1971-2009
Indonesia sampai tahun 1996 masih sangat tinggi, yaitu sebesar 17,5% atau 34,5.
Hal ini sangat kontras sekali dengan cita-cita bangsa yang termuat dalam
menjadi negara yang adil dan makmur. Dengan banyaknya angka kemiskinan di
tersebut.
pembangunan tidak lagi terfokus hanya kepada daerah perkotaan saja. Dengan
kesejahteraan penduduk pun akan lebih merata. Terdapat dua kata kunci dalam
1
dengan prioritas dan potensi daerah masing-masing dan kedua, adanya
cara telah dilakukan, seperti pengembangan industri di desa-desa baik itu industi
industri kecil. Dengan adanya industri kecil, maka masyarakat akan terserap di
dalamnya sebagai tenaga kerja, sehingga angka kemiskinan dapat ditekan. Demi
terus meningkat setiap tahunnya. Salah satu kebijakan pemerintah tersebut dengan
tentang usaha kecil. Dengan peraturan itu, maka pemerintah berupaya untuk
meningkat jumlahnya menjadi usaha yang tangguh, mandiri dan unggul serta
mempunyai daya saing yang tinggi baik dalam negeri maupun luar negeri.
Peraturan ini berlaku untuk semua industri yang terdapat di Indonesia, termasuk di
Dewasa ini telah terjadi perubahan orientasi industri, dimana tidak hanya
fokus di daerah perkotaan tetapi juga mulai melihat potensi desa untuk mendirikan
61 pabrik rokok kretek yang tersebar di enam kecamatan dan sembilan desa di
Memang jika dilihat secara geografis, kondisi alam di Kabupaten Cirebon sendiri
dinilai sangat startegis sebagai daerah indstri rokok. Letaknya yang berbatasan
maka sebagian besar mata pencaharian warganya adalah sebagai petani dan buruh
tani dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Dilihat dari penghasilan para
petani dan buruh tani, setidaknya penghasilan tersebut belum dapat memenuhi
panen pada umumnya rata-rata hanya dapat dilaksanakan dua kali dalam setahun.
Oleh karena itu, kehadiran industri rokok diharapkan dapat memberikan tambahan
petani dan buruh tani harus ditunjang dengan usaha lainnya. Mengingat jika
mereka hanya mengandalkan sektor pertanian saja yang panen dua kali dalam
3
masalah tersebut, mereka akhirnya memilih pekerjaan tambahan sebagai tenaga
industri rokok, jumlah ini lebih besar dibandingkan dengan desa lainnya yang
(Pabrik Rokok) Subur bisa disebut sebagai awal dari berkembangnya pabrik
rokok. PR Subur ini adalah industri rokok dengan jenis kretek. Mulai merintis
usaha pada tahun 1960, awalnya memproduksi “rokok putih” atau rokok yang
tidak memiliki merk dagang. Hingga pada awal tahun 1971 pemerintah Kabupaten
Cirebon mulai melihat potensi dari perusahaan ini hingga akhirnya pada tahun ini
juga diberikan izin pendirian industri rokok dengan nama PR Subur. Produk dari
Diperlukan suatu keahlian khusus agar mutu dari produk yang dihasilkan akan
terjamin. Maka untuk itu dipilihlah para wanita yang dinilai tekun dan rapih dalam
setiap perusahaan rokok banyak sekali pekerja wanita. Pekerja laki-laki memang
ada, tetapi mereka hanya ditugaskan sebagai pengangkut tembakau, atau yang
Setiap industri pasti mengalami pasang surut. Begitu pula dengan PR Subur.
Pada tahun 1971 dan 1998-2003 industri ini mengalami perkembangan yang
pesat. Sedangkan dari akhir tahun 1971 sampai awal 1998 industri ini pernah
merasakan “gulung tikar” akibat kebijakan kenaikan harga cukai yang relatif
cukup tinggi. Dengan naiknya harga cukai pengusaha rokok Subur tidak mampu
untuk membeli cengkeh, karena keuntungan yang mereka peroleh tak sebanding
dengan harga cukai pada masa itu. Di tahun 1998 PR Subur melihat adanya suatu
dari masalah tersebut adalah naiknya harga-harga barang dan penurunan daya beli
akan tetapi kebutuhan untuk merokok bagi beberapa masyarakat harus terpenuhi.
