Anda di halaman 1dari 18

Mineral Essensiil

Nutrien esensiil dibutuhkan oleh tanaman berupa bahan anorganik alam. Secara mendasar
nutrien dibutuhkan tanaman berbeda dengan yang dibutuhkan oleh manusia, hewan dan
mikroorganisme yang membutuhkan konsumsi bahan organik. Elemen essensiil tersebut : C H O
N S P K Ca Mg Fe Mn Cu Zn Mo B Cl ( Na Si Co ) yang dibedakan elemen bukan mineral ( C H
O N ), bukan metal ( N S P Bo Cl ) dan metal ( K Ca Mg Fe Mn Zn Co Mo ).

Elemen essensiil untuk tanaman dibedakan antara elemen makro dan mikro. Makronutrien
dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, sedang mikronutrien dibutuhkan dalam jumlah yang
relatif kecil. Elemen makro lebih dibutuhkan untuk komponen struktural, sedang elemen mikro
lebih mengarah untuk komponen fungsional. Sebagai contoh makronutrien N dalam jaringan
dapat mencapai 1000 kali lipat lebih besar daripada Zn.

Makronutrien tersebut : C H O N S P K Ca Mg ( Na Si ) sedang mikronutrien : Fe Mn Cu Zn Mo


B Cl. Namun adakalanya keberadaan mikronutrien hampir menyamai makronutrien dalam
jaringan misal Fe atau Mn di dalam jaringan sangat tinggi hampir menyamai S atau Mg, bahkan
pada kondisi tertentu dijumpai konsentrasi yang tinggi terhadap elemen-elemen non essensiil
yang di antaranya bersifat toksik (Al, Ni, Se, F).

Klasifikasi nutrien tanaman

Nutrien Penyerapan Fungsi

1. CHONS CO2(HCO3-), H2O, O2, NO3-, NH4+, N2, Komponen BO,


2-
SO4 , SO2 komponen enzim

 ion dari larutan tanah Assimilasi dan


proses oksidasi-
 gas dari atmosfer reduksi

2. P, B, Si Fosfat, asam borat, silikat dari larutan Esterifikasi alkohol


tanah tanaman

Fosfat ester yang


terlibat dalam
pemindahan energi

3. K, Na, Mg, Ca, Ion dari larutan tanah Tidak spesifik,


Mn, Cl osmotik potensial,
aktivasi protein
enzim,
keseimbangan
dengan anion,
elektro potensial

4. Fe, Cu, Zn, Mo Ion atau khelate dari larutan tanah Dalam bentuk
khelate sebagai
gugus prostetik,
donor/aseptor
elektron
(oksidasi/reduksi)

Phospat (P)

Keberadaan Phosphat/fosfat (P) dalam tanah utamanya dalam bentuk :

1. fosfat dalam larutan tanah


2. fosfat labil
3. fosfat nonlabil

Fraksi pertama yaitu berupa fosfat yang terlarut dalam larutan tanah, fraksi dua fosfat labil yaitu
yang terikat dengan partikel-partikel tanah (mineral lempung), hidroksida, karbonat, Fe dan Al
fosfat yang cepat mencapai keseimbangan dengan fosfat larutan. Fe oksida mengadsorpsi fosfat
lebih kuat daripada mineral silikat. Proses adsorpsi fosfat ini tidak berdiri sendiri, tetapi juga
melibatkan proses pengendapan (Ca-Fe dan Al fosfat) dan ini berakibat pada rendahnya
ketersediaan nutrien yang bersangkutan. Fraksi ketiga : fosfat yang tidak larut misal : batuan
fosfat yang lambat tersedia.

Dekomposisi bahan organik berpengaruh terhadap adsorpsi fosfat secara langsung ataupun tidak
langsung dan mineralisasi fosfat dari dekomposisi bahan organik akan berpengaruh pada
adsorpsi fosfat ataupun keberadaan fosfat bebas.

Bentuk ion fosfat penting dalam tanah : H2PO4- dan HPO42-

HPO42- + H+ H2PO4-

Keberadaan ion fosfat ini sangat dipengaruhi oleh pH. Akar tanaman mampu mengabsorbsi
fosfat dari larutan tanah pada konsentrasi fosfat yang rendah, dan umumnya kandungan fosfat di
akar maupun di xylem sekitar 100 – 1000 kali lipat lebih tinggi daripada di larutan tanah. Fosfat
diserap oleh sel tanaman melawan perbedaan konsentrasi oleh karenanya diserap secara aktif.
Dilaporkan bahwa meningkatnya tekanan partikel O2 pada larutan nutrien akan meningkatkan
pula serapan fosfat, sehingga respirasi karbohidrat akan mendorong proses aktif penyerapan
fosfat. Hal serupa juga dijumpai bahwa tanaman yang tumbuh di bawah cahaya akan menyerap
fosfat lebih tinggi daripada dalam keadaan gelap.

Serapan fosfat juga dipengaruhi oleh pH, pada pH rendah (4) tanaman mengabsorbsi fosfat 10
kali lipat lebih tinggi daripada pH tinggi (8,7) dan kecepatan maksimum diperoleh pada pH 5,6
dan akan menurun dengan cepat dengan semakin naiknya pH dan fosfat diserap secara aktif
dalam bentuk ion H2PO4- dan bukan HPO42-.

Fosfat dalam sel ada dalam bentuk : fosfat anorganik (ortofosfat), pirofosfat, fosfat organik
(fruktosa 6 fosfat, fosfolipida, nukleotida : ATP, UTP, CTP, GTP dan juga sebagai koenzim dan
asam nukleat)

Mengingat pentingnya fungsi fosfat maka defisiensi fosfat dapat berdampak pada penyediaan
energi (misal dalam kloroplas), proses metabolisme yang memerlukan energi (biosintesis :
protein, asam nukleat dll), terhambatnya pertumbuhan dengan memperhatikan ratio berat kering
tunas/akar (rendah) juga terhambatnya pertumbuhan tunas baru, berpengaruh pula pada kualitas
buah, kualitas biji dan hasil yang rendah, mengingat P bersifat sangat immobile pada kebanyakan
tanaman.

Defisiensi fosfat menunjukkan gejala : daun tua sering berwarna hijau gelap. Pada tanaman
setahun, cabang-cabang berwarna kemerahan karena bertambahnya antosianin, pada tanaman
buah-buahan daunnya berwarna agak kecoklatan.

Potassium (K)

Sumber potassium (K) untuk tanaman diperoleh dari pelapukan batuan mineral (alkali fildspars
4-15% K2O, Muskovit/K-mika 7-11% K2O, Biotit-Mg mika 6-10% K2O, ellite 4-7% K2O) berada
di kisi-kisi mineral.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

K+ K+ K+ K+

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

Pembebasan K hasil pelapukan dapat dengan air atau asam lemah dapat lebih cepat. Konsentrasi
H+ yang tinggi dan K+ yang rendah dapat membebaskan K+ yang berada di antara lapisan batuan
mineral (interlayer). Pembebasan K dapat juga dengan cara penggantian K+ oleh kation lain
(Na+, Ca++, Mg++).
Fiksasi K+ dapat juga oleh mineral tanah dan fiksasi berlangsung lebih kuat pada kondisi kering
daripada basah (lembab). Fiksasi K+ ini dapat dibebaskan oleh adanya NH4+ atau H+.

