Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

PENGINDERAAN JAUH

1. Konsep dasar penginderaan jauh

Perkembangan teknologi wahana (platform) dan instrument untuk perekaman data telah
memunculkan cabang ilmu pengetahuan baru yaitu Penginderaan jauh atau Remote Sensing
(Sudradjat, 1979, Sudradjat dan situmorang, 1988).
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek,
daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak
langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1979).
Informasi tersebut diperoleh dari hasil perekaman gelombang elektromagnetik yang dipancarkan
dan dipantulkan oleh obyek yang terdapat di permukaan bumi. Obyek yang terdapat di
permukaan bumi sangat beragam, oleh karena itu pada saat perekaman berlangsung, informasi
yang diperoleh sangat beragam pula, namun obyek tersebut masih dapat dibedakan menurut sifat
dan karakteristiknya.
Sumber data penginderaan jauh biasanya dari radiasi elektromagnetik yang dipantulkan
atau dipancarkan dari sebuah obyek, yaitu seperti cahaya, panas dan gelombang-gelombang
radio. Media lain seperti gravitasi atau medan magnet dapat juga digunakan sebagai sumber
penginderaan. Kendaraan yang umumnya digunakan untuk observasi penginderaan jauh disebut
platform, sedangkan alat untuk mendeteksi sumber data penginderaan jauh disebut sensor.

Teknologi penginderaan jauh memungkinkan kita untuk dapat melihat permukaan bumi
dengan lebih luas dan menyeluruh (synoptic view), sehingga hubungan antara satu dengan
lainnya dapat terlihat dengan jelas.
2. Definisi Citra
Citra merupakan salah satu dari beragam hasil proses penginderaan jauh. Definisi citra
banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satu diantaranya pengertian tentang citra menurut
Hornby (1974; dalam Sutanto, 1992) yang dapat ditelaah menjadi lima, berikut ini tiga
diantaranya:
a. Likeness or copy of someone or something, especially one made in wood,
stone, etc.
b. Mental pictures or idea, concept of something or someone.
c. Reflection seen in a mirror or through the lens of a camera.
Citra penginderaan jauh termasuk dalam pengertian yang ke-tiga menurut Hornby. Citra
merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor lainnya.
Simonett et al. (1983) mengutarakan dua pengertian tentang citra, yaitu:
a. The counterpart of an object produced by the reflection or refraction of light
when focused by a lens or a mirror.
b. The recorded representation (commonly as a photo image) of object produced
by optical, electro-optical, optical mechanical or electrical means. It is
generally used when the EMR emitted or reflected from a scene is not directly
recorded on film.
Di dalam bahasa Inggris ada dua istilah yang masing-masing diterjemahkan dengan citra,
yaitu image dan imagery. Berikut ini dikemukakan batasan kedua istilah tersebut menurut Ford
(1979; dalam Sutanto, 1992).
a. Image is representation of an object or scene; an image is usually a map,
picture, or photograph.
b. Imagery is visual representation of energy recorded by remote sensing
instrument.
Bila kita berpegang pada batasan ini maka pada penggunaan istilah image bagi citra
penginderaan jauh tidak salah, akan tetapi penggunaan istilah imagery akan lebih benar.
Berbagai pustaka dalam bahasa Inggris, baik istilah image maupun imagery sama-sama sering
digunakan.

3. Perkembangan Teknologi Penginderaan Jauh


Berdasarkan jumlah bidang penggunaannya maupun dari frekuensi penggunaannya pada
tiap bidang, penggunaan penginderaan jauh meningkat pesat. Peningkatan penggunaan dilandasi
oleh beragam alasan. Sekurang-kurangnya ada enam alasan yang melandasi peningkatan
penggunaan penginderaan jauh (Sutanto, 1992), yaitu:

