Anda di halaman 1dari 6

A.

PENGERTIAN NABI DAN RASUL

Para nabi merupakan orang yang diberi wahyu (ajaran Islam yang mengandungi peraturan
tertentu) oleh Allah S.W.T sebagai panduan hidup dirinya sendiri manakala Rasul pula adalah nabi yang
diperintahkan oleh Allah S.W.T untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada manusia sejagat pada
zamannya.

Rasul dan nabi terakhir ialah Nabi Muhammad S.A.W yang ditugaskan untuk menyampaikan
Islam dan peraturan yang khusus kepada manusia di zaman baginda sehingga hari kiamat. Selepas
kewafatan baginda, tugasnya itu disambung oleh orang Islam yang menjadi pengikutnya. Sebagai seorang
Islam,kita perlu patuh kepada Iman Rukun Iman yang kedua iaitu percaya kepada para nabi dan para
rasul.

Tidak diketahui berapakah jumlah para nabi yang sebenar tetapi adalah dianggarkan mereka
berjumlah lebih kurang 100,000 orang dan manakala para rasul pula dianggarkan berjumlah 300 orang.
Walau bagaimanapun jumlah ini tidak dapat dipastikan.

25 Nama Nabi dan Rasul yang Wajib Kita Ketahui


Dalam agama islam terdapat 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui dengan Nabi Muhammad
SAW sebagai nabi yang terakhir untuk seluruh umat spanjang masa, yaitu :
1. Adam AS.
2. Idris AS.
3. Nuh AS.
4. Hud AS.
5. Soleh AS.
6. Ibrahim AS.
7. Luth AS.
8. Ismail AS.
9. Ishak AS.
10. Yakub AS.
11. Yusuf AS.
12. Ayub AS.
13. Sueb AS.
14. Musa AS.
15. Harun AS.
16. Zulkifli AS.
17. Daud AS.
18. Sulaiman AS.
19. Ilyas AS.
20. Ilyasa AS.
21. Yunus AS.
22. Zakaria AS.
23. Yahya AS.
24. Isa AS.
25. Muhammad SAW.

C.KITAB PARA NABI

Sebelum memahami kitab nabi-nabi, alangkah baiknya jika mengerti dulu, siapakah yang
dimaksud dengan nabi itu. Sebab pemahaman ini akan sangat bermanfaat dan memberikan informasi
banyak tentang tugas dan tujuan nabi hadir ditengah-tengah umat Tuhan. Dalam bahasa Ibrani terdapat
tiga kata yang dipakai untuk menunjukkan siapakah nabi itu: yang pertama adalah navi; yang seringkali
diterjemahkan sebagai nabi; kemudian kata ro’eh dan khozeh, merupakan bentuk aktif dari kata kerja
“melihat”, yang juga sering diterjemahkan sebagai “pelihat” dalam artian positif (I Taw29:29; Yes 30:10).
Istilah nabi, dalam Perjanjian Lama (PL) adalah satu istilah yang digunakan untuk menunjukkan satu
sosok yang yang menerima panggilan khusus dan bersifat pribadi dari Allah. Seorang nabi juga
menunjukkan seorang yang berbicara atas nama Allah, yang sering disebut juga sebagai juru bicara atau
penyambung lidah Allah (Kel 7:1). Mereka adalah juru bicara yang menyampaikan berbagai pandangan,
reaksi, tujuan dan perkataan Allah sendiri. Karena itulah gelar “Abdi Allah”, Hamba-Nya, Hamba-Ku dan
Hamba-Mu selalu melekat pada diri mereka.

Kitab Nabi-nabi

Dalam PL, kitab nabi-nabi merupakan sastra yang “berdiri sendiri”. Kitab nabi-nabi umumnya
juga ditulis berdasarkan situasi dan kebutuhan yang sangat kontekstual. Tidak hanya itu, dalam kitab
nabi-nabi juga terdapat berbagai pengetahuan tentang kejadian yang akan datang, atau yang biasa disebut
dengan Nubuatan. Karena itulah, sebagian orang menyebut kitab nabi-nabi ini, juga sebagai kitab Nubuat.
Selain nubuatan, kitab nabi-nabi juga berisi tentang penggenapannya. Beberapa orang sering
menyamakan antara Nubuat dan Penggenapan dalam Alkitab dengan kata yang mirip arti, namun berbeda
maksud yaitu, “Ramalan” dan “Penggenapan”. Jikalau ramalan dalam artian positif adalah tindakan
seseorang sebagai respon dari suatu penyebab tertentu, misal, ramalan tentang kehancuran suatu usaha
seseorang yang diketahu berdasarkan penyebab-penyebab dan indikasi-indikasi yang muncul, nubuatan
Alkitab tidaklah demikian. Nubuatan bukanlah ramalan dari Sang nabi, bahkan Allah sendiri pun tidak
dalam rangka meramalkan sesuatu yang akan terjadi. Dalam hal ini nabi hanyalah menyampaikan segala
pesan yang didapat dari Allah, dan Allah memberikan nubuat itu sendiri bukan atas analisa tentang
indikasi-indikasi yang muncul, namun lebih kepada inisiatif Allah sebagai pemegang otoritas atas umat-
Nya itu. Meski demikian, entah itu nubuatan atau penggenapan, yang jelas adalah pesan yang
disampaikan oleh setiap nabi dalam kitabnya itu adalah “perkataan (Firman) Allah” yang memberi
pengaruh tidak hanya bagi Si pembawa pesan, tapi juga mereka Si pendengar pesan nantinya.