K+ berperan dalam banyak proses fisiologis dan biokimia tanaman dan diserap secara aktif
dengan kecepatan penyerapan yang tinggi dan dapat melawan perbedaan konsentrasi. K + dalam
konsentrasi rendah ditransport secara aktif dengan adanya transfer energi oleh ATP-ase, sedang
K+ konsentrasi tinggi justru akan menghambat mekanisme transport aktif dan dutransport secara
pasif. Kecepatan penyerapan K+ juga dikontrol oleh konsentrasi K+ internal yang pada gilirannya
berdampak pada turgor sel atau turgor sel justru dikontrol oleh penyerapan K+.

K+ diketahui sebagai unsur yang sangat mobil di jaringan tanaman, K + utamanya ditransport
secara langsung ke jaringan meristem dan seringkali dijumpai transport K + berlangsung dari
jaringan tua ke jaringan muda.

Transport K+ ke meristem, perannya belum diketahui dengan jelas, tetapi diduga terkait dengan
kegiatan : sintesis protein, laju pertumbuhan dan penyediaan sitokinin. K + penting dalam
menentukan status air dalam tanaman : penyerapan air dalam sel/jaringan seringkali sebagai
akibat penyerapan aktif terhadap K+, pembengkakan kotiledone berhubungan dengan penyediaan
K+, turgor sel (daun) jega sangat dipengaruhi oleh kandungan K+.

Perlakuan tanaman dengan level K+ yang rendah diperoleh penurunan : laju pertumbuhan,
besarnya sel, kandungan air dalam jaringan. Dari perlakuan ini disimpulkan bahwa jaringan
muda sangat memerlukan K+ untuk memelihara turgor sel yang pada gilirannya untuk
pembesaran sel, pada jaringan muda turtgor sel sangat sensitif terhadap status K +, K+ juga
berkaitan dengan asimilasi CO2, fosforilasi dan sintesis protein.

Pendapat lain menyebutkan bahwa K+ sinergistik dengan asam gibberelin, kecepatan


perpanjangan yang tinggi dijumpai pada aplikasi K+ dan asam gibberelin. Kehilangan air lebih
rendah pada tanaman yang diberi K+ karena berpengaruh pada penurunan transpirasi yang tidak
hanya tergantung pada potensi air pada sel mesofil, tetapi juga dikontrol oleh besarnya tingkat
membukanya stomata.

K+ dalam sel stomata ikut mengendalikan membuka dan menutupnya stomata, stomata membuka
bila kadar K+ di dalam sel stomata tinggi dan menutup bila kadar K+ rendah. Pada siang hari akan
berlangsung fotosintesis, dihasilkan fotosintat yang dampaknya akan dihasilkan energi maka
mendorong peningkatan penyerapan K+ yang akhirnya akan meningkatkan konsentrasi K+ dan
menaikkan tekanan turgor. Perilaku K+ ini ternyata tidak berlaku untuk ion (anion) Cl- dan
H2PO4- sehingga tidak mampu memberikan keseimbangan akibat peningkatan K+, sedang anion
yang memberikan keseimbangan terhadap K+ asam malat yang dihasilkan via karboksilasi PEP.

Pengaruh K+ terhadap fotosintesis ternyata tidak langsung berpengaruh pada fotosintesis I dan II,
tetapi menaikkan reaksi denovo yaitu sintesis enzim rubisco. K+ juga menurunkan resistensi
difusi CO2 kedalam sel mesofil. Meningkatnya asimilasi CO2 paralel dengan meningkatnya
fotorespirasi dan menurunkan respirasi (respirasi gelap), K+ juga meningkatkan translokasi
fotosintat dan K+ secara tidak langsung meningkatkan sintesis beberapa macam senyawa organik
seperti protein, gula dan polisakarida.
Kation K juga berperan mengaktifkan beberapa macam enzim, misal terhadap starch sintetase
pada jagung manis, pengaruh K+ sangat kuat yang diikuti oleh Rb+, Cs+ dan NH4+ pengaruhnya
lebih rendah daripada K+.

Defisiensi K tidak menunjukkan gejala yang jelas, awalnya hanya pengurangan laju
pertumbuhan, setelah lanjut diikuti oleh klorosis dan nekrosis. Umumnya mulai nampak pada
daun tua, karena K+ yang mobil ditransport dari daun tua ke jaringan yang lebih muda. Turunnya
turgor apalagi pada kondisi stres air menyebabkan tanaman lembek. K + juga dapat meningkatkan
resistensi tanaman terhadap beberapa penyakit, misal pada gandum terhadap serangan penyakit :
“powdery mildew” oleh Erysiphe graminis , padi : “brown spot” oleh Ophiobolus myabeanus,
barley : “brown rust” oleh Puccinia hordei dan Fusarium, layu pada pisang oleh Fusarium
oxysporum.

Beberapa pupuk potasium :

KCl 50 % K (60 % K2O)

41 % K (58 % K2O)

33 % K (40 % K2O)

KSO4 43 % K (52 % K2O)

KNO3 37 % K (44 % K2O, 13 % N)

KPO3 33 % (40 % K2O, 27 % P) = K metafosfat

Calsium (Ca)

Di alam dalam bentuk calcite CaCO3 atau dolomit CaCO3MgCO3, gipsum CaCO3 2H2O, CaCO3
sukar larut dan hanya 10-15%mg Ca per liter air. Dalam bentuk Ca(HCO 3)2 agak mudah larut
yang dapat menyebabkan pencucian Ca :
CaCO3 + H2O Ca(HCO3)2

Ca dalam ikatan koloid tanah dapat dipertukarkan/dibebaskan oleh 2H +. Keberadaan Ca++ dalam
tanah dapat mencapai 10 kali lipat atau lebih tinggi daripada K+, tetapi penyerapan K+ oleh akar
tanaman lebih tinggi daripada Ca++. Rendahnya penyerapan Ca, karena Ca hanya diserap oleh
ujung akar muda di mana endodermisnya belum dilapisi suberin, di samping penyerapan Ca
ditekan oleh adanya K+ dan NH4+ yang lebih cepat diserap oleh akar.

