semantara ketentuan ketentuan hokum yang
diambil dari ajara agama termasuk bagian yang menyediakan pahala tersebut. Dengan
demikin,mentaati ketentuan-ketentuan itu, disamping akan mambawa ketentraman,
kenyamanan serta kebahagiaan daloam kehidupan dunia ini, juga akan membawa pada
kebahagiaan
dalam jehidupan akhirat kelak.
Kemudian secara psikologis setiap manusia senantiasa mengakui akan adanya kekuatan
su-pranatural ehingga melahirkan berbagai kegiatan ritus untuk melakukan. Islam, lewat
doktrin-doktrin akidahnya mengajarkan tentang keimanan yang benar, dan lewat doktrin
syari’ahnya mengajarkan bagaimana berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Ghabib itu.
Di samping itu, Karena setiap mereeeka juga berada ditengah-tengah masyarakatnya, dan
senantiasa terikat dengan hubungan interpendensi, maka syariah juga mengeluarkan
norma-norma nhukum untuk manata hubungan sosial mereka. Dua hal inilah yang
menjadi latar belakang pensyari’atan hukum-hukum bagi umat manusia, dengan disertai
janji pahala dan ancaman dosa bagi yang mentaati atau yang melanggarnya. Oleh sebab
itu, norma-norma hukum ini bisa tegak kalau masyarakatnya mempunyai kesadaran
teologis yang cukup baik, atau dipaksakan oleh penguasa.
Uraian iini memperlihatkan bahwa aspek hukum dalam islam merupakan bagian dari
doktrin agama secara keseluruhan, yang berfungsi mengatur hubungan manusia dengan
Tuhannya,dngan sesama muslim, non muslim, alam dan lingkungan sosialnya.
Dalam hal ini penulis memilih judul “SUMBER HUKUM ISLAM DAN
PEMBAGIANNYA”, karena dirasa perlu untuk kita mengetahunya demi mencapai
kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak.
A.Pengertian Hukum
Dilihat dari segi kebahasaannya, kata hukum menetapkan sesuatu pada yang lain.1.
Sedangkan menurut istilah ialah doktrin (khitab) syar’I yang bersangkutan dengan
perbuatan orang-orang mukallaf secara perintah atau diperintah, atau berupa ketentuan
(taqrir).2
Ahli ushul fiqih dan ahli fiqih berbeda pandangan dalam mengartikan hukum syar’i
tersebut. Pihak pertama mendefinisikan hukum syar’I sebagai khitab (titah) Allah yang
berhubungan dengan perbuatan mukallaf yang mengandung tuntutan, kebolehan, boleh
memilih atau wadha’ (yaitu mangandung ketentuan tentang ada tau tidaknya sesuatu
hukum).Sedangkan [ihak kedua, mendefinisikan sebagai efek yang dikehendaki oleh titah
Allah tentang perbuatan seperti wajib,haram dan mubah. Dan melalui pemahaman
terhadap definisi ini, ada ulama yang mengatakan bahwa hukum sayar’i itu merupkan
koleksi daya upaya para fuqoha untuk menerapkan syari’at atas kebutuhan masyarakat.3.
B. Sumber Hukum Islam
1.Al Qur’an
Al Qur’an sebargaimana dinyatan oleh Al Syaukani adalah kalam Allah yang diturunkan
kepada rasulnya, Muhammad ibn Abdullah dalam bahasa arab dan maknanya yang
murni, yang sampai kepada kita secara mutawatir.4
Dari total ayat Al Qur’an yang mencapai 6360,ayat bhukum menurut versi penghitungan
Abdu Al Wahab Khallaf yang dikutip Harun Nasution, hanya mencapai 368 ayat atau
kurang lebih 5,8 % dari total keseluruhan ayat-ayat Al Qur’an.5
Distribusi ayat-ayat tersebut adaah sebagai berikut:
1. Aspek ibadah sebanyak 140 ayat.
2. Aspek kehidupan rumah tangga, seperti perkawinan,perceraian,mawarist
sebanyak 70 ayat.
3. Aspek perekonomian sebanyak 70 ayat.
4. Aspek kepidanaan sebanyak 30 ayat.
5. Aspek Qadha (persaksian dan sumpah) dalam proses pengadilan sebganyak 13
ayat.
6. Aspek politik dan perundang-undangan sebanyak 10 ayat.
7. Hubungan sosial antar umat islam dengan non islam dalam negara islam, serta
hubungan negara islam dengan negara non islam sebanyak 25 ayat
8. Hubungan kaya miskin, yakni peraturan peraturan tentang pendistrinusian harta
orang mikin, serta perhatian Negara terhadap hal ini sebanyak 10 ayat.6
2. Al Sunnah
Sumber kedua hukum islam adalah Al Sunnah, yakni segala sesuatu yang datang dari
Rasul SAW selain Al Qur’an baik berupa perkataan,perbuatan maupun ketetapannya
yang berkenaan dengan hukum syara’,7 Demikian menurut para ulama ushul. Memang
sebagaimana dinyatakan adib shalih, bahwa istilah al sunnah seringkali dipergunakan
untuk ketentuan Rasulullah mengenai hukum islam bahkan termasuk dari para
sahabatnya.8
Dalam posisinya sebagai sumber hukum kedua setelah Al Qur’an, Al Sunnah lebih
banyak berfungsi sebagai bayan atau penjelasan terhadap berbgai ketentuan yang telah
diuraikan dalam Al Qur’an, mempertegas ketentuan ketentuan tersebut, dan terkadang
menetapkan hukum yang belum ditetapkan dalam Al Qur’an.9
3. Ijma’
Secara bahasa ijma’ berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk masdar dari
secara bahasa memiliki beberapa arti, diantaranya : Pertama, ketetapan tau keputusan
untuk melskuksn sesuatu. Kedua, sepakat. Sedangkan dikemukakan oleh Abdul Wahab
Khallaf :

