Makalah 14
Makalah 14
1
TERITORIAL (BINTER) DALAM RANGKA PERTAHANAN NEGARA
2
Oleh P. Dr. Cosmas Fernandez, SVD, MA
Rektor UNWIRA
PENDAHULUAN
Suatu pemikiran baru akan dapat diterima baik sangat tergantung dari beberapa
aspek antara lain: isi pemikiran, siapa pencetus pikir, kelompok sasaran, isi
program. Pembinaan teritorial (Binter) mendapatkan perhatian sehubungan dengan
usaha melestarikan keutuhan NKRI lewat langkah-langkah strategis yang pernah
digulirkan untuk memelihara ketahanan nasional. Maksud baik tidak selalu akan
diterima baik jika kurang dipahami secara baik dan jelas. Semoga beberapa pikiran
berikut ini dapat memberikan kecerahan dalam melihat dan memahami kondisi
tanah airkita sehingga tercipta persepsi sama dalam menyelenggaran Binter di
wilayah nusantara. Pokok pikiran dimulai dengan menampilkan kenyataan tidak
aman di tanah air, disusul ketahanan nasional dan ketahanan sosial sebagai yang
1
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional tentang Pemberdayaan wilayah pertahanan melalui
Binter bersama seluruh komponen bangsa dalam rangka mendukung kepentingan nasional.
Denpasar, 26 Februari 2009. Auditorium Widya Sabha UNUD Jl.Raya Bukit Jimbaran, Kuta Bali
selatan.
2
Rektor Universitas Katolik Widya Mandira - Kupang, NTT.
perlu diperhitungkan, isu penting berkisar pada pergeseran dan perubahan kondisi
masyarakat serta tawaran jalan keluar.
3
http://www.malangkab.go.id/artikel/artikel.cfm?id=berita.cfm&xid=92. Politik Hukum Bela Negara –
oleh DR Pandji R Hadinoto MH.
Anti Korupsi terkait (walaupun belum menunjukkan hasil yang dapat memuaskan
masyarakat). Khususnya pada Kasus Penebangan Liar Hutan, sesungguhnya telah
terungkap baik pelaku2 utama maupun pelaku2 pendukungnya. Bahkan
seharusnya, dugaan akan keterlibatan Negara tetangga atas operasionalisasi
Penebangan Liar Hutan ini dapat mendorong Pemerintah sesegera mungkin
melakukan SOMASI, dan kalau perlu dilanjutkan dengan upaya tindakan hukum
pidana internasional, sebagai ungkapan nyata Upaya Bela Negara. 4
Lima kasus yang diangkat ke permukaan ini secara langsung mengganggu
kehidupan masyarakat pada umumnya terutama pada bidang politik, ekonomi,
sosial budaya, dan sumberdaya alam. Reaksi yang ditunjukkan atas lima kasus ini,
baik oleh pihak masyarakat, pihak keamanan maupun pihak pemerintah, dalam
menangani masalah ini, memperoleh respon yang positif dalam rangka menegakkan
keamanan dan kesejahteraan dalam melestarikan NKRI yang dibanggakan dan
diwujudnyatakan. Usaha penuntasan masalah ini tidak seluruhnya menghasilakn
solusi instant karena beberaa instansi terkait perlu dilibatkan dan memakan waktu
yang bukan singkat. Bagaimanapun juga, para pihak telah menyadari adanya
kenyataan tidak aman yang sedang mengganggu dan malah merongrong kestabilan
NKRI.
B. Ancaman Eksternal - Globalisasi. Bangsa Indonesia tidak dapat membebaskan
diri atau melarikan diri dari arus globalisasi yang membawakan dampak bagi
kehidupan masyarakat pada umumnya dan pada gilirannya menimbulkan
pergeseran budaya, dari pola hidup tradisional menuju pola hidup masyarakat
global. Menolak arus globalisasi berarti membiarkan bangsa dan masyarakat kita
semakin tertinggal pada satu sisi, namun membiarkan diri terbawa arus globalisasi,
di pihak lain - akan menimbulkan ketidakstabilan hidup bermasyarakat dalam
berbagai bidang kehidupan. Pengaruh Global 5 ditandai oleh 1) Pesatnya
4
masbeta45@yahoo.com, Jakarta, 13 Maret 2005.