Rp. 500 /bungkus. Dengan harga tersebut, minat masyarakat untuk membeli rokok
Pada tahun 2003, produk dari PR Subur ini telah mampu menjangkau pasar
dilakukan pada awalnya dengan tidak sengaja. Ketika ada warga Desa
tersebut sangat bagus. Hingga akhirnya permintaan akan rokok dari PR Subur itu
PR Subur. Masalah itu berasal dai persaingan dengan perusahaan rokok kecil
5
sendiri, perusahaan rokok besar, serta kebijakan pemerintah. Persaingan dengan
pabrik rokok lain dinilai relatif kecil yaitu, hanya masalah persaingan harga jual
tersebut, para pengusaha rokok yang ada di Desa Astanalanggar telah melakukan
perusahaan rokok Subur. Berdasarkan hasil penelitian awal, masalah yang sering
dihadapi oleh PR Subur serta pabrik rokok lainnya adalah pengawasan yang
sangat ketat dari Dirjen Bea dan Cukai terhadap pabrik rokok kecil. Jika industri
rokok kecil sangat diawasi sekali dalam hal pembuangan limbah rokok sehingga
limbah tersebut tidak bisa dipergunakan kembali dengan alasan tidak baik untuk
Limbah yang ada di perusahaan rokok besar justru dipergunakan kembali untuk
pembuatan rokok dengan merk berbeda dan dijual di pasaran. Masalah lainnya
yang terjadi adalah perbedaan kualitas antara rokok yang dihasilkan oleh pabrik
rokok kecil dengan perusahaan rokok besar yang berujung kepada minat beli
membuat bungkus dari rokok yang merk produksi hampir sama seperti kemasan
beberapa peraturan pemerintah yang dirasakan oleh para pengusaha rokok kecil
Tata Cara Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau, serta Surat Edaran Direktur
peraturan itu adalah agar sistem tarif cukai hasil tembakau menjadi sederhana,
termasuk juga PR Subur. Hal ini dikarenakan dalam kebijakan tersebut dinyatakan
kenaikan PPN untuk industri rokok kecil sebesar 8,4% /batang bandingkan
dengan kenaikan PPN pabrik rokok besar yang hanya 1,5% /batang. Hal tersebut
sungguh memberatkan bagi para industri rokok kecil seperti PR Subur. Dengan
keuntungan sebesar Rp. 5000/ 200 bungkus dianggap tak sebanding dengan pajak
yang harus mereka keluarkan. Belum lagi dengan peraturan tersebut, semua
7
industri rokok kecil harus mengurangi jumlah produknya. Akan tetapi para
pengusaha rokok kecil terutama PR Subur berusaha agar industri ini tetap berjalan
seluruh pekerja wanita yang terdapat di desa tersebut. Dengan demikian, maka
perbaikan jalan desa, renovasi mushala, serta pendirian sekolah. Limbah dari sisa
tembakau yang digunakan untuk rokok pun dapat dimanfaatkan bagi pertanian
warga sebagai pencegahan terhadap hama sebelum padi ditanam. Bahkan dari
limbah rokok tersebut, pada akhir tahun 2009 Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon
mengusulkan adanya pembuatan pupuk dari bahan limbah rokok. Namun sayang
Pemerintah Daerah Cirebon sendiri sudah berupaya agar pabrik rokok kecil
bantuan berupa alat-alat produksi. Namun, upaya dinilai tidak cukup membantu.
