Anda di halaman 1dari 4

Membaca dengan Efektif

Salah satu unsur penting dalam Manajemen Diri adalah membangun kebiasaan untuk terus-menerus
belajar atau menjadi manusia pembelajar yang senantiasa haus akan informasi dan pengetahuan. Hal ini
seperti yang dikatakan oleh Henry Ford, pendiri General Motors yang mengatakan, ”Anyone who stops
learning is old, whether at twenty or eighty. Anyone who keeps learning stays young. The greatest
thing in life is to keep your mind young.”

Pengelola rubrik
Aribowo Prijosaksono dan Roy Sembel

Aribowo Prijosaksono (email:aribowo_ps@hotmail.com) dan Roy Sembel (http://www.roy-sembel.com)


adalah co-founder dan direktur The Indonesia Learning Institute – INLINE (http://www.inline.or.id), sebuah
lembaga pembelajaran untuk para eksekutif dan profesional.

Tidak peduli berapa pun usia kita, jika kita berhenti belajar berarti kita sudah tua, sedangkan jika
senantiasa belajar kita akan tetap awet muda. Karena hal yang terbaik di dunia akan kita peroleh dengan
memelihara pikiran kita agar tetap muda.
Salah satu cara paling efektif untuk belajar adalah dengan membaca. Namun sayangnya, sebagian besar
kita tidak pernah punya waktu untuk membaca.
Alasan utama yang sering kita sampaikan adalah kesibukan pekerjaan. Kita terjebak dalam rutinitas dan
tekanan pekerjaan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mengasah gergaji kita, seperti yang
diceritakan oleh Stephen Covey dalam bukunya The 7 Habits of Highly Effective People sebagai berikut:
Andaikan saja Anda bertemu seseorang yang sedang terburu-buru menebang sebatang pohon di hutan.
”Apa yang sedang Anda kerjakan? Anda bertanya.
”Tidak dapatkah Anda melihat?” demikian jawabnya dengan tidak sabar. ”Saya sedang menggergaji
pohon ini.”
”Anda kelihatan letih!” Anda berseru. ”Berapa lama Anda sudah mengerjakannya?”
”Lebih dari lima jam,” jawabnya, ” dan saya sudah lelah! Ini benar-benar kerja keras.”
”Nah, mengapa Anda tidak beristirahat saja beberapa menit dan mengasah gergaji itu?” Anda bertanya.
”Saya yakin Anda akan dapat bekerja jauh lebih cepat.”
”Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji,” orang itu berkata dengan tegas. ”Saya terlalu sibuk
menggergaji.”
Bahkan menurut Covey, kebiasaan mengasah gergaji merupakan kebiasaan yang paling penting karena
melingkupi kebiasaan-kebiasaan lain pada paradigma tujuh kebiasaan manusia efektif. Kebiasaan ini
memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang kita miliki yaitu diri kita. Kebiasaan ini dapat
memperbarui keempat dimensi alamiah kita—fisik, mental, spiritual, dan sosial/emosional.
Membaca merupakan salah cara kita untuk memperbaiki dan meningkatkan keefektifan diri kita.
Meskipun kita memiliki ”keterbatasan waktu”, kita tetap perlu mengasah gergaji kita. Caranya adalah
dengan menguasai cara membaca yang efektif sehingga waktu yang kita gunakan menjadi efisien.
Namun sebelumnya, kita perlu mengenali berbagai tipe gaya belajar seseorang.
Visual. Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar atau diagram. Kita suka pertunjukan,
peragaan atau menyaksikan video.
Auditori. Belajar melalui mendengar sesuatu. Kita suka mendengarkan kaset audio, ceramah kuliah,
diskusi, debat dan instruksi verbal.
Kinestetik. Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Kita suka ”menangani”, bergerak,
menyentuh dan merasakan/mangalami sendiri.
Kita semua, dalam beberapa hal, memanfaatkan ketiga gaya tersebut. Tetapi kebanyakan orang
menunjukkan kelebihsukaan dan kecenderungan pada satu gaya belajar tertentu dibandingkan dua gaya
lainnya.
Pada anak-anak kecenderungannya adalah pada kinestetik dan auditori, namun pada saat mereka
dewasa, kelebihsukaan pada gaya belajar visual ternyata lebih mendominasi.
Memahami gaya belajar pribadi Anda akan dapat meningkatkan kinerja dan prestasi Anda. Anda akan
mampu menyerap informasi lebih cepat dan mudah.
Anda dapat mengidentifikasi dan mengapresiasi cara yang paling Anda sukai untuk menerima informasi.
Anda akan bisa berkomunikasi jauh lebih efektif dengan orang lain dan memperkuat pergaulan Anda
dengan mereka.