“Kesepakatan semua imam mujtahid pada suatu masa setelah wafatnya Rasul terhadap
hukum syara’ mengenai mengenai suatu kasus.10
Ijma’ bisa dikatakan benar kalau semua mujtahid pada waktu itu memberikan
pendapatnya baik dengan perkataan,sikap maupun perbuatan. Kemudian secara rinci,
Wahbah Al Zuhaili menyatakan bahwa ijma’ itu dapat dikatakan sah apabila memenuhi
lima rukun di bawah ini :
1. Kesepakatan itu harus diambil oleh keseluruhan ulama mujtahid, oleh sebab itu
setiap mujtahid harus diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya. Dan
kalau salah satu orang saja dari mereka berbeda pendapat, maka ijma’nya ti dak
sah
2. Ijma’ itu harus dilakukan oleh para ulama secara berkeolompok, oleh sebab itu
ijma’ tidak sah kalau hanya dilakuka oleh satu orang mujtahid, walaupun pada
saat itu hanya dia mujtahidnya.
3. Tidak boleh ada ijma’ murakab, yakni perpecahan pendapat yang membentuk
kelompok-kelompok kecil, sehingga terdapat dua atau tiga pendapat dengan dua
atau tiga kelompok ulama.
4. Semua ulama harus menyatakan pendapatnya secara jelas baik dengan perkataan
maupun perbuatan. Kalau ada diantara mereka yang tidak menyatakan pendapat,
secara idel ijma’ tersebut tidak sah.
5. Para ulama itu harus dapat melahirkan keputusan-keputusan hokum pada saat
mereka melakukan pembahasan.11
C. Metodologi Kajian Hukum

1. Qiyas
Dilihat dari segi kebahasaan, kata qiaz berarti ukuran, yakni mengetahui ukuran seseuatu
denga menisbahkan pada yang lain.12 Sedang menurut istilah yang biasa digunakan para
ulama ushul adalah menghubungkan sesuatu yang belum dinyatakan ketentuan
hukumnya oleh nash, kepada sesuatu yang telah ditentukan ketentuan hukumnya oleh
nash karena keduanya memiliki kesamaan ilat hokum.13
Qiyas dapat dikatakan benar apabila memenuhi rukun berikut :
1. Ashal, yakni suatu kejadian yang telah dinyatakan ketentuan hukumnya oleh nash.
2. Furu’, yakni kejadian baru yang belum diketahui ketentuan hukumnya dan belum
terangkat oleh nash.
3. Ilat, yakni sifat-sifat yang menjadi dasar dari ketentuan hokum ashal.
4. Hukum ashal, yakni ketentuan hokum syara’ yang telah dinyatakan oleh nash
pada ashal, dan hendak diletakkan pula pada furu’.14

2. Istihsan
Secara bahasa”istihsan” berarti mengikuti sesuatu yang menurut analisis nalar adalah
baik. Sedang menurut istilah ulama hanafiah sebagai pemakai metode ini, adalah beralih
dari satu ketetapan qiyas pada hasil qiyas lain yang lebih kuat, atau dengan kata lain
mentakhsish Qiyas dengan dalil yang lebih kuat.

Anda mungkin juga menyukai