Anda di halaman 1dari 16

PEMBERDAYAAN WILAYAH PERTAHANAN MELALUI PEMBINAAN

1
TERITORIAL (BINTER) DALAM RANGKA PERTAHANAN NEGARA

2
Oleh P. Dr. Cosmas Fernandez, SVD, MA
Rektor UNWIRA

PENDAHULUAN
Suatu pemikiran baru akan dapat diterima baik sangat tergantung dari beberapa
aspek antara lain: isi pemikiran, siapa pencetus pikir, kelompok sasaran, isi
program. Pembinaan teritorial (Binter) mendapatkan perhatian sehubungan dengan
usaha melestarikan keutuhan NKRI lewat langkah-langkah strategis yang pernah
digulirkan untuk memelihara ketahanan nasional. Maksud baik tidak selalu akan
diterima baik jika kurang dipahami secara baik dan jelas. Semoga beberapa pikiran
berikut ini dapat memberikan kecerahan dalam melihat dan memahami kondisi
tanah airkita sehingga tercipta persepsi sama dalam menyelenggaran Binter di
wilayah nusantara. Pokok pikiran dimulai dengan menampilkan kenyataan tidak
aman di tanah air, disusul ketahanan nasional dan ketahanan sosial sebagai yang

1
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional tentang Pemberdayaan wilayah pertahanan melalui
Binter bersama seluruh komponen bangsa dalam rangka mendukung kepentingan nasional.
Denpasar, 26 Februari 2009. Auditorium Widya Sabha UNUD Jl.Raya Bukit Jimbaran, Kuta Bali
selatan.
2
Rektor Universitas Katolik Widya Mandira - Kupang, NTT.
perlu diperhitungkan, isu penting berkisar pada pergeseran dan perubahan kondisi
masyarakat serta tawaran jalan keluar.

I. FAKTA KETIDAK AMANAN


A. Ancaman Internal. Keadaan tanah air yang diwarnai oleh kenyataan tidak aman
yang mencakup aneka bidang kehidupan masyarakat Indonesia. Hadinoto (2009)
seorang pengamat politik hukum menyatakan dengan jelas tentang situasi dan
kondisi kekinian yang mencuat dihadapi oleh bangsa dan Negara 3 seperti : 1. Kasus
Wilayah Kerja Minyak & Gas Bumi AMBALAT (Illegal Occupation) adalah paling
tidak berarti ancaman terhadap Kekayaan Alam (Mineral & Energi) milik bangsa
Indonesia, dan potensial berdampak Gangguan Politik dan Ekonomi. 2. Kasus
Penebangan Liar Hutan (Illegal Logging) adalah tidak berarti ancaman bagi
Kekayaan Alam (Sumber Daya Kayu, Flora, Fauna, NonHayati), dan potensial
berdampak Ganggunan Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya serta Sistim
Keseimbangan Alam (EkoSistem) 3. Kasus Pencurian Sumber Daya Perikanan
(Illegal Fishing) adalah paling tidak berarti ancaman atas Kekayaan Alam (Sumber
Daya Laut), dan potensial berdampak Gangguan Ekonomi 4. Kasus TKI di Malaysia
(Illegal Immigration) adalah paling tidak berarti tantangan bagi Pembangunan
Nasional dan potensial berdampak Gangguan Politik, Ekonomi dan Sosial Budaya 5.
Kasus Korupsi Skala Besar (Illegal Asset) adalah paling tidak berarti hambatan
terhadap Pembangunan Nasional, dan potensial berdampak Gangguan Politik,
Ekonomi dan Sosial Budaya. Oleh karena itulah, sudah sewajarnya terjadi berbagai
peristiwa hukum seperti unjuk kekuatan armada laut dan udara bersamaan dengan
unjuk rasa dan sikap masyarakat yang peduli akan kedaulatan Negara akhir2 ini,
sebagai ungkapan Upaya Bela Negara atas Kasus Wilayah Kerja Minyak & Gas
Bumi AMBALAT itu. Demikian pula atas Kasus-kasus Korupsi Skala Besar, berbagai
unjuk rasa dan sikap masyarakat yang peduli akan Pemerintahan Yang Bersih
(Good Governance) sesungguhnya adalah sebagai ungkapan Upaya Bela Negara,
bersamaan dengan upaya2 Pemerintah menguatkan aparat dan perangkat hukum