Umumnya keberadaan Ca+ berkaitan dengan sifat basis pada tanah (pH yang lebih tinggi), namun
Ca++ yang dapat dipertukarkan oleh H+ dapat berakibat pada penurunan pH tanah. Sebagai contoh
pada kondisi yang natural, berlangsung proses nitrifikasi terhadap ammonium yang dihasilkan
dari mineralisasi bahan organik :
2NH4 + 4O2 2NO3- + 4H+ + 2H2O
H+ yang dihasilkan akan membebaskan Ca, dengan demikian nitrifikasi dapat menyebabkan
keasaman tanah dan pencucian Ca. Pengasaman tanah ini dapat juga terjadi karena eksresi H +
oleh akar tanaman juga pembakaran fosil dapat menyebabkan pembentukan H2SO4, H2SO3,
HNO2 dan HNO3 di atmosfer yang dikembalikan ke tanah bersama air hujan.

Berbeda dengan penyerapan K+ dan fosfat, penyerapan Ca (dan Mg) hanya terjadi pada daerah
akar yang terbatas yaitu sedikit di belakang pucuk akar dan transport Ca 2+ dari korteks ke silinder
pusat hanya efektif pada akar muda yang sel endodermisnya belum mengalami penebalan pita
kaspari. Selebihnya pada akar yang lebih tua maka transport Ca2+ hanya mungkin lewat simplas.

Atas dasar keterangan di atas maka ditemukan bahwa transport Ca berlangsung secara pasif,
sama halnya translokasi Ca2+ dalan tanaman. Di dalam xylem translokasi Ca berhubungan
dengan proses transpirasi yang dipengaruhi oleh kelembaban udara.

Ketika kelembaban udara tinggi (trnaspirasi rendah) maka translokasi Ca2+ ke bagian atas
tanaman menurun dan akan menekan penyerapan Ca2+. Aliran Ca di dalam xylem tidak semudah
massflow, mengingat kation Ca juga diabsorbsi oleh sel-sel yang berdekatan dan diadsorpsi oleh
anion yang tidak berdifusi dalam xylem. Adsorpsi Ca 2+ pada dinding sel dapat dipertukarkan
dengan kation lain sehingga Ca2+ dapat ditranslokasikan ke atas.

Pada tanaman yang sedang mengalami pertumbuhan berlangsung translokasi ke arah tunas pucuk
walau kecepatan transpirasi lebih rendah daripada di daun yang telah tua. Hal ini diketahui
bahwa aliran tersebut diinduksi oleh auksin (IAA) yang disintesis di tunas pucuk.

Selama pertumbuhan IAA menstimulasi pengeluaran proton (H +) pada zona perpanjangan tunas
pucuk meningkatkan pembentukan sisi pertukaran kation sehingga pucuk pertumbuhan menjadi
pusat akumulasi kation Ca. Hubungan tersebut telah diteliti dan hasilnya bahwa penggunaan
penghambat trasport IAA, asam 2 3 5 iodobenzoat (TIBA) menunjukkan penghambatan induksi
TIBA pada transport IAA dan pengaruh penghambatan TIBA terhadap translokasi Ca ke pucuk
tunas. Ternyata bahwa transport IAA ke basipetal mendorong Ca untuk ditranslokasikan ke arah
akripetal sebaliknya kecepatan translokasi Ca2+ ke arah bawah sangat lambat, oleh karena itu
transport Ca2+ di floem konsentrasinya sangat kecil.

Kadang dijumpai Ca2+ di deposit pada daun tua dan tidak dapat ditranslokasikan ke jaringan
meristem yang menunjukkan gejala defisiensi Ca 2+ karena sifat Ca2+ yang tidak mobil. Percobaan
menggunakan Ca label juga menunjukkan bahwa Ca ditranslokasikan ke bagian atas tanaman
dan tidak ke pucuk akar, sebaliknya K+ di floem dijumpai dalam jumlah yang berlebihan.

Ca2+ merupakan ion yang antagonis dengan H+. bila Ca2+ membran dipertukarkan dengan H+ atau
menggunakan khelat maka permeabilitas sangat meningkat dan dapat terjadi kebocoran ion atau
senyawa organik molekul kecil. Ca diketahui penting untuk pertumbuhan tanaman, hal itu dapat
ditunjukkan dengan menghentikan penyediaan Ca pada akar, maka pertumbuhannya segera
berkurang dan setelah beberapa hari pucuk akar berwarna coklat dan secara bertahap akan mati.
Calsium dibutuhkan untuk perpanjangan dan pembelahan sel. Tetapi bagaimana peran Ca2+
dalam proses tersebut belum diketahui betul. Ca merupakan ion penting untuk memelihara
permeabilitas dan integritas membran sel. Ca yang ditempatkan pada daerah batas antara
sitoplasma dan dinding sel mengindikasikan kandungan Ca yang tinggi di plasmolema. Ca dapat
dipindahkan dari membran dengan perlakuan EDTA. Perlakuan ini meningkatkan permeabilitas
membran, sehingga senyawa anorganik dan organik dapat berdifusi ke luar sel dan berakibat
pada kerusakan.

Kerusakan dari permeabilitas membran oleh defisiensi Ca, seperti efek dari EDTA
mempengaruhi retensi dari senyawa-senyawa seluler yang dapat berdifusi. Membran akan bocor,
cepat mengalami defisiensi dan struktur membrannya mengalami disintegrasi.

Pada tanaman, kerusakan terjadi pertama di jaringan meristem seperti pucuk akar, titik tumbuh
pada bagian atas tanaman dan organ penyimpanan. Senyawa melanin yang berwarna coklat yang
dihasilkan dari oksidasi polifenol berkaitan dengan jaringan yang mengalami defisiensi. Bila
jaringan ini kecukupan Ca2+ oksidasi tersebut akan dihambat dengan adanya khelasi senyawa
fenolik oleh Ca.

Senescen juga diakibatkan oleh adanya defisiensi Ca dan dapat dihambat oleh Ca2+. Senesen
pada daun jagung dapat ditunda dengan penambahan Ca2+ atau sitokinin. Absisi daun (hidney
bean) yang disebabkan oleh senesen dapat ditunda dengan memberikan Ca 2+ konsentrasi tinggi
pada medium. Untuk memenuhi fungsinya, Ca harus selalu ada di larutan eksternal di mana ia
mengatur selektivitas penyerapan ion dan mencegah kebocoran dari sitoplasma. Ca membran
terikat oleh gugus fosfatdan karboksil dan fosfolipida dan protein pada permukaan membrn sel.
Dapat dipertukarkan oleh K+, Na+ dan H+, meskipun tidak dapat menggantikan posisi Ca sebagai
stabilisasi termasuk divalen Mg2+.

Aplikasi Calsium seringkali dilakukan dengan cara pengapuran. Karbonat adalah batuan kapur,
yang bila dibakar pada suhu 1100oC menghasilkan :

CaCO3 CaO + CO2 , CaO cepat bereaksi dengan air.

CaO + H2O Ca(OH)2, bila kontak dengan CO2 akan kembali ke bentuk : Ca(OH)2 + CO2 CaCO3
+ H2O

CaO dan Ca(OH)2 stabilitasnya tinggi

CaO bereaksi dengan air dan langsung dapat menetralkan larutan tanah yang asam.