Tiga Faktor Penting Meningkatkan Kemampuan Belajar


Ada tiga faktor penting dalam penguasaan keterampilan untuk belajar: pertama adalah pola pikir dan
sikap (mindset and attitude) kita terhadap belajar. Kita harus memiliki hasrat (desire) dan kecintaan
(passion) yang dalam terhadap nilai-nilai untuk terus belajar dan mengembangkan diri.
Belajar tidak hanya sekadar melalui pendidikan formal semata, tetapi dalam setiap aspek kehidupan kita
harus senantiasa mengembangkan sikap belajar. Sikap mau membaca, mendengar, mengerti, dan
belajar dari orang lain merupakan sikap yang perlu senantiasa dikembangkan jika kita ingin memperbaiki
diri ataupun gagasan kita.
Faktor kedua dalam meningkatkan keterampilan untuk belajar adalah kemampuan kita untuk
mendayagunakan kekuatan pikiran kita (terutama pikiran bawah sadar—subconscious mind) untuk
mempercepat proses belajar (accelerated learning). Pikiran bawah sadar merupakan kekuatan yang luar
biasa jika kita dapat mengoptimalkan potensinya.
Seringkali kita melupakan bahwa anugerah yang terindah dan terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita
adalah kemampuan pikiran kita. Hal inilah yang membedakan kita dengan ciptaan-Nya yang lain.
Hal yang paling mudah kita lakukan untuk mengembangkan keterampilan untuk belajar adalah dengan
banyak membaca. Meluangkan waktu sedikitnya satu jam sehari untuk membaca buku merupakan
kebiasaan yang baik bagi kita untuk mulai mengembangkan diri kita.
Banyak sekali metode untuk meningkatkan kecepatan membaca (speed reading) maupun pemahaman
(comprehension) terhadap isi dari suatu buku. Keterampilan inilah yang amat kita perlukan untuk
meningkatkan daya serap dan kecepatan kita dalam membaca sebuah buku. Selain membaca,
meningkatkan kemampuan dapat diperoleh melalui eminar, pelatihan, maupun mendengarkan kaset-
kaset motivasi.
Faktor ketiga dalam meningkatkan kemampuan belajar kita adalah disiplin diri dan kegigihan (self
discipline and persistence). Tanpa kedua hal ini, belajar hanyalah kegiatan yang sifatnya tergantung
suasana hati (mood) dan kita tidak dapat mencapai keunggulan (excelence) hanya dengan belajar
setengah hati.
Sudah saatnya kita mengubah kebiasaan-kebiasaan kita. Ada pepatah yang mengatakan,”Your Habits
will Determine Your Future”.
Miliki kebiasaan belajar, dan mulai langkah pertama Anda. Proses mengubah kebiasaan sangat
ditentukan oleh kedisiplinan diri dan kegigihan kita sehingga setelah melakukannya dalam periode waktu
tertentu. Hal tersebut tidak lagi menjadi beban tetapi telah menjadi kebutuhan. Jika pada awalnya sulit
melakukan, setelah itu Anda jadi terbiasa.

Keterampilan Dasar untuk Membaca yang Efektif


Sebelum kita mengembangkan kemampuan membaca dengan efektif, kita perlu menguasai terlebih dulu
beberapa ketrampilan dasar:

Konsentrasi
Kebanyakan kita menganggap bahwa konsentrasi adalah pekerjaan berat dan sangat sulit dilakukan. Kita
memiliki suatu keyakinan bahwa hal tersebut susah untuk dilakukan. Padahal kalau kita menyenangi
sesuatu, katakanlah menonton konser musik band favorit kita atau film di bioskop, kita akan dapat
berkonsentrasi menikmati pertunjukan yang berlangsung lebih dari dua jam.
Kita ternyata dapat berkonsentrasi cukup lama jika kita melakukan sesuatu yang kita senangi. Inilah pola
pikir pertama yang harus kita kembangkan untuk belajar berkonsentrasi.
Hal yang kedua adalah bahwa mengembangkan daya konsentrasi sama halnya dengan
mengembangkan dan menguatkan otot-otot tubuh kita. Kita perlu latihan yang teratur dan terus-menerus.

