Anda di halaman 1dari 9

BAB V

PROSES INTERAKSI INDONESIA – JEPANG DAN DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG TERHADAP KEHIDUPAN
MASYARAKAT INDONESIA

A.Bentuk-bentuk Interaksi Indonesia – Jepang Pada Masa Kolonial Belanda

B.Interaksi Indonesia – Jepang Pengaruhnya Terhadap Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda di


Indonesia

MASA PENDUDUKAN JEPANG

Standar Kompetensi : 1. Menganalisis Perjalanan Bangsa Indonesia dari negara tradisional,


kolonial, pergerakan kebangsaan, hingga terbentuknya negara kebangsaan sampai proklamasi
kemerdekaan Indonesia
Kompetensi Dasar : 1.5 Menganalisis Proses Interaksi Indonesia-Jepang dan Dampak
Pendudukan Militer Jepang terhadap Kehidupan Masyarakat di Indonesia
Indikator : - Mendeskripsikan pemerintahan Jepang di Indonesia pada awal dan akhir masa
pendudukan
- Mendeskripsikan dampak kebijakan politik, ekonomi, sosial, dan budaya pemerintah
pendudukan Jepang terhadap kehidupan masyarakat di berbagai daerah

Kedatangan Jepang di Indonesia

• Pada tanggal 8 Maret 1942 tentara Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada pihak Jepang
di Kalijati. Dengan demikian Belanda menyerahkan seluruh wilayah Hindia Belanda kepada
pemerintah bala tentara Jepang.
• Kedatangan tentara Jepang pada mulanya mendapat sambutan baik oleh sebagian rakyat
Indonesia karena mereka datang dengan semboyan sebagai saudara tua yang akan membebaskan
bangsa-bangsa Asia dari penjajahan Barat. Namun pendudukan Jepang di Indonesia dalam
beberapa bulan saja telah menunjukkan kekejamannya, bala tentara Jepang melakukan
penindasan, pemerasan tenaga, perampasan kekayaan alam dan sebagainya.

Hilangnya Simpati rakyat kepada jepang

Jepang pada mulanya mendapat sambutan baik oleh sebagian rakyat Indonesia karena mereka
datang dengan semboyan sebagai saudara tua yang akan membebaskan bangsa-bangsa Asia dari
penjajahan Barat. Namun pendudukan Jepang di Indonesia dalam beberapa bulan saja telah
menunjukkan kekejamannya, bala tentara Jepang melakukan penindasan, pemerasan tenaga,
perampasan kekayaan alam dan sebagainya.
• Semua organisasi politik yang ada pada saat itu dilarang. Satu-satunya organisasi politik
berdasarkan agama Islam dibentuk pada zaman Jepang adalah Masyumi (Majelis Syuro
Muslimin) pada tanggal 22 November 1943.

Usaha Mengembalikan simpati Rakyat Indonesia


• Untuk menarik simpati takyat Indonesia Jepang telah melaksanakan politik propanganda,
adalah sebagai berikut :
• Jepang menyatakan bahwa mereka adalah saudara tua bagai bangsa-bangsa di Asia. Bangsa
Indonesia menganggap pernyataan tersebut sebagai hal yang benar, karena bahwa bangsa jepang
hampir mirip dan memiliki persamaan dengan bangsa Indonesia.
• Adanya semboyan bangsa Jepang yang terkenal dengan Gerakan Tiga A yakni : Jepang
pemimpin Asia, Jepang cahaya Asia, Jepang pelindung Asia
• Menarik simpati lewat pendidikan, para pelajar Indonesia diundang untuk beljar di Jepang
melalui program bea siswa yang mereka sediakan.
• Jepang berusaha untuk meraik simpati lewat program haji ke Makkah bagi orang-orang yang
beragama Islam.
• Di bidang ekonomi, Jepang menjalankan politik dumping, yakni menjual barang-barang dengan
harga lebih murah di luar negeri dari pada di Jepang sendiri.

