Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL PENELITIAN

CARA PENANGANAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT PES


MELALUI METODE EPIDEMIOLOGI

Disusun oleh :

Rini Dwicahyanti (0806459583)

Rizky Amalia Kusuma (0806459596)

Sucipta Laksono (0806459601)

Teddy Adrian (0806459614)

Thesa Siswanto (

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK 2010
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyebaran penyakit PES yang mematikan sudah dimulai abad ke 14 sampai kini.
Diawali perang antara pasukan tartar dengan pedagang dari Genoa yang ada di kota Caffa,
semenanjung krim. Pasukan tartar berhenti menyerang dengan batu kemudian menggantinya
dengan melemparkan mayat-mayat tentara mereka sendiri yang meninggal karena pes.
Akibatnya seluruh kota Caffa terinfeksi. Orang Genoa yang masih hidup segera kembali ke
kapal dan berlayar lagi. Banyak di antara mereka meninggal di kapal, tetapi sisanya mendarat
di Konstatinopel, Genoa, Venesia, dan kota-kota pelabuhan, dan disana menulari keluarga
dan kawannya. Dengan demikian wabah pes tiba di Eropa. Penyakit ini menyebar dari kota-
kota pelabuhan Laut Tengah ke pedalaman utara dan barat, dari Italia dan Yunani ke
Perancis, Spanyol, dan Inggris.
Pada tahun 1348 dua pertiga penduduk Eropa telah terkena. Selama delapan tahun
wabah raya berkecamuk dan sekurang-kurangnya separuh dari jumlah penderita meninggal.
Jumlah korbannya 25 juta orang. Pada waktu itu tak ada tempat untuk bersembunyi. Mereka
yang melarikan diri ke laut pun menemukan penyakit pes sebagai penumpang gelap di atas
kapal.
Wabah raya penyakit pes yang pertama, yakni pes Justinius pada Abad ke-6,
berkecamuk waktu perdagangan internasional meningkat. Setelah menyapu Eropa pada
Abada ke-14, penyakit pes tetap membara selam 300 tahun, sekali-kali meledak bila orang
rentan tinggal berdesak-desakan di suatu tempat. Lama-kelamaan penyakit ini menjadi
penyakit kota, terutama pelabuhan dan pusat perdagangan yang kerap terserang.
Wabah-wabah ini mencapai puncaknya di London dalam wabah raya tahun 1665. Pada
bulan September tahun itu, daftar kematian mingguan kota London menunjukkan bahwa
lebih dari 30.000 orang meninggal dunia. Di London, semua perdagangan dan lalu lintas
sempat terhenti. Orang takut dekat-mendekati anatar satu sama lain. Dokter-dokter terkemuka
pada zaman itu pun tak dapat menghentikan penyakit pes itu. Bubo atau pembengkakan
kelenjar, yang memberikan nama pada penyakit ini (pes bubonic), umumnya timbul di ketiak
atau di selangkangan. Dokter menggunakan tapal panas, bahan tajama yang dapat membakar
kulit, dan pisau dalam usaha mereka memecahkan pembengkakan serta mengeluarkan
cairannya, dengan keyakinan bahwa bila ini terjadi, orang sakit akan tertolong. Akhirnya
pada musim gugur tahun 1666, penyakit pes mulai menghilang dari London. Setelah tahun
1720 penyakit pes lenyap pula dari Eropa Barat.
Dari awal mula penyebaran penyakit PES tersebut bisa disimpulkan bahwa sudah
sejak dahulu kala sampai kini, infeksi mikroba merupakan ancaman utama terhadap
kesehatan manusia. Di masa kini, penyakit ini Pes(sampar) merupakan penyakit yang
terdaftar dalam Karantina International dan juga disebut remerging disease dan masih
merupakan masalah kesehatan yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa ataupun wabah.
Pes masuk pertama kali di Indonesia pada tahun 1910 melalui pelabuhan Tanjung Perak,
Surabaya, kemudian tahun 1916 melalui pelabuhan Tanjung Mas, semarang, tahun 1923
melalui pelabuhan cirebon dan tahun 1927 melalui pelabuhan Tegal. Korban yang
diakibatkan karena penyakit pes dari tahun 1910 sampai deng tahun 1960 tercatat 245.375
orang dengan angka kematian tertinggi yaitu 23.275 orang yang terjadi pada tahun 1934.
Melihat sudah begitu lamanya penyakit ini mewabah dan sangat membahayakan
karena memakan banyak korban maka perlu diadakan penelitian dengan pendekatan
epidemiologi menganalisis hal-hal yang terkait dengan penyakit PES ini.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian kali ini ialah deskripsi, yaitu memahami sesuatu lebih mendalam mengenai
penyakit PES yang meliputi:

