Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN PBK
(Pembelajaran Berwawasan
Kamasyarakatan)
ruQhy Trapsilo
LAPORAN
PRAKTIK PEMBINAAN PROGRAM KEPEMUDAAN
TENTANG
PELATIHAN BUDIDAYA PE
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan
Yang Dibimbing Oleh Bapak Drs. Sunarto Hapsoyo, M.Pd
Oleh
NAMA : -
NIM : -
KELAS : VII / A
LEMBAR PENGESAHAN
Nama :-
NIM :-
Kelas : VII / A
Pokjar : Dinas Pendidikan Kabupaten Trenggalek
UPBJJ-UT : Malang
Laporan ini telah diterima dan disahkan oleh tutor mata kuliah Pembelajaran
Berwawasan Kemasyarakatan pada :
Hari : ………………………………
Tanggal : ………………………………
Mengesahkan,
Kepala UPBJJ-UT Malang
PENDAHULUAN
pemasukan bagi pendapatan asli daerah. Salah satu komoditas yang digencarkan
dengan adanya indikasi bertambahnya populasi ternak pada komoditas yang ada. Menurut
BPS Peternakan (2010) penyebaran populasi ternak (kambing) dari tahun ke tahun
Berdasarkan jumlah populasi dari tahun per tahun di provinsi Jawa Timur ini
kambing.
animalia, filum cordata, kelas kelompok mamalia, ordo Arthodactyla, famili Bovidae,
sub famili Caprinae dan genus Capra. Berkembanganya tipe kambing diklasifikasikan
berdasarkan produk utamanya seperti kambing tipe perah, tipe potong, tipe dwiguna
( gabungan tipe potong dan perah) yang disebut sebagai kambing etawa PE.
persilangan antara kambing kacang lokal dengan kambing Jamnapari asal India. Kambing
kemampuan produksi susu tersebut maka kambing perah PE cukup signifikan untuk
dikembangkan sebagai ternak unggulan. Selain itu, kambing PE pun sangat adaptif
dengan topografi Kabupaten Trenggalek khususnya. Kambing jenis ini dapat dengan
Bobot badan Kambing PE jantan dewasa antara 65 – 90 kg dan yang betina antara 45 – 70
kg, dengan produksi susu bisa mencapai 1 – 3 liter/hari. Dalam pemeliharaannya kambing
jenis PE ini tidak memerlukan lahan luas dan pembudidayaannya relatif mudah.
anak kambing PE bisa 3 – 5 kali lipat harga anak kambing lokal. Kambing PE beranak
pertama kali pada umur 16 – 18 bulan dan dalam waktu 2 tahun bisa beranak 3 kali jika
diusahakan secara intensif dengan hasil anak kembar 1 – 3 ekor/induk. Atau dengan kata
lain, kambing jenis ini memiliki produktivitas biologis yang cukup tinggi, yaitu 8-28%
lebih tinggi dibandingkan sapi. Jumlah anak per kelahiran (litter size) bervariasi 1 sampai
dengan 3 ekor dengan tingkat produksi susu yang melebihi dari kebutuhan untuk
anaknya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai produk komersial dan tidak mengganggu
proses reproduksinya.
Pada umumnya, pemeliharaan kambing jenis etawa PE ini masih dengan cara
yang sangat sederhana yaitu di setiap halaman samping rumah dengan pola pemberian
pakan yang tidak sesuai antara umur,berat badan tenak dengan kualitas dan kuantitas dari
pada pakan tersebut. Atau dengan kata lain peternak hanya memberikan pakan seadanya
(rumput hijau) tanpa adanya selingan penambahan vitamin dan zat gizi lainnya, seperti
halnya yang terjadi di Desa Tanggaran Kecamatan Pule Kabupaten Trenggalek. Setiap
sawah.
Padahal jika kita lihat potensi kabupaten Trenggalek atau pada skup kecil potensi
yang ada di Desa Tanggaran Kecamatan Pule sangat mendukung untuk usaha peternakan
kambing jenis ini. Potensi kelayakan tempat yaitu berupa kontur wilayah Desa Tanggaran
Kecamatan Pule Kabupaten Trenggalek yang berhawa sejuk adalah sangat cocok untuk
untuk dilakukannya peternakan kambing jenis PE dalam skala besar maupun skala
rumahan ( kecil dan menengah) dan potensi ketersediaan pakan ternak yang melimpah.