PERLAWANAN TERHADAP PENDUDUKAN JEPANG

Perlawanan secara Legal


Gerakan Tiga A
• Gerakan ini disebut Tiga A karena semboyannya yang terdiri atas tiga macam :
• Nippon pelindung Asia
• Nippon cahaya Asia
• Nipppon pemimpin Asia
• Gerakan ini diketuai Oleh Mr. Syamsuddin, tokoh Parindra Jawa Barat. Gerakan ini tidak
banyak menarik rakyat. Oleh karena itu pemerintah Jepang membubarkan gerakan ini pada tahun
1943 sebagai gantinya dibentuk Putera.

Pusat Tenaga Rakyat (Putera)


• Organisasi ini dibentuk pada 1 Maret 1943 dibawah pimpinan empat serangkai, yaitu Ir.
Soekarno, Dr. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan KH. Mas Mansyur.
• Mereka dinggap mewakili aliran-aliran yang terdapat dalam masyarakat Indonesia. Karena
organisasi ini terlalu bersifat nasional, maka pada tahun 1944 dibubarkan oleh pemerintah
Jepang dan kemudian membentuk Jawa Hokokai.

Perhimpunan Kebangkitan Jawa (Jawa Hokokai)


• Pimpinan dari organisasi ini di bawah komando militer Jepang. Organisasi ini tersusun dari
tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Jawa Hokokai dibentuk karena perang sudah semakin
meningkat. Rakyat dituntut agar memberikan pengabdin yang maksimal dan bersedia
mengorbankan diri serta mempertebal rasa persaudaraan.

Pembela Tanah Air (Peta)


• Pembela Tanah Air (Peta) dibentuk pada tahun 1943, yang merupakan kesatuan militer
bersenjata yang dibentuk atas inisatif Gatot Mangkupraja. Di sini pemuda-pemuda Indonesia
dilatih kemiliteran Jepang untuk keperluannya. Ternyata Peta inilah nantinya merupakan tenaga
inti untuk membela Republik Indonesia. Jepang memanfaatkan pendirian PETA untuk
mengerahkan tenaga dalam rangka menghancurkan Sekutu, yang dianggap merupakan
kemenangan terakhir.

Masyumi (Majelis Syuro Muslimin)


• Meskipun Jepang mengekang aktivitas semua kaum nasionalis, namun golongan nasionalis
Islam mendapat perlakuan lain. golongan ini memperoleh kelonggaran, karena dinilai paling anti
Barat. Jepang menduga bahwa golongan ini akan mudah dirangkul. Sampai bulan November
1943, Jepang masih memperkenankan berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang
dibentuk pada zaman Hindia Belanda. Para pemuka agama diundang ke jakarta oleh Gunseikan
Mayor Jendela Okazaki, untuk mengadakan penukaran pikiran. Hasilnya adalah MIAI diakui
sebagai organisasi resmi Umat Islam, dengan syarat harus mengubah asas dan tujuannya.
Kegiatan MIAI terbatas pada pembentukan baitul mal (badan amal) dan menyelenggarakan
peringatan hari-hari besar Islam. Organisasi ini mendapat simpati penuh dari umat Islam,
sehingga tumbuh dan berkembang menjadi organisasi yang besar. Pihak Jepang mulai curiga
terhadap MIAI. Tokoh MIAI di daerah-daerah mulai diawasi. MIAI yang selama itu dianggap
sebagai organisasi resmi, masih juga tidak memuaskan Jepang, maka pada bulan Oktober 1943,
MIAI dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi). Tokoh-
tokohnya antara lain KH. Hasyim Asy’ari, KH. Mas Mansyur, KH. Fai Ma’ruf, Kartosudarmo,
KH. Nachrowi, dan Zaenal Arifin.