Pesan dan Maksud kitab nabi-nabi

Pesan atau Ucapan Ilahi yang disampaikan Allah terhadap nabi-nabi-Nya umumnya dapat
dikategorikan ke dalam beberapa jenis. Diantaranya adalah: 1) Ucapan ilahi yang berisi tuduhan
(gambaran dari pelanggaran); 2) Ucapan Ilahi yang berisi hukuman (hukuman datang karena
pelanggaran); 3) Ucapan ilahi yang berisi petunjuk (bagaimana para penerima pesan harus bertingkah
laku); 4) Ucapan ilahi yang memberikan pengharapan atau akibat (perkembangan sesudah hukuman atau
pengharapan akan kelepasan dan pemulihan). Beberapa jenis ucapan ilahi ini dapat dibagi lebih lanjut
menjadi jenis yang bersifat politis, rohani, atau sosio-ekonomis. Meskipun setiap pesan yang terdapat
dalam kitab nabi-nabi itu pada dasarnya memang bersifat sangat kontekstual, dalam artian sesuai dengan
kebutuhan dan konteks jaman waktu kitab itu ditulis, akan tetapi pesan tersebut masih sangat relevan
sampai saat ini. Sebab relevansinya sendiri tidak terletak dalam informasinya mengenai masa kini atau
masa depan, melainkan mengenai apa yang dinyatakannya tentang Allah, bagaimana Allah berkarya
memelihara seluruh umat milik-Nya. SW/dbs

D.Nabi Ulul Azmi


Nabi yang mendapat julukan Ulul Azmi atau nabi/rasul yang memiliki ketabahan yang luar biasa dalam
menjalankan kenabiannya :
1. Nuh AS.
2. Ibrahim AS.
3. Musa AS.
4. Isa AS.
5. Muhammad SAW.

E.Ayat-ayat al-qur’an yang memuat tentang nabi/rasul allah


21. Al Anbiyaa’ (Nabi-nabi)
Surat Al Anbiyaa’ yang terdiri atas 112 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai surat
ini dengan "Al Anbiyaa’" (nabi-nabi), karena surat ini mengutarakan kisah beberapa orang nabi.
Permulaan surat Al Anbiyaa’ menegaskan bahwa manusia lalai dalam menghadapi hari berhisab,
kemudian berhubung adanya pengingkaran kaum musyrik Mekah terhadap wahyu yang dibawa oleh Nabi
Muhammad s.a.w. maka ditegaskan Allah, kendatipun nabi-nabi ini manusia biasa, akan tetapi masing-
masing mereka adalah manusia yang membawa wahyu yang pokok ajarannya adalah tauhid, dan
keharusan manusia menyembah Allah Tuhan Penciptanya.

Orang yang tidak mau mengakui kekuasaan Allah dan mengingkari ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi
itu, akan diazab Allah di dunia dan di akhirat nanti. Kemudian dikemukakan kisah beberapa orang nabi
dengan umatnya. Akhirnya surat itu ditutup dengan seruan agar kaum musyrik Mekah percaya kepada
ajaran yang dibawa Muhammad s.a.w. supaya tidak mengalami apa yang telah dialami oleh umat-umat
yang dahulu.
Surat Al Anbiyaa’ menerangkan bahwa sudah menjadi sunah Allah bahwa para nabi atau rasul yang
diutus-Nya adalah dari jenis manusia yang diberikan kepada mereka kitab dan mu’jizat. Dasar agama
(akidah) yang dibawa oleh para nabi itu adalah sama, hanya berbeda dalam syari’at (hukum furu’), karena
ini disesuaikan dengan perkembangan masa dan keadaan.