CaO + H2O Ca(OH)2

Ca(OH)2 + 2H+ Ca2+ + 2H2O

CaO + 2H+ Ca2+ + H2O

Reaksi di atas diperlakukan bila diperlukan perubahan pH yang cepat.

CaCO3 bereaksi lebih lambat, tetapi bila kondisi sangat asam dapat bereaksi cepat : CaCo 3 + 2H+
Ca2+ + H2O + CO2
Pada kondisi asam agak lemah adanya CO2 baik untuk pelarutan CaCO3 dengan membentuk
senyawa bicarbonat :

CaCO3 +CO2 + H2O Ca(HCO3)2

Ca(HCO3)2 + 2H+ Ca2+ + 2CO2 + 2H2O

CaCO3 + 2H+ Ca2+ + CO2 +H2O

Ca silikat lebih lambat daripada CaCO3 untuk menetralkan


tanah asam
CaSiO3 + 2H+ Ca2+ + SiO3 + H2O

Pada pH basa sebaiknya jangan memupuk dengan pupuk ammonium sebab akan terjadi
volatilisasi dalam bentuk amoniak

NH4 +OH H2O + NH3

Meningkatnya pH dari asam berdampak membaiknya kondisi lingkungan mikroorganisme :

 penambat N2 bebas

 mineralisasi nitrogen (dekomposisi)


 nitrifikasi
 denitrifikasi

S (Sulfur)

Merupakan nutrien non metalik yang dapat diserap dalam bentuk SO2 oleh bagian tanaman di
atas tanah (daun) dan bentuk SO42- oleh akar tanaman.

Sulfur di tanah dalam bentuk organik dan anorganik, pada tanah organik merupakan recervoir S,
misal pada tanah peat kandungan terbesar adalah S. di dalam tanah organik dibedakan dalam dua
fraksi : S yang berikatan dengan karbon seperti (asam amino jumlahnya kurang dari separoh
fraksi), yang kedua ialah yang tidak berikatan dengan karbon (senyawa fenolik, cholin-sulfat
sebagai lemak)

Tanah organik memiliki ratio C/N/S = 125 : 10 : 1,2, sedang tanah anorganik berada dalam
bentuk : CaSO4, MgSO4 dan Na2SO4. Pada tanah organik S tersedia oleh aktivitas
mikroorganisme yaitu lewat proses mineralisasi bahan organik dan terbentuk H2S, pada kondisi
aerob akan terjadi oksidasi (autooksidasi) menjadi SO4. Pada kondisi anaerob H2S akan
dioksidasi menghasilkan S oleh bakteri belerang khemotrop (Beggiatoa dan Theothrix), bakteri
yang sama juga mengoksidasi S menjadi H2SO4 dalam kondisi aerob.
S dioksidasi secara khemotropik oleh Thiobacillus

2H2S + O2 2H2O + 2S + 510 kj

2S + 3O2 + 2H2O 2H2SO4 + 1180 kj

2H2S + 4O2 2H2SO4 + 1690 kj

Pembentukan H2SO4 dan unsur S menyebabkan keasaman oleh karena itu dapat menurunkan pH
tanah alkali.

Pada kondisi tanah tergenang S tereduksi dalam bentuk FeS, FeS2 (pirit) dan H2S, misal pada
kondisi tergenang padi sawah : H2S merupakan hasil akhir dari degradasi S secara anaerob (metil
sulfida, butil sulfida juga terbentuk), H2S memberikan bau yang tidak disenangi.

FeS + H2O + ½O2 Fe(OH)2 + S

Bakteri fotosintetik ungu dan hijau dapat mengoksidasi H 2S ke S dengan menggunakan H untuk
transport elektron fotosintetik. Bila prosesnya dihambat, H 2S dapat berakumulasi sehingga
meracuni tanaman.

Keracunan H2S dapat dihindarkan dengan menambahkan garam fero sehingga membentuk FeS.
Reduksi sulfat pada kondisi anaerob oleh bakteri Desulfovibrio menggunakan oksigen dari SO 4
sebagai aseptor elektron terakhir menghasilkan H2S.

Sulfur diserap tanaman secara aktif dalam bentuk SO 42-, pH tidak terlalu berpengaruh namun
serapan tertinggi berlangsung pada pH 6,5. Banyak senyawa yang mempunyai fungsi penting
yang mengandung sulfur misal : asam amino sistein, metionin, glutation, biotin, coenzim A dan
teamin pirofosfat.

Menurut penelitian pada bunga matahari SO4 diabsorpsi dan ditranslokasikan secara aktif dengan
melawan perbedaan konsentrasi. Sulfat terutama ditranslokasikan ke arah atas (acropetal) dan
kemampuan tanaman tinggi menggerakan S ke arah bawah (basipetal) relatif rendah.

Percobaan dengan kultur larutan (clover) diketahui dengan diputuskan penyediaan SO4 (ke dalam
larutan bebas SO4), S dalam akar dan petiol ditranslokasikan ke arah daun muda, sedang S dari
daun tua tidak berkontribusi terhadap penyediaan unsur S bagi jaringan muda. Juga diketahui
bahwa tidak terjadi translokasi yang menentang aliran transpirasi.

Di atmosfer S berada dalam bentuk SO2 yang dapat diabsorbsi lewat stomata dan didistribusikan
ke seluruh bagian tanaman. S dalam tanaman dapat dijumpai sebagai S protein, S asam amino
dan sulfat. Sebagai bukti bahwa SO2 atmosfer dapat dimanfaatkan oleh tanaman : beberapa
spesies tanaman yang ditumbuhkan dalam “growth chamber” dan dialirkan SO2 atmosfer sebagi
sumber S, ternyata pertumbuhan tanaman akan berkurang bila tidak ada SO 2. Namun SO2
atmosfer juga dapat meracun terutama bagi tanaman yang sensitif.
Konsentrasi SO2 di atmosfer umumnya sekitar 0,1 – 0,2 mg SO2- S/m3, sedang kadar SO2
atmosfer yang dapat meracun mulai 0,5 – 0,7 mg SO2- S/m3. Konsentrasi SO2 atmosfer yang
tinggi mengakibatkan gejala nekrotik di daun, sedang pada defisiensi S pada larutan medium
(tanah) akan menghambat sintesis protein karena kurangnya asam amino metionin dan sistein.
Sebaliknya terjadi akumulasi asam amino non S : asparagin, glutamin, arginin. Defisiensi S
menunjukkan gejala klorosis sehingga berakibat rendahnya gula sebagai hasil fotosintesis.

Defisiensi S dapat diatasi dengan aplikasi pupuk S seperti gipsum (CaSO 4 – 2H2O) untuk tanah
yang mengalami defisiensi S sangat tinggi, pupuk superfosfat, amonium sulfat dan potasium
sulfat.