 Penyebaran dan faktor yang menyebabkan penyakit PES berkembang


 Pengaruh penyakit PES pada kesehatan manusia
 Penanganan penyakit PES berdasarkan studi epidemiologi

1.3 Manfaat

Penelitian yang penulis lakukan ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri,
maupun bagi para pembaca atau pihak-pihak lain yang berkepentingan.

 Manfaat akademis
Penelitian ini erat hubungannya dengan mata kuliah epidemiologi sehingga dengan
melakukan penelitian ini diharapkan penulis dan semua pihak yang mempelajarinya dapat
lebih memahaminya.
 Manfaat dalam implementasi atau praktik.
Penelitian ini memfokuskan kepada penyakit PES sebagai objek penelitian, sehingga
diharapkan para mahasiswa yang mempelajari mata kuliah epidemiologi dapat menggunakan
hasil penelitian ini sebagai bahan studi untuk lebih memahami konsep epidemiologi dalam
lingkungan kehidupan sehari-hari

1.4 Pembatasan Masalah

Mengingat begitu luasnya ruang lingkup pada penelitian ini, maka penulis membatasi
permasalahan tersebut pada:

1. Penyebaran dan perkembangan penyakit PES


2. Kasus wabah PES di beberapa wilayah di Indonesia
3. Penerapan konsep epidemiologi dalam menanggulangi wabah penyakit PES
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Plague, disebut juga penyakit pes, adalah infeksi yang disebabkan bakteri Yersinia
pestis (Y. pestis) dan ditularkan oleh kutu tikus (flea), Xenopsylla cheopis. Selain
jenis kutu tersebut, penyakit ini juga ditularkan oleh kutu jenis lain. Di Indonesia dan
negara2 Asia Tenggara kutu carrier plague adalah Xenophylla astia. Penyakit ini
menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan
kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi. Kutu yang terinfeksi dapat membawa
bakteri ini sampai berbulan- lamanya.
Selain itu pada kasus pneumonic plague, penularan terjadi dari dari percikan air liur
penderita yang terbawa oleh udara.
Pes merupakan penyakit zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain dan dapat
ditularkan kepada manusia. Pes juga merupakan penyakit yang bersifat akut
disebabkan oleh kuman/bakteri. Selain itu pes juga dikenal dengan nama Pesteurellois
atau Yersiniosis/Palgue.
2. Penyebab PES
Pes disebabkan oleh :
- Kuman/Bakteri Yersinia pestis (Pasteurellois pestis)
- Kuman berbentuk batang, ukuran 1,5-2x0,5-0,7 mikron
- Bersifat biopolar, non motil, non sporing
- Gram negatif
- Pada suhu 280C merupakan suhu optimum tetapi kapsul terbentuk tidak sempurna
- Pada suhu 370C merupakan suhu yang terbaik bagi pertumbuhan bakteri tersebut
3. Vektor PES
Vektor pes adalah pinjal. Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu : Xenopsylla
cheopis, culex iritans, Neopsylla sondaica dan stivalus cognatus.
4. Reservoir
Reservoir utama penyakit pes adalah hewan-hewan rodent (tikus,kelinci), Kucing di
Amerika juga bajing.
5. Masa inkubasi
Masa inkubasi untuk penyakit pes bubo adalah 2-6 hari, sedang masa inkubasi untuk
pes paru-paru adalah 2-4 hari
6. Jenis pes dan gejalanya pada manusiail,
Bubonic plague : Masa inkubasi 2-7 hari. Gejalanya kelenjar getah bening yang dekat
dengan tempat gigitan binatang/kutu yang terinfeksi akan membengkak berisi cairan
(disebut Bubo). Terasa sakit apabila ditekan. Pembengkakan akan terjadi. Gejalanya