3
http://www.malangkab.go.id/artikel/artikel.cfm?id=berita.cfm&xid=92. Politik Hukum Bela Negara –
oleh DR Pandji R Hadinoto MH.
Anti Korupsi terkait (walaupun belum menunjukkan hasil yang dapat memuaskan
masyarakat). Khususnya pada Kasus Penebangan Liar Hutan, sesungguhnya telah
terungkap baik pelaku2 utama maupun pelaku2 pendukungnya. Bahkan
seharusnya, dugaan akan keterlibatan Negara tetangga atas operasionalisasi
Penebangan Liar Hutan ini dapat mendorong Pemerintah sesegera mungkin
melakukan SOMASI, dan kalau perlu dilanjutkan dengan upaya tindakan hukum
pidana internasional, sebagai ungkapan nyata Upaya Bela Negara. 4
Lima kasus yang diangkat ke permukaan ini secara langsung mengganggu
kehidupan masyarakat pada umumnya terutama pada bidang politik, ekonomi,
sosial budaya, dan sumberdaya alam. Reaksi yang ditunjukkan atas lima kasus ini,
baik oleh pihak masyarakat, pihak keamanan maupun pihak pemerintah, dalam
menangani masalah ini, memperoleh respon yang positif dalam rangka menegakkan
keamanan dan kesejahteraan dalam melestarikan NKRI yang dibanggakan dan
diwujudnyatakan. Usaha penuntasan masalah ini tidak seluruhnya menghasilakn
solusi instant karena beberaa instansi terkait perlu dilibatkan dan memakan waktu
yang bukan singkat. Bagaimanapun juga, para pihak telah menyadari adanya
kenyataan tidak aman yang sedang mengganggu dan malah merongrong kestabilan
NKRI.
B. Ancaman Eksternal - Globalisasi. Bangsa Indonesia tidak dapat membebaskan
diri atau melarikan diri dari arus globalisasi yang membawakan dampak bagi
kehidupan masyarakat pada umumnya dan pada gilirannya menimbulkan
pergeseran budaya, dari pola hidup tradisional menuju pola hidup masyarakat
global. Menolak arus globalisasi berarti membiarkan bangsa dan masyarakat kita
semakin tertinggal pada satu sisi, namun membiarkan diri terbawa arus globalisasi,
di pihak lain - akan menimbulkan ketidakstabilan hidup bermasyarakat dalam
berbagai bidang kehidupan. Pengaruh Global 5 ditandai oleh 1) Pesatnya

4
masbeta45@yahoo.com, Jakarta, 13 Maret 2005.