Perlawanan Ilegal

Perlawanan ilegal ialah perlawanan dengan menggunakan organisasi gerakan di bawah tanah
atau tidak sepengetahuan pemerintah Jepang. Golongan tersebut diantaranya :

• Golongan Amir Syarifuddin


• Golongan Sutan Syahrir
• Golongan Persatuan Mahasiswa
• Golongan Sukarni
• Golongan Kaigun

Pemberontakan-pemberontakan
Pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di pelbagai daerah dan tempat merupakan akibat
kekejaman yang dilakukan pihak bala tentara Jepang, yaitu :
• Karangampel, Sindeng (Kabupaten Indramayu) tahun 1943 di bawah pimpinan H. Madriyas
dkk. Pemberontakan ini dapat ditindas Jepang.
• Di Sukamanah (Kabupaten Tasikmalaya) tahun 1944 di bawah pimpinan KH. Zainul Mustafa
dkk,
• Di Blitar pada tanggal 14 Pebruari 1945 terjadi pemberontakan-pemberontakan pada Peta di
bawah pimpinan Supriyadi.
• Di Aceh tahun 1942 terjadi pemberontakan di Lhok Suemawe di bawah pimpinan Teungku
Abdul Jalil dan di Meulabu di bawah pimpinan R. Teuku Hamid. Pemberontakan-
pemberontakan dapat dipatahkan Jepang.
• Perlawanan rakyat di Pontianak pada tahun 1944 yang menimbulkan pembunuhan besar-
besaran di daerah itu.
• Perlawanan Rakyat di Biak, Irian Barat pada tahun 1943.

DAMPAK PENDUDUKAN JEPANG

Aspek Kehidupan Politik


• Pemerintah militer Jepang melarang berdirinya partai-partai politik di Indonesia. Untuk itu
semua partai politik dibubarkan. Kegiatan politik Pergerakan Nasional Indonesia dikendalikan
oleh Jepang dengan tujuan untuk membantu Jepang dalam perang. Jepang berusaha untuk
mengerahkan semua orang demi usaha perangnya. Jawatan propaganda Jepang giat melancarkan
propaganda yang pada pokoknya Jepang mengobarkan perang Asia Pacifik Timur Raya dalam
rangka membebaskan Asia dan mempersatukan bangsa-bangsa Asia di dalam lingkungan
kemakmuran berasama Asia Timur Raya di bawah pimpinan Jepang. Untuk mengurus
pergerakan, maka Jepang mengeluarkan undang-undang no. 2 tanggal 8 Maret 1942, isinya,
melarang orang-orang Indonesia memperbincangkan soal-soal pergerakan atau propaganda.
Untuk mengawasi pelaksanaan UU tersebut Jepang membentuk Kempetai (Polisi Rahasia
Jepang) dengan hukuman siksaan atau hukuman mati bagi orang yang melanggar.

Aspek Kehidupan Ekonomi


• Kegiatan ekomoni masyarakat Indonesia pada masa Jepang diarahkan untuk kepentingan
Jepang. Jepang berusaha untuk menguasai dan mendapatkan semua sumber-sumber bahan
mentah untuk industri Jepang. Jepang dalam rangka untuk mewujudkan ambisinya melaksanakan
konsep ekonomi Hakko ichiu bahwa Jepang berkeinginan untuk menjadikan seluruh kawasn
Asia Pacifik ada di bawah kendali Jepang dengan Asia Pacifik Timur Raya.
• Pemerintah pendudukan Jepang mulai mengeluarkan peraturan-peraturan untuk menjalankan
ekonomi. Semua harta benda dan perusahaan perkebunan sekutu disita dan perusahaan vital
seperti pertambangan, telekomunikasi dan perusahaan transport langsung dikuasai pemerontah
Jepang. Jepang juga mengadakan pembatasan-pembatasan dan penguasaan alat-alat produksi
yang merupakan ciri ekonomi perang. Sistim autarki artinya setiap daerah harus mencukupi
kebutuhan sendiri serta harus dapat menunjang kebutuhan perang. Selain itu juga rakyat masih
dibebani pekerjaan yang bersifat wajib. Rakyat dipaksa untuk dijadikan romusha dan melakukan

