Anda di halaman 1dari 9

Pokok Bahasan Pertama

PENGANTAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Sub Pokok Bahasan:


1. Landasan filosofis, yuridis, dan historis PKN
2. Tujuan dan lingkup kajian PKN di Politeknik

Tujuan Pembelajaran Umum :


Mahasiswa memahami konsep dan landasan serta pentingnya perkuliahan
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, khususnya di lingkungan
Politeknik.

Tujuan Pembelajaran Khusus:


Pada akhir pembahasan, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan:
1. Menjelaskan dasar pemikiran dan landasan hukum perkuliahan Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi ditinjau dari Visi dan Aksi Pendidikan
Tinggi pada abad XXI;
2. Menjelaskan implikasi serta peranan Perguruan Tinggi berkaitan dengan tuntutan
kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan dewasa ini.
3. Menguraikan empat pilar pendidikan, khususnya hakikatPendidikan Tinggi dalam
menyongsong era globalisasi, serta implikasinya terhadap isi program
pendidikan.
4. Menguraikan kompetensi yang diharapkan dari perkuliahan Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi.
5. Menguraikan secara garis besar dari perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan
di Perguruan Tinggi dalam kaitannya dengan Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara di Indonesia.
6. Menjelaskan pokok-pokok materi sajian (silabus) dalam program perkuliahan
Pendidikan Kewarganegaraan di Politeknik.

Uraian Materi :

Dasar Pemikiran dan Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan


di Perguruan Tinggi
Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah
suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya,

1|P a g e
selaku warga masyarakat, bangsa dan negara, secara berguna (berkaitan dengan
kemampuan spiritual) dan bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif dan
psikomotorik) serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan
selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara dan hubungan
internasionalnya. Pendidikan tinggi tidak dapat mengabaikan realita kehidupan yang
mengglobal yang digambarkan sebagai perubahan kehidupan yang penuh dengan
paradoksal dan ketakterdugaan.

Pendidikan adalah:
 Upaya/proses untuk mendewasakan individu
 Upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk
menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya secara
berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari depanya.

Konferensi dunia tentang Pendidikan Tinggi, yang diselenggarakan UNESCO,


mendeklarasikan “Visi dan Aksi Pendidikan Tingggi di Abad XXI”, berkesimpulan :
1. Pendidikan Tinggi Abad XXI harus memainkan peran sebagai:
a. suatu komponen vital dari pembangunan budaya, sosial, ekonomi dan
politik;
b. suatu tiang penyangga dalam pembentukan kemampuan masyarakat, untuk
demokrasi dan perdamaian.
2. Pendidikan Tinggi harus berperan untuk merangsang tumbuhnya fungsi
prospektifnya melalui analisis berkelanjutan tentang kegawatan-kegawatan : sosial,
ekonomi, budaya, dan kecenderungan politik, serta mampu bertindak sebagai pemandu
dalam mengatasi bencana yang timbul, mampu melihat ke masa depan, mengantisipasi,
dan menyiapkan peringatan perdana kepada masyarakat, pemerintah, tentang
kegawatan-kegawatan tersebut.
3. Pendidikan Tinggi harus sadar akan perannya sebagai pelayan masyarakat dan
harus berusaha agar pelayanannya menjamin terjadinya keseimbangan antara misi
pendidikan dan misi sosial.

2|P a g e
Dengan memperhatikan visi dan aksi pendidikan tinggi abad XXI, maka wawasan
Pengembangan Pendidikan Tinggi di Indonesia ke masa depan yang hendak dicapai,
adalah :
1. Proses pembelajaran di Perguruan Tinggi Indonesia menyerap konsep pendidikan
internasional yang cenderung semakin : manusiawi, religius, demokratis, dan praktis.
2. Menyepakati dan melaksanakan hakikat pendidikan yang berwujud empat pilar
pendidikan yaitu: (1) Learning to be, (2) Learning to know, (3) Learning to do, (4)
Learning to live together.
3. Pendidikan Tinggi mempunyai fungsi untuk pembentukan sosok lulusan yang utuh
dan lengkap ditinjau dari segi kemampuan, ketrampilan dan kematangan, serta
kesiapan pribadi.

