Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATERI KULIAH MANAJEMEN KEUANGAN

“MANAJEMEN PERSEDIAAN”

Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya
cukup besar dalam suatu perusahaan. Pengertian persediaan mencakup pengertian yang
sangat luas, mencakup persediaan yang terdapat dalam perusahaan jasa maupun perusahaan
manufaktur. Ditinjau dari segi neraca, persediaan adalahbarang-barang atau bahkan yang
masih tersisa pada tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan
atau diproses dalam periode normal perusahaan. Sifat dan ujud persediaan sangat bervariasi
tergantung sifat, jenis, dan bidang usaha perusahaan.

JENIS PERSEDIAAN
Jenis persediaan dalam suatu perusahaan akan nampak dalam rekening persediaan
yang digunakan pada akhir periode. Jenis persediaan yang ada dalam perusahaan akan
tergantung dengan jenis perusahaan. Contohnya perusahaan jasa, persediaan yang timbul
seperti persediaan bahan pembantu atau persediaan habis pakai. Untuk perusahaan
manufaktur, jenis persediaannya meliputi persediaan bahan pembantu, persediaan barang
jadi, persediaan barang dalam proses, dan persediaan bahan baku. Untuk perusahaan dagang,
jenis persediaannya mencakup persediaan barang dagangan dan persediaan bahan penolong.
Bagi perusahaan manufaktur, persediaan ini begitu penting karena kesalahan dalam
investasi persediaan ini akan menggangu kelancaran operasi peruasahaan. Apabila persediaan
terlalu kecil maka kegiatan operasi akan mengalami penundaan, atau beroperasi pada
kapasitas rendah. Sebaliknya, apabila persediaan terlalu besar maka akan mengakibatkan
perputaran persediaan yang rendah sehingga profitabilitas perusahaan menurun. Persoalannya
utamanya adalah seberapa besar persediaan yang optimal.
Persediaan bahan baku memberikan fleksibilitas dalam hal pengadaan dan persediaan
barang jadi akan memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk skedul produksi dan
pemasarannya. Persediaan barang jadi yang cukup juga dapat menjamin efektifitas kegiatan
pemasaran, karena apabila persediaan kurang maka bisa jadi perusahaan akan kehilangan
kesempatan untuk merebut pasar.
Dengan persediaan yang cukup perusahaan dapat memenuhi pesanan dengan cepat.
Namun demikian persediaan yang besar itu juga membawa konsekuensi berupa biaya yang
timbul untuk mempertahankan persediaan itu, yang mencakup biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan dan required rate of return atas kelebihan investasi pada persediaan. Selain itu,
bahaya yang mungkin timbul adalah keusangan atas persediaan.

AKUNTANSI PERSEDIAAN
Bagi setiap perusahaan sangat penting untuk menentukan besarnya harga pokok
produksi barang yang dijual dengan tepat. Salah satu komponen harga pokok produksi adalah
persediaan. Terdapat 4 metode untuk menentukan persediaan :
1. Identifikasi secara spesifik
Metode ini mengidentifikasi biaya-biaya yang secara spesifik melekat pada persediaan.
Hanya dimungkinkan jika jenis usahanya relative mudah diidentifikasi secara jelas.
Contohnya agen penjualan mobil, alat – alat berat, real estate, dan produk dengan nilai
tinggi tetapi perputarannya rendah.
2. First-In First-Out ( FIFO )

Mengasumsikan bahwa persediaan yang pertama masuk diganti dengan persediaan yang
baru. Dengan demikian harga pokok produksi ditentukan oleh persediaan lama dan
sebagian oleh persediaan baru. Apabila dalam keadaan inflasi, metode FIFO akan
mengakibatkan harga pokok penjualan cenderung lebih rendah dan akibatnya laba yang
diperoleh akan tampak lebih besar.

3. Last-In Last-Out ( LIFO )

Harga produk produksi ditentukan oleh persediaan yang terakhir masuk, sementara
persediaan akhir terdiri atas persediaan yang masuk lebih awal. Dalam kondisi inflasi
akan mengakibatkan harga pokok penjualan lebih tinggi sehingga labanya pun rendah.
Tetapi dengan metode ini, perusahaan juga diuntungkan, yaitu berupa perlindungan pajak
karena pembebanan harga pokok penjualan yang lebih tinggi sehingga pajak yang harus
dibayar menjadi lebih rendah.

4. Rata-RataTertimbang ( Weighted Average )

Menentukan besarnya persediaan dengan cara mengalikan rata-rata tertimbang dengan


setiap jenis barang.

Untuk memberikan perbandingan penilaian persediaan antara keempat metode tersebut, dapat
diberikan contoh sebagai berikut. Misalkan suatu dealer mobil memiliki persediaan mobil
yang dibuat pada tahun yang sama dan dengan merk yang sama hanya berbeda karoserinya
(harga beli masing-masing dalam jutaan).

