Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG TEORITIS


Fungsi paru untuk proses pengambilan O2 dari udara luar ke dalam jaringan tubuh serta
pembuangan CO2 amat dipengaruhi oleh proses ventilasi paru (pertukaran udara antara udara
luar hingga ke alveoli paru), proses difusi gas di alveoli serta sirkulasi darah yang baik.
Ventilasi paru yang baik dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain besarnya volume paru static
dan dinamik. Dengan mengukur volume paru tersebut, kita dapat mengetahui kemampuan paru
untuk mengembang serta ada atau tidaknya obstruksi dan restriksi paru.

VOLUME PARU
Volume paru: volume udara yang menempati ruangan udara di dalam paru.
Volume paru ada 2:
1.Volume Paru Statik (volume paru yang diukur tanpa kekuatan paksa orang coba) yang terdiri
dari:
a.Volume pasang surut (Tidal Volume = TV)
Ialah jumlah udara yang keluar masuk paru saat pernafasan biasa. Pada orang dewasa muda
normal pada umumnya ? 500 ml.
b.Volume cadangan inspirasi (Inspiratory Reserve Volume = IRV)
Ialah jumlah udara yang masih bisa dihisap secara maksimal setelah menghisap udara pada
pernafasan biasa, besarnya sekitar 2500- 3000 ml.
c.Volume Cadangan Ekspirasi (Expiratory Reserve Volume = ERV)
Ialah jumlah udara yang masih bisa dihembuskan secara maksimal setelah menghembuskan
udara pada pernafasan biasa, besarnya sekitar 1100 ml.
d.Residual Volume (RV)
Ialah jumlah udara yang masih tertinggal dalam paru meskipun telah menghembuskan nafas
secara maksimal, besarnya pada orang dewasa muda sehat ? 1200 ml.
e.Gabungan volume diatas. Gabungan lebih dari dua volume paru ini disebut Kapasitas Paru
1)Kapasitas Inspirasi (Inspiratory Capacity = IC)
Ialah gabungan TV dan IRV
2)Kapasitas Vital (Vital Capacity = VC). Ada dua macam:
a)VC dua tahap (VC two stage)
Yang diperoleh dengan menjumlah IC (yang merupakan tahap inspirasi) dan ERV (tahap
ekspirasi). Antara dua tahap tadi diselingi dengan nafas biasa.
b)VC satu tahap (VC one stage) yang paling sering digunakan:
1.Menghisap udara maksimal diikuti ekspirasi maksimal (udara yang diukur ialah udara yang
dikeluarkan). VC one stage ini diberi nama VC one stage expiration (VC ose)
2.Mengeluarkan udara semaksimal mungkin diikuti inspirasi maksimal (udara yang diukur ialah
udara yang diisap) karena itu VC semacam ini diberi nama VC one stage inspiration (VC osi)

2.Volume paru dinamik, merupakan volume paru yang diukur pada orang coba bernafas aktif
dan dengan kekuatan penuh. Volume ini terdiri dari:
a.FEV1 (Forced Expiratory Volume one second)
Ialah volume udara yang dikeluarkan maksimal selama detik pertama ekspirasi setelah inspirasi
maksimal.
b.FEV2 (Forced Expiratory Volume two second)
Ialah volume udara yang dikeluarkan maksimal selama dua detik ekspirasi setelah inspirasi
maksimal (jarang dipakai).
c.FEV3 (Forced Expiratory Volume three second)
Ialah volume udara yang dikeluarkan maksimal selama tiga detik ekspirasi setelah inspirasi
maksimal (jarang dipakai)..
d.KPM (Kapasitas Pernafasan Maksimal)
Nama lainnya ialah MBC (Maximal Voluntary Volume): ialah jumlah udara yang keluar masuk
paru maksimal selama satu menit.KPM ini perlu dibedakan dengan Minute Volume: Jumlah
udara yang keluar masuk paru dengan pernafasan biasa (tidal) selama satu menit.

Volume dinamik ini digunakan untuk menentukan adanya obstruksi jalan nafas karena
meningkatnya tahanan jalan nafas maka kecepatan alir udara keluar paru akan berkurang yang
terlihat pada berkurangnya parameter volume dinamik.