Magnesium (Mg)

Di dalam tanah banyak dijumpai dalam fraksi lempung, Mg dijumpai dalam mineral
ferromagnesium yang mudah lapuk (biotit, serpentin, hornblende, olivin) juga dalam mineral
lempung sekunder (chlorite, vermikulit, illit dan monmoulinit). Di dalam tanah juga dapat
dijumpai Mg sebagai MgSO4, MgCO3 atau dolomit (CaCO3, MgCO3).

Distribusi Mg dalam tanah mirip dengan K dibedakan dalam tiga bentuk: tidak dapat
dipertukarkan, dapat dipertukarkan dan bentuk larut dalam air. Ketiga bentuk tersebut relatif
setimbang namun yang terbesar adalah bantuk tidak dapat dipertukarkan pada mineral primer
dan mineral lempung sekunder. Mg yang dapat dipertukarkan ini sekitar 5% dari total Mg, fraksi
yang berupa Mg terlarut dalam air penting bagi penyediaan nutrien tanaman. Mg dalam larutan
tanah cukup tinggi 2-5 mM, meskipun pada berbagai tanah sangat bervariasi yaitu mulai 0,2 –
150 mM. beberapa Mg di tanah berasosiasi dengan bahan organik, tetapi biasanya kecil, kurang
dari 1% total Mg dalam tanah, seperti halnya Ca ternyata Mg juga mudah mengalami pencucian.

Penyerapan oleh tanaman lebih rendah daripada Ca2+ atau K+. Mg dalam jaringan sekitar 0,5%
bahan kering. Pengaruh kompetitif kation terhadap penyerapan utamanya Mg seringkali menjadi
penyebab defisiensi Mg pada daun (apel) dan sebaliknya K + yang rendah diperoleh Mg yang
tinggi.

Meskipun K+ yang tinggi sering menekan total penyerapan Mg, namun pengaruh peningkatan
penyediaan K+ bervariasi pada berbagai organ tanaman. Tabel berikut menunjukkan bahwa pada
tanaman tomat, peningkatan penyediaan K+ menurunkan kandungan Mg di daun dan akar,
namun pada buah malah sedikit meningkat, ternyata K+ meningkatkan translokasi Mg2+ yang
menuju buah.

Tabel 2 : Pengaruh K+ terhadap kandungan beberapa kation pada berbagai organ tanaman
( Mengel K. dan Kirkby E.A., 1987 )

Perlakuan mM K/lt larutan K Na Ca Mg


nutrien
Dalam % DM
Daun

2 0,5 0,40 4,7 0,61

10 3,3 0,19 4,2 0,27

20 4,2 0,18 3,3 0,15

Akar

2 0,2 0,36 3,9 0,33

10 2,2 0,25 3,2 0,31

20 2,4 0,13 3,3 0,26

Buah

2 1,6 0,10 0,09 0,07

10 2,5 0,07 0,08 0,08

20 2,7 0,06 0,07 0,09

K & Na kompetitif - atagonisme.

K & Mg kompetitif tapi Mg sangat mobil pada buah tidak berpengaruh.

K & Ca kompetitif - translokasi Ca sangat ditentukan oleh transpirasi hanya


diangkut ke arah atas.

Berbeda dengan Ca2+, Mg bersifat mobil di dalam floem sehingga dapat ditranslokasikan ke daun
muda ataupun ke tunas pucuk. Dalam jaringan tanaman total Mg seringkali lebih 70% yang
dapat didifusikan berasosiasi dengan anion organik seperti asam malat dan asam sitrat. Pada biji
cerealia dapat berupa garam inositol hexafosfat (asam fitat) berasosiasi dengan klorofil (15-
20%).

Mg juga merupakan kofaktor hampir seluruh enzim yang mengaktifkan proses fosforilasi, Mg
sebagai jembatan antara struktur pirofosfat (ATP dan ADP) dengan molekul enzim.

Aktivasi ATP ase dibawakan oleh model jembatan di atas, Mg juga mengaktifkan fosfokinase,
dehidrogenase, enolase. Mg juga membawakan reaksi kunci pengaktifan enzim ribulosa bifosfat
carboksilase (Rubisco). Defisiensi Mg dapat menurunkan N protein karena defisiensi Mg
menghambat sintesis protein, terutama terhadap penggabungan asam amino tertentu (seperti
halnya defisiensi S), pengaruh ini lebih disebabkan oleh disosiasi ribosom ke dalam sub unitnya
karena ketiadaan Mg, karena Mg sebagai stabilisator ribosom yang penting untuk sintesis
protein. Pemindahan asam amino dari aminoacide tRNA ke rantai polipeptida juga diaktifkan
oleh Mg.

Gejala defisiensi Mg selalu dimulai dari daun yang tua ke arah daun muda, hal ini disebabkan
sifat Mg yang mobil. Pada bagian antarvena daun menunjukkan warna kuning atau klorosis bila
lebih lanjut akan terjadi nekrosis. Pada gula beat gejala ini sering dikacaukan dengan serangan
virus yellow. Ciri lain, bila tanaman memperoleh cahaya matahari yang kuat nampak layu seperti
pada defisiensi K, yang mengalami gangguan pada kandungan airnya. Defisiensi Mg pada daun
secara individual nampak kaku/keras, rapuh, pembuluh antar tulang daun lengkung, daun gugur
prematur. Gejala ini pada dikotil dan monokotil berbeda. Pada cereal dan monokotil, defisiensi
Mg menunjukkan gejala yang berbeda. Seperti pada dikotil mempengaruhi metabolisme air dan
karbohidrat dan defisiensi dimulai dari daun tua. Cerealia, dasar daun lebih dulu tampak kecil,
bercak hijau gelap akibat akumulasi klorofil bersebelahan dengan warna kekuningan sebagai
warna latar belakang pada kondisi tertentu terjadi klorosis, nekrosis juga terjadi terutama pada
daun pucuk.

Level K+ dan NH4+ yang tinggi menekan penyerapan Mg sehingga dapat menyebabkan defisiensi
Mg, pH rendah dan pH tinggi juga menekan penyerapan Mg disebabkan keberadaan H +, K+, Ca2+
juga berpengaruh terhadap penyerapan Mg karena pengaruh kompetisi.

Pupuk Mg antara lain : Kieserit Mg SO4.H2O biasa diaplikasikan lewat tanah 500 kg/Ha, Epson
MgSO4.7H2O mudah larut, 35 kg/Ha dilarutkan dalam 400 l air lewat semprotan

01/30/2009 Ditulis oleh zaifbio http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/page/2/

Friday, March 19, 2010


FAKTOR LINGKUNGAN PADA TANAMAN HORTIKULTURA

Fungsi Kalium

Peranan K dalam tanaman nampaknya sebagai katalis dalam seluruh kisaran reaksi termasuk : (a)
Metabolisme karbohidrat ; (b) Metabolisme nitrogen ; © Aktivasi enzim ; (d) Memacu
pertumbuhan di jaringan meristem ; dan (e) Mengatur pergerakan stomata dan kebutuhan air.

