PENDAHULUAN
1
minyak yang terbentuk jarang diperhatikan (Subroto, 2000). Kemudian sekitar
dua dekade terakhir, pengkajian dengan geokimia organik mulai dikembangkan
sebagai data yang mendukung proses eksplorasi minyak bumi (Peter dan
Moldowan, 1993). Pengajian geokimia organik menyajikan data-data kimia yang
diperlukan untuk mempelajari pembentukan, migrasi dan akumulasi minyak bumi.
Data tersebut dapat mengembangkan konsep baru yang menerangkan bahwa
pembentukan minyak bumi tergantung pada suhu dan waktu, proses migrasi serta
akumulasi minyak bumi (Tissot dan Walte, 1984).
Ilmu geokimia organik merupakan ilmu yang menerapkan prinsip kimia
untuk mempelajari asal-usul, migrasi, alterasi dan akumulasi minyak bumi yang
dikaitkan dengan eksplorasi minyak bumi. Penggunaan prinsip geokimia organik
secara signifikan di dalam pencarian minyak bumi dimulai ketika ditemukan alat
analisis yang relatif cangih seperti kromatografi gas dan spektrometer massa
sekitar tahun limapuluhan. Sejak saat itu, ilmu geokimia organik yang hampir
selalu digunakan secara efektif dalam ekplorasi minyak bumi di berbagai belahan
dunia (Subroto, 2000).
Minyak mentah dalam sumber geologi mengandung senyawa
hidrokarbon, resin dan aspalten. Senyawa hidrokarbon yang terkandung dapat
berupa senyawa hidrokarbon alifatik dan aromatik. Senyawaan nitrogen, sulfur
dan oksigen terdapat pada resin dan aspalten yang disebut sebagai senyawa polar
NSO (Killops dan Killops, 1994). Semua senyawa tersebut menjadi sasaran
penelitian geokimia organik untuk mendalami keberadaan minyak bumi pada
suatu cekungan dan proses-proses geologi yang pernah terjadi terhadapnya.
Penggalian informasi keberadaan minyak bumi dilakukan melalui pengkajian
terhadap biomarka. Biomarka atau senyawa penanda biologi merupakan senyawa
organik yang telah menjadi fosil, umumnya berbentuk lipid yang ditemukan
secara utuh atau telah terdegradasi sebagian dalam sampel geologi. Senyawa-
senyawa tersebut berasal dari organisme hidup yang telah terendapkan berjuta-juta
tahun dan terjadi perubahan pada gugus fungsi dalam proses geologi, tetapi
kerangka dasarnya tetap (Philp, 1986; Albrecht, 1993).
Kandungan biomarka minyak bumi dapat memberikan informasi asal-usul
bahan organik melalui penelusuran senyawa prekursornya. Distribusi biomarka
2
minyak bumi dapat memberikan informasi tentang korelasi antar reservoir dengan
membandingkan fingerprint minyak dari sedimen basin yang sama. Konfigurasi
molekul biomarka dapat memberikan informasi tentang kematangan minyak yang
disebabkan perubahan panas bumi (Nascimento, et al., 1999). Biomarka asam
karboksilat dapat digunakan sebagai indikator biodegradasi minyak. Biomarka
asam pada minyak biodegradasi umumnya memiliki berat molekul yang lebih
besar daripada minyak non-biodegradasi, dimana senyawa dengan berat molekul
besar termasuk asam karboksilat diperkirakan berasal dari metabolisme bakteri
selama proses biodegradasi (Barth, et al., 2004; Galimberti, et al., 2000).
Di Desa Kartagenah, Kecamatan Kadur Pamekasan ditemukan sumber
minyak bumi yang telah mencapai permukaan bumi. Umumnya masyarakat di
sekitar sumber minyak bumi tersebut, memanfaatkannya sebagai bahan bakar
kompor minyak tanah, lampu tempel, lampu ting dan juga digunakan untuk
mengecat bahan bangunan guna menghindari rayap.
3
(halaman ini sengaja dikosongkan)