Akan sangat merugi bila tidak ada sebuah upaya pemberdayaan1 masyarakat Desa
kambing etawa PE ini akan di fokuskan pada para pemuda yang ada di Desa Tanggaran
Setelah pelatihan selesai diharapkan para pemuda yang ada di Desa Tanggaran
sektor peternakan subsektor peternakan kambing unggulan yaitu kambing jenis etawa
(PE) kepala hitam yang ada di desa Tanggaran secara memadai atau maksimal, serta guna
para pemuda Desa Tanggaran sebagai bekal ketrampilan dalam membangun desa.
1
Pemberdayaan dimaksud adalah optimalisasi pembibitan, produksi daging dan susu dengan
teknologi pemeliharaan yang benar (kesesuaian kebutuhan kandungan gizi pakan dengan berat
ternak serta penerapan teknologi kandang tenak).
2
Usia produktif yaitu antara 15-35 tahun(sumber BPS pada sensus tahun 2003).
1. Setelah pelatihan para pemuda (masyarakat) Desa Tanggaran dapat memahami dan
menganalisis kelayakan usaha Kambing Etawa (PE) kepala hitam dari berbagai sudut
pandang.
kepala hitam dari aspek kelayakan finansial dan non finansial (aspek pasar/penjualan,
perubahan dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan biaya dari usaha
tersebut.
kambing etawa (PE) jenis kepala hitam di Desa Tanggaran RT. 07 RW. 02 Dusun
berikut :
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM
1. Pelindung :
Bapak Laman
1. Saeno
2. Sumardi
3. Edy Mulyono
4. Agus Mulyono
6. Saelan
7. Kasdi
8. Jemari
9. maryoto
10. Lamijo
etawa (PE) kepala hitam ini diselenggarakan di rumah Bapak Laman selaku ketua
dari pusat pelatihan dan juga salah satu peternak sukses dengan alamat beralamat
Trenggalek.
sosialisai sampai kegiatan praktek) yaitu tanggal 24 Mei 2010 sampai dengan 2
Juni 2010, pada pukul 9.00 WIB sampai selesai, dengan alokasi waktu sebagai
berikut:
Perte-
No Hari/Tanggal Tempat Materi Waktu
muan
Perte-
No Hari/Tanggal Tempat Materi Waktu
muan
1. I Sabtu, Rumah Orientasi lapangan berupa
29 Mei 2010 melihat langsung Peternakan 5 jam
P.Laman
milik P. Laman dilanjutkan
pratik membuat kandang
kambing etawa (PE).
2.evaluasi hasil.
2.evaluasi hasil
3.Perpisahan dengan Warga
Belajar
1. Faktor Teknis
Populasi kambing di Indonesia saat ini mencapai 7 juta ekor. Jumlah ini
76% diantaranya berada di Pulau Jawa. Kambing umumnya dipelihara dengan cara
yang sangat sederhana di setiap rumah tangga pedesaan seperti halnya masyarakat
Desa Tanggaran. Setiap keluarga pada umumnya memiliki 1 – 3 ekor kambing etawa
(PE) kepala hitam yang dipelihara dengan dikandangkan di samping rumah dan
digembalakan. Pakan yang diberikan setiap hari berasal dari rumput yang ada di
seputar rumah.
2. Secara teoritis
anak setiap tahu tahun. Reproduksi kambing dipengaruhi oleh tingkat kecukupan gizi
yang ada.(2) Kebutuhan pakan kambing dipenuhi dengan rumput, selain rumput
kambing yang masih sangat tinggi dan pemenuhan pasar sangat rendah.
