Anda di halaman 1dari 5

Friday, June 18, 2010

ETIKA PEMBANGUNAN DAN ETIKA LINGKUNGAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sitematis sehingga sains
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuaanyang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan
sains lah diharapkan dapat menjadi wahana bagi semua pelajar untuk mempelajari dirinya
sendiri dan alam sekitar.

Manusia dan alam sekitarnya merupakan satu kesatuan dimana keduanya saling
mempengaruhi. Misalnya : penyesuaian pola bercocok tanam manusia karena adanya
perbedaan iklim di lain pihak manusia dengan penguasaan teknologi dan ilmu
pengetahuan dapat mengatur sifat-sifat lingkungannya.

Hubungan manusia dan alam lingkungannya merupakan hubungan yang universal dan
lestari. Pola hubungannya yang terjadi pada suatu lokasi, daerah, atau Negara dapat
berpengaruh pada pola hubungan yang terjadi diseluruh dunia. Karena itu sangat baik
bagi kita untuk memahami dan mengapresiasikan bagaimna peranan manusia terhadap
alam lingkungannya.

Seperti halnya yang kami amati di kabupaten pohuwato khususnya di blok plan
perkantoran tentang pembangunan jembatan dan penataan lokasi untuk memperindah dan
menjadikan lokasi tersebut selain sebagai jalan umum, juga sebagai tempat wisata.

Penelitian kami kelompok 4, terfokus pada pembangunan jembatan yang berada pada
blok plan perkantoran.

1.2 Rumuasan Masalah

Adapun rumusan masaalah yang didapat berdasarkan latar belakang penelitian adalah :
ϖBagaimana penerapan etika pembangunan dan etika lingkungan yang ada pada lokasi
penelitian?
ϖ Apa dampak positif dan negativ dari pelaksanaan pembangunan jembatan terkait
dengan penelitian yang telah dilakukan?
ϖ Bagaimana pengaruh teknologi sebagai unsure kebudayaan terhadap lingkungan, pada
lokasi penelitiaan?

1.3 Tujuan Penelitiaan

Tujuan pelaksanaan penelitian adalah :


ϖ Untuk mengetahui penerapan etika pembangunan dan etika lingkungan yang berada di
kabupaten pohuwato
ϖ Mempelajari dampak positif dan dampak negative dari pelaksanaan pembangunan
jembatan di kabupaten pohuwato khususnya dilokasi BLOK PLAN Perkantoran
ϖ Sebagai syarat dalam mengikuti ujian tengah semester (UTS) pada mata kuliah
lingkungan hidup.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Etika Pembangunan dan Etika Lingukungan

2.1.1 Etika Pembangunan


Pada hakekatnya pembangunan merupakan aktivitas memanfaatkan seluruh sumberdaya,
guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat manusia. Pelaksanaan
pembangunan pada dasarnya juga merupakan upaya memelihara keseimbangan antara
lingkungan alami (sumberdaya alam hayati dan non hayati) dan lingkungan binaan
(sumberdaya manusia dan buatan), sehingga sifat interaksi maupun interdependensi antar
keduanya tetap dalam keserasian yang seimbang. Dalam kaitan ini, eksplorasi maupun
eksploitasi komponen-komponen sumberdaya alam untuk pembangunan, harus seimbang
dengan hasil/produk bahan alam dan pembuangan limbah ke alam lingkungan. Prinsip
pemeliharaan keseimbangan lingkungan harus menjadi dasar dari setiap upaya
pembangunan atau perubahan untuk mencapai kesejahteraan manusia dan keberlanjutan
fungsi alam semesta.
Sistem masukan dan keluaran dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan, dapat
dikontrol dari segi sains dan teknologi. Penggunaan perangkat hasil teknologi diarahkan
untuk tidak merusak lingkungan alam, serta bersifat ‘teknologi bersih’, dan
mengutamakan sistem daur ulang. Arah untuk menjadikan produk ramah lingkungan, dan
menekan beaya eksternal akibat produksi tersebut harus menjadi orientasi bagi setiap
usaha pemanfaatan sumberdaya alam untuk kesejahteraan masyarakat. Mekanisme
pengaturan keseimbangan sistem masukan dan keluaran akan ditentukan oleh kepedulian
atau komitmen sumberdaya manusia, sistem yang berlaku, infrastruktur fisik, sumberdaya
lain yang dibutuhkan. Dengan prinsip keterlanjutan, pengelolaan sumberdaya alam dan
lingkungan perlu disusun dalam arah strategis untuk menyelamatkan aset lingkungan
hidup bagi generasi mendatang. Upaya peningkatan kesejahteraan manusia harus seiring
dengan kelestarian fungsi sumberdaya alam, agar keseimbangan lingkungan tetap terjaga
dan potensi keanekaragaman hayati tidak akan menurun kualitasnya.