KELAINAN JALAN NAFAS


Obstruksi
Terdapat tonjolan dinding saluran nafas ke arah lumen. Yang terganggu: kecepatan aliran udara
pernafasan. Dideteksi dengan pengukuran FEV1 dan KPM.
Restriksi
Jaringan elastis peribronchial diganti dengan jaringan ikat. Yang terganggu: pengembangan
saluran nafas. Dideteksi dengan pengukuran VC dan FVC.


 VOLUME DAN KAPASITAS RESPIRASI
 Sistem respirasi bersama dengan sistem sirkulasi merupakan alat pertukaran gas utama
antara tubuh dengan lingkunganya serta transport dari dan menuju sel-sel. Secara anatomi
sistem ini dapat dibagi menurut letaknya, yaitu bagian atas (diatas larynk) dan bagian
bawah (larynk ke bawah), sedangkan secara fisiologis dapat dibagi menjadi divisi
konduksi dan dan divisi respirasi.
Mekanisme bernafas dibagi menjadi dua yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inpirasi terjadi bila
diafragma dan otot interkostal berkontraksi yang meningkatkan ukuran dada. Ketika
tekanan intrapulmonary turun udara masuk ke paru-paru sampai tekaakn intrapulmonary
dan tekanan atmosfer sama. Ekspirasi lebih bersifat pasif, terjadi begitu otot-otot inspitasi
relaksasi dan paru-paru kembali ke semula. Bila tekanan intrapulmonary mlebihi tekanan
amosfir, udara keluar dari paru-paru
 Ada empat jenis volume respirasi dan empat jenis kapasitas respirasi. Volume respirasi
antara lain :volume tidal, yaitu volume udara pada inhalasi dan ekshalasi normal. Volume
Inspirasi cadangan yaitu volume udara yang dapat diinhalasi lagi setelah inhalasi volume
tidal normal. Volume ekspirasi cadangan yaitu volume udara yang diekshalasikan lagi
setelah ekshalasi volume tidal normal. Sedangkan kapasitas paru-paru antara lain
:kapasitas total paru-paru yaitu jumlah maksimal udara yang dikandung paru-paru setelah
melakukan inspirasi maksimal. Kapasitas vital yaitu jumlah maksimal udara yang dapat
diekspirasikan setelah inspirasi maksimal. Kapasitas inspirasi yaitu kandungan udara
maksimal yang dapat di inspirasi setelah ekspirasi normal. Kapasitas residu fungsional
yaitu volume udara yang tertinggal dalam paru-paru setelah ekspirasi volume tidal
normal.
 METODOLOGI