5
http://warta.dephan.go.id/index1.asp?vnomor=33&mnorutisi=7. 18 Jan 2009. Konsepsi Ketahanan
Nasional terhadap pemulihan krisis ekonomi oleh Letkol. Drs.Mulyadi, HS: Staf Ditwilhan Ditjen
Strahan Dephan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi terutama teknologi komunikasi
informasi dan transportasi, menyebabkan dunia terasa semakin sempit, transparan
dan tanpa batas yang semakin mengglobal. Proses globalisasi tercermin dalam
globalisasi informasi dan globalisasi ekonomi, yang membawa sistem nilai yang
positif yang mendorong ke arah kemajuan dan modernisasi maupun yang bersifat
negatif yang dapat mempengaruhi persatuan dan kesatuan bangsa serta sendi
kehidupan di seluruh aspek kehidupan nasional, bahkan juga menjungkir balikkan
nilai-nilai dasar yang telah berakar dan telah mapan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia. 2) Adanya kecenderungan dan nominasi negara adidaya yang
selalu memaksakan kehendaknya merupakan permasalahan yang dihadapi dalam
penyelenggaraan politik luar negeri. Negara-negara yang kuat cenderung
menerapkan kepentingan politik serta dilandasi nilai-nilai yang berlaku di
masyarakanya kepada negara lain dalam hal demokrasi, Ham dan lingkungan hidup
serta pandangan bebas. hal ini menyebabkan tekanan politik dan krisis ekonomi
nasional. 3) Kecenderungan proteksionisme dan meningkatnya masalah
perdagangan yang mempunyai dimensi politik merupakan hambatan bagi bangsa
Indonesia untuk memperluas kegiatan perdagangan global; hal ini menyebabkan
krisis ekonomi bangsa.
C. Pola hidup global. Dalam era globalisasi terjadi pula suatu keadaan dalam
masyarakat suatu sikap individualistik, materialistik, hedonistik, berakibat
merosotnya perhatian dan kepedulian terhadap eksistensi negara bangsa, sehingga
warganegara tidak lagi peduli terhadap bangsanya. Bila tak mampu melindungi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dari perubahan sosial tersebut, maka
akan terjadi degradasi moral, wawasan kebangsaan rapuh, hilangnya
kesetiakawanan sosial, yang kuat menindas yang lemah, merebaknya korupsi,
hilangnya keadilan, terganggunya pembangunan nasional. Akibat merosotnya
perhatian dan kepedulian terhadap eksistensi bangsa tersebut, maka akan berakibat
melemahnya kewaspadaan nasional. Seperti kita ketahui bahwa kewaspadaan
nasional adalah suatu sikap dalam hubungannya dengan nasionalisme yang
dibangun dari rasa peduli dan rasa tanggung jawab serta perhatian seorang warga
negara terhadap kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegaranya dari suatu potensi ancaman. Tentu saja sebagai akibat lebih besar
lagi adalah lemahnya ketahanan nasional. Bila ketahanan nasional lemah, maka
akan menyebabkan dis integrasi bangsa, sehingga kerangka NKRI terganggu.
Mampu Mampu membangun partisipasi masyarakat dan kelembagaan masyarakat.
Investasi sosial dalam hal ini adalah partisipasi masyarakat dan kelembagaan
masyarakat.
Dalam arus globalisasi yang berkembang cepat, dimana tak ada lagi batas-batas
negara, maka ditengah arus informasi dan komunikasi yang mendunia diperlukan
kemampuan untuk memfilter pengaruh-pengaruh yang belum sesuai dengan norma-
norma dan nilai kehidupan bangsa dan negara, seperti nilai-nilai kebebasan,
kesetaraan dan faham liberal, pluralisme yang diterapkan tanpa dilandasi oleh adat
budaya bangsa.

II. KETAHANAN NASIONAL


A. Pengertian. Ketahanan Nasional Indonesia 6 adalah kondisi dinamik bangsa
Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi,
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala
tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari luar
maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung, yang
membahayakan kehidupan nasional untuk menjamin identitas, integritas,
kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mencapai Tujuan
Nasionalnya. Sedangkan Hakikat Ketahanan Nasional Indonesia adalah kondisi
kemampuan dan kekuatan bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidup
dan mengembangkan kehidupan nasional bangsa dan Negara dalam mencapai
Tujuan Nasional dan Hakikat Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia adalah
pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan secara
seimbang, serasi dan selaras dalam kehidupan nasional.

6
http://www.malangkab.go.id/artikel/artikel.cfm?id=berita.cfm&xid=92. Politik Hukum Bela Negara –
oleh DR Pandji R Hadinoto MH.
Ketahanan Nasional Indonesia dikelola berdasarkan Astagatra yang meliputi unsur2
(1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan, (4) ideologi, (5)politik, (6)
ekonomi, (7) sosial budaya dan (8) pertahanan keamanan. (1-3) disebut Trigatra
atau tiga aspek alamiah dan (4-8) disebut Pancagatra atau lima aspek sosial.
Kualitas Pancagatra dalam kehidupan nasional Indonesia tersebut secara
terintegrasi dan dalam integrasinya dengan Trigatra adalah mencerminkan tingkat
Ketahanan Nasional Indonesia. Ketahanan Nasional adalah suatu pengertian
holistik, dimana terdapat saling hubungan antar gatra didalam keseluruhan
kehidupan nasional (Astagatra). Kelemahan di salah satu gatra dapat
mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan mempengaruhi kondisi secara
keseluruhan. Ketahanan Nasional Indonesia bukanlah merupakan suatu
penjumlahan ketahanan segenap gatranya, melainkan suatu resultante keterkaitan
yang integratif dari kondisi2 dinamik kehidupan bangsa di seluruh aspek
kehidupannya.
B. Ciri dan Sifat Ketahanan Nasional 7
1. Ciri Ketahanan Nasional: Merupakan kondisi sebagai prasyarat utama bagi
negara berkembang. Difokuskan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
dan mengembangkan kehidupan. Tidak hanya untuk pertahanan, tetapi juga
untuk menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, hambatan, dan
gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, baik secara langsung
maupun tidak. Didasarkan pada metode astagrata; seluruh aspek kehidupan
nasional tercermin dalam sistematika astagarata yang terdiri atas 3 aspek
alamiah (trigatra) yang meliputi geografi, kekayaan alam, dan kependudukan dan
lima aspek sosial (pancagatra) yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan. Berpedoman pada wawasan nasional;
Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri
dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