Salah satu teknik untuk mengembangkan daya konsentrasi adalah teknik kontemplasi. Kontemplasi
adalah suatu teknik menggunakan pikiran kita seperti sebuah lampu senter (searchlight) untuk mencari
dan menemukan informasi baru.
Untuk melatihnya, Anda perlu lakukan setiap hari (sedikitnya 5 menit sampai maksimum 10 menit per
latihan). Caranya dimulai dengan fokus terhadap apa yang ingin kita ketahui.
Misalnya, kita ingin mengetahui cara meningkatkan kecerdasan finansial (membaca buku Robert Kiyosaki
misalnya), kemudian pikirkan gagasan tersebut secara mendalam dan tanyakan pada diri Anda
pertanyaan-pertanyaan seperti,”Apa artinya kecerdasan finansial? Apa implikasinya pada hidup saya?
Apakah hal tersebut bisa saya lakukan?” Dan seterusnya, lakukan sampai sekitar 5-10 menit.
Jika Anda sudah bisa bertahan konsentrasi 10 menit, tingkatkan kemampuan Anda dengan berlatih
langsung membaca sebuah buku 10-20 menit. akukan setiap hari sampai daya tahan konsentrasi Anda
meningkat sedikit demi sedikit.

Membuat Peta Pikiran (Mind Mapping)


Teknik ini merupakan cara untuk meringkas suatu tema atau pokok pikiran yang ada dalam buku.
Pertama, kita awali dengan menuliskan tema pokok di tengah-tengah halaman kertas kosong.
Kemudian seperti pohon dengan cabang dan ranting kita kembangkan tema pokok menjadi subtema di
sekelilingnya dengan dihubungkan memakai garis seperti jari-jari roda. Berikut adalah langkah atau
prinsip dalam membuat peta pikiran dalam buku Accelerated Learning for the 21st Century karangan
Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl.

Mulai dengan topik di tengah-tengah halaman.


Gunakan kata-kata kunci.
Buatlah cabang-cabangnya
Gunakan simbol, warna, kata, gambar, dan citra lainnya.
Gunakan seperti poster dengan dasar putih bersih.
Buat tulisan atau gambarnya warna-warni
Gunakan alat tulis berwarna terang

Membuat peta pikiran adalah latihan yang perlu dilakukan terus-menerus. Sama halnya seperti teknik
kontemplasi, kita perlu berlatih mengunakan peta pikiran untuk mengetahui informasi atau menganalisa
masalah.

Relaksasi
Cara ini dikembangkan oleh Sandy MacGregor dalam bukunya Piece of Mind. Pada prinsipnya dikatakan
bahwa otak atau pikiran kita lebih mudah menyerap dan mengingat informasi pada saat kondisi pikiran
kita relaks yang ditunjukkan dengan frekuensi gelombang otak yang rendah.
Mengenai teknik relaksasi pernah dibahas dalam edisi Mandiri sebelumnya. Bagi Anda yang berminat
mempelajari dapat membaca buku Sandy MacGregor tersebut atau buku SELF MANAGEMENT: 12
Langkah Manajemen Diri karangan Aribowo Prijosaksono dan Marlan Mardianto.