mirip flu, demam, pusing, menggigil, lemah, benjolan lunak berisi cairan di di
tonsil/adenoid (amandel), limpa dan thymus. Bubonic plague jarang menular pada
orang lain.
Septicemic plague : Gejalanya demam, menggigil, pusing, lemah, sakit pada perut,
shock, pendarahan di bawah kulit atau organ2 tubuh lainnya, pembekuan darah pada
saluran darah, tekanan darah rendah, mual, muntah, organ tubuh tidak bekerja dg baik.
Tidak terdapat benjolan pada penderita. Septicemic plague jarang menular pada orang
lain. Septicemic plague dapat juga disebabkan Bubonic plague dan Pneumonic plague
yang tidak diobati dengan benar.
Pneumonic plague : Masa inkubasi 1-3 hari. Gejalanya pneumonia (radang paru2),
napas pendek, sesak napas, batuk, sakit pada dada. Ini adalah penyakit plague yang
paling berbahaya dibandingkan jenis lainnya. Pneumonic plague menular lewat udara,
bisa juga merupakan infeksi sekunder akibat Bubonic plague dan Septicemic plague
yang tidak diobati dengan benar.
Binatang yang dapat menjadi pembawa plague
Semua binatang pengerat (tikus, marmut, hamster, tupai, dll), kucing, anjing, kelinci,
rusa, kambing dll.
Gejala plague pada kucing
Demam, muntah, diare, kondisi bulu yang buruk, lidah membengkak, luka pada mulut
(sariawan), terdapat kotoran pada mata.
Diagnosa plague
Diagnosa dilakukan dengan mengambil cairan dari bubo, dahak (pada pneumonic
plague) dan tes darah. Tes darah diulang setelah 10-14 hari.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan rancangan penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian literatur dengan rancangan
studi kasus, yaitu rancangan studi epidemiologi berdasarkan penelitian-penelitian yang
telah dilakukan; dimulai dengan seleksi kasus-kasus yang ada di suatu daerah dan
dilanjutkan dengan seleksi metode penelitian menggunakan pendekatan sosio-ekologi.
Berdasarkan rancangan tersebut, akan dicari faktor-faktor penyebab penyakit,
penyebarannya, dan penanggulangan penyakit yang dapat dilakukan.
Studi ini menawarkan sejumlah keuntungan untuk menilai hubungan antara
paparan dan penyakit. Studi ini cukup efisien dan relatif mudah untuk dilakukan
melihat kejadian penyakit pes yang sudah sering terjadi.

B. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat
Kejadian penyakit pes : kejadian penyakit yang terjadi di suatu daerah pada
waktu tertentu dengan jumlah penderita tertentu yang telah diteliti oleh badan
tertentu dan telah ditanggulangi dan didapatkan solusinya.
2. Variabel bebas
a. Waktu kejadian : Kapan kejadian penyakit pes terjadi.
b. Tempat terjadinya kejadian: Di mana kejadian penyakit tersebut terjadi.
c. Kondisi sosial di daerah kejadian penyakit: Bagaimana kehidupan social
masyarakat di daerah kejadian tersebut.
d. Kondisi ekologi di daerah kejadian penyakit :Keadaan hubungan antara
masyarakat dengan lingkungannya.
e. Jumlah penderita : Jumlah penderita di daerah tersebut.
f. Kondisi ekonomi masyarakat di daerah tersebut : Jenis pekerjaan, tingkat
ekonomi di daerah tersebut.
g. Keberadaan tikus di dalam lingkungan masyarakat : Ada tidaknya tikus di
lingkungan masyarakat
C. Tempat dan Waktu Penelitian
 Tempat penelitian :
 Waktu penelitian : November 2010

