Anda di halaman 1dari 2

Tugas Resume Kelompok – EPI A

Izzah Annisa
[09/280874/SP/23274]

Dalam proses ‘bargaining’ antara negara tuan-rumah dengan PMN masing-masing menerapkan
strategi meningkatkan atau mempertahankan keuntungan yang ada dan mengurangi kerugian tanpa
harus menyebabkan situasi memburuk sehingga bisa merugikan keduanya. Negara-negara induk juga
berusaha mengendalikan dampak PMN, salah satu contohnya adalah dengan mengontrol kegiatan
investasi kapal luar negerinya agar mata uangnya tidak keluar. Upaya pengendalian oleh negara-induk
juga dimaksud untuk menjamin agar PMN-nya berperilaku dengan baik di negara tuan-rumah. Mereka
juga mengarahkan perilaku PMN-nya dengan maksud memelihara hubungan baik dengan tuan-rumah.
Salah satu contoh pengendalian terhadap PMN yang dilakukan oleh negara-induk terlihat dari
penerapan ‘Prinsip Sullivan’. Prinsip ini berisi usulan mengenai peraturan sukarela dan non-pemerintah
yang memuat prinsip-prinsip perilaku bagi PMN Amerika di Afrika Selatan. Prinsip ini mencakup upaya
penghilangan diskriminasi rasial di tempat kerja, menyediakan lapangan kerja untuk semua ras secara
adil, serta pemberian upah yang sama antara hitam dan putih. Untuk menjamin terlaksananya prinsip-
prinsip ini diadakan inspeksi secara langsung ke tempat yang bersangkutan dan pembuatan laporan
mengenai kepatuhan terhadap penerapan prinsip tersebut.
Terdapat cara pengendalian lain terhadap PMN yakni kerjasama sekelompok negara untuk
bersama-sama menetapkan syarat-syarat bagi beroperasinya PMN. Upaya seperti ini bisa mengurangi
mobilitas dan fleksibilitas yang dinikmati oleh PMN. Kerjasama ini bisa didasarkan pada pengelompokan
berdasar geografi atau regional. Dari sudut pandang investor, kerugian akibar beroperasi dalam
lingkungan yang terkendali ketat bisa ditutupi oleh keuntungan melakukan bisnis dalam pasar yang lebih
luas dan dengan pengurangan tarif intra-regional.
Pada tingkatan internasional, terdapat pula upaya-upaya untuk menghadapi tantangan PMN
seperti yang telah dilakukan oleh PBB. PBB membentuk Centre on Transnational Corporations yang
bertugas mengumpulkan informasi tentang PMN dan melakukan studi tentang berbagai segi operasi
PMN. Disamping itu juga ada program bantuan teknik untuk memperbaiki kemampuan negara-negara
tuan-rumah dalam melakukan perundingan dengan PMN dan dalam membuat peraturan. Pusat ini juga
punya daftar konsultan yang bisa membantu negara-negara tuan-rumah dalam melakukan perundingan
dengan PMN. PBB juga telah mengembangkan serangkaian peraturan tentang berbagai masalah yang
berkaitan dengan investasi asing, termasuk peraturan yang membatasi praktek bisnis tertentu.
Di lain pihak organisasi-organisasi regional dan internasional juga sedang menerapkan peraturan
mengenai investasi asing salah satunya adalah Panduan Mengenai Investasi dan PMN yang dibentuk
OECD (Organization for Economic Cooperation and Development). Panduan ini bertujuan untuk
memperbaiki iklim investasi asing, mendorong agar PMN memberikan sumbangan positif pada
kemajuan ekonomi dan sosial, serta mengurangi dan menyelesaikan kesulitan-kesulitan yang timbul dari
berbagai operasi PMN. Fungsi dari OECD itu sendiri adalah berusaha memantau sejauh mana kepatuhan
PMN terhadap panduan itu.
Upaya mengendalikan PMN terutama dipusatkan pada hubungan PMN dengan negara tuan-
rumah dan kelompok-kelompok kepentingan dalam negeri tuan-rumah. Negara-negara yang memiliki
banyak hal yang diinginkan PMN bisa dengan efektif mendorong PMN agar menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang restriktif dan melakukan bisnis yang sesuai dengan kepentingan nasional tuan-rumah.
Negara-negara kecil dan sedang berkembang yang tidak memiliki sumberdaya alam langka atau pasar
yang luas tidak memiliki cukup kemampuan untuk mengendalikan investasi asing tanpa membuatnya
pergi. Pada dasarnya, negara yang lebih besar dan lebih kaya memiliki kemungkinan lebih besar untuk
menerapkan kontrol karena negara seperti ini memiliki banyak hal yang diinginkan oleh PMN seperti
pasar yang luas, tenaga kerja dan sumber daya alam.
Hubungan antara negara tuan-rumah dengan PMN dapat bersifat dua, yakni (1) ‘’zero-sum’’
keuntungan satu pihak berarti kerugian pihak lain, maka kebijakan yang perlu diterapkan adalah
nasionalisasi semua investasi asing yang ada dan melarang masuknya modal asing baru, (2) ‘’positive-
sum’’ masing-masing pihak bisa memperoleh keuntungan dari suatu hubungan, maka tantangan yang
harus dihadapi adalah bagaimana memanfaatkan sebanyak mungkin keuntungan dan mengurangi
kerugian akibat investasi asing.
Masa depan PMN dilihat sebagai bentuk dari manifestasi nyata interdependensi global. Negara-
negara nampaknya lebih banyak memiliki kepercayaan diri mengenai kemampuan untuk mengendalikan
dampak PMN demi mencapai tujuan nasionalnya. Secara pelan tapi pasti PMN mengubah diri sehingga
lebih bisa menyesuaikan diri dengan kepentingan negara tuan-rumah untuk mengendalikan nasibnya
sendiri. PMN yang kita kenal sekarang akan terus menyesuaikan diri dengan tekanan dan keinginan
negara-negara untuk mengurangi kerugian akibat investasi asing dan interdependensi internasional.

Anda mungkin juga menyukai