Kemampuan warganegara dari suatu negara, untuk dapat hidup berguna dan bermakna
serta mampu mengantisipasi perkembangan, perubahan masa depannya, sangat
memerlukan pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (ipteks) yang berlandaskan
nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai budaya bangsa. Nilai-nilai dasar dari negara tersebut
akan menjadi panduan dan mewarnai keyakinan serta pegangan hidup warganegara dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pembekalan kepada peserta didik di Indonesia berkenaan dengan pemupukan nilai-nilai,
sikap, dan kepribadian sebagaimana tersebut di atas, dalam komponen kurikulum
perguruan tinggi diandalkan diantaranya pada Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) yang
termasuk kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK). Misi kelompok
MPK di Perguruan Tinggi bertujuan “membentuk” mahasiswa agar mampu mewujudkan
nilai dasar agama dan kebudayaan serta kesadaran berbangsa dan bernegara dalam
menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dikuasainya dengan rasa
tanggungjawab kemanusiaan.

Landasan hukum (yuridis formal) kewajiban adanya mata kuliah Pendidikan


Kewarganegaraa di Perguruan Tinggi, didasarkan pada:
1. Pembukaan UUD 1945, Alinea II dan IV;
2. Batang Tubuh UUD 1945 Pasal 27 , Pasal 30, Pasal 31.

3|P a g e
3. Undang-undang No. 20/1982, dirubah dengan UU No. 1/1988 Tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara RI (baca Pasal 17, 18, dan 19),
UU No. 3/2002 Tentang Pertahanan Negara ( baca Pasal 9);
4. Undang-undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 2/1989, Pasal 39, dirubah
dengan UU No. 20/2003, Pasal 3, Pasal 36 ayat (3), Pasal 37 ayat (2);
5. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 9;
6. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI, No. 232/U/2000 dan 045/U/2002,
Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil
Belajar Mahasiswa;
7. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
RI, No. 38/Dikti/Kep/2002, yang disempurnakan dengan Nomor:
43/DIKTI/Kep/2006, Tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

UU No. 20/2003 Ttg SISDIKNAS :


Psl 36 ayat (3) “Kurikulum disusun sesuai dg jenjang pendidikan dlm kerangka NKRI
dg memperhatikan:
a. ….
b. …..
……
i …….
j. “persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan”

Psl 37 ayat (2)


“Kurikulum Pend. Tinggi wajib memuat:
a. pendidikan agama
b. pendidikan kewarganegaraan; dan
c. bahasa

UU No. 3/2002 Ttg Pertahanan Negara:


Psl 9
(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dlm upaya bela negara yg
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara
(2) Keikutsertaan warga negara dlm upaya bela negara sebagaiman dimaksud dlm
ayat (1), diselenggarakan melalui:
a. pendidikan kewarganegaraan;
b. pelatihan dasar kemiliteran secara wajib;
c. pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib;
d. pengabdian sesuai deng profesi.
4|P a g e
P.P. No. 19 Th 2005 Ttg Standar Nasional Pendidikan:
Pasal 9 ayat (2)
“Kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris”

Kepmendiknas No. 232/U/2000 Ttg Pedoman Penyusunan Kurikulum Dikti:


Psl 10 (1)
“Kelompok MPK pada kurikulum inti yg wajib diberikan dlm kurikulum setiap program
studi terdiri atas Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan
Kewarganegaraan”

B. Kompetensi Yang Diharapkan


Dalam penjelasan Pasal 39 Undang-undang No. 2/1989, disebutkan bahwa “Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan
dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara
serta pendidikan pendahuluan bela negara (PPBN) agar menjadi warganegara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara”, sedangkan menurut penjelasan Pasal 37 Undang-
undang No. 20/2003, Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan
Nasional, Nomor: 43/DIKTI/Kep/2006 Tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok
Matakuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Pasal 1 menyebutkan: “Visi
kelompok MPK di Perguruan Tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman dalam
pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa
memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya”. Pasal 2 menyebutkan: “Misi
kelompok MPK di Perguruan Tinggi membentuk mahasiswa memantapkan kepribadiannya
agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan,
rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dimilikinya dengan rasa