D. Metode Analisis
Analisis akan dilakukan setelah pengumpulan kasus-kasus berdasarkan literatur
yang ada baik di media massa, internet, jurnal, dan lainnya.
Analisis yang dilakukan adalah analisis mengenai hubungan sosio-ekologi dengan
penyebaran penyakit pes dan penanggulangannya.
Metode yang dipergunakan secara deskriptif kuantitatif yang dilakukan dengan
1. tahap pengumpulan data
Pada tahap ini data yang dikumpulkan diperoleh berdasarkan tinjauan pustaka,
media cetak, internet, jurnal, dan lainnya
2. Studi kasus
Penelitian ini dengan mengidentifikasi masalah penyakit pes di daerah tertentu
3. Pendataan
Analisa kuantitatif pada penelitian didapatkan dengan mengsurvei penduduk
daerah sekitar dengan mempergunakan form penelitian yang konten isinya
pada lampiran.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Kasus-kasus Penyakit PES di Indonesia

4.1.1. Penularan Penyakit Pes Di Dusun Sulorowo, Perbukitan Tengger Bromo,


Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur

Penularan penyakit Pes di dusun Sulorowo, perbukitan Tengger Bromo,


Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
Penyakit pes pada dasarnya terjadi akibat adanya hubungan antara manusia
dengan kondisi lingkungan yang menyangkut rodent, pinjal dan habitat. Di dusun ini
dilakukan penelitian kualitatif mengenai hal ini dengan pendekatan sosio-ekologi.
Data yang dikumpulkan menyangkut aspek sosial budaya yang meliputi adat, tradisi,
kepercayaan, nilai-nilai, persepsi serta sikap dan kebiasaan penduduk yang diduga ada
kaitan dengan penularan pes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat dusun Solorowo masih
tradisional. Penduduk sangat akrab terhadap lingkungan alam sekitarnya. Masyarakat
sangat mensakralkan tempat-tempat tertentu yang dianggap mempunyai nilai
kesejarahan serta nilai budaya seperti Petrenan, yaitu tempat yang disakralkan yang
dipercaya sebagai tempat makam leluhur dijadikan tempat pemujaan dan untuk
menyelenggarakan upacara ritual dan keagamaan.
Sehingga adanya hubungan antara manusia dengan kondisi lingkungan alam
sekitarnya yang menyangkut rodent, pinjal dan habitat juga sifat tradisional tersebut
menunjang tetap terpeliharanya penularan pes di masyarakat dusun Solorowo.
Ditunjang pula oleh pengetahuan dan persepsi penduduk yang salah terhadap penyakit
pes, maka penyakit tersebut sewaktu-waktu akan tetap menjadi wabah di dusun
Solorowo.

4.1.2 Penularan penyakit Pes di Banten


Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II
Banten, dari 192 tikus yang tertangkap di perkantoran sekitar area Pelabuhan Merak,
Bojonegara, Karangantu, Anyer, dan Labuan, ditemukan 173 pinjal dalam tubuh
tikus-tikus tersebut.
Bakteri pes atau pasteurella pestis hidup dengan menempel pada tubuh tikus.
Tak hanya tikus, pinjal juga dapat ditemukan di semua binatang pengerat seperti
marmut, hamster, tupai, kucing, anjing, kelinci, rusa, dan kambing. Penyakit ini dapat
menular ke manusia hingga menyebabkan infeksi apabila tergigit.
Kepala Seksi Pengendalian Resiko Lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan
Kelas II Banten Juanda mengatakan, jika diporsentasekan terdapat 0,91 persen pinjal
dari 192 tikus yang berhasil ditangkap. Untuk menangkap tikus-tikus itu pihaknya
telah menyebar 250 perangkap yang disebar di beberapa lima wilayah kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten.
Untuk mengendalikan penyakit ini, pihaknya memberlakukan program
pelabuhan sehat. Dalam pelaksanaannya, setiap pelabuhan dan titik rawan seperti
permukiman warga sekitar pelabuhan juga akan dipasang perangkap tikus. Masing-
masing daerah sebanyak 250 perangkap tikus.
Pengambilan tikus akan dilakukan mulai setiap Senin dan Sabtu. Kemudian tikus-
tikus itu dikumpulkan di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten guna diuji
laboratorium..
Sementara itu, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Banten Endang
Syarifuddin menambahkan, pelaksanaan program pelabuhan sehat ini tak hanya
memberantas tikus sebagai antisipasi penyebaran pes. Melainkan pihaknya juga akan
melakukan fogging, pemberian bubuk abate, dan pemantauan jentik nyamuk
pembawa penyakit DBD.