1. Citra menggambarkan obyek, daerah, dan gejala di permukaan bumi dengan:


a. Wujud dan letak obyek yang mirip dengan yang ada di permukaan bumi.
b. Relatif lengkap.
c. Meliputi daerah yang luas, dan
d. Permanen.
2. Jenis citra tertentu dapat membentuk gambaran tiga dimensional apabila
pengamatannya dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut stereoskop.
3. Karakteristik obyek yang tak tampak dapat diujudkan dalam bentuk citra sehingga
dimungkinkan pengenalan obyeknya.
Obyek dapat dikenali antara lain berdasarkan suhunya, yaitu yang direkam
pada citra inframerah termal. Kota yang tak tampak pada malam hari, kebocoran
pipa gas bawah tanah, kebakaran tambang batu bara bawah tanah mudah dikenali
dengan baik pada citra inframerah termal. Dengan menggunakan spectrum
inframerah dekat, bentuk bangunan asli yang diberi bentuk samaran dan tidak
tampak bila dilihat dari pesawat terbang dapat diujudkan dalam citra dan dikenali
dengan baik.
4. Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi secara
terrestrial.
Pemetaan atau penelitian daerah rawa, hutan, dan pegunungan akan sulit sekali,
lama pelaksanaannya, dan memerlukan biaya tinggi. Bila kondisi cuaca
memungkinkan, daerah-daerah tersebut dapat dipotret dengan cepat. Di samping
itu, interpretasi citra dapat dilaksanakan dalam ruang (laboratorium) pada siang atau
malam hari, dalam keadaan hujan sekalipun. Inilah yang menyebabkan bahwa
penggunaan teknik penginderaan jauh untuk pemetaan dan penelitian berarti
penghematan waktu dan biaya dengan ketelitian hasil yan memadai.
5. Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
Tidak ada cara lain yang mampu memetakan daerah bencana secara cepat pada
saat terjadi bencana, seperti misalnya pemetaan daerah banjir, daerah yang terkena
gempabumi, dan terkena angin ribut. Demikian pula halnya bagi gunungapi yang
sedang meletus seperti letusan gunungapi Galunggung pada tahun 1982 yang
terekam antara lain pada citra satelit cuaca GMS dan NOAA.
6. Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek, yaitu misalnya 16 hari untuk
citra Landsat IV dan dua kali tiap hari bagi citra NOAA.
Dengan demikian maka citra merupakan alat yang baik sekali untuk memantau
(monitoring) perubahan cepat seperti pembukaan daerah hutan, pemekaran kota,
perubahan kualitas lingkungan dan perluasan lahan garapan.
4. Aplikasi Remote Sensing dalam Aktivitas Eksplorasi Sumberdaya Alam

Bumi memiliki permukaan dan variabel yang sangat kompleks. Relief topografi bumi dan
komposisi materialnya menggambarkan bebatuan pada mantel bumi dan material lain pada
permukaan dan juga menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan. Masing-
masing tipe bebatuan, patahan di muka bumi atau pengaruh-pengaruh gerakan kerak bumi serta
erosi dan pergeseran-pergeseran muka bumi menunjukkan perjalanan proses hingga membangun
muka bumi seperti saat ini. Proses ini dapat dipahami melalui disiplin ilmu geomorfologi.
Eksplorasi sumber daya mineral merupakan salah satu aktifitas pemetaan geologi yang
penting. Pemetaan geologi sendiri mencakup identifikasi pembentukan lahan (landform), tipe
bebatuan, struktur bebatuan (lipatan dan patahannya) dan gambaran unit geologi. Saat ini hampir
seluruh deposit mineral di permukaan dan dekat permukaan bumi telah ditemukan. Karenanya
pencarian sekarang dilakukan pada lokasi deposit jauh di bawah permukaan bumi atau pada
daerah-daerah yang sulit dijangkau. Metode geofisika dengan kemampuan penetrasi ke dalam
permukaan bumi secara umum diperlukan dalam memastikan keberadaan deposit ini minyak
bumi dan gas. Akan tetapi informasi awal tentang kawasan berpotensi untuk eksplorasi mineral
lebih banyak dapat diperoleh melalui interpretasi ciri-ciri khusus permukaan bumi pada foto
udara atau citra satelit.
Belakangan analisa menggunakan citra satelit lebih banyak dilakukan daripada foto
udara, karena citra satelit memiliki beberapa nilai lebih, seperti:
1. Mencakup area yang lebih luas, sehingga memungkinkan dilakukan analisa dalam skala
regional, yang seringkali menguntungkan untuk memperoleh gambaran geologis area
tersebut;
2. Memiliki kemungkinan penerapan sensor pendeteksi multi-spektral dan bahkan hiper-
spektral yang nilainya dituangkan secara kuantitatif (disebut derajat keabuan atau Digital
Number dalam remote sensing), sehingga memungkinan aplikasi otomatis pada
komputer untuk memahami dan mengurai karakteristik material yang diamati;
3. Memungkinkan pemanfaatkan berbagai jenis data, seperti data sensor optik dan sensor
radar, serta juga kombinasi data lain seperti data elevasi permukaan bumi, data geologi,
jenis tanah dan lain-lain, sehingga dapat ditentukan solusi baru dalam menentukan antar-
hubungan berbagai sifat dan fenomena pada permukaan bumi.
KESIMPULAN