K diserap tanaman dalam bentuk ion K+ dari kompleks pertukaran dan segera mobil dalam tubuh
tanaman.

Gejala Defisiensi
Empat penampakan penting pada tanaman yang defisien K yaitu :

i). Sintesis protein. Dalam penelitian dengan tanaman tebu membuktikan bahwa pada
tanaman yang kekurangan hara K, tidak terjadi akumulasi N-protein di daun
karena adanya penurunan dalam sintesis protein.

ii). Ketahanan terhadap penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K lebih peka terhadap
penyakit dibanding tanaman yang diberi pupuk cukup .

iii). Ketahanan terhadap kekeringan. Berkat peranan unsur K dalam mengatur pembukaan
stomata, maak K berperan penting dalam kadar air internal tanaman. Tanaman
yang miskin K kehilangan kendali dalam laju transpirasinya dan menderita
kekeringan internal.

iv). Kekuatan batang. Tanaman yang kekurangan K pada umumnya berbatang lemah dan
suatu keadaan defisiensi K dapat menunjukkan gejala kerebahan (roboh) pada
tanaman berbiji kecil serta pematahan batang pada jagung dan shorgum (Tabel 5).

Tanaman yang kekurangan K mungkin tidak memperlihatkan suatu gejala defisiensi, tetapi hasil
tanaman akan sangat menurun. Jika terjadi gejala pada daun, maka hal ini terjadi pada jaringan
yang lebih tua karena adanya mobilitas K. Biasanya tanaman mengerdil dengan ruas-ruas yang
memendek.

Gejala pada daun ditandai dengan suatu proses penguningan yang dimulai pada ujung daun yang
lebih tua dan berjalan di sepanjang tepian hingga pangkal daun. Seringkali tepi daun menjadi
coklat dan kering (nekrosis).

Fungsi Kalsium

Fungsi Ca pada umumnya merupakan kation utama dari lamela tengah suatu dinding sel, dimana
kalsium pektat merupakan penyusun utamanya. Selain itu Ca memiliki andil penting dalam
pengaturan membran sel dengan jalan memelihara selektuvitas terhadap berbagai jenis ion.

Gejala Defisiensi
Karena peranan Ca sebagai bahan struktural dalam tubuh dalam tubuh tanaman adalah amat
imobil, maka gejala defisiensi semakin jelas pada saat pertumbuhan baru. Dalam beberapa hal,
jaringan tanaman yang lebih tua bisa mengandung sejumlah Ca yang berlebihan sedangkan
daerah pertumbuhan baru kekurangan. Walaupun semua titik tumbuh peka terhadap defisiensi Ca

tetapi bagian akarlah yang lebih parah. Bagian itu akan berhenti tumbuh, menjadi tidak teratur,
terlihat bagai membelit dan pada defisiensi berat akan mati.

Pada jagung, gejala foliar pertama nampak berwarna kuning menyebar hingga putih dengan luas
sekitar 1/3 jarak dari ujung daun yang termuda. Daun berikutnya yang terbentuk dapat
mengalami klorosis dan menggulung. Akhirnya pucuk tanaman terhenti pertumbuhannya.

http://badrussetiawan1.blogspot.com/2010/03/faktor-lingkungan-pada-tanaman.html

http://eprints.undip.ac.id/3813/1/aPR35-%2825%29_Kusmiyati_Undip-seting.pdf (Karakter fisiologis)

Rabu, 29 April 2009


unsur hara esiensial
Pengelompokan dan ketersedian unsur hara esensil bagi tanaman

I. Pendahuluan
Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu
faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan lajunya
pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang
cukup di dalam tanah. Diantaranya 105 unsur yang ada di atas permukaan bumi, ternyata baru 16 unsur
yang mutlak diperlukan oleh suatu tanaman untuk dapat menyelesaikan siklus hidupnya dengan
sempurna (Anomim 2004). Pengelompokan unsur hara makro dan mikro tersebut dilihat dari jumlah
(kualitas) yang dibutuhkan oleh tanaman. Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak
sebesar ≥ 1000 µg-1 berat kereing tanaman, sedangkan unsur hara mikro sebesar ≤100 μg-1 berat kering
tanaman ( Oertli 1979)
Ke 16 unsur tersebut terdiri dari 9 unsur makro dan 7 unsur mikro. 9 unsur makro dan 7 unsur mikro
inilah yang disebut sebagai unsur -unsur esensial. Menurut (ARNON dan STOUT 1988) ada tiga kriteria
yang harus dipenuhi sehingga suatu unsur dapat disebut sebagai unsur esensial: yang pertama Unsur
tersebut diperlukan untuk menyelesaikan satu siklus hidup tanaman secara normal yang kedua unsur
tersebut memegang peran yang penting dalam proses biokhemis tertentu dalam tubuh tanaman dan
peranannya tidak dapat digantikan atau disubtitusi secara keseluruhan olehunsurlain. Serta yang ketiga,
peranan dari unsur tersebut dalam proses biokimia tanaman dibutuhkan secara langsung. Ketersediaan
unsur-unsur esensial didalam tanaman sangat ditentukan oleh pH. N pada pH 5.5 - 8.5, P pada pH 5.5 -
7.5 sedangkan K pada pH 5.5 - 10 sebaliknya unsur mikro relatif tersedia pada pH rendah.
Kenapa unsur hara tersebut dianggap penting menurut Arnon dan Stout (1939) karena unsur tersebut:
Apabila tanaman tidak mendapatkan unsur tersebut tidak dapat menyelesaikan siklus hidup secara
penuh, Unsur yang bersangkutan terlibat langsung dalam proses metabolisme, fungsi fisiologisnya tidak
dapat digantikan oleh unsur lain.
Unsur hara esiensial adalah suatu yang mutlak dibutuhkan tanaman dan tidak dapat digantikan dengan
apa pun ataupun dengan cara apapun. Unsur hara esiensial dibagi menjadi 2 golongan unsur hara makro
dan unsur hara mikro yang terdiri dari 9 unsur hara makro seperti nitrogen, fosfat, kalium, karbon,
hidrogen, kalsium, magnesium, sulfur, ogsigen serta 7 unsur hara mikro meliputi tembaga, besi, zinc,
boron, molibden, klor, mangan. Menurut tempat dan lokasi tersedianya unsur-unsur ini di bagi 3
golongan yang pertama berasal dari udara dan air tanah: karbon, hidrogen, dan oksigen. Yang kedua
seperti: nitrogen, fosfor, kalium, sulfur, kalsium dan magnesium tersedia pada tanah. Yang ketiga
mencangkup besi, tembaga, mangan, seng, molibdenum, boron dan klor, unsur ini hanya sedikit
dibutuhkan oleh tanaman namun sangat diperlukan. Dengan semakin meningkatnya teknologi pada
alat-alat labolarotorium maka akan ada perubahan yang akan terjadi pada unsur-unsur diatas
(Tjitrosomo S S 1983).