Aspek Kehidupan Pendidikan


• Kegiatan pendidikan pada zaman pendudukan Jepang mengalami penurunan yang drasts.
Penurunan itu meliputi jumlah sekolah, jumlah murid, dan jumlah guru. Pada zaman Jepang
untuk sekolah dasar hanya ada satu macam yaitu sekolah dasar lima tahun, sistem pengajaran
dan kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan perang. Murid-murid
diwajibkan masuk organisasi murid (pelajar yang disebut Gakutotai) mereka wajib mengikuti
pelatihan dasar kemiliteran, juga wajib melakukan kerja bhakti (kinrohosy) antara lain
mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk perang, misalnya menanam pohon jarak,
menyiangi sawah, membasmi hama. Jepang juga menanamkan semangat Nippon Sieshin
(semangat Jepang). Para pelajar wajib hafal lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo, upacara bendera
yang disertai seikeirie (penghormatan terhadap kaisar Jepang dengan cara membungkukkan
badan ke arah matahari terbit). Untuk para guru, Jepang mewajibkan untuk mengikuti kursus-
kursus bahasa Jepang. Mereka yang lulus ujian diberi tunjangan tambahan. Melalui pendidikan,
Jepang bermaksud mencetak kader-kader yang akan mempelopori dan merealisasikan konsepsi
kemakmuran bersama Asia Timur Raya (Hakko ichiu) dan Jepang sebagai pemimpinnya.
• Pada tahun 1944 Jepang memberi wewenang kepada Jawa Hokokai untuk membuka sekolah-
sekolah baru, sementara pihak swasta dibolehkan membuka sekolah kejuruan dan bahasa. Para
guru juga diwajibkan untuk mengikuti dasar kemiliteran dan indoktrinasi.
• Sekolah-sekolah yang ada pada waktu itu adalah :
• Koo Kumin Gakku (Sekolah Rakyat) 6 tahun
• Tyu Gakku (SMP untuk pria) 3 tahun
• Dyoo Gankku (SMP untuk putri) 3 tahun
• Sekolah Menengah Tinggi
• Djan Sihan Gakku (SGB)
• Kooto Sihan Gakku (SGA)
• Ika Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran)
• Shika Dai Gakku (Sekolah Tinggi Kedokteran Gigi)
• Kagyo Dai Gakku (Sekolah Tinggi teknik)
• kenkoku Gakuin (Akademi Pamongpraja)

Aspek Kehidupan Militer
• Pada bulan April 1943 didirikan dua organisasi pemuda Seinendan (Barisan Pemuda) dan
Keibodan (Pembantu Polisi) yang langsung di bawah Gunseikan. Seinendan dimaksudkan
sebagai tenaga cadangan perang, mereka diberikan pelatihan dasar militer. Anggota seinendan
adalah pemuda yang berusia 14-22 tahun. Mereka yang lebih tua dimasukkan ke dalam
Keibodan. Para pemuda Indonesia diberi kesempatan pula untuk dididik menjadi pembantu
prajurit perang (Heiho). Tugas Heiho adalah melakukan pekerjaan-pekerjaan kasar seperti
mengangkat perlengkapan militer dan memasak. Karena Jepang kekurangan tenaga kemudian
Heiho ini diikutkan dalam pertempuran atau masuk pasukan tempur.
• Pada tanggal 3 Oktober 1943, dikeluarkan keputusan tentang pembentukan tentara pribumi
yang diberi nama Pasukan Sukarela Pembela Tanah Ahttp://www.syiham.co.cc/2010/02/organisasi-
bentukan-jepang-di-indonesia.htmlir (Boei Gyugun) disingkat PETA. Perhatian para pemuda untuk
masuk Peta cukup besar, terutama pemuda yang sudah tergabung dalam Seinendan atau
Gakutotei. Anggota Peta berasal dari berbagai golongan masyarakat. Bersamaan dengan
pembentukan Peta di Jawa, di Sumatra dibentuk tetara sukarela yang disebut Gyugun.
• Manfaat utama yang diperoleh bagi para pemuda-pemuda Indonesia dalam Peta dan gyugun
adalah gemblengan fisik dan semangat cinta tanah air, serta kepercayaan diri yang besar. Kaum
nasionalis mengarahan mereka untuk kepentingan perjuangan. Peranan mereka amat besar pada
masa awal kemerdekaan.