3. Alternatif Lokasi
atau pada daerah dengan ketinggian dari permukaan laut lebih dari 600 m, dengan
ketersediaan air bersih yang cukup. Wilayah pengembangannya adalah pada daerah
dengan lama periode kering tidak lebih dari 4 bulan, sehingga ketersediaan hijauan
kepala hitam
Hitam
meliputi bangunan kandang, pembelian bibit betina dan jantan, sewa lahan 4,dan lain-
lain. Sedangkan biaya operasional yang diperlukan dan dikeluarkan setiap tahunnya
3
Sedapat mungkin ketersediaan lahan untuk tanaman rumput juga tersedia
4
Tidak masuk dalam asumsi pengeluaran dikarenakan hampir semua warga Desa Tanggaran memiliki lahan yang
cukup luas untuk kandang pemeliharan kambing.
1. Kangdang.5
Rp. 985.000,00
5
Sketsa gambar kandang dibahas pada 2.4.2 pemeliharan kambing etawa sub e. Perkandangan Asumsi biaya kandang
didasarkan pada 8 ekor ternak, biaya upah kerja sengaja tidak dimasukkan karena dianggap warga belajar mampu
membuat kandang sendiri.
6
Memilih bibit
Pemilihan bibit diperlukan untuk menghasilkan kambing yang baik,cepat besar, tidak berpenyakit,dll. Pemilihan calon bibit
dianjurkan di daerah setempat, bebas dari penyakit dengan phenotype baik. (dikutip dari berbagai sumber)
7
Pakan bernutrisi
(gamblong,ampas tahu,kedelai selip,sentrat,tepung ikan,dll) selama 4 bulan.
8
Pasca Panen
Bila kambing hendak dijual pada saat berat badan tidak bertambah lagi (umur sekitar 1 - 1,5 tahun), dan diusahakan agar
permintaan akan kambing cukup tinggi.
= Rp.10.315.000,00
Dari hasil analisis biaya dan investasi tersebut di atas, ternyata usaha
peternakan kambing etawa (PE) kepala hitam dengan air susunya adalah Iayak
berupa pembuatan kandang yang bersifat permanen dan hygines serta pemberian
pakan yang seimbang, sehingga kematian anak dapat ditekan, reproduksi menjadi
lebih baik membuat usaha ini dapat berjalan lebih efisien akan dapat menguntungkan
hal pengadaan modal kerja. Dalam hal ini ada peluang bagi masyarakat Desa
Tanggaran yang sangat terbuka lebar dengan membuat kemitraan usaha melalui
sistem kelompok ternak yang yang dalam hal ini diketuai oleh Bapak Laman,
9
Pada pemeliharaan tahap kedua laba bisa berkali lipat dikarenakan tidak ada biaya pembuatan kandang
panjang,
4. Warna bulu umumnya putih dengan belang hitam atau coklat. Tetapi ada juga
b. Pemilihan Bibit
• Sehat, tidak cacat fisik dengan nafsu makan besar dan aktif
• Mempunyai ambing yang simetris, kenyal dan tidak ada bekas luka
c. Perkembangbiakan
saat kambing betina dalam keadaan birahi. Kambing betina birahi pertama pada saat
1. Gelisah, tidak nafsu makan, ekor dikibas – kibaskan serta terus menerus
mengembik.
Lendir bening.
3. Masa birahi berlangsung selama 24 – 45 jam dan akan terulang dengan siklus 18 –
20 hari
Bila kambing betina telah menunjukkan gejala birahi maka sebaiknya segera
1. Kawin alam
Kawin yang dilaksanakan dengan cara memasukkan sperma beku yang mutu
genetiknya terjamin
Kambing bunting sebaiknya dipelihara terpisah dengan yang lain dengan cara
memberi sekat agar tidak terganggu kambing lain dan lantai kandang harus kuat
Masa Bunting kambing selama 5 bulan, anak yang baru lahir segera
10
Tidak masuk dalam materi pelatihan karena membutuhkan disipllin ilmu yang sesuai.
Anak kambing disapih pada umur 3 bulan dan induknya dapat dikawinkan lagi
sebanyak 10 % dari bobot badan, tetapi dalam pemberiannya 2 kali lipat karena
kambing bersifat pemilih. Pemberian dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
kebutuhan gizi dengan jumlah 1% dari bobot badan. Pemberian konsentrat dilakukan
pada pagi hari. Untuk mencukupi kebutuhan mineral maka diberikan garam dapur
yang ditempatkan pada wadah khusus yang ditempatkan pada wadah khusus dan
lajur bambu atau papan yang dipasang berjajar dari depan ke belakang. Antara lajur
diberi sela 1,2 cm agar kotoran serta kaki tidak terperosok. Kebutuhan ruang kandang
kambing jantan dewasa 1,5 m x 1,5 m/ekor dan betina 1,5 m x 1 m/ekor.