A B C D E F

Rp12 Rp14 Rp13 Rp10 Rp15 Rp16

Misalkan dalam satu bulan perusahaan dagang tersebut menjual mobil tipe B, D, dan F. Jika
perusahaan dalam penentuan persediaan menggunakan metode identifikasi spesifik, maka
harga pokok barang yang dijual adalah sebesar Rp 40.000.000,- dan persediaan akhir adalah
senilai Rp 40.000.000,-. Sementara itu, jika perusahaan menggunakan metode FIFO, maka
harga pokok barang yang dijual adalah sebesar Rp 39.000.000,- dan persediaan akhir bernilai
Rp 41.000.000,00. Jika digunakan LIFO, maka harga pokok barang yang dijual adalah
sebesar Rp 41.000.000,- dan persediaan akhir adalah Rp 39.000.000,-. Apabila digunakan
metode rata-rata tertimbang, maka harga pokok barang yang dijual adalah sebesar [3x (Rp
80.000.000/6)] = Rp 45.000.000,- dan persediaan akhir adalah sebesar Rp 35.000.000,-. Dari
keempat metode tersebut, jika penjualan ketiga mobil tersebut memperoleh pendapatan
sebesar Rp 85.000.000,- dan biaya pemasaran sebesar Rp 2.500.000,- maka laba yang
dilaporkan dengan keempat metode juga akan berbeda.

ECONOMICAL ORDER QUANTITY

Terdapat tiga jenis biaya yang berkaitan dengan persediaan yang harus
dipertimbangkan, yaitu: biaya pesan (ordering costs), biaya simpan (carrying costs), dan
biaya kehabisan bahan (stockout costs)

1. Biaya Pesan (Ordering Costs)

Adalah semua biaya yang timbul sebagai akibat pemesanan, yang meliputi biaya sejak
dilakukan pemesanan hingga pemesanan itu sampai di gudang, biaya tersebut seperti
persiapan, penerimaan, pengecekan, penimbnagan dan biaya lainnya hingga persediaan
siap untuk diproses.

2. Biaya Simpan (Carrying Costs)

mencakup semua biaya yang dikeluarkan untuk menyimpan persediaan selama periode
tertentu. Biasanya ditunjukkan dengan persentase atas harga beli persediaan itu.
Komponennya adalah: storage cost yang meliputi sewa gudang, biaya keusangan yakni
penurunan nilai persediaan niai persediaan kerena teknologi, juga penurunan nilai karena
perubahan bentuk fisik persediaan itu sendiri, asuransi kehilangan dan asuransi
kebakaran, pajak, dana yang diinvestasikan pada persediaan.

3. Biaya Kehabisan Bahan (Stockout Costs)

Timbul pada saat perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan karena persediaan yang
tidak cukup. Biaya kehabisan bahan meliputi biaya pesan secara tepat atau khusus dan
biaya produksi karena adanya operasi ekstra biaya. Selain itu juga dapat berupa
kehilangan keuntungan karena langganan memutuskan untuk pindah kepada perusahaan
pesaing. Dalam model klasik, diasumsikan bahwa permintaan akan bahan di masa datang
dapat diketahui dengan relative pasti dan konstan dari waktu ke waktu. Selain itu lead
time juga dapat diketahui dengan pasti. Model klasik seperti EOQ mengabaikan biaya
kehabisan bahan. Sedangkan model probabilistik yang lebih kompleks mengasumsikan
bahwa baik kebutruhan, maupun lead time tidak diketahui secara pasti.

Untuk memberikan gambaran yang jelas berikut data perusahaan manufaktur. Kebutuhan
bahan selama satu periode adalah 20.000 unit. Biaya setiap kali pesan adalah Rp 10.000,-
biaya simpan per unit sebesar Rp 100,- harga per unit bahan Rp 1.000,-

Jika diasumsikan pemakain bahan konstan tiap periode, maka :

rata-rata persediaan :

dimana Q adalah jumlah yang dipesan. Bila biaya simpan setiap unit adalah C maka total
biaya simpan adalah rata-rata unit persediaan dikalikan dengan C atau CQ/2. Bila
kebutuhan setiap periode = S, maka banyaknya pemesanan adalah S/Q. Sehingga apabila
biaya pesan tiap kali pemesanan adalah O, maka total biaya pesan dalam satu periode
adalah SO/Q. Dengan demikian total biaya persediaan adalah :

Total Biaya : +
Dengan melihat persamaan itu, jika perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah
kecil setiap kali pesan maka biaya simpan akan kecil tetapi biaya pemesanan menjadi
besar. Sebaliknya, apabila perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah besar setiap
kali pesan, maka biaya simpan akan besar dan biaya pemesanan akan kecil.

Untuk menentukan jumlah pemesanan yang optimal kita dapat lakukan dengan cara
mencari turunan pertama persamaan di atas.