Aspek Kehidupan Birokrasi


• Bulan Agustus 1942 keluar UU No. 27 tentang Aturan Pemerintah Syu dan Tokubetsu yang
mengakhiri pemerintahan sementara, diganti pemerintahan militer dan diadakan penggantian
pegawai sipil Indonesia dengan pemerintahan sipil Jepang. Berdasarkan UU tersebut, pulau Jawa
dijadikan sumber perbekalan perang di wilayah Selatan. Untuk itu dibentuklah daerah Syu
(Karesidenan), Syi (Kotamdaya), Ken (Kabupaten), Gum (Kewedenan), Son (Kecamatan), Ku
(Kelurahan/Desa), Syu merupakan daerah otonomi di bawah Shucokan (Gubernur). Seteleh
Jepang melemah dalam perang pacifik, tenaga bangsa Indonesia kembali sebagai penasehat
militer. Dibentuk badan pertimbangan pusat (Chou Sangi In) dalam karesidenan dan kota praja
dibentuk Syu dan Tokubetsu Syi Sangi Kai. Pemerintah militer disebut Gum Sheikan yang
dijabat kepala staf tentara.

Aspek Kehidupan Kebudayaan


• Di bidang kebudayaan para seniman diberi fasilitas yang cukup, umumnya seni panggug
diperbolehkan keliling desa untuk menghibur rakyat, selain itu bioskop keliling sampai ke desa-
desa kesemuanya itu ditujukan untuk meningkatkan patriotisme dan memuji Dai Nippon.

Aspek Penggunaan Bahasa Indonesia


• Di samping bahasa Jepang, bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat selama masa
pendudukan Jepang. Usaha memperkaya perbendaharaan bahasa dilakukan oleh para ahli bahasa
dengan membentuk Komisi Bahasa Indonesia pada tanggal 20 Oktober 1942. Nama kota yang
menggunakan bahasa asing diganti dengan nama yang ada dalam bahasa Indonesia, misalnya
Batavia diganti dengan nama Jakarta.
• Gerakan indonesianisasi justri memicu dintingkatkannya pengajaran Bahasa Jepang. Bahkan
dianjurkan untuk diberikan tunjangan-tunjangan istimewa kepada mereka yang telah
menunjukkan kecakapan menggunakan bahasa Jepang pada tingkat I, II, III, IV dan V (sesuai
dengan pengumuman Gunseikanbu tanggal 27 Juli 1943).

Thursday, February 18, 2010 Dituliskan oleh Syiham Al Ahmadi


1. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A yang memiliki tiga arti, yaitu Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia,
dan Jepang Cahaya Asia. Pada awal gerakan ini dikenalkan kepada masyarakat Indonesia,
terlihat bahwa pemerintah Jepang berjanji bahwa saudara tua nya ini dapat mencium aroma
kemerdekaan.
Pada awal gerakannya, pemerintah militer Jepang bersikap baik terhadap bangsa Indonesia,
tetapi akhirnya sikap baik itu berubah. Apa yang ditetapkan pemerintah Jepang sebenarnya
bukan untuk mencapai kemakmuran dan kemerdekaan Indonesia, melainkan demi kepentingan
pemerintahan Jepang yang pada saat itu sedang menghadapi perang. Tetapi setelah pemerintah
Jepang mengetahui betapa besarnya pengharapan akan sebuah kemerdekaan, maka mulai dibuat
propaganda-propaganda yang terlihat seolah-olah Jepang memihak kepentingan bangsa
Indonesia.
Dalam menjalankan aksinya, Jepang berusaha untuk bekerja sama dengan para pemimpin bangsa
(bersikap kooperatif). Cara ini digunakan agar para pemimpin nasionalis dapat merekrut massa
dengan mudah dan pemerintah Jepang dapat mengawasi kinerja para pemimpin bangsa.
Tetapi gerakan ini tidak bertahan lama. Hal ini dikarenakan kurang mendapat simpati di
kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai penggantinya, pemerintah Jepang menawarkan kerja
sama kepada tokoh-tokoh nasional Indonesia.
Dengan kerja sama ini, pemimpin-pemimpin Indonesia yang ditahan dapat dibebaskan, di
antaranya Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Syahrir, dan lain-lain.

2. Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA)


Tawaran kerja sama yang ditawarkan pemerintahan Jepang pada masa itu, disambut hangat oleh
para pemimpin bangsa. Sebab menurut perkiraan mereka, suatu kerja sama di dalam situasi
perang adalah cara terbaik. Pada masa ini, muncul empat tokoh nasionalis yang dikenal dengan
sebutan Empat Serangkai, mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hattta, K.H. Mas Mansyur,
dan Ki Hajar Dewantara. Empat tokoh nasionalis ini lalu membentuk sebuah gerakan baru yang
dinamakan Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Putera resmi didirikan pada tanggal 16 April 1943.
Gerakan yang didirikan atas dasar prakarsa pemerintah Jepang ini bertujuan untuk membujuk
kaum nasionalis sekuler dan kaum intelektual agar dapat mengerahkan tenaga dan pikirannya
untuk usaha perang negara Jepang.
Gerakan ini ini tidak dibiayai pemerintahan Jepang. Walaupun demikian, pemimpin bangsa ini
mendapat kemudahan untuk menggunakan fasilitas Jepang yang ada di Indonesia, seperti radio
dan koran. Dengan cara ini, para pemimpin angsa dapat berkomunikasi secara leluasa kepada
rakyat. Sebab, pada masa ini radio umum sudah banyak yang masuk ke desa-desa. Pada
akhirnya, gerakan ini ternyata berhasil mempersiapkan mental masyarakat Indonesia untuk
menyambut kemerdekaan pada masa yang akan datang.

3. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa)


Selang beberapa waktu, ternyata pemerintah Jepang mulai menyadari bahwa, gerakan Putera
lebih banyak menguntungkan rakyat Indonesia dan kurang menguntungkan pihaknya. Untuk itu,
Jepang membentuk organisasi baru yang dinamakan Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa).
Tujuan pendirian organisasi ini adalah untuk penghimpunan tenaga rakyat, baik secara lahir
ataupun batin sesuai dengan hokosisyin (semangat kebaktian). Adapun yang termasuk semangat
kebaktian itu di antaranya: mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan
sesuatu dengan bukti.
Organisasi ini dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah. Berarti, organisasi ini
diintegrasikan ke dalam tubuh pemerintah. Organisasi ini mempunyai berbagai macam hokokai
profesi, di antaranya Izi hokokai (Himpunan Kebaktian Dokter), Kyoiku Hokokai (Himpunan
Kebaktian Para Pendidik), Fujinkai (Organisasi Wanita), Keimin Bunka Syidosyo (Pusat
Budaya) dan Hokokai Perusahaan.
Struktur kepemimpinan di dalam Jawa Hokokai ini langsung dipegang oleh Gunseikan,
sedangkan di daerah dipimpin oleh Syucohan (Gubernur atau Residen). Pada masa ini, golongan
nasionalis disisihkan, mereka diberi jabatan baru dalam pemerintahan, akan tetapi, segala
kegiatannya memperoleh pengawasan yang ketat dan segala bentuk komunikasi dengan rakyat
dibatasi.

