Anda di halaman 1dari 2

Hak, Kewajiban, dan Tanggung Jawab Terhadap Amuk Massa

Oleh Aulia Adila, 1006764132

Dewasa ini, amuk massa marak terjadi di masyarakat kita. Contohnya dapat kita lihat
bagaimana proses Pilkada di Mojokerto Timur dan Tolitoli di Sulteng berlangsung ricuh
dan terjadi aksi pembakaran fasilitas perkantoran, kendaraan dan fasilitas umum,
sehingga menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Amuk massa juga terjadi saat
bencana melanda tanah air kita. Bencana sosial budaya seperti bentrok berdarah di
Tarakan dan Ampera serta amuk massa di Ciampea dan daerah lainnya semakin
memprihatinkan posisi kita sebagai bangsa yang ramah, lembut, dan sopan.

Sebagai seorang individu kita mempunyai hak untuk berpendapat sebagaimana diatur
dalam UUD 1945 pasal 28. Kita bebas mengaspirasikan pikiran kita baik dalam bentuk
omongan maupun tulisan. Dalam bentuk tulisan kita pun diatur oleh sebuah kode etik
jurnalistik. Dimana kita dapat menyinggung suatu hak, namun tidak diperbolehkan untuk
mencemari nama baik seseorang. Orasi yang sering dilakukan masyarakat untuk
menyindir tindakan anggota DPR pun tidak boleh merugikan orang lain dengan bertindak
brutal yang kemudian merusak properti umum. Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2005 mengenai jaminan hak-hak sipil dan politik, dimana poin-poin hak yang harus
dilindungi oleh Negara mengenai hak berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan
dipilih, hak sama dihadapan hukum dan pemerintahan, hak mendapatkan keadilan, dan
lain-lain. Meskipun dalam praktik kongkretnya masih banyak hak yang dilanggar oleh
pihak negara atau pemerintah. Dalam perspektif HAM adalah hak negatif negara dalam
melindunginya setiap aktivitas hak-hak sipil politik warga negara, bukan sebaliknya
memasung hak tersebut. Hak-hak sipil tersebut seharusnya dapat dikendalikan
dinamikanya oleh pemerintah sehingga tidak ada yang menyimpang.

Amuk massa sering terjadi karena aksi provokasi dari suatu pihak yang kadang
merupakan ketidakpuasan akan suatu keputusan yang telah dibuat. Meskipun ada juga
amuk massa yang memang sudah direncanakan. Ada hak ada juga kewajiban. Sebagai
warga negara kita juga berkewajiban untuk menjaga keamanan dan ketertiban di
kehidupan bermasyarakat. Amuk massa yang terjadi sering berujung kerugian di pihak
yang tidak bersalah, seperti pejalan kaki terluka dan kemacetan. Norma yang berlaku di
masyarakat dibuat guna mengatur manusia dari sifat liarnya. Bukan hanya tindak para
petinggi negara, namun juga tindak kita, para masyarakat, yang menentukan pandangan
negara lain terhadap Indonesia.

Seperti yang tersebut sebelumnya, tindak amuk massa hanya memudarkan citra kita
sebagai bangsa yang ramah tamah serta secara tidak langsung meledek tindak hukum
yang terjadi di Indonesia. Pemerintah bertanggung jawab dalam penegakan hak
berpendapat. Para wakil rakyat pun diharapkan mendengar aspirasi dan pendapat rakyat
sehingga tidak memicu emosi rakyat. Rakyat pun seharusnya tidak hanya menuntut,
tetapi juga ikut memikirkan solusi bagaimana seharusnya. Kita sebagai sesama bangsa
Indonesia pun seharusnya bersikap saling mengayomi, bukan saling merusak.
Membangun Indonesia menjadi lebih baik, bukan merusak.

Anda mungkin juga menyukai