Anda di halaman 1dari 1

KHOTBAH 100

Tentang Pasang Surut Waktu

Ia (Allah) adalah Yang Awal sebelum setiap yang pertama, dan Yang Akhir setelah
semua terakhir. Keawalan-Nya memestikan bahwa tidak ada awal (lain) sebelum Dia,
dan keakhiran-Nya memestikan bahwa tidak ada akhir lain sesudah Dia. Saya bersaksi
tiada tuhan selain Allah, secara terbuka maupun rahasia, dengan hati maupun dengan
lidah.

Wahai manusia, janganlah melakukan kejahatan melawan saya, terbujuk untuk


membangkangi saya, dan janganlah berkerlingan mata di antara sesama Anda ketika
Anda mendengar saya. Demi Allah Yang menumbuhkan benih dan meniupkan angin, apa
saja yang saya sampaikan kepada Anda adalah dari Nabi. Tidaklah si penyampai
(risalah Ilahi, yakni Nabi) berdusta, tidak pula si pendengarnya salah paham.

Nah, seakan-akan saya melihat seorang tersesat[1] yang sedang berteriak-teriak di


Suriah dan telah menaruh panjinya di pinggiran Kufah. Ketika mulutnya akan terbuka
penuh, pembangkangannya menjadi keras dan langkah-langkahnya di bumi akan menjadi
berat (dan lalim) lalu kekacauan (yang tercipta karenanya) akan mengiris rakyat
dengan gigi-giginya, dan peperangan akan terjadi dengan (segala) gelombangnya,
siang akan menjadi keras dan malam penuh susah payah. Maka ketika tanaman tumbuh
dan berdiri pada batang, uapnya muncul dan petirnya bersinar, panji-panji para
pemberontak yang menyesatkan akan membakar dan menjangkau seperti malam yang
menggelap dan laut yang bergelombang. Ini dan berapa banyak badai lainnya akan
merobek Kufah dan badai akan menyapunya, dan segera kepala-kepala akan bertumbuk
dengan kepala, tanaman yang berdiri akan dituai dan tuaian akan dihancurkan. �

[1] Sebagian orang menganggapnya Mu'awiah, yang lain menganggapnya 'Abdul Malik
ibn Marwan.

Anda mungkin juga menyukai