4. Seinendan
Seinendan adalah organisasi semi militer yang didirikan pada tanggal 29 April 1943. Orang-
orang yang boleh mengikuti organisasi ini adalah pemuda yang berumur 14-22 tahun. Tujuan
didirikannya Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga dan
mempertahankan tanah airnya dengan menggunakan tangan dan kekuatannya sendiri. Tetapi,
maksud terselubung diadakannya pendidikan dan pelatihannya ini adalah guna mempersiapkan
pasukan cadangan untuk kepentingan Jepang di Perang Asia Timur Raya.

5. Keibodan
Organisasi ini didirikan bersamaan dengan didirikannya Seinendan, yaitu pada tanggal 29 April
1943. Anggotanya adalah para pemuda yang berusia 26 45 tahun. Tujuan didirikannya organisasi
ini adalah untuk membantu polisi dalam menjaga lalu lintas dan melakukan pengamanan desa.

6. Fujinkai
Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus 1943. Organisasi ini bertugas untuk mengerahkan tenaga
perempuan turut serta dalam memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib.
Dana wajib dapat berupa perhiasan, bahan makanan, hewan ternak ataupun keperluan-keperluan
lainnya yang digunakan untuk perang.

7. Heiho
Anggota Heiho adalah para prajurit Indonesia yang ditempatkan pada organisasi militer Jepang.
Mereka yang tergabung di dalamnya adalah para pemuda yang berusia 18-25 tahun.

8. MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia)


Golongan nasionalis Islam adalah golongan yang sangat anti Barat, hal itu sesuai dengan apa
yang diinginkan Jepang. Jepang berpikir bahwa golongan ini adalah golongan yang mudah
dirangkul. Untuk itu, sampai dengan bulan Oktober 1943, Jepang masih mentoleransi berdirinya
MIAI. Pada pertemuan antara pemuka agama dan para gunseikan yang diwakili oleh Mayor
Jenderal Ohazaki di Jakarta, diadakanlah acara tukar pikiran. Hasil acara ini dinyatakan bahwa
MIAI adalah organisasi resmi umat Islam. Meskipun telah diterima sebagai organisasi yang
resmi, tetapi MIAI harus tetap mengubah asas dan tujuannya. Begitu pula kegiatannya pun
dibatasi. Setelah pertemuan ini, MIAI hanya diberi tugas untuk menyelenggarakan peringatan
hari-hari besar Islam dan pembentukan Baitul Mal (Badan Amal). Ketika MIAI menjelma
menjadi sebuah organisasi yang besar maka para tokohnya mulai mendapat pengawasan, begitu
pula tokoh MIAI yang ada di desa-desa.
Lama kelamaan Jepang berpikir bahwa MIAI tidak menguntungkan Jepang, sehingga pada bulan
Oktober 1943 MIAI dibubarkan, lalu diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi) dan dipimpin oleh K.H Hasyim Asy’ari, K.H Mas Mansyur, K.H Farid Ma’ruf, K.H.
Hasyim, Karto Sudarmo, K.H Nachrowi, dan Zainul Arifin sejak November 1943.
Jika dilihat lebih saksama, secara politis pendudukan Jepang telah mengubah beberapa hal, di
antaranya sebagai berikut.
a. Berubahnya pola perjuangan para pemimpin Indonesia, yaitu dari perjuangan radikal menuju
perjuangan kooperatif (kerja sama). Hal ini dimanfaatkan oleh para pemimpin Indonesia untuk
membina mental rakyat. Misalnya melalui keterlibatan rakyat dalam Putera dan Jawa Hokokai.
b. Berubahnya struktur birokrasi, yaitu dengan membagi wilayah ke dalam wilayah pemerintah
militer pendudukan. Misalnya, diperkenalkannya sistem tonarigumi (rukun tetangga) di desa-
desa. Lalu beberapa gabungan tonarigumi ini dikelompokkan ke dalam ku (desa atau bagian
kota).
Akibat ini semua, desa menjadi lebih terbuka dan banyak juga dari orang Indonesia yang
menduduki jabatan birokrasi tinggi di pemerintahan, suatu hal yang tidak terjadi pada masa
pemerintahan Belanda.

Anda mungkin juga menyukai