Meskipun banyak tumbu-tumbuhan memperhatikan penampilan yang amat beragam dan komplek,
namun di luar dugaan susunan kimianya sama. Sintesis makanan tumbuhan dan penggunaannya oleh
tumbuhan tidak saja memerlukan unsur-unsur kimiawi yang terkandung dalam udara dan air tetapi juga
sejumlah unsur lain yang diperoleh dari tanah. Karena unsur-unsur ini perlu unutk pertumbuhan dan
perkembangan, maka disebut unsur esiensial. Betapapun dapat sangat beragam dalam persyaratan akan
tanah, suhu, dan cahaya serta air, namun tumbuhan ini memerlukan unsur-unsur ini. Dalam jumlah
tertentu, persyaratan ini kini diterima begitu saja dalam praktek pertanian, tetapi pengetahuan
mengenai hal tersebut merupakan hasil peneliti yang mendalam oleh para pakar fisiologi tumbuhan dan
pakar kimia tanah. Akumulasi pengetahuan tenang hal itu menggambarkan salah satu penyempurnaan
ilmiah yang luar biasa dalam seratus tahun terakhir ini.
II. ISI
Peranan unsur hara esensial
Percobaan dengan memelihara tumbuhan dalam kultur air dan kultur pasir, serta pengawetan di
lapangan menyingkap bahwa kekurangan unsur tertentu dapat menunjukkan gejala defiensi yang dapat
dikenali. Juga dapat dilihat bahwa adaya interaksi antara unsur- unsur, dan bahwa suatu keseimbangan
unsur nutrien itu perlu untuk pertumbuhan yang memadai.
Kandati telah banyak penelitian tentang itu belun bisa di spesifik di antara banyak unsur hara esensia itu
belum di pahami secara sempurna. Peranan karbon, hidrogen, dan oksigen jelaslah sudah. Sebagai
pembangun satuan gula, selulose, proten, dan senyawa tumbuhan lain, maka unsur-unsur tersebut
merupakan kurang lebih 94% dari bobot kering tumbuhan (Tjitrosomo S S 1983).
Di dalam upaya memenuhi kebutuhan unsur hara bagi tanaman perlu diperhatikan atas keseimbangan
antara jumlah kebutuhan unsur hara makro dan mikro, jika keseimbangan itu tidak terjadi maka akan
penghambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Beberapa akibat dari ketidak
seimbangan tersebut diantaranya seperti menurut Hardjowigeno S (2003) diantaranya jika tanaman
kelebihan Cu atau sulfat akan menghambat penyerapan Mo, terlalu banyak Zn, Mn, dan Cu dapat
menghambat penyerapan Fe, terlalu banyak P dapat menebabkan kekurangan Zn, Fe, dan Cu, terlalu
banyak N kekurangan Cu, kelebihan N dan K sulit menyerap Mn, terlalu banyak kapur menghambat
penyerapan B, kelebihan Fe,Cu, dan Zn dapat mengurangi penyerapan Mn. Dari penjelasan tersebut
bahwa jangan melakukan pemupukan dengan satu jenis pupuk secara terus-menerus saja perlu
diberikan pemupukan dengan unsur yang lengkap antara unsur hara makro dan mikronya.
Unsur hara makro
Suatu unsur yang dibutuhkan dalam jumlah banyak dan harus tersedia bagi tanaman beberapa unsur
tersebut telah disebutkan diatas (N, O, C, P, K, Ca, Mg ,S)
Penyerapan Nitrogen (N)
Tanaman menyerap unsur N dalam bentuk ion nitrat, amonium, senyawa amino, protein. Fungsi dari
unsur nitrogen seperti merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, merupakan bagian dari
sel tanaman itu sendiri, berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman, merangsang
pertumbuhan vegetatif ( warna hijau ) seperti daun. Adapun tanaman yang kekurangan unsur N akan
mengalami pertumbuhan lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-
daun tua cepat menguning dan mati. Namun jangan beranggaan bahwa kelebihan itu baik buktinya jika
kelebihan maka tanaman akan terjadi penghambatan kematangan sel tanaman, batang lemah dan
mudah roboh, mengurangi daya tahan tanaman terhadap penyakit (Hardjowigeno 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi nitrifikasi antara lain tata udara, nitrifikasi berjalan baik kalau tata
udara tanah baik, pH tanah, jika pH tanah sekitar 7, Suhu, terlalu dingin itu padat memperlambat
nitrifikasi (Hardjowigeno 2003)
Penambahan N sering dilakukan dengan pemberian melalui daun perlu diinggat bahwa bila pemberian N
melalui pemupukan daun terlalu sering, maka akan terjadi penimbunan NH3 dalam tubuh tanaman,
dilain pihak ada hambatan pembentukan protein dan asam nukleat menyebabkan tanam-an mencari
alternatif lain yaitu pembentukan amida yaitu senyawa sekunder yang rasanya pahit. Sebab bila NH3 ini
tertimbun dalam jumlah banyak justru akan berbalik meracuni tanaman ( Anonim 2007).

Penyerapan unsur Fosfor(P)


Fosfor adalah salah satu unsur hara makro sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, namun kandungannya lebih rendah dibandingkan nitrogen, kalium,dan kalsium. Tanaman
menyerap P dari tanah dalam bentuk ion fosfat, terutama H2PO4- yang terdapat dalam tanah. Ion
H2PO4- lebih banyak dijumpai pada tanah yang lebih masam, sedangkan pada pH yang lebih tinggi (>7)
bentuk HPO42- lebih dominan. Disamping ion –ion tersebut, tanaman dapat menyerap P dalam bentuk
asam nukleat, fitin dan fostohumat (Halvin et al,1999).
Bagi tanaman suplai P cukup mencapai kisaran 0, 3-0,5% berat kering tanaman dalam bentuk
teroksidasi. P dapat terserap cepat oleh akar tanaman kemudian terlibat dalam proses metabolisme
tanaman. Cairan xylem mengandung P 100-1000 kali lebih tinggi dibandingkan larutan tanah di luar akar.
Hal ini menjukkan bahwa ada perbedaan kosentrasi P yang tajam di dalam di dalam dan di luar luar
membran sel bulu-bulu akar tanaman. Penyerapan P oleh tanaman dilakukan secara aktif yang
dikendalikan oleh metabolisme respirasi kabohidrat.
Mendekatnya suatu unsur hara dari larutan tanah ke permukaan akar dapat terjadi melalui tiga proses,
yaitu:
Interpensi akar atau dengan pertukaran kontak.
Difusi ion-ion dalam larutan tanah.
Gerakan ion-ion oleh gerakan masaa atau aliran massa.
Yang kesemuanya merupakan metabolisme yang dilaku tanaman secara langsung dan terus-menerus
(Nyakpa et al. 1988).
Pergerakan ion fosfat pada umumnya disebabkan oleh prosesdifusi, tetapi jika kandungan P larutan
tanah cukup tinggi, maka proses aliran massa dapat berperanan dalam tranportasi tersebut. Ion yang
sudah berada di permukaan akar akan menuju ronga luar akar melalui proses difusi sederhana, jerapan
pertukaran, dan kegiatan bahan pembawa, selanjutnya ion memasuki rongga dalam akar dengan
melibatkan energi metabolisme, yang dikenal sebagai serapan aktif ( Nyakpa et al. 1988)