11
Sumber : P4S Cita Rasa dalam Setiawan dan Tanius (2003)
Kandungan gizi susu kambing yaitu protein 3,7 %, lemak 4,1 %, gula 4,6 %
dan mineral 0,80 %. Susu kambing juga mempunyai khasiat sebagai berikut:
2. Mencegah osteophorosis
1. Kurap/kudis (scabies)
12
Berbagai sumber
Tempat yang sering di serang muka, telinga, pengkal ekor, leher dll.
Tanda-tanda : perut sebelah kiri membesar, napas pendek dan cepat, tidak mau
makan.
Pencegahan : jangan diberi rumput muda,berikan larutan gula merah dan asam
Tidak layak
Layak (sebaiknya di investasikan
(lanjutkan usaha ) ke usaha lain)
Gambar 3: Kerangka pemikiran operasional bertenak kambing etawa (PE) kepala hitam
2.4 Strategi dan deskripsi jalannya kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan
Perte-
No Hari/Tanggal Tempat Materi Waktu
muan
2.evaluasi hasil.
2.evaluasi hasil
3.Perpisahan dengan Warga
Belajar
BAB III
2. Sumardi 1 1 1 2 5
3. Edi Mulyono 2 3 3 2 10
4. Agus Mulyono 2 2 2 2 8
5. Tabri 1 1 1 1 4
6. Saelan 3 3 3 2 11
7. Kasdi 1 1 2 1 5
8. Jemari 2 3 3 3 11
9. Maryoto 1 2 2 2 7
10. Lamijo 2 2 3 3 10
*penilaian berdasarkan pengamatan praktik pertama pada hari kamis tanggal 29 & 31 Mei 2010
13
Penilaian dibantu Bpk Laman
14
Produktifitas
Diartikan sebagai hasil dari kemampuan mengolah,mencampur pakan, dan memberikan pakan pada ternak(kesesuain
antara komposisi/kualitas,kuantitas,dengan berat badan ternak)
11 5
2. X 10 = 9,2 8. X 10 = 4,2
12 12
10 4
3. X 10 = 8,3 9. X 10 = 3,3
12 12
9 3
4. X 10 = 7,5 10. X 10 = 2,5
12 12
8 2
5. X 10 = 6,7 11. X 10 = 1,6
12 12
7 1
6. X 10 = 5,8 12. X 10 = 0,8
12 12
Skor rata−rata
Nilai Akhir = X 10
12
No. Skor
Prakti
Praktik Praktik /
Nama k
II III
Jmlh NA Ket.
rata-
I
rata
1. Saeno 11 12 12 35 11,7 9,7 Sangat baik
2. Sumardi 5 8 8 21 7 5,8 Sangat kurang
3. Edi M. 10 12 12 34 11,3 9,4 Sangat baik
4. Agus M. 8 10 10 18 6 5,0 Sangat kurang
5. Tabri 4 6 6 16 5,3 4,4 Sangat kurang
6. Saelan 11 12 12 35 11,7 9,7 Sangat baik
7. Kasdi 5 8 8 21 7 5,8 Sangat kurang
8. Jemari 11 12 12 35 11,7 9,7 Sangat baik
9. Maryoto 7 10 12 29 9,7 8,1 cukup
10. Lamijo 10 11 12 33 11 9,2 Sangat baik
hari diperoleh gambaran umum bahwasannya warga belajar telah menguasai materi
pelatihan. Hal ini dikarenakan pemeliharaan kambing bukanlah hal yang asing bagi
mereka, serta warga belajar mampu membuat kandang kambing etawa (PE).