5|P a g e
tanggungjawab”. Pasal 3 memuat kompetensi dasar mata kuliah, disebutkan: “Pendidikan
Kewarganegaraan menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan
cinta tanah air; demokratis yang berkeadaban; menjadi warganegara yang memiliki daya
saing; berdisiplin; dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai
berdasarkan sistem nilai Pancasila”.
Komptensi lulusan Pendidikan Kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas,
penuh tanggungjawab seorang warganegara dalam berhubungan dengan negara, dan
memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan
menerapkan konsepsi falsafah bangsa, wawasan kebangsaan, dan ketahanan nasional. Sifat
cerdas yang dimaksud tampak pada kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak,
sedangkan sifat penuh tanggungjawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan ditilik dari
nilai iptek, etika ataupun kepatutan ajaran agama dan budaya.
Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan pada penguasaan kemampuan berpikir, bersikap
rasional dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia intelektual, dengan penekanan:
1. Mengantarkan peserta didik memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela
negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku untuk cinta tanah air Indonesia;
2. Menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan, kesadaran berbangsa dan bernegara
sehingga terbentuk daya tangkal sebagai ketahanan nasional;
3. Menumbuhkembangkan peserta didik untuk mempunyai pola sikap dan pola pikir
yang komprehensif, integral pada aspek kehidupan nasional.

C. Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi


Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
di Perguruan Tinggi pada awalnya dimulai dengan nama Kewiraan, yang dirancang
pertama kali atas dasar keputusan bersama Mendikbud dan Menhankam/Pangab dan mulai
diajarkan tahun akademik 1973/1974. Mata kuliah ini dirancang pada tahun 1972 untuk
menumbuhkan pada mahasiswa “kesadaran berbangsa, bernegara berdasarkan cinta tanah
air, keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila dan rela berkorban demi negara dan
bangsa. Pendidikan Kewiraan diasuhkan sebagai pengganti mata kuliah:
a. Pertahanan dan Keamanan dan Latihan Militer (bagi Fakultas-fakultas Non
Eksakta pada tahun 1965)
b. Military Training dan Military Science serta Olah Raga (bagi Fakultas-
fakultas Eksakta pada tahun 1965).

6|P a g e
Isi kurikulum Pendidikan Kewiraan waktu itu meliputi: Wawasan Nusantara, Ketahanan
Nasional, Politik dan Strategi Nasional, Politik dan Strategi Pertahanan dan Kemanan
Nasional, serta Sistem Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta.
Pada tahun 1982, dengan keluarnya Undang-undang No. 20/1982 Tentang Ketentuan-
ketentuan Pokok Pertahanan dan Kemanan Negara RI, dimana dinyatakan bahwa “Hak dan
kewajiban warga negara yang diwujudkan dengan keikutsertaan dalam upaya bela negara
diselenggarakan melalui pendidikan pendahuluan bela negara sebagai bagian yang tak
terpisahkan dalam sistem pendidikan nasional” (Pasal 18). ”Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara wajib diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap, yaitu:
a) Tahap awal pada Pendidikan Dasar sampai Menengah dan dalam gerakan Pramuka,
b) Tahap lanjutan dalam bentuk Pendidikan Kewiraan pada tingkat Pendidikan Tinggi
(Pasal 19).
Melalui Keputusan Mendikbud tahun 1982 Pendidikan Kewiraan termasuk mata kuliah
wajib di Perguruan Tinggi yang dimasukkan ke dalam kelompok Mata Kuliah Dasar
Umum (MKDU), bersama mata kuliah Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama.
Dengan disyahkannya Undang-undang No. 2/1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dimana Pendidikan Kewiraan merupakan mata kuliah yang wajib di Perguruan Tinggi,
namun isi (materi) topik-topik masih meliputi seperti pada tahun awal kehadirannya, dan
berlangsung hingga tahun 1999.
Kemudian dengan dicabutnya PP No.30/1990 dan diganti dengan PP No. 60/1999 tentang
Pendidikan Tinggi, maka Keputusan Mendikbud No. 056/U/1994 tentang Pedoman
Penyususunan Kurikulum Pendidikan Tinggi, juga dirubah dan diatur dengan Keputusan
Mendiknas No. 232/U/2000. Dalam keputusan tersebut disebutkan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan termasuk kelompok MPK pada kurikulum inti yang wajib diberikan
pada setiap program studi. Kemudian keluar Keputusan Direktur Jenderal Dikti No.
267/Dikti/Kep/2000, tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Pendidikan Kewarganegaraan pada Perguruan Tinggi di Indonesia, kemudian
disusul dengan Keputusan No. 38/Dikti/Kep/2002, tentang Rambu-rambu Pelaksanaan
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Pada periode ini isi/materi
kajian mengalami perubahan orientasi, yaitu:
1. Meniadakan semua peraturan-peeraturan Menhankam/Pangab yang instruktif
tentang Polstrahankamnas dan Sishankamrata, dan meramu konsepsi dasarnya ke
dalam materi Hankam dan Polstranas yang baru.

7|P a g e
2. Polstranas yang baru, memuat konsep-konsep dasar pembangunan yang melahirkan
GBHN.
3. Metodologi pembelajaran yang bersifat indoktrinatif, imperatif, dan ekspositori
dirubah menjadi metodologi bersifat pendekatan inkuiri, responsif, dialog interaktif
dan kreatif.
Pada tanggal 2 Juni 2006 keluar Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional, Nomor: 43/DIKTI/Kep/2006 Tentang Rambu-rambu
Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Substansi kajian Pendidikan Kewarganegaraan mengalami penyempurnaan.

D. Pokok-pokok Materi Sajian Pendidikan Kewarganegaran di Politeknik.


Sebagaimana di Perguruan Tinggi pada umumnya, penyelenggaraan mata kuliah
Pendidikan Kewarganegaraan di Politeknik untuk saat ini merujuk kepada surat Keputusan
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Nomor:
43/DIKTI/Kep/2006 Tentang Rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, tanggal 2 Juni 2006. Adapun substansi
kajian Pendidikan Kewarganegaraan yang dimaksud, meliputi:
a. Filsafat Pancasila
b. Identitas Nasional
c. Politik dan Strategi
d. Demokrasi Indonesia
e. Hak Asai Manusia dan Rule of Law
f. Hak dan Kewajiban Warga Negara
g. Geopoliltik Indonesia
h. Geostrategi Indonesia

Latihan dan Pendalaman

1. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata kuliah wajib di Perguruan


Tinggi yang berkaitan dengan upaya menumbuh kembangkan kesadaran
tanggungjawab terhadap nasib bangsa dan negara (nations and character building).
Konsep-koksep PKn antara lain berkaitan dengan, pendidikan politik, pendidikan
demokrasi, dan pendidikan nilai.

8|P a g e
Coba anda jelaskan keterkaiatan konsep-konsep yang dimaksud dengan misi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi dalam rangka nations and
character bulding.
2. Keberadaan PKn di Perguruan Tinggi secara yuridis formal berkaitan pula dengan
konsep hak dan kewajiban setiap warga Negara Indonesia dalam upaya bela
Negara.
Coba anda uraikan dari tinjauan landasan hukum keberadaan PKn kaitannya dengan
bela Negara.
3. Bagaimana implikasi dari misi Pendidikan Kewarganegaran di Politeknik terhadap
bidang pekerjaan anda selama ini, atau pun kelak setelah lulus dan menggeluti
bidang Akuntasi di Pemerintahan ?

REFERENSI :

1. Mansoer Hamdan, Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan


Tinggi, Sesko TNI, 2000.
2. Soemiarno Slamet, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi,
Departemen Pendidikan Nasional, 2006
3. Sumarsono S. (et all), Pendidikan Kewarganegaraan, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2001.
4. Winataputra udin S., Landasan Filosofis Pendidikan Kewarganegaran Sebagai
Wahana Pendidikan Demokratis Konstitusional Republik Indonesia, Universitas
Terbuka, Jakarta, 2005.
5. Winataputra Udin S., Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun
Masyarakat Demokratis dan Berkeadaban, Departemen Pendidikan Nasional, 2006

------nsd------

9|P a g e

Anda mungkin juga menyukai