7
http://satubendera.com/v7/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=84. Ketahanan Nasional,
18 Juli 2008 08:13:21 - oleh : Satu Bendera
Wawasan nusantara juga merupakan sumber utama dan landasan yang kuat
dalam menyelenggarakan kehidupan nasional sehingga wawasan nusantara
dapat disebut sebagai wawasan nasional dan merupakan landasan ketahanan
nasional
2. Sifat Ketahanan Nasional. Sifat-sifat ketahanan nasional Indonesia: Mandiri,
artinya ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan
sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak
mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas, dan kepribadian
bangsa. Kemandirian ini merupakan prasyarat untuk menjalin kerja sama yang
saling menguntungkan dalam perkembangan global. Dinamis, artinya ketahanan
nasional tidaklah tetap, melainkan dapat meningkat ataupun menurun
bergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara, serta kondisi
lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat dan pengertian bahwa
segala sesatu di dunia ini senantiasa berubah. Oleh sebab itu, uapaya
peningkatan ketahanan nasional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan
dan dinamikanya di arahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang
lebih baik. Manunggal, artinya ketahanan nasional memiliki sifat integratif yang
diartikan terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan
selaras di antara seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Wibawa, artinya ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang
bersifat manunggal dapat mewujudkan kewibawaan nasional yang akan
diperhitungkan oleh pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal suatu
negara. Semakin tinggi daya tangkal suatu negara, semakin besar pula
kewibawaannya. Konsultasi dan kerjasama, artinya ketahanan nasional
Indoneisa tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonis, tidak
mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sifat
konsultatif dan kerja sama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada
kekuatan moral dan kepribadian bangsa
III. FOKUS – ASPEK SOSIAL BUDAYA KETAHANAN NASIONAL
A. Ketahanan Sosial:
Ada dua pandangan tentang ketahanan sosial 8 . Pandangan pertama menyatakan
bahwa ketahanan sosial merupakan bagian integral dari ketahanan nasional, selain
ketahanan ekonomi, politik, budaya, dan pertahanan-keamanan. Jadi, ketahanan
sosial seperti halnya ketahanan ekonomi, politik, budaya, dan militer merupakan
unsur pembentuk ketahanan nasional. Pandangan lain menyebutkan bahwa
ketahanan sosial merupakan kemampuan komunitas (local/grassroot community)
dalam memprediksi, mengantisipasi, dan mengatasi perubahan sosial yang terjadi,
sehingga masyarakat tetap dapat koeksistensi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kedua pandangan tersebut bukanlah pandangan
dikotomis, namun dapat dipadukan menjadi pemahaman yang lebih komprehensif.
Ketahanan sosial suatu komuniti sering dikaitkan dengan kemampuannya
mengatasi resiko akibat perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang
mengelilinginya. Ketahanan sosial juga menggambarkan kemampuan bertahan di
tingkat sistim lokal dari arus globalisasi dan desentralisasi. Ketahanan sosial
menunjukkan adanya kemampuan komunitas untuk menghindari dan atau
mengelola konflik, mencari berbagai solusi, seiring dengan perkembangan
komunitas itu sendiri. Ketahanan sosial mencakup kemampuan internal untuk
menggalang konsensus dan mengatur sumber daya dan faktor eksternal yang dapat
menjadi sumber ancaman, namun dapat diubah menjadi peluang. Jadi, ketahanan
sosial merupakan produk interaksi dinamis antara faktor eksogen dengan endogen,
sehingga kemampuan tersebut menunjukkan adanya aspek dinamika dan
keseimbangan (community homoestatic and dynamic). Kemampuan di sini bukan
hanya sekedar kemampuan bertahan, tetapi di dalamnya ada unsur dinamik yaitu
kemampuan untuk segera kembali kepada kondisi semua atau justru lebih baik lagi.
Ketahanan sosial juga mengandung kemampuan untuk mengelola pengelolaan
sumber daya, perbedaan, kepentingan, dan konflik Jadi, ketahanan sosial

8
http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=769. Ketahanan Sosial
Masyarakat, Kewaspadaan Nasional Dan Ketahanan Nasional, 08 August 2008.
mengandung arti kemampuan untuk mengubah ancaman dan tantangan menjadi
peluang dan kesempatan.