Karena masalah utama dari pabrik rokok tersebut adalah peraturan pemerintah
Subur seta persaingan dari industri rokok besar? Alasan mengambil tentang
Losari Kabupaten Cirebon sebagai pusat kajian dikarenakan daerah ini merupakan
industri ini menjadi salah satu mata pencaharian tambahan yang juga dapat
disejajarkan dengan mata pencaharian utama merka yaitu bertani. Selain itu juga,
alternatif terbaik bagi pengusaha rokok kecil agar tetap bertahan sehingga
didasarkan tahun 1971 sebagai tahun awal berdirinya secara resmi industri rokok
PR Subur setelah dari tahun 1960 perusahaan ini menjadi peusahaan yang belum
mendapat izin dari PEMDA Cirebon. Tahun 2009 dijadikan sebagai akhir kajian
karena pada tahun itu perkembangan industri rokok kecil mengalami masa yang
9
sulit pasca dikeluarkannya peraturan pemerintah yang dinilai cukup menghambat
tersebut, membuat para pengusaha PR Subur harus memutar otak agar usahanya
tetap berjalan.
satu permasalahan utama yang akan dikaji yaitu “bagaimana PR Subur ini mampu
produksi rokok serta persaingan dari industri rokok besar?” Agar permasalahan
yang akan dikaji lebih jelas dan fokus, penulis akan memberikan batasan
kajian?
pun aspek yang akan diteliti meliputi kondisi sosial, ekonomi, serta tingkat
Cirebon.
Cirebon selama kurun waktu kajian melalui berbagai faktor untuk melihat
peningkatan dan penurunan industri ini baik dari segi faktor modal, tenaga
11
kecil dan persaingan usaha dari perusahaan rokok besar.
sebagainya.
yang meliputi perhatian PEMDA Cirebon terhadap industri rokok kecil yang
desa tersebut.
kelangsungan hidupnya.
Kajian Pustaka
Peter Hagul (1992: 15) dalam bukunya yang berjudul Pembangunan Desa dan
akibat dari penguasaan tersebut. Surjadi (1983: 21) dalam bukunya yang berjudul
13
dikenal juga sebagai Pembangunan Masyarakat. Pembangunan ini dipandang
tanpa bantuan dari luar dalam jenis apa pun. Akan tetapi dewasa ini kebanyakan
sekelilingnya.
dengan lancar. Namun hal tersebut terlepas dari masalah-masalah yang terjadi
dalam penerapannya. Ada pun masalah yang terjadi diantaranya sasaran yang
dituju hanya kelompok yang sama atau orang yang itu-itu saja. Dengan kata lain,
berbagai layanan itu hanya dapat dirasakan oleh sekelompok kecil orang desa saja
Kewirausahaan menurut Gambhir (Sunendar, 2007: 10) adalah one who owns,
organizes, manages and assumes the risk of business or enterprise. Dari definisi
tersebut, terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu kepemilikan (ownership)
dan resiko (risk). Maksudnya, setiap orang yang ingin menjadi wirausahawan
harus memiliki kepemilikan dan siap menanggung resiko apa pun nanti.
atau contoh yang patut ditiru karena ia memiliki semangat, tekad, dan kreativitas.
Lebih dari itu, mereka seringkali dianggap sebagai “pahlawan ekonomi” yang
pekerjaan baru. Terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan dalam usaha
tradisional. Pertama, usaha tradisional dapat dipenuhi oleh satu keterampilan saja,
baru untuk bertahan dan memperluas jangkauan usahanya khususnya untuk factor
Kepemimpinan
15
Pencarian peluang
Bermotivasi tinggi
tersebut dalam jiwa pengusaha rokok Subur. Mereka memiliki komitmen yang
produksi dan distribusi dari rokok itu. Pengusaha rokok Subur pintar melihat
merokok relatif tinggi maka pada tahun 1998 pengusaha rokok ini memulai
kembali produksi rokoknya setelah dari akhir tahun 1971 mereka “gulung tikar”.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini tadalah metode historis.
Metode historis adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman
pula oleh Ismaun (2005: 35) bahwa metode ilmiah sejarah adalah proses untuk
lampau dengan menganalisis secara kritis bukti-bukti dan data-data yang ada
dengan skripsi ini. Dalam tahap ini, penulis melakukan pencarian sumber-
Kritik Sumber, merupakan langkah selanjutnya dari metode ilmiah sejarah yang
terbagi kedalam dua, yaitu Kritik Eksternal dan Kritik Internal. Kritik
ekstern dipersoalkan bahan dan bentuk sumber, umur, dan asal dokumen,
kapan dibuat, dibuat oleh siapa, instansi apa, atau atas nama siapa. Dalam
buku dengan penulis buku lainnya dengan maksud agar fakta-fakta sejarah
yang diperoleh lebih valid untuk mendukung pembahasan yang akan dikaji.