4.2 Penularan Penyakit PES


Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent.Kuman-
kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat ditularkan ke hewan lain atau
manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes
tadi,dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia
dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan. Penularan pes secara eksidental dapat
terjadi pada orang – orang yang bila digigit oleh pinjal tikus hutan yang infektif.Ini dapat
terjadi pada pekerja-pekerja di hutan,ataupun pada orang-orang yang mengadakan
rekreasi/camping di hutan.
Penularan pes ini dapat terjadi pada para yang berhubungan erat dengan tikus
hutan, misalnya para Biologi yang sedang mengadakan penelitian di hutan, dimana ianya
terkena darah atau organ tikus yang mengandung kuman pes. Kasus yang umum terjadi
dimana penularan pes pada orang karena digigit oleh pinjal infeksi setelah menggigit
tikus domestik/komersial yang mengandung kuman pes. Penularan pes dari tikus hutan
komersial melalui pinjal; pinjalyang efektif kemudian menggigit manusia. Penularan pes
dari orang ke orang dapat pula terjadi melalui gigitan pinjal manusia Culex Irritans
(Human flea). Penularan pes dari orang yang menderita pes paru-paru kepada orang lain
melalui percikan ludah atau pernapasan.

4.3 Penggunaan Epidemiologi Dalam Studi Kasus Penyakit Pes


Penelitian ini juga menggunakan metode epidemiologi dimana dipelajari faktor-
faktor lingkungan yang mempengaruhi timbulnya kejadian suatu penyakit. Epidemiologi
memiliki kemampuan untuk mengetahui distribusi dan faktor-faktor penyebab masalah
kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan karena epidemiologi dalam
menangani suatu penyakit selalu menganalisa dari segi tempat, waktu dan jumlah orang
yang terkena
Konsep segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa apabila keseimbangan tidak
tercapai, dalam artian ada 1 faktor lingkungan yang terganggu, maka manusia bisa sakit.
Dalam hal ini dapat dilihat lingkungan memegang peranan penting dalam penyebaran
penyakit pes ini. Penyakit pes yang digolongkan ke pola penyakit menular yang
berhubungan dengan adanya infeksi/kesehatan lignkungan. Lingkungan yang tidak sehat
membuat perkembangan penyakit tersebut semakin cepat, kemudian menginfeksi
makhluk hidup yang tinggal didalamnya. Karena didalam suatu lingkungan kita
berinteraksi, maka kemudian penyakit ini menyebar ketika orang sehat tertular saat
sedang berinteraksi dengan pengidap pes. Jika tidak dilakukan penanganan serius, maka
penyakit ini bisa menjadi endemik. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
memecahkan masalah penyebaran penyakit berdasarkan ilmu epidemiologi adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan berkembangnya penyakit PES
Studi epidemiologi mempelajari. Dengan cara ini bisa dianalisa tempat, waktu dan
jumlah orang yang terkena penyakit pes. Dengan mengetahui hal itu dapat
dianalisa selanjutnya mengenai apa penyebab penyebarannya
Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan
pengambilan keputusan.
2. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau
telah dilakukan.
3. Mengembangkan metodologi untuk menganalisa keadaan sautu penyakit dalam
upaya mengatasi atau menanggulanginya.
4. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang
perlu dipecahkan.

Dalam penggunaan ilmu epidemiologi untuk memecahkan solusi permasalahan


suatu kasus kita perlu menggunakan beberapa pendekatan epidemiologi. Ada 3 (tiga)
pendekatan epidemiologi yaitu :
1. Pendekatan Logis
Merupakan pendekatan epidemiologi dengan ilmiah sesuai dengan dasar teori
melalui program-program dengan menggunakan indikator Morbiditas dan
Mortalitas.
2. Pendekatan Progmatif
Merupakan suatu bentuk pendekatan epidemiologi yang berkeinginan bebas
dari rasa sakit dan rasa tidak nyaman.
3. Politis
Merupakan pendekatan epidemiologi dengan pertimbangan pendapat-pendapat
orang-orang penting dalam pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai