Anda di halaman 1dari 23

1

KASUS 3

RUANG 2
KATA
2 Identitas KUNCI
 Anak laki-laki, 10 tahun
 BB 27 kg

Keluhan
 Nyeri sendi besar berpindah-pindah
 Demam
 Sesak

Pemeriksaan
 JVP 5+4 mmH O
2
 Lab : LED meningkat
 Foto Dada : Kardiomegali
PERTANYAAN
3

1. Pada anamnesis, hal apa saja yang perlu ditanyakan?


2. Pada pemeriksaan fisik, apa saja yang perlu
diperiksa?
3. Apa diagnosis dan DDnya?
4. Etiologi, epidemiologi, patofisiologi dari kasus ini?
5. Perjalanan Klinis dan Gambaran Klinis ?
4

6. Mengapa nyeri sendi berpindah-pindah?


7. Pemeriksaan Penunjang?
8. Farmakologi dan non farmakologi?
9. Prognosis dari kasus ini?
5
ANAMNESIS
 Menanyakan identitas pasien
 Apakah anak ibu sulit menelan saat makan/minum?
 Apakah anak ibu sering panas sebelumnya?
 Apakah anak ibu sulit bernapas?
 Apakah anak ibu sering mengalami nyeri pada
sendi sampai bengkak? Apakah nyeri tersebut
berpindah-pindah tempat?
6

 Apakah anak ibu sering mengalami keterbatasan


saat beraktivitas misalkan saat berjalan akibat nyeri
yang dirasakan?
 Apakah anak ibu timbul kemerahan pada badan dan
tangan?
 Apakah anak ibu memperlihatkan gangguan pada
pergerakan mis. tangan bergerak tidak beraturan
atau anak sulit menulis?
 Apakah anak ibu mengalami penurunan berat badan
selama sebulan terakhir?
7 PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
 Keadaan umum anak

 Melihat ictus cordis pada dinding dada

 Memperhatikan gerakan-gerakan lain pada dinding

dada
 Pada anak dengan penyakit DR ditemukan sesak

napas, batuk-batuk, pembengkakan pada ektremitas


tersering bagian bawah.
8

Palpasi
 Memastikan ictus cordis yang mungkin terlihat

pada inspeksi
 Meraba denyut jantung

 Melihat apakah kuat angkat atau tidak


9

Perkusi
 Mengetahui batas-batas jantung

 Bila ada kardiomegali maka batas jantung akan

semakin luas
Auskultasi
 Mendengarkan bunyi-bunyi jantung

 Pada kasus ada gangguan pada katub mitral dan aorta

sehingga bunyi jantung S1 dan S2 terganggu


10 Diagnosis
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang dilakukan
didapati bahwa si anak menderita penyakit demam
rematik. Diagnosis ini berdasarkan pada Kriteria Jones.
Demam Rematik adalah proses peradangan sistemik
tidak bernanah, sering kambuh, yang terutama sering
dihubungkan dengan infeksi Streptococcus hemolyticus
grup A.
DD
11

1. INFEKSI PIOGENIK PADA SENDI


2. REUMATOID ARTRITIS
3. SLE
4. PURPURA HENOCH SCONLEIN
5. ENDOKARDITIS BAKTERIAL
SUBAKUT
6. ANEMIA SEL SABIT
Epidemiologi
12

Penyakit DR :
 Dapat menyerang semua usia

 Sering ditemukan pada anak-anak usia 5-15 tahun

 Sering ditemukan pada negara-negara berkembang

 Data terakhir mengenai prevalensi demam rematik

di Indonesia untuk tahun 1981 – 1990 didapati 0,3-


0,8 diantara 1000 anak sekolah dan jauh lebih
rendah dibanding negara berkembang lainnya 5,13
ETIOLOGI
13

Disebabkan infeksi Streptococcus beta


hemolyticus Grup A. Selain itu terdapat
predisposisi:
Interaksi individu
Lingkungan
Jenis kelamin
Iklim : kosmopolit, sedang dan tropis
Golongan etnik dan ras Etnik : kulit hitam
Umur : 5-15 tahun ( 8 tahun )
Kurang gizi
PATOGENESIS
14 Perjalanan penyakit demam rematik diawali
dengan adanya infeksi bakteri Streptococcus
beta-hemolyticus golongan A pada
kerongkongan. Infeksi ini menyebabkan
penderita mengeluh nyeri kerongkongan dan
demam. Bila infeksi pada tahap ini tidak
diobati, bakteri Streptococcus yang ada akan
melakukan perlengketan yang kuat
(adherence) di daerah sekitarnya dan
merangsang pengeluaran protein antibodi anti
Ig-G. Antibodi yang dihasilkan akan mengikat
kuman Streptococcus dan membentuk suatu
kompleks imun yang memiliki kemampuan
menyebar. Bila proses ini tidak dihalangi atau
diobati, kompleks imun yang terbentuk akan
memasuki darah dan menyebar ke seluruh
tubuh, terutama ke jantung, sendi, dan
susunan saraf.
Kriteria derajat penyakit demam reumatik
15