17
Interpretasi adalah proses pemberian penafsiran atas fakta-fakta sejarah yang telah
dikritisi melalui kritik sumber. Dalam hal ini, proses ini dilakukan untuk
peristiwa yang dikaji. Dalam tahap ini, penulis memberikan penafsiran pada
penulisan skripsi ini. Dimana dalam historiografi ini, fakta-fakta yang telah
sejarah yang utuh sehingga terbentuklah suatu skripsi. Dalam proses ini,
dominan, yang ditunjang oleh ilmu-ilmu sosial lainnya. Dalam hal ini, penulis
mengambil satu disiplin ilmu yaitu ilmu sosial yang berupa ilmu ekonomi,
Studi Kepustakaan, yaitu mencari sumber baik berupa buku, artikel dan dokumen
Studi Dokumenter, yaitu suatu cara dalam pengumpulan data melalui media visual
Sistematika Penulisan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
tujuan dan manfaat penelitian, metode dan teknik penulisan serta sistematika
penulisan.
yang juga disertai dengan analisis yang dapat mempermudah dalam pemecahan
19
masalah tersebut.
(1971-2009)
Bab ini merupakan bagian utama dari skripsi yang berisi tentang kajian-
kajian seperti yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah. Ada pun rumusan
BAB V KESIMPULAN
Merupakan bagian terakhir dari skripsi yang berisi pernyataan dan saran
yang terangkum dari hasil analisis semua fakta yang berhubungan dengan
permasalahan yang dikaji dari penulis yang diutarakan secara ringkas dan jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, S. et al. (2008). Satu Dekade Pasca Krisis Indonesia: Badai Pasti
Berlalu. Yogyakarta: Kanisius.
21
Collier, W. L. et al. (1996). Pendekatan Baru Dalam Pembangunan Pedesaan di
Jawa: Kajian Pedesaan Selama Dua Puluh Lima Tahun. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Sukirno, S. (2006). Ekonomi Mikro: Teori Pengantar (Edisi Ketiga). Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Sumber Dokomen
Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Cirebon. (2009). Laporan Akhir
Penyusunan SON Produksi Bersih Bagi Pabrik Rokok Kecil di Kabupaten
Cirebon Tahun Anggaran 2009. Cirebon: Badan Lingkungan Hidup
Pemerintah Kabupaten Cirebon.
Dirjen Bea dan Cukai. (2009). Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai no P-
43/BC/2009 tentang Tata Cara Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau.
Jakarta: Departemen Keuangan.
Dirjen Bea dan Cukai. (2009). Surat Edaran Direktur Jenderal Bea dan Cukai no
SE-27/BC/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Tata Cara Penetapan Tarif
Cukai Hasil Tembaka. Jakarta: Departemen Keuangan.
23
Departemen Sosial RI. (2005). Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang
Sistem Kesejahteraan Sosial Nasional [Online]. Tersedia:
http://kfm.depsos.go.id/mod.php?mod=userpage&page_id=3. [10 Maret
2010].
Wawancara
Deni Yulianto, Desa Astanalanggar Kecamatan Losari Kabupaten Cirebon,
pengawas produksi PR Subur (27 Februari 2010).