Pengukuran dada
Lingkaran aksila (ketiak) dan xyphoid (rusuk bagian bawah) diukur diameternya dalam
beberapa kondisi, yaitu pada inspirasi biasa, ekspirasi biasa, inspirasi kuat, ekspirasi kuat.
Kemudian dihitung ekspansi pada respirasi biasa dan kuat dengan menghitung selisih
antara keliling saat inspirasi dan ekspirasi kuat dengan inspirasi dan ekspirasi biasa.
 Bunyi pernafasan
Stetoskop ditempelkan pada beberapa posisi di punggung, bunyi pernapasan masing-
masing anggota kelompok didengarkan. Frekuensi pernafasan dihitung permenit.
 Pengukuran Volume dan kapasitas paru-paru
Volume udara diukur dengan spirometer. Jarum penunjuk ditempatkan pada titik nol, bisa
juga 1000 untuk memudahkan pembacaan, jika pada 1000, hasil pembacaan akan
dikurangi 1000. Untuk mengukur volume tidal (VT) dilakukan inhalasi normal, kemudian
diinhalasikan kedalam spirometer dengan normal. Untuk mengukur Volume ekspirasi
cadangan (VEC) setelah ekshalasi normal, dilakukan ekshalasi lagi secara total kedalam
spirometer. Untuk mengukur kapasitas vital (KV) dilakukan inhalasi total kemudian
ekhalasi total kedalam spirometer, setiap prosedur diulangi tiga kali. Volume inspirasi
cadangan dihitung dengan persamaan :VIC = KV – (VT+VEC). Nilai rata-rata volume
dan kapasitas paru-paru dihitung untuk setiap anggota kelompok.
 PEMBAHASAN
 Pengukuran dada
 Pada saat respirasi ukuran rongga dada berubah, ketika inhalasi rongga dada membesar
sedangkan saat ekshalasi mengecil. Hal ini terjadi karena mekanisme kontraksi dan
relaksasi otot-otot interkostal dan diafragma. Dada membesar ketika diafragma dan otot
interkostal berkontraksi, yang meningkatkan ukuran (dan volume) dada. Ketika tekanan
intrapulmonar turun, udara masuk ke paru-paru sampai tekanan intrapulmonar dan
tekanan atmosfir sama. Sebaliknya dada mengecil terjadi begitu otot-otot inspirasi
berelaksasi dan paru-paru kembali ke semula. Bila tekanan intrapulmonar melebihi
tekanan atmosfir, udara keluar dari paru-paru.
 Kurang lebih 2/3 dari pertukaran udara timbul akibat elevasi tulang rusuk dan lebih
kurang 1/3 akibat kontraksi diafragma. Perubahan posisi diafragma dan pergerakan
tulang rusuk mengakibatkan perubahan volume rongga dada, yang sekaligus
menyebabkan perbedaan tekanan antara udara luar dengan paru-paru yang
memungkinkan terjadinya perpindahan udara ke dan dari luar ke tubuh. Pada percobaan
diperoleh data bahwa ukuran dada tergantung pada berat badan dari praktikan, namun
untuk ekspansi, jenis kelamin juga berpengaruh, laki-laki rata-rata mengalami ekspansi
lebih besar daripada wanita. Hal ini dapat juga disebabkan oleh aktvitas dan kebutuhan
oksigen seseorang yang berbeda-beda.
 Bunyi pernafasan
Bunyi pernafasan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu normal dan abnormal.
1. Bunyi normal
• Bunyi Bronchial
Bunyi pernafasan bronchial dihasilkan saat udara mengalir melalui trakea dan bronki.
Bunyi bronchial cukup keras terdengar, dengan nada yang cukup tinggi, dan suara
terdengar jelas dengan bantuan stetoskop
 • Bunyi Vesikular
Bunyi pernafasan vesikular dapat terdengar apabila udara memasuki alveoli. Suara
pernafasan vesikular terdiri atas fase inspirasi yang terdengar lemah (suara pelan) yang
diikuti oleh fase ekspirasi yang hampir tidak terdengar. Suara pernafasan ini terdengar di
sekitar peripheral dari daerah paru-paru. Pada saat keadaan istirahat, suara pernafasan ini
tidak akan terdengar sama sekali. Keras suara pernafasan yang dapat terdengar banyak
dipengaruhi oleh fisik tiap individu, keadaan pernafasannya, dan kondisi kesehatan tubuh
seseorang.
 2. Bunyi abnormal
• Crackles (dedas, meretih, gemercik)
Crackle adalah ketidaklanjutan, suara yang tidak bernada, suara singkat yang biasanya
terdengar saat melakukan inspirasi. Suara ini dapat dikategorikan sebagai halus (nada
tinggi, lembut/halus, sangat singkat) atau kasar (nada rendah, lebih keras, tidak terlalu
singkat). Saat mendengar crackle, harus diperhatikan pada kekerasan, nada, lama waktu,
jumlah, waktu pada siklus respirasi, tempat, pola dari nafas ke nafas, perubahan setelah