Derajat Tanda-Tanda
Derajat 1 artritis atau korea tanpa karditis
Derajat 2 karditis tanpa kardiomegali
Derajat 3 karditis disertai gagal jantung
Derajat 4 karditis yang disertai gagal jantung
Berdasarkan pada Kriteria Jones (Updated
1992)
16
Manifestasi Mayor Manifestasi Minor 
 Karditis Klinis
 Poliartritis - Artralgia
 Korea - Demam
 Eritema marginatum Laboratorium
 Nodulus subkutan Peninggian reaksi fase akut
(LED meningkat dan /PCR)
Interval PR memanjang
Ditambah
Disokong adanya bukti infeksi Streptokokus sebelumnya berupa kultur
apus tenggorok yang positip atau tes antigen streptokokus yang cepat
atau titer ASTO yang meningkat.
17

Untuk diagnosis diperlukan :


 LEBIH SM DENGAN DARI 2 KRITERIA

MAYOR, ATAU
 1 MAYOR DAN LEBIH SM DENGAN 2

MINOR
 ADANYA RIWAYAT INFEKSI SBHGA

(ASTO MENINGKAT DAN USAP


TENGGOROK +)
Faktor-faktor yang mempengaruhi
peningkatan LED :
18 Eritrosit
 Jumlah eritrosit darah < normal

 Ukuran eritrosit l,ebih besar dari normal

 Eritrosit mudah beraglutinasi

Plasma
 Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan

roleaux
 Petunjuk adanya penyakit/kerusakan jaringan yang katif

Teknik
 Kesalahan dalam pemeriksaan dan pembacaan hasil LED

Fisiologi
 Haid

 Kehamilan
Pemeriksaan Penunjang
19

 Pemeriksaan darah
a. LED tinggi sekali
b. Lekositosis
c. Nilai hemoglobin dapat rendah
d. PCR meningkat
 Pemeriksaan bakteriologi
Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya kuman
streptococcus.
 Pemeriksaan serologi
Peningkatan Titer ASTO, Antistreptokinase, Anti hyaluronidase
 Elektrokardiogram
Adanya pemanjangan interval P-R menunjukkan adanya
keterlambatan abnormal sistem konduksi pada nodus atrioventrikel
PENATALAKSANAAN
20
FARMAKOLOGI
 Pencegahan Primer dengan eradikasi untuk memusnahkan kuman

Streptokokus.
Penisilin G Benzatin
Dosis:
BB > 30 kg 1,2 juta
BB< 30 kg 600.000
 Pencehgahan Sekunder yang diajukan The American Heart Association

dan WHO yaitu dengan pemberian suntikan penisilin berdaya lama


setiap bulan seperti Penisilin V, Eritromisin dan Sulfadiazin.
 Penggunaan obat-obat lain sesuai dengan gejala yang timbul
NON FARMAKOLOGI
 Tirah Baring
 Diet
21
 Istirahat
 Edukasi ke Orang Tua
- Usahakan situasi ruangan yang tenang
- Berikan suasana gembira, mengalihkan perhatian penderita dari rasa nyeri
dengan memberikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi dengan
teman/ orang terdekat, melakukan aktifitas lain, anak dapat sedikit
melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami.
 Untuk mencegah penyebaran kuman streptokokus, dapat dilakukan dengan cara
- Mencegah pengotoran oleh debu, ventilasi yang baik, saringan udara, sinar
ultra violet, dan pemakaian aerosol.
- Susu sapi harus selalu di pasteurisasikan untuk mencegah penyebaran dari
hewan ke manusia.
Prognosis
22

Prognosis demam rematik tergantung pada stadium


saat diagnosis ditegakkan, umur, ada tidaknya dan
luasnya kelainan jantung, pengobatan yang diberikan,
serta jumlah serangan sebelumnya. Prognosis pada
umumnya buruk pada penderita dengan karditis pada
masa kanak-kanak. Serangan ulang dalam waktu 5
tahun pertama dapat dialami oleh sekitar 20%
penderita dan kekambuhan semakin jarang terjadi
setelah usia 21 tahun.
23

Anda mungkin juga menyukai