2.1.2 Etika Lingkungan


Etika Lingkungan Hidup hadir sebagai respon atas etika moral yang selama ini berlaku,
yang dirasa lebih mementingkan hubungan antar manusia dan mengabaikan hubungan
antara manusia dan mahluk hidup bukan manusia. Mahluk bukan manusia, kendati bukan
pelaku moral (moral agents) melainkan dipandang sebagai subyek moral (moral
subjects), sehingga pantas menjadi perhatian moral manusia. ‘Kesalahan terbesar semua
etika sejauh ini adalah etika-etika tersebut hanya berbicara mengenai hubungan antara
manusia dengan manusia’ Albert Schweitzer. Dalam perkembangan selanjutnya, etika
lingkungan hidup menuntut adnya perluasan cara pandang dan perilaku moral manusia.
Yaitu dengan memasukkan lingkungan atau alam semesta sebagai bagian dari komunitas
moral.
Etika lingkungan memiliki beberapa teori yaitu sebagai berikut :
1. ANTROPOSENTRISME
Antroposentrisme adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat
dari sistem alam semesta. Manusia dan kepentingannya dianggap yang paling
menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitan
dengan alam, baik secara langsung atau tidak langung. Nilai tertinggi adalah manusia dan
kepentingannya. Hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian. Segala
sesuatu yang lain di alam semesta ini hanya akan mendapat nilai dan perhatian sejauh
menunjang dan demi kepentingan manusia. Oleh karenanya alam pun hanya dilihat
sebagai obyek, alat dan sarana bagi pemenuhan kebutuhan dan kepentingan manusia.
Alam hanya alat bagi pencapaian tujuan manusia. Alam tidak mempunyai nilai pada
dirinya sendiri.
2. BIOSENTRISME DAN EKOSENTRISME
Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Oleh
karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan. Yaitu
pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi
keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas keberlakuan
etika untuk mencakup komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme, konsep etika
dibatasi pada komunitas yang hidup (biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang
pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk mencakup komunitas ekosistem
seluruhnya (ekosentrism).
3. TEOSENTRISME
Teosentrisme merupakan teori etika lingkungan yang lebih memperhatikan lingkungan
secara keseluruhan, yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Pada teosentrism,
konsep etika dibatasi oleh agama (teosentrism) dalam mengatur hubungan manusia
dengan lingkungan. Untuk di daerah Bali, konsep seperti ini sudah ditekankan dalam
suatu kearifan lokal yang dikenal dengan Tri Hita Karana (THK), dimana dibahas
hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), hubungan manusia dengan manusia
(Pawongan) dan hubungan manusia dengan lingkungan (Palemahan).
2.2 Pengaruh Teknologi sebagai unsur kebudayaan terhadap lingkungan
Sering kali kita dengar, pembangunan teknologi dikaitkan dengan keadaan lingkungan,
sehingga terjadi dua kutub yang sangat-sangat bertolak belakang. Disatu sisi lingkungan
yang selalu besikap sinis terhadap kemajuan yang terus berkembang.
Teknologi adalah alat bantu manusia untuk mengolah alam dengan sebaik-baiknya.
Mempermudah kegiatan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kebutuhan hidup
manusia sehari-hari.
Setiap aplikasi lingkungan di satu sisi membawa manfaat besar, tapi disisi lain juga
menimbulkan efek negatif pada manusia dan lingkungan alam itu sendriri. Salah satu
efek positif yang di timbulkan adalah pada zaman dahulu manusia yang berpindah dari
satu tempat ketempat yang lain membutuhkan waktu berhari-hari, tetapi seiring
berkembangnya teknologi maka waktu yang akan ditempuh dalam perjalanan mereka
bisa di tempuh dalam beberapa jam saja. Tapi efek negatif yang ditimbulkan kendaraan
dari waktu ke waktu secara terus menerus menyebabkan polusi udara yang menyebabkan
kerusakan udara, pencemaran udara, sehingga dapat merusak kesehatan manusia.
Contoh lain niklir , kita tahu bahwa nuklir adalah merupakan salah satu energi yang sngat
berguna bagi kehidupan manusia, karena nuklir dapat dimanfaatkan sebagai salah satu
pembangkit listrik bertenaga nuklir. Tetapi kita lihat pada sisi lain nuklir juga dapat
digunakan menjadi senjata yang sngat mematikan dan tidak berperikemanusiaan, kita
lihat nuklir dapat menghancurkan kota hanya dengan sekejap mata, hal itu bukan hanya
menebabkan kematian tetapi juga menyebabkan penderitaan berkepanjangan atau cacat
permanen.
Tampaknya dari dua sisi yang sangat bertolak belakang tidak dapat dipisahkan untuk
selamanya. Disinilah akal dan jiwa manusia terujikan, kecerdasan akal manusia yang
terus berupaya untuk meminimalisir dampak negatif teknologi sampai ketaraf yang tidak
membahayakan atau lebih tepatnya dapat diterima oleh manusia atau alam. Dari sisi
tesebut, mulailah kita lihat pada negara-negara maju, banyak perusahaan mobil
mengembangkan energi alternatif seperti energi cahaya matahari, yang dapat digunakan
sebagai pengganti bahan bakar minyak untuk dapat menjalankan kendaraan tersebut,
demi kelestarian lingkungan sekitar. Tetapi terkadang kita dibuat kecewa dibalik rasa
peduli mereka terhadap lingkungan, tidak jarang itu hanyalah sebagai strategi bisnis
untuk memenangkan produnya dipasaran. Disinilah terbukti bahwa kecerdasan akal tidak
akan pernah cukup tanpa disertai kecerdasan jiwa, karena kecerdasan jiwa akan
mengontrol manusia agar agar tetap memelihara sifat-sifat kemanusiaannya, sehingga
tidak terjadi penyimpangan yang menyebabkan tega memangsa sesama, oleh karena itu
kebutuhan orang-orang cerdas akan sangat besar sehingga mampu mendominasi dan
memberikan manfaat yang optimal bagi dari aplikasi-aplikasi teknologi dan tidak hanya
bagi manusia tetapi bagi lingkungan dan alam sekitar secara keseluruhan.

