Realitas Kebudayaan
Perumusan mengenai batasan kebudayaan banyak sekali. Di antara batasan-batasan itu
terdapat suatu kesepakatan bahwa kebudayaan itu dipelajari dan bahwa kebudayaan
menyebabkan orang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan lingkungan
sosialnya. Kebudayaan merupakan bagian dari lingkungan yang diciptakan oleh manusia.
Secara implicit dapat diartikan bahwa manusia hidup dalam suatu lingkungan alam dan
lingkungan sosial, hal mana berarti juga bahwa kebudayaan tidak semata-mata
merupakan unsur gejala biologis. Kebudayaan mencakup semua unsur yang diciptakan
manusia dari kelompoknya, dengan jalan mempelajarinya secara sadar atau dengan suatu
proses pemciptaan keadaan-keadaan tertentu. Hal itu semua mencakup pelbagai macam
teknik, lembaga-lembaga sosial, kepercayaan, maupun pola pola perilaku.
Konsep kebudayaan yang dipergunakan sebagai sarana untuk menganalisa manusia,
mempunyai arti yang berbeda dengan pengertian berbudaya (cultured). Pengertian
berbudaya menunjuk pada kemampuan manusia (yang berbudaya) untuk memanfaatkan
pelbagai unsur peradaban masyarakat. Bagi mereka yang ingin memahami esensi hakikat
kebudayaan, harus dapat memecahkan paradoks-paradoks dalam kebudayaan. Paradoks-
paradoks tersebut dapat mengakibatkan terjadionya masalah-masalah, oleh karena itu
sifatnya fundamental, sehingga sukar untuk menyerasikan kontradiksi-kontradiksi yang
ada. Paradoks-paradoks tersebut yaitu:
1. Dalam pengalaman manusia, maka kebudayaan bersifat universal,; akan tetapi setiap
manifestasinya secara local atau regional adalah khas (unique).
2. Kebudayaan bersifat stabil akan tetapi juga dinamis; wujud kebudayaan senantiasa
berubah secara konstan.
3. Kebudayaan mengisi dan menentukan proses kehidupan manusia, akan tetapi jarang
disadari dalam pikiran.
Teori Herskovits mengemukakan bahwa:
1. Kebudayaan merupakan sesuatu yang berada di atas manusia dan benda atau badan
(super organik), oleh karena kebudayaan senantiasa terpelihara dari satu generasi ke
generasi berikutnya, walaupun anggota-anggota generasi tersebut silih berganti
(karena kelahiran dan kematian).
2. Kebudayaan menentukan segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat yang
memiliki kebudayaan tersebut (cultural determinism).
3. Unsur-unsur pokok dari kebudayaan adalah peralatan teknologi, didtem ekonomi,
keluarga, dan kekuasaan atau pengendalian politik.
Ragam dan Unsur-Unsur Budaya
Setiap kelompok masyarakat punya tradisi dan kebudayaan tersendiri, yang tentu saja
berbeda satu sama lainnya. Kebudayaan-kebudayaan yang lebih sempurna dari suatu
masyarakat yang nantinya akan dapat menjadi sebuah peradaban. Namun, walaupun
masing-masing mempunyai keunikan tersendiri, budaya terdiri dari unsur-unsur dan
mempunyai fungsi-fungsi tersendiri bagi masyarakatnya.
Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur besar maupun unsur-
unsur kecil yang merupakan bagian dari suatu kebulatan yang bersifat kesatuan. Misal
dalam kebudayaan Indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti umpamanya seperti
Majelis Permusyawaratan Rakyat di samping adanya unsur-unsur kecil, seperti sisir,
kancing, baju, peniti, dan lain-lainnya yang dijual di pinggir jalan. Marville J. Herskovits
mengajukan 4 unsur pokok kebudayaan, yaitu:
1. alat-alat teknologi,
2. sistem ekonomi,
3. keluarga, dan
4. kekuasaan polotik.
Sementara Bronislaw Malinowski yang terkenal sebagai salah seorang pelopor teori
fungsional dalam anthropologi, menyebut unsur-unsur pokok kebudayaan sebagai
berikut:
1. system norma yang memungkinkan kerjasama antara para anggota masyarakat di
dalam upaya menguasai alam sekelilingnya,
2. organisasi ekonomi,
3. alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan; perlu diingat bahwa keluarga
merupakan pendidikan yang utama, dan
4. organisasi kekuatan.
Pada intinya para ahli menunjuk pada adanya 7 unsur kebudayaan yang dianggap sebagai
cultural universals, yaitu:
1. Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan, alat-alat rumah
tangga, senjata, alat-alat produksi, transportasi, dan sebagainya).
2. Mata pencaharian hidup dan system-sistem ekonomi (pertanian, peternakan, system
produksi, system distribusi dan sebagainya).
3. Sistem kemasyarakatan (system kekerabatan organisasi politik, system hokum, system
perkawinan).
4. Bahasa (lisan maupun tertulis).
5. Kesenian (seni rupa, seni suara, seni gerak, dan sebagainya).
6. Sistem pengetahuan dan pendidikan.
7. Religi (system kepercayaan).
Cultural-universals tersebut di muka, dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur yang
lebih kecil. Ralph Linton menyebutnya kegiatan-kegiatan kebudayaan atau cultural activity.