batuk atau perubahan posisi
 • Wheeze (bunyi menciut-ciut atau mendesah)
Wheeze adalah suara yang berkelanjutan, dengan nada tinggi, suara tersebut biasanya
terdengar saat ekspirasi tetapi kadangkala juga terdengar saat inspirasi. Suara pernafasan
ini dihasilkan saat udara mengalir melalui saluran pernafasan yang menyempit.
 • Stridor
Pada keadaan ini, suara terdengar seperti wheeze pada saat inspirasi dan terdengar paling
jelas pada trakea selama proses inspirasi berlangsung. Stridor dapat terjadi apabila
terdapat gangguan trakea, atau laring, yang harus ditangani secara medik dengan segera.
 • Pleural Rub (Gesekan Pleural)
Suara yang terdengar dihasilkan ketika permukaan pleural terjadi inflamasi atau terjadi
gesekan satu sama lain. Suara yang terdengar dapat berkelanjutan atau tidak
berkelanjutan. Tempat terdengar suara biasanya pada daerah khusus sekitar dada dan
terdengar selama fase inspirasi dan fase ekspirasi.
 Pengukuran Volume
 Pada percobaan ini volume tidal diperoleh dengan cara melakukan ekspirasi dan inhalasi
normal. Spirometer ditiup saat praktikan melakukan ekshalasi normal tersebut. Besar
volume tidal biasanya 500 mL untuk pria maupun wanita. Kesalahan yang terjadi pada
nilai volum tidal pada pria dapat disebabkan karena praktikan menghirup napas dalam
sehingga udara yang dikeluarkan banyak.
 Volume ekspirasi cadangan diukur dengan cara praktikan menghirup napas normal,
namun menghembuskan napas sekuat-kuatnya pada spirometer. Nilai volum ekpirasi
cadangan sendiri adalah pengurangan angka yang tercatat pada spirometer dikurangi
dengan volum tidal yang telah diukur sebelumnya. Volume ekspirasi cadangan
berdasarkan literatur adalah sekitar 1200 mL untuk pria dan 700 mL untuk wanita.
Kesalahan yang terjadi pada percobaan dapat terjadi karena praktikan berusaha untuk
memaksakan proses ekspirasi secara berlebihan (dari yang mestinya dilakukan).
 Kapasitas vital diukur dengan cara melakukan inspirasi sekuat-kuatnya dan ekspirasi
sekuat-kuatnya. Saat melakukan ekspirasi sekuat-kuatnya, udara dihembuskan ke dalam
spirometer. Angka yang ditunjuk oleh jarum pada spirometer merupakan kapasitas vital
paru-paru (dalam mL). Menurut literatur, volume kapasitas vital paru-paru untuk pria
adalah sekitar 4800 mL sedangkan untuk wanita 3100 mL.
 Dari kapasitas vital ini dapat diketahui volume inspirasi cadangan dengan mengurangi
kapasitas vital dengan volume tidal dan volume ekspirasi cadangan. Laki-laki memiliki
volume inspirasi cadangan yang lebih tinggi dibandingkan wanita, yaitu sekitar 3100 mL,
untuk pria, dan 1900 mL, untuk wanita. Data yang diperoleh jauh di bawah dari data dari
literatur. Hal ini dikarenakan data yang diperoleh dari kapasitas total, volume tidal, dan
volume ekspirasi cadangan sudah berbeda jauh dari data literatur. Hal inilah yang
menyebabkan hasil untuk volume inspirasi cadangan juga berbeda dengan data dari
literatur.
 Pada umumnya perbandingan antara volume tidal, volume ekspirasi cadangan dan
volume inspirasi cadangan adalah 1:2:6 untuk pria. Sedangkan untuk wanita,
perbandingannya sebesar 2:3:8. Namun dari hasil percobaan menunjukan bahwa
perbandingan tidak sesuai dengan literatur. Kesalahan ini bisa disebabkan oleh
pernapasan yang kurang normal dari praktikan. Bisa juga disebabkan kondisi lingkungan,
contohnya keadaan udara di dalam ruangan tempat praktikum berlangsung.
 Sebagai aplikasi dalam pengukuran volume respirasi adalah untuk mendeteksi patologi
pada volume paru-paru. Contohnya pada orang asma konstriksi jalannya udara cenderung
menutup sebelum ekshalasi penuh. Hasilnya fungsi paru-paru menunjukkan pengurangan
kapasitas vital, pengurangan ekspirasi cadangan, dan kecepatan pergerakan udara. Pada
saat kontriksi saluran udara akan menghasilkan suara yang tidak normal pada serangan
asma. Kondisi itu membatasi penggembungan maksimal paru-paru yang berefek sama
terhadap kapasitas vital. Karena hal tersebut, inspirasi cadangan menjadi rendah.
Meskipun demikian ekspirasi cadangan dan pergerakan kecepatan ekspirasi relatif
normal.