Hal tersebut tercermin dari kemampuan unjuk kerja warga belajar dalam
menyerap materi untuk diaplikasikan dalam praktik langsung. Lebih rinci gambaran
2. Menjelaskan cara membuat kandang yang sehat buat kambing dengan benar.
perbandingan komposisi zat pada pakan, jumlah pemberian pakan sesuai berat
3.3. Pembahasan
pelatihan(warga Belajar) mempunyai unjuk kerja yang baik, skill mumpuni serta
aktif bertanya tentang hal-hal yang belum mereka pahami kepada P. Lasman .
Adapun secara detail gambaran dari unjuk kerja yang didasarkan pada
evaluasi proses15 pada praktik pertama, kedua, dan ketiga adalah sebagi berikut:
1. Saeno
Memiliki kerjasama yang sangat baik, dapat aktif, memiliki jiwa kepemimpinan,
bisa bekerja sama (team work) dan memiliki keberanian dengan bimbingan
2. Sumardi
Pasif dalam mengikuti kegiatan, sulit bekerjasama, keberanian sangat kurang dan
3. Edy Mulyono
tinggi.
4. Agus Mulyono
15
Evaluasi proses merupakan penilaian mengenai: kemampuan warga belajar memahami,mengadaptasi dan
mengaplikasikan penjelasan yang diperoleh pada hariRabu, 26 Mei 2010 melalui unjuk kerja pada kegiatan praktek.
bisa bekerjasama dengan warga belajar yang lain serta dari segi produktifitas
perlu ditingkatkan.
5. Tabri
Sangat pasif, kurang bisa bekerjasama atau kolektifitas perlu ditingkatkan, serta
6. Saelan
Rajin, aktif, mampu bekerjasama dengan warga belajar lain, serta memiliki
7. Kasdi
Cukup berani dalam melakukan kegiatan praktik, mempunyai namun dari sisi
kerjama dan produktifitas masih agak rendah, terbukti pencampuran pakan ternak
8. Jemari
Mempunyai keberanian dan tanggung jawab yang tinggi, punya jiwa leader ship,
mampu bekerjasama.
9. Maryoto
Punya kemampuan awal yang kurang menyakinkan, akan tetapi pada praktik hari
ketiga terjadi peningkatan yang signifikan dalam hal produktifitas, kerja sama
10.Lamijo
Unjuk kerja meyakinkan, punya jiwa wirausaha yang tinggi, aktif bertanya
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
pemberdayaan Kambing etawa (PE) kepala hitam dapat dikatakan bahwa semua warga
belajar Desa Tanggaran memiliki unjuk kerja yang baik, tidak produktifitas yang tinggi,
memiliki kekompakan antar warga, cukup cekatan, dan mempunyai jiwa leader ship.
kepala hitam yang dilaksanakan selama enam hari tersebut tidak banyak mengalami
kendala yang berarti atau dengan kata lain dapat dikatakan sukses digelar, hal ini dikarena
dukungan dari warga belajar yang sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti
pelatihan, serta peran serta Bapak Kepala Desa beserta perangkat Desa Tanggaran yang
sangat proaktif dalam membantu kegiatan pelatihan kepemudaan tersebut serta peran dari
Tanggaran dan bantuan dari tokoh lingkungan yaitu Bapak Sadiman yang terus memberi
4.2 Saran
Tanggaran tidak patah semangat dan dapat menekuni serta menyukai apa
yang sudah dimiliki saat ini berupa ketrampilan, kemampuan dan keahlian
yang nantinya dapat dikembangkan dan ditularkan pada orang lain dengan
hati yang tulus dan iklas guna membangun desa tercinta kearah yang lebih
baik bagi dirinya sendiri maupun juga bermanfaat bagi orang lain, bangsa
etawa (PE) kepala hitam ini diharapkan kepada Kepala Desa Tanggaran
pelecut dan inspirasi untuk lebih tanggap akan potensi yang dimiliki oleh
Desa baik potensi Sumber Daya Alam (SDA) ataupun potensi Sumber
sebuah lapangan kerja baru yang menjanjikan dan nantinya bisa menjadi
Keberadaan organisasi yang dalam hal ini sebagai wadah bagi para
Desa Tanggaran.
yang ada sekarang ini menjadi peternakan yang lebih besar memang
DAFTAR PUSTAKA
Daerah Tropis.