Sebagai contoh, cultural universals pencaharian hidup dan ekonomi, antara lain mencakup
kegiatan-kegiatan seperti pertanian, peternakan, system produksi, system distribusi, dan
lain-lain. Kesenian misalnya, meliputi kegiatan-kegiatan seperti seni tari, seni rupa, seni
suara, dan lain-lain. Selanjutnya Ralph Linton merinci kegiatan-kegiatan kebudayaan
tersebut menjadi unsur-unsur yang lebih kecil lagi yang disebutnya trait-complex.
Misalnya, kegiatan pertanian menetap meliputi unsur-unsur irigasi, system mengolah
tanah dengan bajak system hak milik atas tanah dan lain sebagainya. Selanjutnya trait-
complex mengolah tanah dengan bajak, akan dapat dipecah-pecah ke dalam unsur-unsur
yang lebih kecil lagi, umpamanya hewan-hewan yang menarik bajak, teknik
mengendalikan bajak dan seterusnya. Akhirnya sebagai unsur kebudayaan terkecil yang
membentuk traits, adalah items.
Kebudayaan, selain memiliki unsur-unsur pokok, juga mempunyai sifat hakikat. Sifat
hakikat kebudayaan ini berlaku umum bagi semua kebudayaan di manapun juga,
walaupun kebudayaan setiap masyarakat berbeda satu dengan lainnya. Sifat hakikat
kebudayaan tersebut ialah sebagai berikut:
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia.
2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu,
dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah-lakunya.
4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-
tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang dan tindakan-
tindakan yang diizinkan.
Kepribadian dan Kebudayaan
Berbicara mengenai kepribadian dan kebudayaan, tidak terlepas dari hubungan antara
masyarakat dan kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan merupakan perwujudan atau
abstraksi perilaku manusia. Kepribadian mewujudkan perilaku manusia. Perilaku
manusia dapat dibedakan dengan kepribadiannya, karena kepribadian merupakan latar
belakang perilaku yang ada dalam diri seorang individu.
Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan lain-lain sifat ynag khas dimiliki
seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain.
Kepribadian sebenarnya merupakan organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan
sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi suatu
individu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam menelaah pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian, sebaiknya dibatasi pada
bagian kebudayaan yang secara langsung mempengaruhi kepribadian. Berikut tipe-tipe
kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian yakni:
1. Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar factor kedaerahan. Di sini dijumpai
kepribadian yang saling berbeda antara individu-individu yang merupakan anggota
suatu masyarakat tertentu, karena masing-masing tinggal di daerah yang tidak sama
dan dengan kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak sama pula. Contoh adat-
istiadat melamar mempelai di Minangkabau berbeda dengan adat-istiadat melamar
mempelai di Lampung.
2. Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life). Contoh
perbedaan antara anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan
di desa. Anak kota terlihat lebih berani untuk menonjolkan diri di antara teman-
temannya dan sikapnya lebih terbuka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
sosial dan kebudayaan tertentu. Sedangkan seorang anak yang dibesarkan di desa
lebih mempunyai sikap percaya diri sendiri dan lebih banyak mempunyai sikap
menilai (sense of value).
3. Kebudayaan khusus kelas sosial. Di dalam setiap masyarakat akan dijumpai lapisan
sosial karena setiap masyarakat mempunyai sikap menghargai yang tertentu pula.
4. Kebudayaan khusus atas asar agama. Agama juga mempunyai pengaruh besar di
dalam membentuk kepribadian seorang individu. Bahkan adanya berbagai madzhab
di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda pula di
kalangan umatnya.
5. Kebudayaan berdasarkan profesi. Pekerjaan atau keahlian juga memberi pengaruh
besar pada kepribadian seseorang. Kepribadian seorang dokter, misalnya, berbeda
dengan kepribadian seorang pengacara, dan itu semua berpengaruh pada suasana
kekeluargaan dan cara-cara mereka bergaul.
Konflik Sosial-Budaya
Pembahasan mengenai konflik sosial budaya tentu amat luas. Penulis di sini hanya akan
menggambarkan secara sekilas mengenai hal tersebut. Yang disebut dengan konflik sosial
budaya di sini tidak hanya konflik antara kelompok atau ras (SARA), tetapi juga konflik
sosial internal kelompok. Konflik sosial-budaya biasanya terjadi karena terdapat benturan
kepribadian baik antar kelompok masyarakat maupun antar individu. Tetapi tidak hanya
benturan kepribadian yang dapat menyebabkan konflik sosial budaya, perbedaan
idealisme, stratifikasi sosial, perubahan sosial juga dapat menyebabkan terjadinya konflik
sosial budaya antar kelompok dan individu.
Dalam kehidupan nyata dapat diambil banyak contoh, seperti kasus rasialis yang masih
marak terjadi di manapun di belahan dunia ini. Konflik berbau SARA yang beberapa
tahun lalu terjadi di Indonesia juga merupakan contoh konkrit konflik sosial-budaya.
Bagaimanapun konflik sosial-budaya merupakan suatu keniscayaan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara yang multikultural. Namun, konflik tersebut bisa diantisipasi
dan dihindari apabila individu maupun kelompok mengerti dan paham unsur-unsur
universal, fungsi utama, sifat hakikat kebudayaan. Selain itu peranan pemerintah dan
pranata social juga sangat signifikan untuk melakukan pengendalian social baik dengan
nilai, norma, dan hokum yang telah disepakati. Sehingga konflik social dapat dihindari.