4. Kapasitas Paru-paru

 Udara komplementer : udara yang dapat masuk ke dalam paru-paru setelah menarik nafas
biasa.
 Udara Suplementer : udara yang masih dapat dikeluarkan dari dalam paru-paru setelah
melakukan inspirasi biasa.
 Udara residu : udara sisa yang terdapat di dalam paru-paru setelah ekspirasi sekuat-
kuatnya.
 Kapasitas Vital : udara maksimum yang dapat dimasukkan ke paru-paru dan dikeluarkan
dari paru-paru.

5.
6. BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sering kali kita melihat orang yang memilki kecepatan pernapasan dan kedalaman
pernapaan berbeda dari orang yang normal atau yang paling sering kita temukan adalah
penyakit asma. Penyakit-penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan gangguan
ventilasi sehingga bagian dari paru-paru akan melakukan adaptasi seperti penyempitan
jalan napas dan inflamasi yang mengakibatkan seseorang menjadi sesak napas atau batuk.
Penyakit-penyakit seperti ini dapat dideteksi melalui suatu tes (Peak Flow Rate) dengan
menggunakan alat yang sederhana, yaitu Peak Flow Meter. Peak Flow Meter (PFM)
adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas (PFR). Nilai PFR
dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia, kekuatan otot pernapasan,
tinggi badan dan jenis kelamin.
Olehnya itu, sebagai seorang yang berkecimpung di dunia kesehatan seharusnya kita
mengetahui cara-cara pemeriksaan dengan alat ini yang bertujuan untuk menegtahui ada
tidaknya masalah pada sistem pernapasan seseorang yang akan dipelajari dalam
praktikum ini.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan Peak Flow Rate/Maximal Flow Rate.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jalan pernapasan yang menghantarkan udara ke paru-paru adalah hidung, faring, laring,
trakea, bronkus dan bronkhiolus. Saluran pernapasan dari hidung sampai bronkhiolus
dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika udara masuk melalui rongga hidung, maka
udara disaring, dihangatkan dan dilembabkan (www.portakalbe.co.id, 2000).
7.
Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan
kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing
yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal
yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat
konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang
masuk (http://ilmupedia.com, 2008).
b. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat
laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring
akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil
berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran
pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan
mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan
sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan (http://ilmupedia.com, 2008).
c. Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh
cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan (http://ilmupedia.com,
2008).
d. Cabang-cabang Tenggorokan (Bronki)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus
bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya
melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus
(http://ilmupedia.com, 2008).
e. Paru-paru (Pulmo)
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot
dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada
dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru
kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang
tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut
pleura dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang
bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Antara selaput
luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai
pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah yang masuk secara eksudasi.
Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain. Paru-paru
tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Paru-paru
berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan dalam yang sangat lebar
untuk pertukaran gas. Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan
diameter ± 1 mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus
tidak mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian
ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal kemungkinan
tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara (alveolus). Alveolus
terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka
sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis
dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan terjadinya difusi gas
pernapasan (http://ilmupedia.com, 2008).
Parameter yang sering diukur dalam uji faal paru ialah isi paru dengan beberapa
bagiannya. Volume paru ini menggambarkan fungsi statik paru. Ada dua golongan
volume paru, yaitu yang biasa disebut voume paru dan kapasitas (www.portakalbe.co.id,
2000).
1. Volume Paru