B. Dimensi Ketahanan Sosial:


Ketahanan sosial dalam suatu masyarakat meliputi empat dimensi 9 yang
berhubungan erat dengan kewaspadaan nasional dan ketahanan nasional sebagai
berikut : Mampu melindungi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dari
perubahan sosial yang mempengaruhi. Ketahanan sosial bukanlah suatu finish
product, tetapi sebagai proses dan dinamika masyarakat. Kemampuan ini yang
sejalan dan merupakan bagian dari ketahanan nasional. Kemampuan-kemampuan
dalam ketahanan sosial masyarakat akan meningkatkan kewaspadaan nasional,
karena pada dasarnya kewaspadaan nasional merupakan rasa peduli dan rasa
tanggung jawab serta perhatian seorang warga negara terhadap kelangsungan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegaranya dari suatu potensi
ancaman yang unsur kewaspadaan nasional ini juga terdapat dalam ketahanan
sosial.
Bila tak mampu melindungi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dari
perubahan sosial tersebut, maka akan terjadi degradasi moral, wawasan
kebangsaan rapuh, hilangnya kesetiakawanan sosial, yang kuat menindas yang
lemah, merebaknya korupsi, hilangnya keadilan, terganggunya pembangunan
nasional. Akibat merosotnya perhatian dan kepedulian terhadap eksistensi bangsa
tersebut, maka akan berakibat melemahnya kewaspadaan nasional. Seperti kita
ketahui bahwa kewaspadaan nasional adalah suatu sikap dalam hubungannya
dengan nasionalisme yang dibangun dari rasa peduli dan rasa tanggung jawab serta
perhatian seorang warga negara terhadap kelangsungan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegaranya dari suatu potensi ancaman. Tentu saja sebagai
akibat lebih besar lagi adalah lemahnya ketahanan nasional. Bila ketahanan
nasional lemah, maka akan menyebabkan dis integrasi bangsa, sehingga kerangka
NKRI terganggu. Mampu Mampu membangun partisipasi masyarakat dan

9
http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=769. Ketahanan Sosial
Masyarakat, Kewaspadaan Nasional Dan Ketahanan Nasional, 08 August 2008.
kelembagaan masyarakat. Investasi sosial dalam hal ini adalah partisipasi
masyarakat dan kelembagaan masyarakat.
Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan mental/ pikiran dan emosi seseorang di
dalam situasi kelompok, yang mendorongnya untuk memberi sumbangan kepada
kelompok dalam upaya mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab terhadap
upaya yang bersangkutan, sehingga membantu berhasilnya setiap program (Davis,
dalam Mubyarto, 1984). Sumbangan dapat berupa pemberian informasi, pikiran dan
berupa pemberian tenaga, atau aktivitas untuk mencapai tujuan. Partisipasi
masyarakat dalam bentuk keterlibatan masyarakat mempunyai arti penting dalam
proses menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai cara menyelesaikan
masalah mereka. Kelembagaan masyarakat menurut Hayami dan Kikuchi, 1987
(http://www.depsos.go.id. 8 Agustus 2008) adalah (1) aturan main dalam interaksi
interpersonal, yaitu sekumpulan aturan mengenai tata hubungan manusia dengan
lingkungannya yang menyangkut hak-hak, perlindungan hak-hak dan
tanggungjawabnya; (2) suatu organisasi yang memiliki hirarki yaitu adanya
mekanisme administrasi dan kewenangan. Dalam prakteknya, institusi dapat
merupakan gabungan dari kebijakan dan tujuan, hukum dan regulasi, rencana dan
prosedur organisasi, mekanisme insentif, mekanisme akuntabilitas, norma, tradisi,
dan adat istiadat.

IV. ISU PENTING


A. Pergeseran Paradigma. Jaman kekaisaran Roma mencanangkan apa yang
mereka rumuskan dengan ungkapan ’Pax Romana’, yang berarti damai di
seluruh kekaisaran Romawi. Inilah visi yang telah diwujudkan dengan
mengerahkan seluruh kekuatan kekaisaran untuk memiliki lebih banyak wilayah
melalui perluasan kekuasaan. Strategi yang digunakan dalam perwujudan visi ini
ialah ’si vis pacem para bellum’ yang berarti ’jika engkau menginginkan damai,
siapkan perang’. Jala satu-satunya ialah perang; tidak terpikirkan jalan lain selain
perang sebagai solusi strategis perluasan wilayah kekaisaran untuk menciptakan
perdamaian. Sebuah maksud dan tujuan baik yang pada umumnya
menghalalkan cara.
Keadaan tanah air kita, sejak awal kemerdekaan dan saat kini, sedang berada
dalam keadaan serupa yakni ingin menciptakan masyarakat yang adil dan makmur
di seluruh nusantara. Visi berarti yang merupakan panggilan semua warga bangsa
untuk mewujudkan mimpi bersama, yang dituangkan dalam ide antara lain:
Wawasan Nusantara 10 (Wasantara) yang dipahami sebagai satu cara pandang
bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 tentang
diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang sarwa nusantara dan
penekanannya dalam mengekspresikan diri sebagai bangsa Indonesia di tengah-
tengah lingkungannya yang sarwa nusantara itu. Unsur-unsur dasar wasantara itu
ialah: wadah (contour atau organisasi), isi, dan tata laku. Wasantra lahir dari
Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957 yang mensyaratkan adanya wilayah
kedaulatan sebuah negara, di samping rakyat dan pemerintahan yang diakui.
Konsep dasar wilayah negara kepulauan memiliki nilai sangat strategis bagi bangsa
Indonesia, karena telah melahirkan konsep Wasantra yang menyatukan wilayah
Indonesia. Laut Nusantara bukan lagi sebagai pemisah, akan tetapi sebagai
pemersatu bangsa Indonesia yang disikapi sebagai wilayah kedaulatan mutlak
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Wadah dan isi wasantara itu mencakup bidang-bidang usaha untuk mencapai
kesatuan dan keserasian yakni Satu kesatuan wilayah, Satu kesatuan bangsa, Satu
kesatuan budaya, Satu kesatuan ekonomi, dan Satu kesatuan pertahanan
keamanan (hankam). Jelaslah disini bahwa wasantara adalah pengejawantahan
falsafah Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah negara Republik Indonesia.
Kelengkapan dan keutuhan pelaksanaan wasantara akan terwujud dalam
terselenggaranya ketahanan nasional Indonesia yang senantiasa harus ditingkatkan
sesuai dengan tuntutan zaman. Ketahanan nasional itu akan dapat meningkat jika
ada pembangunan yang meningkat, dalam "koridor" wasantara.

10
http://id.wikipedia.org/wiki/Wawasan_Nusantara. Wawasan Nusantara - Latar belakang dan proses
terbentuknya wawasan nusantara setiap bangsa.
B. Ancaman Keamanan.
Persepsi tentang ancaman keamanan dapat berbeda jika dipandang dari anggota
lapisan masyarakat yang beraneka. Sejauh ini disepakati bahwa perjuangan
kemerdekaan yang berhasil diperoleh pada tahun 1945 merupakan jawaban
terhadap ancaman penguasaan wilayah tanah air yang saat itu berada di tangan
penjajahan Belanda. Apakah ancaman keamanan masih dipahami sebagai usaha
pihak luar yang ingin menunjukkan hegemoni ’power’ terhadap kondisi bangsa dan
negara Indonesia dan sekaligus mengancam NKRI? Hal ini bisa saja benar dalam
contoh kasus Amballat. Selain itu, kondisi internal seperti pertikaian antar suku
memperebutkan wilayah atau tanah, kekerasan anarkis dalam memperjuangkan hak
asasi adalah kenyataan yang merupakan ancaman keamanan. Selain itu, hemat
kami, ancaman keamanan lebih berbentuk gangguan terhadap kemantapan hidup
berbangsa dan bernegara dalam aspek ipoleksosbud sebagai akibat atau dampak
dari arus globalisasi. Warga NKRI tidak dapat menutup diri dan membendung diri
dari arus globalisasi ini karena itu perlu dipikirkan strategi yang tangguh untuk dapat
mencermati dan mem-filter pengaruh globalisasi dalam kacamata budaya bangsa
yang bermartabat.