5
http://warta.dephan.go.id/index1.asp?vnomor=33&mnorutisi=7. 18 Jan 2009. Konsepsi Ketahanan
Nasional terhadap pemulihan krisis ekonomi oleh Letkol. Drs.Mulyadi, HS: Staf Ditwilhan Ditjen
Strahan Dephan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi terutama teknologi komunikasi
informasi dan transportasi, menyebabkan dunia terasa semakin sempit, transparan
dan tanpa batas yang semakin mengglobal. Proses globalisasi tercermin dalam
globalisasi informasi dan globalisasi ekonomi, yang membawa sistem nilai yang
positif yang mendorong ke arah kemajuan dan modernisasi maupun yang bersifat
negatif yang dapat mempengaruhi persatuan dan kesatuan bangsa serta sendi
kehidupan di seluruh aspek kehidupan nasional, bahkan juga menjungkir balikkan
nilai-nilai dasar yang telah berakar dan telah mapan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia. 2) Adanya kecenderungan dan nominasi negara adidaya yang
selalu memaksakan kehendaknya merupakan permasalahan yang dihadapi dalam
penyelenggaraan politik luar negeri. Negara-negara yang kuat cenderung
menerapkan kepentingan politik serta dilandasi nilai-nilai yang berlaku di
masyarakanya kepada negara lain dalam hal demokrasi, Ham dan lingkungan hidup
serta pandangan bebas. hal ini menyebabkan tekanan politik dan krisis ekonomi
nasional. 3) Kecenderungan proteksionisme dan meningkatnya masalah
perdagangan yang mempunyai dimensi politik merupakan hambatan bagi bangsa
Indonesia untuk memperluas kegiatan perdagangan global; hal ini menyebabkan
krisis ekonomi bangsa.
C. Pola hidup global. Dalam era globalisasi terjadi pula suatu keadaan dalam
masyarakat suatu sikap individualistik, materialistik, hedonistik, berakibat
merosotnya perhatian dan kepedulian terhadap eksistensi negara bangsa, sehingga
warganegara tidak lagi peduli terhadap bangsanya. Bila tak mampu melindungi
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dari perubahan sosial tersebut, maka
akan terjadi degradasi moral, wawasan kebangsaan rapuh, hilangnya
kesetiakawanan sosial, yang kuat menindas yang lemah, merebaknya korupsi,
hilangnya keadilan, terganggunya pembangunan nasional. Akibat merosotnya
perhatian dan kepedulian terhadap eksistensi bangsa tersebut, maka akan berakibat
melemahnya kewaspadaan nasional. Seperti kita ketahui bahwa kewaspadaan
nasional adalah suatu sikap dalam hubungannya dengan nasionalisme yang
dibangun dari rasa peduli dan rasa tanggung jawab serta perhatian seorang warga
negara terhadap kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegaranya dari suatu potensi ancaman. Tentu saja sebagai akibat lebih besar
lagi adalah lemahnya ketahanan nasional. Bila ketahanan nasional lemah, maka
akan menyebabkan dis integrasi bangsa, sehingga kerangka NKRI terganggu.
Mampu Mampu membangun partisipasi masyarakat dan kelembagaan masyarakat.
Investasi sosial dalam hal ini adalah partisipasi masyarakat dan kelembagaan
masyarakat.
Dalam arus globalisasi yang berkembang cepat, dimana tak ada lagi batas-batas
negara, maka ditengah arus informasi dan komunikasi yang mendunia diperlukan
kemampuan untuk memfilter pengaruh-pengaruh yang belum sesuai dengan norma-
norma dan nilai kehidupan bangsa dan negara, seperti nilai-nilai kebebasan,
kesetaraan dan faham liberal, pluralisme yang diterapkan tanpa dilandasi oleh adat
budaya bangsa.
6
http://www.malangkab.go.id/artikel/artikel.cfm?id=berita.cfm&xid=92. Politik Hukum Bela Negara –
oleh DR Pandji R Hadinoto MH.
Ketahanan Nasional Indonesia dikelola berdasarkan Astagatra yang meliputi unsur2
(1) geografi, (2) kekayaan alam, (3) kependudukan, (4) ideologi, (5)politik, (6)
ekonomi, (7) sosial budaya dan (8) pertahanan keamanan. (1-3) disebut Trigatra
atau tiga aspek alamiah dan (4-8) disebut Pancagatra atau lima aspek sosial.
Kualitas Pancagatra dalam kehidupan nasional Indonesia tersebut secara
terintegrasi dan dalam integrasinya dengan Trigatra adalah mencerminkan tingkat
Ketahanan Nasional Indonesia. Ketahanan Nasional adalah suatu pengertian
holistik, dimana terdapat saling hubungan antar gatra didalam keseluruhan
kehidupan nasional (Astagatra). Kelemahan di salah satu gatra dapat
mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan mempengaruhi kondisi secara
keseluruhan. Ketahanan Nasional Indonesia bukanlah merupakan suatu
penjumlahan ketahanan segenap gatranya, melainkan suatu resultante keterkaitan
yang integratif dari kondisi2 dinamik kehidupan bangsa di seluruh aspek
kehidupannya.
B. Ciri dan Sifat Ketahanan Nasional 7
1. Ciri Ketahanan Nasional: Merupakan kondisi sebagai prasyarat utama bagi
negara berkembang. Difokuskan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
dan mengembangkan kehidupan. Tidak hanya untuk pertahanan, tetapi juga
untuk menghadapi dan mengatasi tantangan, ancaman, hambatan, dan
gangguan, baik yang datang dari luar maupun dari dalam, baik secara langsung
maupun tidak. Didasarkan pada metode astagrata; seluruh aspek kehidupan
nasional tercermin dalam sistematika astagarata yang terdiri atas 3 aspek
alamiah (trigatra) yang meliputi geografi, kekayaan alam, dan kependudukan dan
lima aspek sosial (pancagatra) yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan. Berpedoman pada wawasan nasional;
Wawasan nusantara merupakan cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri
dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
7
http://satubendera.com/v7/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=84. Ketahanan Nasional,
18 Juli 2008 08:13:21 - oleh : Satu Bendera
Wawasan nusantara juga merupakan sumber utama dan landasan yang kuat
dalam menyelenggarakan kehidupan nasional sehingga wawasan nusantara
dapat disebut sebagai wawasan nasional dan merupakan landasan ketahanan
nasional
2. Sifat Ketahanan Nasional. Sifat-sifat ketahanan nasional Indonesia: Mandiri,
artinya ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan kekuatan
sendiri dengan keuletan dan ketangguhan yang mengandung prinsip tidak
mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas, dan kepribadian
bangsa. Kemandirian ini merupakan prasyarat untuk menjalin kerja sama yang
saling menguntungkan dalam perkembangan global. Dinamis, artinya ketahanan
nasional tidaklah tetap, melainkan dapat meningkat ataupun menurun
bergantung pada situasi dan kondisi bangsa dan negara, serta kondisi
lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan hakikat dan pengertian bahwa
segala sesatu di dunia ini senantiasa berubah. Oleh sebab itu, uapaya
peningkatan ketahanan nasional harus senantiasa diorientasikan ke masa depan
dan dinamikanya di arahkan untuk pencapaian kondisi kehidupan nasional yang
lebih baik. Manunggal, artinya ketahanan nasional memiliki sifat integratif yang
diartikan terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi, dan
selaras di antara seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Wibawa, artinya ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang
bersifat manunggal dapat mewujudkan kewibawaan nasional yang akan
diperhitungkan oleh pihak lain sehingga dapat menjadi daya tangkal suatu
negara. Semakin tinggi daya tangkal suatu negara, semakin besar pula
kewibawaannya. Konsultasi dan kerjasama, artinya ketahanan nasional
Indoneisa tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonis, tidak
mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sifat
konsultatif dan kerja sama serta saling menghargai dengan mengandalkan pada
kekuatan moral dan kepribadian bangsa
III. FOKUS – ASPEK SOSIAL BUDAYA KETAHANAN NASIONAL
A. Ketahanan Sosial:
Ada dua pandangan tentang ketahanan sosial 8 . Pandangan pertama menyatakan
bahwa ketahanan sosial merupakan bagian integral dari ketahanan nasional, selain
ketahanan ekonomi, politik, budaya, dan pertahanan-keamanan. Jadi, ketahanan
sosial seperti halnya ketahanan ekonomi, politik, budaya, dan militer merupakan
unsur pembentuk ketahanan nasional. Pandangan lain menyebutkan bahwa
ketahanan sosial merupakan kemampuan komunitas (local/grassroot community)
dalam memprediksi, mengantisipasi, dan mengatasi perubahan sosial yang terjadi,
sehingga masyarakat tetap dapat koeksistensi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kedua pandangan tersebut bukanlah pandangan
dikotomis, namun dapat dipadukan menjadi pemahaman yang lebih komprehensif.
Ketahanan sosial suatu komuniti sering dikaitkan dengan kemampuannya
mengatasi resiko akibat perubahan sosial, ekonomi, dan politik yang
mengelilinginya. Ketahanan sosial juga menggambarkan kemampuan bertahan di
tingkat sistim lokal dari arus globalisasi dan desentralisasi. Ketahanan sosial
menunjukkan adanya kemampuan komunitas untuk menghindari dan atau
mengelola konflik, mencari berbagai solusi, seiring dengan perkembangan
komunitas itu sendiri. Ketahanan sosial mencakup kemampuan internal untuk
menggalang konsensus dan mengatur sumber daya dan faktor eksternal yang dapat
menjadi sumber ancaman, namun dapat diubah menjadi peluang. Jadi, ketahanan
sosial merupakan produk interaksi dinamis antara faktor eksogen dengan endogen,
sehingga kemampuan tersebut menunjukkan adanya aspek dinamika dan
keseimbangan (community homoestatic and dynamic). Kemampuan di sini bukan
hanya sekedar kemampuan bertahan, tetapi di dalamnya ada unsur dinamik yaitu
kemampuan untuk segera kembali kepada kondisi semua atau justru lebih baik lagi.
Ketahanan sosial juga mengandung kemampuan untuk mengelola pengelolaan
sumber daya, perbedaan, kepentingan, dan konflik Jadi, ketahanan sosial
8
http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=769. Ketahanan Sosial
Masyarakat, Kewaspadaan Nasional Dan Ketahanan Nasional, 08 August 2008.
mengandung arti kemampuan untuk mengubah ancaman dan tantangan menjadi
peluang dan kesempatan.
9
http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=769. Ketahanan Sosial
Masyarakat, Kewaspadaan Nasional Dan Ketahanan Nasional, 08 August 2008.
kelembagaan masyarakat. Investasi sosial dalam hal ini adalah partisipasi
masyarakat dan kelembagaan masyarakat.
Partisipasi masyarakat adalah keterlibatan mental/ pikiran dan emosi seseorang di
dalam situasi kelompok, yang mendorongnya untuk memberi sumbangan kepada
kelompok dalam upaya mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab terhadap
upaya yang bersangkutan, sehingga membantu berhasilnya setiap program (Davis,
dalam Mubyarto, 1984). Sumbangan dapat berupa pemberian informasi, pikiran dan
berupa pemberian tenaga, atau aktivitas untuk mencapai tujuan. Partisipasi
masyarakat dalam bentuk keterlibatan masyarakat mempunyai arti penting dalam
proses menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai cara menyelesaikan
masalah mereka. Kelembagaan masyarakat menurut Hayami dan Kikuchi, 1987
(http://www.depsos.go.id. 8 Agustus 2008) adalah (1) aturan main dalam interaksi
interpersonal, yaitu sekumpulan aturan mengenai tata hubungan manusia dengan
lingkungannya yang menyangkut hak-hak, perlindungan hak-hak dan
tanggungjawabnya; (2) suatu organisasi yang memiliki hirarki yaitu adanya
mekanisme administrasi dan kewenangan. Dalam prakteknya, institusi dapat
merupakan gabungan dari kebijakan dan tujuan, hukum dan regulasi, rencana dan
prosedur organisasi, mekanisme insentif, mekanisme akuntabilitas, norma, tradisi,
dan adat istiadat.
10
http://id.wikipedia.org/wiki/Wawasan_Nusantara. Wawasan Nusantara - Latar belakang dan proses
terbentuknya wawasan nusantara setiap bangsa.