2.3 Hasil Observasi


Menurut hasil pengamatan kami kelompok 4, pelaksanaan pembangunan jembatan dan
penataan lingkungan yang ada di blok plan perkantoran masih belum menemui etika
pembangunan dan etika lingkungan, karena pada hakekatnya etika pembangunan dan
etika lingkungan adalah menuntut adanya perluasan cara pandang dan prilaku moral
manusia. Keharusan individu untuk memfokuskan diri dengan tindakan apa yang dirasa
baik untuk dirinya, dan hubungan antar manusiadengan lingkungan yang dibatasi oleh
agama. Namun, pada kenyataan yang kami amati jauh berbeda dengan apa yang
diharapkan pada kedua etika tersebut.
Adapun dampak positif dan negatif dari pembangunan jembatan tersebut adalah :

Dampak psitif :
ϖ Sebagai sarana penghubung jalan dari arah satu ke arah lain
ϖ Untuk memperindah suasana yang ada disekitar
Dampak negatif :
ϖ Sebagai tempat berkumpulnya anak-anak remaja (nongkrong)
ϖ Sebagai tempat berpacaran
ϖ Mengakibatkan terjadinya penebangan kerusakan lingkungan akibat penebangan
pohon.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil observasi yaitu :


ϖ Adanya pelaksanaan pembangunan yang belum memenuhi syarat etika pembangunan
dan etika lingkungan.
ϖ Dampak negatif dari pembangunan jembatan lebih banyak dari pada dampak positif.

Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan pada pemerintah kabupaten pohuwato untuk lebih
memperhatiakan etika lingkungan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan.
Dan sebagai mahasiswa marilah untuk lebih menjaga dan melestarikan lingkungan alam
di mana saja.

Anda mungkin juga menyukai