Ada empat jenis volume paru yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tidak saling
tercampur, yaitu :
• volume tidal, yaitu volume udara yang dihirup atau yang dihembuskan pada satu siklus
pernapasan selama pernapasan biasa (http://advertising.microsoft.com, 2008).
• Cadangan inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihisap sesudah
akhir inspirasi tenang (www.portakalbe.co.id, 2000).
• Cadangan ekspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yang masih dapat dihembuskan
sesudah akhir ekspirasi tenang. Pada pernafasan tenang, ekspirasi terjadi secara pasif,
tidak ada otot ekspirasi yang bekerja. Ekspirasi hanya terjadi oleh daya lenting dinding
dada dan jaringan paru semata-mata. Posisi rongga dada dan paru pada akhir ekspirasi ini
merupakan posisi istirahat. Bila dari posisi istirahat ini dilakukan gerak ekspirasi sekuat-
kuatnya sampai maksimal, udara cadangan ekspirasi itulah yang keluar
(www.portakalbe.co.id, 2000).
• Isi residu, yaitu jumlah udara yang masih ada di dalam parusesudah melakukan
ekspirasi maksimal (www.portakalbe.co.id, 2000).
2. Kapasitas paru
Nilai kapasitas ini mencakup dua atau lebih nilai isi paru pada
butir (1) di atas.
• Kapasitas parutotal(KPT), yaitu jumlah maksimal udara yang dapat dimuat paru pada
akhir inspirasi maksimal (www.portakalbe.co.id, 2000).
• Kapasitas vital (KV),volume yang mengubah paru-paru diantara inspirasi maksimal dan
ekspirasi maksimal (www.spirxpert.com, 2008)
Ini juga bisa diartikan menjadi volume maksimum dari udara yang setiap orang hirup
setelah ekspirasi maksimum. Capasitas vital setiap orang bisa diukur melalui spirometer.
Jika dikombinasikan dengan ukuran fisiologi, kapasitas vital bisa membantu untuk
mendiagnosis adanya penyakit pada paru-paru (www.en.wikipedia.com, 2008).
• Kapasitas Inspirasi, yaitu jumlah maksimal udara yangdapat dihisap dari posisi istirahat
(akhir ekspirasi tenang) (www.portakalbe.co.id, 2000).
• Kapasitas residu fungsional (KRF), yaitu jumlah udara yang masih tertinggal dalam
paru pada posisi istirahat (www.portakalbe.co.id, 2000).
PEAK FLOW METER
Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan
napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia,
kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin (www.en.wikipedia.com,
2008)..
Peak Flow Meter adalah alat ukur kecil, dpat digenggam, digunakan untuk memonitor
kemampuan untuk menggerakkan udara, dengan menghitung aliran udara bronki dan
sekarang digunakan untuk mengetahui adanya obtruksi jalan napas
(www.en.wikipedia.com, 2008).
Peak Flow Meter (PFM) mengukur jumlah aliran udara dalam jalan napas. Peak Flow
Rate (PFR) adalah kecepatan (laju) aliran udara ketika seseorang menarik napas penuh,
dan mengeluarkannya secepat mungkin. Agar uji (tes) ini menjadi bermakna, orang yang
melakukan uji ini harus mampu mengulangnya dalam kelajuan yang sama, minimal
sebanyak tiga kali (www.statcounter.com, 2007).
Terdapat beberapa jenis alat PFM. Alat yang sama harus senantiasa digunakan, agar
perubahan dalam aliran udara dapat diukur secara tepat. Pengukuran PFR membantu
menentukan apakah jalan napas tebuka atau tertutup.
PFR menurun (angka dalam skala turun ke bawah) jika asma pada anak memburuk. PFR
meningkat (angka dalam skala naik ke atas) jika penanganan asma tepat, dan jalan napas
menjadi terbuka. Pengukuran PFR dapat membantu mengetahui apakah jalan napas
menyempit, sehingga penanganan asma dapat dilakukan dini, juga membantu mengenali
pemicu (penyebab) asma pada anak, sehingga dapat dihindari (www.statcounter.com,
2007).
Terdapat perbedaan nilai pengukuran (siklus) PFR dalam satu harinya. Dengan mengukur
nilai PFR dua kali dalam sehari menunjukkan gambaran PFR sepanjang hari. Anak yang
berbeda usia dan ukuran badan memiliki nilai PFR yang berbeda (www.statcounter.com,
2007).
VENTILASI PARU
Ventilasi dapat terselenggara kalau arus udara ke dan dari alveoli melalui saluran napas,
lancar. Arus udara ini kecuali ditentukan oleh isi paru, juga ditentukan tekanan yang
menimbulkan aliran, dan tahanan saluran napas (Raw). Tekanan yang menimbulkan
aliran ada dua macam, yaitu tekanan oleh kontraksi otot pernapasan (P mus) dan tekanan
daya lenting jaringan paru (P el). Kedua tekanan tadi dilawan oleh tahanan saluran napas
(www.portkalbe.co.id, 2000).
Vetilasi merupakan saluran napas yang dilalui udara sehingga mulai dari udara masuk ke
hidung sampai terjadinya pertukaran udara di alveoli. Ventilasi dapat mengalami
gangguan secara patologi :
Ventilasi Obstruktif
Respirasi abnormal ini mempunyai karekteristik yaitu kekuatan kecepatan ekspirasi yang
lambat (FEV1/FVC lambat). Ini terjadi pada orang yang asma atatu empisemia,
peningkatan voume residu dan residu fungsional kapasitas dan penurunan kapasitas vital
adalah hal yang paling mudaj dilihat. Pada seseorang yang mengalami penyakit ini
volume parunya sama dengan orang normal.