Teknik Membaca Cepat


Kita hidup dalam zaman di mana kita setiap hari dibanjiri buku baru tentang topik yang kita sukai atau
yang berkaitan dengan bidang pekerjaan kita. Pembaca biasa takkan bisa membaca semua buku yang
telah diterbitkan tentang topik yang berkaitan dengan bidang bisnis atau profesionalnya.
Membaca itu sendiri bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan sekaligus menjengkelkan. Padahal
kita semua tahu bahwa membaca sama halnya dengan kita menikmati pertunjukan konser atau film yang
bagus.
Membaca melibatkan partisipasi aktif kita. Seluruh emosi, hasrat dan minat kita juga harus terlibat dalam
proses membaca, sehingga membaca menjadi pengalaman yang menyenangkan.
Dengan keterbatasan waktu yang kita miliki, bagaimana kita dapat mengembangkan kemampuan
membaca secara efektif sehingga dengan tenggang waktu yang sama, kita bisa mengambil inti dari lebih
banyak buku. Kecuali untuk buku fiksi atau sastra yang memang ingin kita nikmati jalinan cerita, emosi,
dan rangkaian kata-katanya, membaca buku nonfiksi (textbook) adalah seperti membaca surat kabar.
Yang kita perlukan adalah informasi dan gagasan pokok pengarang. Hanya sedikit orang yang membaca
koran dengan cara per bagian, halaman per halaman.
Kita biasanya membaca beberapa halaman pertama dengan mendetail, lalu hanya sekilas membaca
yang lain, mencari topik yang menarik. Sekarang kita akan belajar melakukan hal yang serupa dengan
buku yang akan kita baca.
Sebelum mulai membaca ada sejumlah alat bantu yang dapat membantu kita untuk dapat memahami
keseluruhan isi sebuah buku:
Sampul buku: Biasanya pokok pikiran terpenting dari sebuah buku tercetak di sampulnya. Informasi ini
membantu penjualan buku dan memberikan perspektif penerbit tentang isi buku. Sampul buku
memberikan gambaran kepada kita tentang apa yang akan kita dapatkan di bagian dalam.
Biografi penulis: Informasi ini akan memberi tahu kita tentang latar belakang pendidikan, pengalaman dan
kegiatan penulis saat ini yang membuat ia bisa menulis buku tersebut. Dengan memahami informasi
tentang penulis akan membantu kita untuk lebih mudah mengikuti alur pemikirannya dalam buku
tersebut.
Bagian awal: Bagian ini terdiri atas kata pengantar, prakata, atau bab pendahuluan (prolog). Biasanya
justru bagian-bagian ini yang perlu secara mendalam kita pelajari karena intisari seluruh gagasan penulis
tentang tema buku tersebut terangkum dalam bagian awal buku. Yang jelas bagian ini memaparkan
tujuan penulisan—pernyataan misinya. Pada titik ini kita bisa memutuskan untuk membaca lebih lanjut
atau kita hanya akan menggunakannya untuk referensi.
Daftar Isi: Sebenarnya bagian ini adalah kerangka buku. Penulis menggunakan masing-masing topik bab
sebagai gantungan untuk menjelaskan keseluruhan pemikirannya tentang topik tertentu. Ada berapa
bagian? Berapa bab? Bacalah Daftar Isi dengan teliti untuk melihat apakah topik-topiknya sesuai dengan
apa yang kita cari.
Indeks: Teliti indeks di bagian belakang buku. Lihat apakah ada kata-kata kunci yang menarik bagi Anda.
Kita harus memeriksa semua hal tersebut sebelum membaca bukunya. Inilah yang disebut dengan
proses scanning, yaitu kita melihat secara selintas keseluruhan isi dari buku yang akan kita baca. Begitu
mulai membaca, kita bisa bebas melompati materi yang sudah kita ketahui atau materi yang tidak kita
minati.
Pada bagian tertentu kita bisa mendalami karena ada topik atau informasi yang harus kita cermati dan
kita cerna lebih dalam. Proses ini disebut dengan proses skimming.

Berikut adalah hal-hal yang perlu untuk membaca dengan efektif.


Setelah melakukan proses scanning, kita dapat membuat peta pikiran (mind charting) buku tersebut.
Tidak usah terlalu detail, tetapi cukup informatif untuk menjelaskan isi buku dalam satu halaman kertas.
Kalau perlu kita lakukan rekonstruksi terhadap daftar isi digabung dengan informasi lain dari biografi, kata
pengantar, pendahuluan, dan sinopsis di sampul buku tersebut.
Siapkan stabilo atau alat tulis untuk menandai informasi atau apa saja yang ingin kita ingat.
Pahami jalan pikiran penulis. Semakin cepat kita mengetahui topik, tujuan, pokok masalah materi yang
kita baca, semakin baik pemahaman dan ingatan kita akan hal itu.
Hindari baca kata per kata dan kalimat per kalimat. Coba tangkap sekelompok kata dengan mata Anda
setiap kali menggerakkannya. Apalagi untuk buku berbahasa asing, kita tidak perlu menterjemahkannnya
kata demi kata, karena akan menghambat proses penyerapan informasi dalam otak Anda. Bandingkan
Anda membaca dengan bersuara dan membaca dalam hati.
Kecepatannya akan berbeda jauh. Biasanya saya berkonsentrasi pada kalimat pertama dan kalimat
terakhir dari sebuah paragraf, atau mata saya melihat seluruh badan paragraf dan menangkap pesan
intinya.
Buatlah ringkasan sambil membaca. Jika tak ada ringkasan bab, buatlah sendiri setiap selesai membaca
satu bab.
Bandingkan dengan tulisan lain bertopik sama yang pernah Anda baca. Ingat teknik kontemplasi.
Cobalah mengembangkan pertanyaan-pertanyaan dan kaitan satu sama lain seperti Anda mencari
sesuatu dengan senter.
Untuk mempermudah kita menggunakan buku tersebut sebagai referensi, kita bisa mencatat isi buku
tersebut dalam sebuah buku catatan atau kertas khsusu yang dapat kita simpan dan kita lihat kembali
setiap saat.
Demikianlah prinsip-prinsip dan langkah-langkah yang perlu kita ketahui untuk meningkatkan efisiensi
membaca.
Namun sekali lagi, sama seperti keterampilan yang lain, membaca memerlukan jam terbang.
Kita perlu berlatih, berlatih dan berlatih sehingga kecepatan dan efisiensi membaca kita meningkat dari
waktu ke waktu. Selamat membaca dan meningkatkan aset pribadi Anda yang paling penting, diri Anda
sendiri.

Anda mungkin juga menyukai