REORDER POINT DAN PERSEDIAAN BESI


Reorder point perlu dibicarakan sebelum membicarakan persediaan pengaman.
Misalnya kebutuhan akan bahan baku diketahui secara pasti, tetapi untuk melakukan pesanan
diperlukan waktu 8 hari. Dengan kebutuhan sebesar 20.000 unit diperoleh bahwa EOQ
sebesar 2000 unit. Misalkan satu tahun perusahaan beroperasi selama 320 hari maka berarti
selama satu tahun perusahaan harus melakukan pemesanan sebanyak 10 kali pemesanan atau
perusahaan harus memesan setiap 32 hari. Itu berarti bahwa persediaan sebesar 2000 unit
akan habis untuk diproses selama 32 hari. Dengan demikian perusahaan harus melakukan
pemesanan saat persediaan yang ada hanya cukup untuk beroperasi selama waktu menunggu
hingga pesanan yang baru tiba atau lead time, yakni sebesar:
Reorder point = 2000 x 8 = 500 unit
32
Jadi, saat persediaan mencapai 500 unit, akan dilakukan pemesanan kembali.
Apabila pemakaian setiap periode tidak pasti, maka perusahaan perlu
mempertahankan persediaan pengaman atau safety stock agar ketidakpastian atau
keterlambatan datangnya pesanan yang baru dan pemakaian bahan tidak mengganggu operasi
perusahaan. Andaikan perusahaan menentukan safety stock sebesar 200 unit, maka
pemesanan akan dilakukan jika persediaan telah mencapai 700 unit.
Ada kemungkinan besarnya pemakaian setiap periode tidak pasti, aau kemungkinan
lain yakni lead time yang tidak pasti juga. Sebagai contoh semula diperkirakan bahwa lead
time selama 8 hari tetapi kenyataannya pesanan sudah tiba dalam waktu 7 hari dengan
demikian persediaan menjadi jauh lebih besar dari yang seharusnya.

POTONGAN HARGA
Perusahaan seringkali mendapat potongan (quantity discount) apabila melakukan
pembelian dalam jumlah besar. Misalnya pada contoh di atas perusahaan akan mendapatkan
potongan sebesar 5% dari harga jual apabila perusahaan membeli sebesar 4000 unit setiap
kali pembelian. Untuk memutuskan apakah perusahaan sebaiknya memanfaatkan potongan
atau tidak maka perlu dihitung apakah besarnya potongan tersebut masih lebih besar daripada
biaya yang timbul sebagai akibat adanya potongan itu. Perubahan biaya yang akan terjadi
tentunya biaya simpan karena persediaan menjadi lebih besar.

PENENTUAN PERSEDIAAN PENGAMAN


Penentuan besarnya persediaan pengaman dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satu faktor yang sangat penting adalah perkiraan penggunaan di masa yang akan datang.
Apabila pemakaian bahan sangat berfluktuasi dan sulit diramalkan maka sebaiknya
perusahaan mempertahankan persediaan dalam jumlah yang cukup besar. Faktor lain adalah
lead time, apabila lead time sangat sulit untuk diketahui maka persediaan juga sebaiknya
dalam jumlah yang besar. Lead time erat kaitannya dengan biaya produksi, produksi dapat
terganggu dan harus menunda proses selanjutnya karena kehabisan bahan. Masalah
penundaan itu penting karena penundaan ini akan mengakibatkan tingginya biaya produksi
per unit yang pada akhirnya akan menurunkan daya saing produk di pasar.
Konsekuensi adanya persediaan pengaman yang besar adalah timbulnya biaya simpan
yang tinggi. Safety stock yang besar menjadikan biaya simpan menjadi besar, dan kerugian
yang akan timbul karena keusangan persediaan itu sendiri. Dalam industri proses produksi
yang menggunakan teknologi tinggi menuntut adanya just in time inventory control. Cara ini
mensyaratkan bahwa kalau mungkin persediaan itu hanya ada saat diperlukan dan pada waktu
yang tepat saja. Sistem pengendalian ini memerlukan adanya sistem informasi proses
produksi dan persediaan, efisien pengadaan yang tinggi, supplier yang dapat dipercaya, serta
adanya sistem inventory handling yang efisien. Just in time pengendalian perusahaan
merupakan salah satu sistem pengendalian yang ekstrim untuk meminimumkan persediaan.

PENGENDALIAN SISTEM PERSEDIAAN


• Sistem komputerisasi
Dengan komputerisasi dimungkinkan pencatatan persediaan, pengurangan dan
pengolahan data persediaan.
• Sistem just in time
Pada prisipnya metode ini hanya mensinkronkan bagian produksi dengan bagian
pengiriman. Di Indonesis sistem just in time masih mengalami kendala karena angkutan
yang masih belum memadai, selain itu jaminan ketepatan baik kuantitas maupun kualitas
input masih sangat memprihatinkan.
• Out sourcing atau membeli dari pihak luar.
Alternative membeli dari luar dan dikombinasikan dengan just in time method akan
mampu menekan persediaan pada tingkat yang sangat rendah dan dengan demikian akan
meningkatkan efisiensi dan profitabilitas perusahaan.
• System pengendalian ABC
Metode economical order quantity menenukan jumlah pesanan yang optimal. Tetapi
metode ini mengasumsikan bahwa pemakaian persediaan relative konstan.

Referensi :
Sartono, Agus. 1998. Manajemen Keuangan Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE.

Anda mungkin juga menyukai