23. Al Mu’minuun (Orang-orang Yang Beriman)


Surat Al Mu’minuun terdiri atas 118 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai "Al
Mu’minuun", karena permulaan surat ini menerangkan bagaimana seharusnya sifat-sifat orang mu’min
yang menyebabkan keberuntungan mereka di akhirat dan ketenteraman jiwa mereka di dunia. Demikian
tingginya sifat-sifat itu, hingga ia selah menjadi akhlak bagi Nabi Muhammad s.a.w. Surat Al Mu’minuun
dimulai dengan sifat-sifat yang dipunyai oleh seorang mu’min yang berbahagia hidup di dunia dan di
akhirat sekalipun Allah tidak membeda-bedakan pemberian rezeki di dunia ini kepada manusia apakah ia
mu’min atau kafir, tetapi kebahagiaan yang sebenarnya hanya diberikan kepada orang-orang yang
mu’min di akhirat kelak. Kemudian dikemukakan apa yang telah dialami oleh para nabi dan kaum-kaum
kepada siapa mereka diutus; orang-orang yang mengikuti nabi selain mendapat pertolongan dari Allah,
sedang orang-orang yang mengingkari nabi dihancurkan dan dimusnahkan Allah agar menjadi iktibar
bagi umat-umat yang datang kemudian. Setelah menggambarkan kedahsyatan hari kiamat, maka surat ini
ditutup dengan menggambarkan hasil yang diperoleh oleh orang-orang mu’min dan orang-orang kafir di
akhirat nanti.

25. Al Furqaan (Pembeda)


Surat ini terdiri atas 77 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah. Dinamai "Al Furqaan" yang
artinya "pembeda", diambil dari kata "Al Furqaan" yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Yang
dimaksud kata Al Furqaan dalam ayat ini ialah Al Qur’an. Al Qur’an dinamakan Al Furqaan karena dia
membedakan antara yang haq dengan yang batil. Maka pada surat inipun terdapat ayat-ayat yang
membedakan antara kebenaran keesaan Allah s.w.t. dengan kebatilan kepercayaan syirik. Surat Al
Furqaan mengandung penjelasan tentang kebenaran keesaan Allah, kenabian Muhammad s.a.w. serta
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada hari kiamat dan mengemukakan pula kebatalan kemusyrikan dan
kekafiran. Kejadian alamiyah seperti pergantian siang dan malam, bertiupnya angin, turunnya hujan dan
lain-lain diterangkan Allah dalam surat ini sebagai bukti dari keesaan dan kekuasaan-Nya. Akibat umat-
umat yang dahulu yang ingkar dan menentang nabi-nabi dikisahkan pula secara ringkas. Pada bagian
terakhir, Allah menerangkan sifat-sifat yang terpuji dari hamba-Nya yang beriman.

28. Al Qashash (Cerita)


Surat Al Qashash terdiri atas 88 ayat termasuk golongan Makkiyyah. Dinamai dengan "Al Qashash",
karena pada ayat 25 surat ini terdapat kata "Al Qashash" yang berarti "cerita". Ayat ini menerangkan
bahwa setelah Nabi Musa a.s. bertemu dengan Nabi Syu’aib a.s. ia menceritakan cerita yang berhubungan
dengan dirinya sendiri, yakni pengalamannya dengan Fir’aun, sampai waktu ia diburu oleh Fir’aun karena
membunuh seseorang dari bangsa Qibthi tanpa disengaja, Syu’aib a.s. menjawab bahwa Musa a.s. telah
selamat dari pengejaran orang-orang lalim. Turunnya ayat 25 surat ini amat besar artinya bagi Nabi
Muhammad s.a.w. dan bagi sahabat-sahabat yang melakukan hijrah ke Madinah, yang menambah
keyakinan mereka, bahwa akhirnya orang-orang Islamlah yang menang, sebab ayat ini menunjukkan
bahwa barang siapa yang berhijrah dari tempat musuh untuk mempertahankan keimanan, pasti akan
berhasil dalam perjuangannya menghadapi musuh-musuh agama. Kepastian kemenangan bagi kaum
muslimin ini, ditegaskan pada bagian akhir surat ini yang mengandung bahwa setelah hijrah ke Madinah
kaum muslimin akan kembali ke Mekah sebagai pemenang dan penegak agama Allah. Surat Al Qashash
ini adalah surat yang paling lengkap memuat cerita Nabi Musa a.s. sehingga menurut suatu riwayat, surat
ini dinamai juga surat Musa. Surat Al Qashash diturunkan di waktu kaum muslimin dalam keadaan
lemah, sedang orang musyrik Mekah sebagai penguasa di waktu itu mempunyai kekuatan dan kekuasaan
yang besar. Dalam surat ini Allah mengemukakan sebagaimana Fir’aun sebagai seorang raja yang
mempunyai kekuasaan yang tak terbatas, begitu pula Karun sebagai seorang yang berilmu dan
mempunyai harta benda yang tak terhingga banyaknya. Akhirnya Fir’aun dan Karun hancur lebur beserta
apa yang dipunyainya karena mengingkari agama Allah, sedangkan Musa a.s. yang semulanya tidak
mempunyai apapun, mendapat kemenangan karena mengikuti agama Allah, ayat 59 menegaskan lagi
bahwa Allah menghancurkan negeri-negeri yang penduduknya zalim.
Makalah al-islam
Tentang nabi dan rasul Allah

Oleh:
Anggraeni intan saputri (05)
x
2010
SMA MUHAMMADIYAH 3 BATU

Anda mungkin juga menyukai