Asma, bronchitis, empisemia adalah penyakit yang disebabkan karena ventilai obstruktif,
tapi penyebab sehingga terjadinya obstruktif sama ekai berbeda.

Asma
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan;
penyempitan ini bersifat sementara (http://id.wikipedia.org, 2008).
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang
melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan
pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran
udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus
berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas (http://id.wikipedia.org, 2008).
Spirometri mungkin dibutuhkan untuk membuat inisial diagnosis dan biasanya membantu
mengikuti proses jalannya penyakit-memberi keterangan respon terhadap pemberian
pengobatan (Hueston, 2003).
Bronchitis
Bronchitis adalah kondisi klinik yang didefenisikan sebagai batuk kronik dengan
produksi mucus selama berbulan-bulan samapi menahun. Secret mucus dan inflamasi di
bronchi sebagai reaksi menjadi menyempit dan menyebabkan terjadinya ventilasi
obstruktif, perubahan ini merupakan reaksi pertahanan dari jalan napas. Bronchitis juga
bisa disebabkan karena symptom pulmonary obstruktif (http://oac.med.jhmi.edu, 2008).

Emfisema
Emfisema adalah gangguan pengembangan paru-paru yang ditandai oleh pelebaran ruang
udara (alveolus) dalam paru-paru disertai destruksi jaringan
Ada tiga faktor yang memegang peran dalam timbulnya emfisema yaitu :
1) Kelainan radang bronchus dan bronchiolus yang sering disebabkan oleh asap rokok,
debu industri. Radang peribronchiolus disertai fibrosis menyebabkan iskhemia dan parut
sehingga memperluas dinding bronchiolus.
2) Kelainan atrofik yang meliputi pengurangan jaringan elastik dan gangguan aliran
darah; hal ini sering dijumpai pada proses menjadi tua.
3) Obstruksi inkomplit yang menyebabkan gangguan pertukaran udara; hal ini dapat
disebabkan oleh perubahan dinding bronchiolus akibat bertambahnya makrophag pada
penderita yang banyak merokok. Insiden emfisema meningkat dengan disertai
bertambahnya umur (www.portakalbe.co.id, 2000).
Ada dua bentuk emfisema yaitu : 1) Sentrilobular dan 2) Panlobular. Emfisema
sentrilobular ditandai oleh kerusakan pada saluran napas bronkhial yaitu pembengkakan,
peradangan dan penebalan dinding bronkhioli. Perubahan ini umumnya terdapat pada
bagian paru atas. Emfisema jenis ini biasanya bersama-sama dengan penyakit bronkhitis
menahun, sehingga fungsi paru hilang perlahan-lahan atau cepat tetapi progresif dan
banyak menghasilkan sekret yang kental. Emfisema panlobular berupa pembesaran yang
bersifat merusak dari distal alveoli ke terminal bronkhiale. Pembendungan jalan udara
secara individual disebabkan oleh hilangnya elastisitas recoil dari paru atau radial traction
pada bronkhioli. Ketika menghisap udara (inhale), jalan udara terulur membuka, maka
kedua paru yang elastis itu membesar; dan selama menghembuskan udara (ekshalasi)
jalan udara menyempit karena turunnya daya penguluran dari kedua paru itu
(www.portakalbe.co.id, 2000).
Ventilasi restriktif
Penyakit restriktif ditandai dengan kondisi lebih nyata oleh reduksi pada kapasitas total
paru. Ventilasi restriktif mungkin disebabkan kerusakan pulmonary, fibrosi pulmo (kaku
abnormal, non komplikasi paru), atau karena nonpulmo deficit, mencakup kelemahan
otot pernapasan, kelumpuhan, dan kelainan bentuk atau kekakuan dari dinding dada
(http://oac.med.jhmi.edu, 2008).
Pada tes pulmonari, individu yang mengalami ventilasi restriktif memiliki
penurunankapasitas total paru, penurunan residu fungsional, dan penurunan residu
pulmonal. Ketika kekuatan kapasitas vital (FVC) mungkin sangat turun, kekuatan volume
ekspirasinya pada waktu satu detik dibagi dengan kekuatan kapasitas vital (FEV1/FVC)
biasanya normal atau meningkat dari normal yang seharusnya mengalami penurunan
karena tekanan keelastisan paru menurun (http://oac.med.jhmi.edu, 2008).
Karena tekanan pleura drop memaksa paru menjadii nflamasi, kedalaman pernapasan
pada orang yang mengalami restriktif berbda dibandingkan pada orang yang normal, dan
meraka mengakhiri pernapasan dengan pernapasan dangkal dan cepat
(http://oac.med.jhmi.edu, 2008).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat
Alat yang dibutuhkan dalam percobaan ini yaitu Mini Wright Peak Flow Meter.
Percobaan yang menggunakan spirometri tidak dilakukan kerena keterbatasan alat