Penginderaan Jauh atau Remote Sensing adalah ilmu, teknologi dan seni dalam
memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di (dekat) permukaan bumi tanpa
kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media
perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang
elektromagnetik yang disebut “sensor” dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam
bentuk citra.
Sebuah platform Penginderaan Jauh dirancang sesuai dengan beberapa tujuan
khusus. Tipe sensor dan kemampuannya, platform, penerima data, pengiriman dan
pemrosesan harus dipilih dan dirancang sesuai dengan tujuan tersebut dan beberapa
faktor lain seperti biaya, waktu dsb.
Eksplorasi adalah penyelidikan geologi yang dilakukan untuk mengidentifikasi,
menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran , kuantitas, dan kualitas suatu endapan
bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis atau kajian kemungkinan
dilakukannya penambangan.
Kegiatan eksplorasi terdiri dari beberapa tahapan diataranya adalah penyelidikan umum
dan eksplorasi. Kegiatan ini juga menggunakan beberapa metode, seperti : metode pemetaan
geologi, metode geokimia, metode geofisika, pH, trench, strip, pemetaan tambang, dan pemboran.
Penginderaan jauh atau remote sensing sangat bermanfaat dalam kegiatan
eksplorasi. Dalam kualitas data dan metode prosesnya memberikan dan menawarkan
kontribusi secara langsung pada tahap eksplorasi. Contohnya pada pelaksanaan eksplorasi
pendahuluan dilakukan dengan memetakan daerah penyelidikan, baik dengan pemetaan
topografi maupun dengan foto udara dengan tujuan mendapatkan peta yang benar dan
baik sebagai dasar penyelidikan selanjutnya.
Tahap berikutnya melakukan pemetaan geologi dengan menggunakan peta
permukaan dan foto udara dimaksudkan untuk melakukan interpretasi keadaan singkapan,
struktur dan kedudukan stratigrafi lapisan yang mengandung minyak dan gas bumi.
Remote sensing berpotensi dalam penentuan lokasi yang diduga mengandung bahan
galian. Potensi ini memuat proses pemetaan lineaments, pemetaan lithologic, dan
pemetaan sebaran jenis tumbuhan dan hubungannya dengan jenis tanah dan bebatuan di
dasarnya (geobotanic). Untuk mengetahui kedudukan stratigrafi lapisan-lapisan ini
dilakukan pemboran dangkal ataupun pemboran dalam di beberapa tempat.
Pada akhir tahap ini, apabila sekitarnya daerah tersebut mempunyai nilai ekonomis
yang potensial, maka akan dilakukan kegiatan eksplorasi.

DAFTAR PUSTAKA
Sudradjat, Adjat. 1974. Diktat Geologi Potret. Jurusan Geologi, Universitas Padjadajran.
Bandung.
Sudradjat, Adjat. 1997. Aplikasi Ilmu Pengatahuan Kegunungapian Dalam Ekplorasi
Sumberdaya Mineral di Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Universitas Padjadajran. Bandung.
Sulaksana, Nana dan Emi Sukiyah. 2004. Diktat Pengantar Pengantar Penginderaan Jauh.
Laboratorium Gemorfologi dan Penginderaan Jauh, Jurusan Geologi Universitas
Padjadjaran. Tidak diterbitkan.

http://72.14.235.104/search?
q=cache:C4lm0U7FLMIJ:www.appliedgeology.itb.ac.id/static/lab/hg/modul1.pdf+apl
ikasi+remote+sensing+dalam+aktivitas+eksplorasi&hl=id&ct=clnk&cd=18&gl=id
http://www.beritaiptek.com/messages/artikel/678262004EM.shtml
http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2007-09-10-Kajian Pemanfaatan
Teknologi-Knowledge-based-Expert-System-di-dalam Pengelolaan-Sumberdaya
Alam.shtml
http://www.bppt.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=188.
http://www.geocities.com/yaslinus/citra.html

Tugas Geologi Eksplorasi


PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH

Oleh:

Ivan Rodearna Siallagan


140710070019

FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2009

Anda mungkin juga menyukai