Para nabi merupakan orang yang diberi wahyu (ajaran Islam yang mengandungi peraturan
tertentu) oleh Allah S.W.T sebagai panduan hidup dirinya sendiri manakala Rasul pula adalah nabi yang
diperintahkan oleh Allah S.W.T untuk menyampaikan wahyu tersebut kepada manusia sejagat pada
zamannya.
Rasul dan nabi terakhir ialah Nabi Muhammad S.A.W yang ditugaskan untuk menyampaikan
Islam dan peraturan yang khusus kepada manusia di zaman baginda sehingga hari kiamat. Selepas
kewafatan baginda, tugasnya itu disambung oleh orang Islam yang menjadi pengikutnya. Sebagai seorang
Islam,kita perlu patuh kepada Iman Rukun Iman yang kedua iaitu percaya kepada para nabi dan para
rasul.
Tidak diketahui berapakah jumlah para nabi yang sebenar tetapi adalah dianggarkan mereka
berjumlah lebih kurang 100,000 orang dan manakala para rasul pula dianggarkan berjumlah 300 orang.
Walau bagaimanapun jumlah ini tidak dapat dipastikan.
Sebelum memahami kitab nabi-nabi, alangkah baiknya jika mengerti dulu, siapakah yang
dimaksud dengan nabi itu. Sebab pemahaman ini akan sangat bermanfaat dan memberikan informasi
banyak tentang tugas dan tujuan nabi hadir ditengah-tengah umat Tuhan. Dalam bahasa Ibrani terdapat
tiga kata yang dipakai untuk menunjukkan siapakah nabi itu: yang pertama adalah navi; yang seringkali
diterjemahkan sebagai nabi; kemudian kata ro’eh dan khozeh, merupakan bentuk aktif dari kata kerja
“melihat”, yang juga sering diterjemahkan sebagai “pelihat” dalam artian positif (I Taw29:29; Yes 30:10).
Istilah nabi, dalam Perjanjian Lama (PL) adalah satu istilah yang digunakan untuk menunjukkan satu
sosok yang yang menerima panggilan khusus dan bersifat pribadi dari Allah. Seorang nabi juga
menunjukkan seorang yang berbicara atas nama Allah, yang sering disebut juga sebagai juru bicara atau
penyambung lidah Allah (Kel 7:1). Mereka adalah juru bicara yang menyampaikan berbagai pandangan,
reaksi, tujuan dan perkataan Allah sendiri. Karena itulah gelar “Abdi Allah”, Hamba-Nya, Hamba-Ku dan
Hamba-Mu selalu melekat pada diri mereka.
Kitab Nabi-nabi
Dalam PL, kitab nabi-nabi merupakan sastra yang “berdiri sendiri”. Kitab nabi-nabi umumnya
juga ditulis berdasarkan situasi dan kebutuhan yang sangat kontekstual. Tidak hanya itu, dalam kitab
nabi-nabi juga terdapat berbagai pengetahuan tentang kejadian yang akan datang, atau yang biasa disebut
dengan Nubuatan. Karena itulah, sebagian orang menyebut kitab nabi-nabi ini, juga sebagai kitab Nubuat.
Selain nubuatan, kitab nabi-nabi juga berisi tentang penggenapannya. Beberapa orang sering
menyamakan antara Nubuat dan Penggenapan dalam Alkitab dengan kata yang mirip arti, namun berbeda
maksud yaitu, “Ramalan” dan “Penggenapan”. Jikalau ramalan dalam artian positif adalah tindakan
seseorang sebagai respon dari suatu penyebab tertentu, misal, ramalan tentang kehancuran suatu usaha
seseorang yang diketahu berdasarkan penyebab-penyebab dan indikasi-indikasi yang muncul, nubuatan
Alkitab tidaklah demikian. Nubuatan bukanlah ramalan dari Sang nabi, bahkan Allah sendiri pun tidak
dalam rangka meramalkan sesuatu yang akan terjadi. Dalam hal ini nabi hanyalah menyampaikan segala
pesan yang didapat dari Allah, dan Allah memberikan nubuat itu sendiri bukan atas analisa tentang
indikasi-indikasi yang muncul, namun lebih kepada inisiatif Allah sebagai pemegang otoritas atas umat-
Nya itu. Meski demikian, entah itu nubuatan atau penggenapan, yang jelas adalah pesan yang
disampaikan oleh setiap nabi dalam kitabnya itu adalah “perkataan (Firman) Allah” yang memberi
pengaruh tidak hanya bagi Si pembawa pesan, tapi juga mereka Si pendengar pesan nantinya.
Pesan atau Ucapan Ilahi yang disampaikan Allah terhadap nabi-nabi-Nya umumnya dapat
dikategorikan ke dalam beberapa jenis. Diantaranya adalah: 1) Ucapan ilahi yang berisi tuduhan
(gambaran dari pelanggaran); 2) Ucapan Ilahi yang berisi hukuman (hukuman datang karena
pelanggaran); 3) Ucapan ilahi yang berisi petunjuk (bagaimana para penerima pesan harus bertingkah
laku); 4) Ucapan ilahi yang memberikan pengharapan atau akibat (perkembangan sesudah hukuman atau
pengharapan akan kelepasan dan pemulihan). Beberapa jenis ucapan ilahi ini dapat dibagi lebih lanjut
menjadi jenis yang bersifat politis, rohani, atau sosio-ekonomis. Meskipun setiap pesan yang terdapat
dalam kitab nabi-nabi itu pada dasarnya memang bersifat sangat kontekstual, dalam artian sesuai dengan
kebutuhan dan konteks jaman waktu kitab itu ditulis, akan tetapi pesan tersebut masih sangat relevan
sampai saat ini. Sebab relevansinya sendiri tidak terletak dalam informasinya mengenai masa kini atau
masa depan, melainkan mengenai apa yang dinyatakannya tentang Allah, bagaimana Allah berkarya
memelihara seluruh umat milik-Nya. SW/dbs
Orang yang tidak mau mengakui kekuasaan Allah dan mengingkari ajaran yang dibawa oleh nabi-nabi
itu, akan diazab Allah di dunia dan di akhirat nanti. Kemudian dikemukakan kisah beberapa orang nabi
dengan umatnya. Akhirnya surat itu ditutup dengan seruan agar kaum musyrik Mekah percaya kepada
ajaran yang dibawa Muhammad s.a.w. supaya tidak mengalami apa yang telah dialami oleh umat-umat
yang dahulu.
Surat Al Anbiyaa’ menerangkan bahwa sudah menjadi sunah Allah bahwa para nabi atau rasul yang
diutus-Nya adalah dari jenis manusia yang diberikan kepada mereka kitab dan mu’jizat. Dasar agama
(akidah) yang dibawa oleh para nabi itu adalah sama, hanya berbeda dalam syari’at (hukum furu’), karena
ini disesuaikan dengan perkembangan masa dan keadaan.
Oleh:
Anggraeni intan saputri (05)
x
2010
SMA MUHAMMADIYAH 3 BATU