C. Kebebasan Pasca Kemerdekaan.


Tekad memperjuangkan kebebasan sudah merupakan sejarah bangsa yang tidak
boleh diabaikan berkat perjuangan bersama aneka pihak dari lapisan masyarakat di
bawah pimpinan Soekarno dan Hatta, hingga terbentuknya NKRI. Sejak saat itu
identitas sebagai bangsa merdeka telah terpateri. Namun yang menjadi tugas dan
tanggungjawab saat kini ialah bagaimana mengisi kemerdekaan itu dengan sesuatu
yang berarti bagi segenap masyarakat bangsa ini. Jika dulu para pejuang rela
mengorbankan diri untuk membebaskan diri ”dari” hegemoni kuasa asing, maka kini
kita seharusnya mempunyai komitmen membebaskan diri ”untuk” mewujudkan
kejelasan identitas sebagai bangsa. Perlu ditegaskan ulang pedoman atau rujukan
baku satu-satunya ialah Pancasila dan UUD 1945 sebagai sebuah harga mati.
Identitas Indonesia dengan rujukan ganda ini hendaknya memberikan motivasi
kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk terus melibatkan diri dalam
semua usaha pembangunan bangsa sehingga perjuangan kemerdekaan yang dulu
sungguh-sungguh terisi dengan tindakan konkrit, jitu dan berarti.

V. JALAN KELUAR / REKOMENDASI.


A. Keutuhan NKRI adalah hadiah yang diberikan oleh para pejuang terdahulu yang
patut dan harus dipelihara dalam kerangka wawasan nusantara dengan
memegang teguh Pancasila dan UUD 1945 sebagai satu-satunya harga mati
yang tidak dapat ditawarkan. Demi memelihara keutuhan dan ikatan persatuan
ini, dibutuhkan refleksi bersama para pihak untuk meneliti dan meninjau kembali
peran masing-masing pihak sehingga tidak terjadi konflik peran yang
membingungkan warga masyarakat umumnya. Di samping itu, evaluasi berkala
terhadap langkah-langkah strategis yang telah diambil dan dilaksanakan perlu
mendapatkan tempat sehingga penyesuaian terhadap perubahan yang senatiasa
bergulir dapat diterapkan pada waktunya.
B. Implementasi Binter harus menggunakan pendekatan terpadu, tanpa
mengabaikan peran yang sudah dilakukan TNI dalam mempertahankan
keutuhan NKRI. Pendekatan terpadu dapat dipahami, pertama-tama, sebagai
usaha bersama para pihak yang terlibat untuk memperhatikan semua aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara yakni ipoleksosbudhankam. Yang
dimaksudkan dengan para pihak ialah semua unsur lapisan masyarakat yang
dipikirkan dapat memberikan kontribusi berarti dan memadai untuk pencapaian
ketahanan nasional, yakni: tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,
pemerintah dan TNI. Semua unsur ini harus bekerjasama secara ikhlas dan
bermomitmen untuk mewujudkan ketahanan nasional bagi seluruh bangsa
Indonesia, mulai dari perencanaan, sosialisasi program, pelaksanaan dan
evaluasi program sampai dengan langkah-langkah tindaklanjutnya. Diharapkan
lewat proses ini, terciptalah persepsi yang sama bagi seluruh lapisan masyarakat
tentang penyelenggaraaan pembinaan teritorial, didasari pembagian tugas dan
kewenangan yang proporsional, sesuai bidang tugas masing-masing.
C. Sosialisasi Binter. Konflik yang berdampak kekacauan dalam masyarakat sangat
sering berasal dari salah persepsi tentang sesuatu. Binter yang belum dipahami
seluruh lapisan masyarakat perlu dimasyarakatkan untuk memperoleh
tanggapan dan masukan berarti. Sudah tidak jamannya masyarakat didikte
untuk membiarkan program apapun dari pemerintah dan TNI khususnya
berkiprah dalam masyarakat yang menerima dan merasakan langsung dampak
dari program yang hanya dipikirkan oleh pihak lain tanpa melibatkan masyarakat
yang menjadi subyek sebuah program. Karena itu, sosialisasi Binter harus
dilakukan bersama oleh para pihak sehingga terjamin tingkat penerimaan
masyarakat, tanpa merisaukan warga masyarakat dan warga masyarakat
terdorong untuk melibatkan diri dalam program Binter sepenuh hati dan penuh
pemahaman.
D. Persatuan dan kesatuan bangsa dibentuk oleh karakter bangsa yang
mencerminkan kekhasan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang bersatu dalam
NKRI. Character building seharusnya bukan hanya wacana melainkan diberikan
isi yang berarti dan bermutu terutama lewat keteladanan/contoh para
petinggi/pemimpin sehingga kepercayaan masyarakat terhadap para pemimpin
bangsa dan pelaksana program demi kepentingan masyarakat pada umumnya
dapat dipertahankan dan dipelihara. Dengan demikian, ditumbuhkan semangat
berpartisipasi dari masyarakat dan aneka bentuk kelembagaan masyarakat
mempunyai kemampuan untuk mengelola konflik dn kekerasan dan dengan
kearifan lokal mengelola sumber daya yang ada dalam masyarakat itu sendiri,
integrasi bangsa terpelihara baik dan wibawa bangsa Indonesia di mata dunia
tetap dijaga.