Unsur ini diserap dalam bentuk ion H2PO4 , HPO4 dan PO4. Diantara ke-3 ion ini yang lebih mudah
diserap adalah ion H2PO4 karena bermuatan satu ( valensi satu ) sehingga tanaman hanya
membutuhkan sedikit energi untuk menyerapnya esensialitas dari unsur in iadalah 1. Membentuk dalam
penyusunan senyawa ATP yaitu senyawa berenergi tinggi yang dihasilkan dalam proses respirasi siklus
kreb sehingga tanaman dapat melakukan semua aktifitas biokimianya seperti pembungaan,
pembentukan sel, transpirasi, transportasi dan fotosintesus secara absorbsi. 2. Membentuk senyawa
fitin ( Ca-Mg-inositol-6P) yang terdapat dalam biji tepatnya dalam endosperm untuk proses
perkecambahan.3. Membentuk DNA dan RNA untuk pembentukan inti sel DNA Nukleotida, Adenin,
guanin Deoxsiribosa, timin fosfat, sitosin RNA nukleotida, adenin, guanin Ribosafosfat, timin, urasil dan
4.Membentuk senyawa fosfolipid yang berfungsi dalam mengatur masuk keluarnya (permeabilitas) zat-
zat makanan didalam sel dan merupakan bahan dasar dari bagian sel.
Fosfor berfungsi untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman, merangsang
pembungaan dan pembuahan, merangsang pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji,
merangsang pembelahan sel tanaman dan memperbesar jaringan sel tanaman. Jika tanaman
kekurangan unsur P gejaalanya : pembentukan buah/dan biji berkurang, kerdil, daun berwarna
keunguan atau kemerahan (Anonim 2006)
Fosfor di dalam tanah dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu P- organik dan P-anorganik. Gejala
kekurangan fosfor bagi tanaman pertumbuhan kerdil (pembelahan sel terhambat), daun-daun menjadi
unggu atau coklat mulai dari ujung daun, pembentukan buah tidak sempurna (Hadjowigeno 2003).

Penyerapan kalsium (Ca)


Elemen ini diserap dalam bentuk Ca. Sebagaian basar terdapat dalam daun dan batang dalam bentuk
kalsium pektat yaitu dalam lamella pada dinding sel yang menyebabkan tanaman menpunyai dinding sel
yang lebih tebal sehingga tahan serangan hama dan penyakit. Fungsi fisiologis Kalium yang sangat
penting dalam tubuh tanaman adalah dalam hubungan dengan sintesa protein yang dibutuhkan untuk
pembelahan dan pembesaran sel-sel tanaman, disamping dapat menetralkan asam - asam organik yang
dihasilkan pada proses metabolisme tanaman sehingga tanaman terhindardari keracunan ( Wijaya 2008)
Kalsium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Ca+. Kosentrasi Ca di dalam jaringan tanaman nornal
berkisar 0,1-5,0 berat kering. Ca diserap tanaman secara pasif yaitu bergerak bersama-sama aliran
massa air akibat adanya tranpirasi, sehingga banyaknya Ca yang bergerak tergantung pada aliran
tranpirasi.
Ujung akar adalah satu-satunya bagian akar yang mampu melakukan penyerapan Ca. Penyerapan Ca
oleh akar dapat dihambat oleh kation-kation lain yang bervalensi satu seperti K+. Klas monolotil
mengandung Ca lebih sedikit dibandingkan dengan klas dikotil. Khusus kacang tanah, Ca dapat langsung
disepat oleh kulit polong dan menumpuk pada lapisan luar polong. Tranlokasi Ca di dalam tubuh
tanaman berjalan sangat sulit karena Ca tidak mobile, sehingga konsentrasi Ca dalam larutan pholem
sangat rendah (Wijaya 2008).
Gejala –gejala yang terjadi jika tanaman kekurangan Ca tunas dan akar tidak dapat tumbuh (pembelahan
sel terhambat), sering terjadi pencoklatan dan penggulungan daun pada ujung daun (Handjowigeno
2003)
Penyerapan kalium (K)
Elemen ini diserap dalam bentuk hampir pada semua proses metabolisme tanaman, mulai dari proses
penyerapan air, transpirasi, fotosintesis, respirasi, sintesa enzim dan aktifitas enzim. Esensi unsur K
adalah sebagai berikut: K merupakan elemen yang higrokopis ( mudah menyerap air) ini menyebabkan
air banyak diserap didalam stomata, tekanan osmotik naik, stomata membuka sehingga gas CO2 dapat
masuk untuk proses fotosintesis dan K berperan sebagai aktifitas untuk semua kerja enzim terutama
pada sintesa protein (Anonim 2006)
Ion Kalium mempunyai fungsi psikologis pada asimilasi zat arang. Bila tanaman sama sekali tidak diberi
Kalium, maka asimilasi akan terhenti. Oleh sebab itu pada tanaman yang banyak menghasilkan hasil
asimilasi seperti kentang, ubi kayu, tebu, nanas, akan banyak memerlukan Kalium (K2O) didalam tanah.
Kalium berfungsi pula pada pembelahan sel dan pada sintesa putih telur. Pada saat terjadi pembentukan
bunga atau buah maka Kalium akan cepat ditarik oleh sebab itu Kalium mudah bergerak (Anonim 2005)
Fungsi lain dari Kalium adalah pada pembentukan jaringan penguat. Perkembangan jaringan penguat
pada tangkai daun dan buah yang kurang baik sering menyebabkan lekas jatuhnya daun dan buah,
pembentukan pati, megaktifkan enzim, pembukaan stomata, proses fisiologis dalam tanaman,
membantu proses metabolik dalam sel (Handjowigeno 2003) serta daun-daun pada teh dan tangkai
buah kelapa bila kekurangan Kalium akan terkulai dan buahnya lekas jatuh.
Tanaman yang kekurangan Kalium akan cepat mengayu atau menggabus, hal ini disebabkan kadar
lengasnya yang lebih rendah. Menurut penyelidikan mikro, Kalium berpengaruh baik pada pembentukan
serat-serat seperti pada rosela, kapas dan rami dinding-dinding sel lebih baik keadaannya dan lebih baik
kandungan airnya, sel-sel ini tumbuh lebih baik, lebih kuat dan lebih panjang (Ismunadji 1976)

http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/artikel5.pdf (Ca2+ Intraseluler)

Anda mungkin juga menyukai