B. Ancaman Keamanan.
Persepsi tentang ancaman keamanan dapat berbeda jika dipandang dari anggota
lapisan masyarakat yang beraneka. Sejauh ini disepakati bahwa perjuangan
kemerdekaan yang berhasil diperoleh pada tahun 1945 merupakan jawaban
terhadap ancaman penguasaan wilayah tanah air yang saat itu berada di tangan
penjajahan Belanda. Apakah ancaman keamanan masih dipahami sebagai usaha
pihak luar yang ingin menunjukkan hegemoni ’power’ terhadap kondisi bangsa dan
negara Indonesia dan sekaligus mengancam NKRI? Hal ini bisa saja benar dalam
contoh kasus Amballat. Selain itu, kondisi internal seperti pertikaian antar suku
memperebutkan wilayah atau tanah, kekerasan anarkis dalam memperjuangkan hak
asasi adalah kenyataan yang merupakan ancaman keamanan. Selain itu, hemat
kami, ancaman keamanan lebih berbentuk gangguan terhadap kemantapan hidup
berbangsa dan bernegara dalam aspek ipoleksosbud sebagai akibat atau dampak
dari arus globalisasi. Warga NKRI tidak dapat menutup diri dan membendung diri
dari arus globalisasi ini karena itu perlu dipikirkan strategi yang tangguh untuk dapat
mencermati dan mem-filter pengaruh globalisasi dalam kacamata budaya bangsa
yang bermartabat.
PENUTUP
Binter bukan usaha sekali jadi karena adanya usaha instan melainkan
membutuhkan keterlibatan para pihak di dalam masyarakat untuk pertama-tama
menjawabi kebutuhan akan persepsi sama. Catatan tentang penyelenggaraan
Binter di lapangan pada beberapa wilayah sudah merupakan masukan berarti untuk
diadakan refleksi dan penyesuaian sehingga tidak memancing reaksi warga
masyarakat yang tidak diharapkan. Sehubungan dengan itu, kearifan lokal perlu
digali, dipoles, dikemas dan dipelihara dengan baik sehingga dapat berfungsi
sebagai alternatif pedoman hidup manusia Indonesia dewasa ini dan dapat
digunakan untuk menyaring nilai-nilai baru/asing agar tidak bertentangan dengan
kepribadian bangsa dan menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Sang
Khalik, alam sekitar, dan sesamanya. Diharapkan, penyelengaraan Binter yang akan
melibatkan para pihak dapat mewujudkan ketahanan nasional yang bermanfaat bagi
seluruh komponen bangsa Indonesia.
Sekian dan terimakasih.
=== %%%%% ===
Kupang, Februari 2009.
P. Dr. Cosmas F. SVD, MA.
B I O D A T A
Riwayat Pendidikan:
JENJANG NAMA & TEMPAT LEMBAGA TAMAT KETERANGAN
SEKOLAH SDK Don Bosko Larantuka 1960
DASAR
SLTP Seminari San Dominggo Hokeng 1963
SLTA Seminari San Dominggo Hokeng 1966
SARJANA Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, 1972 Filsafat-Teologi
MUDA Maumere (STFTK) Katolik
SARJANA Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero, 1977 Filsafat-Teologi
Maumere (STFTK) Katolik
MASTER/S2 De La Salle University, Manila, 1986 Guidance &
Philippines Counseling
DOKTOR/S3 De La Salle University, Manila, 1999 Educational
Philippines Management
Riwayat Pekerjaan:
NAMA LEMBAGA JABATAN TAHUN KETERANGAN
Paroki Betun - Belu, Timor Pastor Asisten 1978 Lama: 3 bulan
Seminari Lalian, Atambua/Belu Pengajar/Pembina 1978-1982
Unika Widya Mandira, Kupang Purek II 1988-1992
Unika Widya Mandira, Kupang Purek III 1992-1994
Unika Widya Mandira, Kupang Direktur Program 2001-2006
S2
Unika Widya Mandira, Kupang Rektor 2005-2009
Publikasi:
NO JUDUL BUKU TAHUN / NAMA/TEMPAT
CETAKAN PENERBIT
1 111 Cerita dan Perumpamaan bagi para 2006/XII Kanisius Yogyakarta
Pengkotbah dan Guru
2 50 Cerita Bijak 2006/XIV Kanisius Yogyakarta
3 Cercah-Cercah Hikmah 2004/ IV Kanisius Yogyakarta
4 Di Balik Keseharian 2004/ III Kanisius Yogyakarta
5 Ziarah sang Pelayan, Ziarah Manusia 2002 / I Kanisius Yogyakarta
6 Meneropong Pendidikan SDM Handal 2006/ II Gita Kasih, Kupang
7 Motivasi dan Pengembangan Diri 2008 / I Gita Kasih, Kupang