PENUTUP
Binter bukan usaha sekali jadi karena adanya usaha instan melainkan
membutuhkan keterlibatan para pihak di dalam masyarakat untuk pertama-tama
menjawabi kebutuhan akan persepsi sama. Catatan tentang penyelenggaraan
Binter di lapangan pada beberapa wilayah sudah merupakan masukan berarti untuk
diadakan refleksi dan penyesuaian sehingga tidak memancing reaksi warga
masyarakat yang tidak diharapkan. Sehubungan dengan itu, kearifan lokal perlu
digali, dipoles, dikemas dan dipelihara dengan baik sehingga dapat berfungsi
sebagai alternatif pedoman hidup manusia Indonesia dewasa ini dan dapat
digunakan untuk menyaring nilai-nilai baru/asing agar tidak bertentangan dengan
kepribadian bangsa dan menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Sang
Khalik, alam sekitar, dan sesamanya. Diharapkan, penyelengaraan Binter yang akan
melibatkan para pihak dapat mewujudkan ketahanan nasional yang bermanfaat bagi
seluruh komponen bangsa Indonesia.
Sekian dan terimakasih.
=== %%%%% ===
Kupang, Februari 2009.
P. Dr. Cosmas F. SVD, MA.
B I O D A T A

Nama : P. Dr. Cosmas Fernandez, SVD, MA


Tempat/Tgl Lahir : Larantuka, Flores Timar/NTT, 26 September 1948

Riwayat Pendidikan:
JENJANG NAMA & TEMPAT LEMBAGA TAMAT KETERANGAN
SEKOLAH SDK Don Bosko Larantuka 1960
DASAR
SLTP Seminari San Dominggo Hokeng 1963
SLTA Seminari San Dominggo Hokeng 1966
SARJANA Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, 1972 Filsafat-Teologi
MUDA Maumere (STFTK) Katolik
SARJANA Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, 1977 Filsafat-Teologi
Maumere (STFTK) Katolik
MASTER/S2 De La Salle University, Manila, 1986 Guidance &
Philippines Counseling
DOKTOR/S3 De La Salle University, Manila, 1999 Educational
Philippines Management

Riwayat Pekerjaan:
NAMA LEMBAGA JABATAN TAHUN KETERANGAN
Paroki Betun - Belu, Timor Pastor Asisten 1978 Lama: 3 bulan
Seminari Lalian, Atambua/Belu Pengajar/Pembina 1978-1982
Unika Widya Mandira, Kupang Purek II 1988-1992
Unika Widya Mandira, Kupang Purek III 1992-1994
Unika Widya Mandira, Kupang Direktur Program 2001-2006
S2
Unika Widya Mandira, Kupang Rektor 2005-2009

Publikasi:
NO JUDUL BUKU TAHUN / NAMA/TEMPAT
CETAKAN PENERBIT
1 111 Cerita dan Perumpamaan bagi para 2006/XII Kanisius Yogyakarta
Pengkotbah dan Guru
2 50 Cerita Bijak 2006/XIV Kanisius Yogyakarta
3 Cercah-Cercah Hikmah 2004/ IV Kanisius Yogyakarta
4 Di Balik Keseharian 2004/ III Kanisius Yogyakarta
5 Ziarah sang Pelayan, Ziarah Manusia 2002 / I Kanisius Yogyakarta
6 Meneropong Pendidikan SDM Handal 2006/ II Gita Kasih, Kupang
7 Motivasi dan Pengembangan Diri 2008 / I Gita Kasih, Kupang

Kupang, Februari 2009 – pcf

Anda mungkin juga menyukai