III.2 Cara Kerja


Dalam percobaan ini hanya dilakukan pengukuran Peak Flow Rate (PFR) :
Orang coba diminta memegang Peak Flow Meter dan masukkan pipa tiup ke dalam
mulutnya. Setelah inspirasi maksimal, orang coba diminta meniup sekuat-kuatnya sampai
maksimal dalm Flowmeter. Bacalah nilai yang dicapai pada flowmeter (liter/menit).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
Nama orang coba : Laode Andrias
Jenis Kelamin : laki-laki
Umur : 19 tahun

PFR :
300 L/menit
360 L/menit
385 L/menit

PFR rata-rata= (300+360+385)/3

= 2045/3=348 L/menit
IV.2 Pembahasan
Percobaan dilakukan dengan meminta orang coba melakukan ekspirasi ke dalam Peak
Flow Meter sebanyak tiga kali untuk memastikan keakuratan kemudian PFR diambil dari
rata-rataketiga pengukuran tadi. Hasil pengukuran yang didapatkan adalah 348 L/menit.
Jika dilihat dari standar normal dari PFR, orang coba berada di bawah standar normal.
Akan tetapi, PFR setiap orang berbeda-beda dan banyak faktor yang mempengarugi. Jadi,
bisa saja meskipun dengan penghitungan PFR menunujukkan bahwa PFR dibawa normal,
akan tetapi dengan nilai demikian seseorang tidak mengalami gangguan pernapasan. Hal
ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor tadi misalnya umur, jrnis kelamin, postur
tubuh, posisi selama pengukuran, ataupun karena standar tersebut hanya diperuntukkan
untuk orang-orang yang berbeda ras dengan orang Indonesia pada umumnya.
Usia berpengaruh terhadap PFR dimana saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar
yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara dan luas paru-paru
masih terlalu kecil. Perkembangan paru pada masa bayi belum terl;alu baik sehingga
PFRnya lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Demikian halnya pada usia lanjut,
PFR akan menurun akibat otot-otot pernapasan tidak seelastis dengan orang yang lebih
muda.
Posisi juga berpengaruh terhadap nilai PFR. Nilai PFR pada posisi berbaring terlentang
lebih besar dibandingkan pada saat duduk karena ketika duduk diafragma akan
mendorong rongga dada keatasa sehingga ketoka menghirup udara, udara akan lebih
sedikit masuk ke paru-parudibandingkan ketika berbaring dimana diafragma tidak
mendorong rongga dada sehingga udara yang masuk lebih banyak dan yang akan
diekspirasikan juga lebih banyak.
Selain usia dan posisi, tinggi badan atau ukuran tubuh setiap orang juga berpengaruh
terhadap nilai PFR dimana tubuh yang lebih besar akan memiliki PFR lebih besar karena
orang ini membutuhkan lebih banyak oksigen dari udara untuk memenuhi kebutuhan
jaringan di dalam tubuhnya. Selain itu. Orang yang memiliki ukuran tubuh lebih besar
juga memilki kekuatan menghirup udara lebih banyak.
PFR pada laki-laki juga lebih besar dibandingkan perempuan karena kekuatan otot-otot
pernapasan laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga udara yang dihirup
dan dihembuskan lebih banyak dibandingkan perempuan.
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik pada praktikum ini adalah :
Volume dan kapasitas paru dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut
spirometer.
Peak Flow Meter (PFM) adalah alat untuk mengukur jumlah aliran udara dalam jalan
napas (PFR). Nilai PFR dapat dipengaruhi beberapa faktor misalnya posisi tubuh, usia,
kekuatan otot pernapasan, tinggi badan dan jenis kelamin.
Ventilasi patoogis terdiri dari ventilasi obstruktif, ventilasi restriktif, dan ventilasi
campuran yaitu gabungan dari ventilasi obstruktif dan ventilasi restriktif.
V.2 Saran
Sebaiknya alat-alat laboratorium yang digunakan dalam praktikum lebih dilengkapi agar
praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSAKA

Hueston, William J dan Weiss, Barry. 2003. 20 Commond Problems in Respirtory


Disorders. mcGraw-Hill Medical Publishing Devision : San Francisco.

free.vlsm.org. 2008. Alat Pernapasan.


http://ilmupedia.com, diakses pada tanggal 29 Nopember 2008.

Johns Hopkins University. http://oac.med.jhmi.edu, diakses pada tanggal 29 Nopember


2008.

www.portakalbe.co.id, diakses pada tanggal 29 Nopember 2008.

www.statcounter.com. 2007. Asma 2.


diakses pada tanggal 29 Nopember 2008.

Anda mungkin juga menyukai