LAMPIRAN-LAMPIRAN
25
Losari Kab. Cirebon
19 PR Makmur Desa Astanalanggar Kec. Walidun
Losari Kab. Cirebon
20 PR Jaya Mandiri Desa Astanalanggar Kec. Deni Yulianto
Losari Kab. Cirebon
21 PR Mekar Jaya Desa Astanalanggar Kec. Mirno
Losari Kab. Cirebon
22 PR Persterdapatr Desa Astanalanggar Kec. Yana
Losari Kab. Cirebon Firginawan
23 PR Amanat Desa Astanalanggar Kec.
Losari Kab. Cirebon
24 PR Aji Satha Desa Astanalanggar Kec. Akhmad
Losari Kab. Cirebon Khaerudin
25 PR Silva Jaya Desa Astanalanggar Kec. JUndiyah
Losari Kab. Cirebon
26 PR Bumi Jaya Desa Astanalanggar Kec. Suhardi Bin
Losari Kab. Cirebon Rambiyad
27 PR Gurun Pijak Desa Astanalanggar Kec. Warid Bin
Losari Kab. Cirebon Awarah
28 PR Puing Morgana Desa Astanalanggar Kec. Saudi Bin
Losari Kab. Cirebon Raswin
29 PR Bima Sakti Putra Desa Barisan Kec. Losari Carudin
Kab. Cirebon
30 PR Tri In One Desa Barisan Kec. Losari Waryad
Kab. Cirebon
31 PR Triplex Desa Barisan Kec. Losari Satori
Kab. Cirebon Ardiyanto
32 PR Bata Merah Desa Barisan Kec. Losari
Kab. Cirebon
33 PR Putra Kasur Desa Barisan Kec. Losari Makmuri Bin
Kab. Cirebon Maskud
34 PR Chandramawa Desa Barisan Kec. Losari Dulkarom Bin
Kab. Cirebon Raswin
35 PR Billi Putra Desa Barisan Kec. Losari Narjo
Kab. Cirebon
36 PR Pandawa Putra Desa Barisan Kec. Losari Madrais
Kab. Cirebon
37 PR Darma Luhur Desa Barisan Kec. Losari Baedi’
BD. Kab. Cirebon
38 PR Darma Luhur Desa Barisan Kec. Losari Watmo
TM. Kab. Cirebon
39 PR Darma Luhur Desa Barisan Kec. Losari Wahidin
TM. Kab. Cirebon
40 PR Darma LUhur Desa Barisan Kec. Losari Sawidin
SK Kab. Cirebon
41 PR Alisa Widya Desa Barisan Kec. Losari Yunaenah
Kab. Cirebon
42 PR Hikmah Putra Desa Barisan Kec. Losari Rudi
Kab. Cirebon
43 PR Saudara Desa Barisan Kec. Losari Haeriyanto
Kab. Cirebon
44 PR Safutri Jaya Desa Barisan Kec. Losari Khotimah
Kab. Cirebon
45 PR Rokin Desa Barisan Kec. Losari Sriyanah
Kab. Cirebon
46 PR Darma Luhur Desa Barisan Kec. Losari Rokimah Bt
RK Kab. Cirebon Kterdapats
47 PR Samiaji Desa Barisan Kec. Losari Sunaningsih
Kab. Cirebon
48 PR Joe Jaya Putra Desa Barisan Kec. Losari Juana Bin Salt
Kab. Cirebon
49 PR Eka Putra Maju Desa Losari Lor Kec. Losari Siti Khomisoh
Bersama Kab. Cirebon
50 PR Tiga Bersaudara Desa Losari Kidul Kec. Nukidin
Losari Kab. Cirebon
51 PR Mitra Mandir Desa Losari Kidul Kec. Subali Bakti
Losari kab. Cirebon
52 PR Berkah Jaya Desa Pasuruan Kec. Jhaiyah BT.
Pabedilan Kab. Cirebon Talib
53 PR Putra Manunggal Desa Pasuruan Kec. Edi Susendi Bin
Jaya Pabedilan Kab. Cirebon Wardi
54 PR Putra Eddyti Desa Pasuruan Kec. Suminah Binti
27
Pabedilan Kab. Cirebon Abdul Talib
55 PR Cakra Desa Pasuruan Kec.
Pabedilan Kab. Cirebon
56 PR Hany Jayatama Desa Pasuruan Kec. Sopandi
SR Pabedilan Kab. Cirebon
57 PR Trubus Uni Jaya Desa Pasuruan Kec. Tabrani
Pabedilan Kab. Cirebon
58 PR Osman Sutjinto Desa Jungjang Kec. Osman Sutjinto
Arjawinangun Kab. Cirebon
59 PT. Hanjaya Desa Kasugengan Lor Kec. Gulang Putu
Mandala Sampoerna Depok Kab. Cirebon Jayaputra
60 CV. Trio Djamlang Desa Megu Gede Kec. Muzaed
Weru Kab. Cirebon
61 PR Dua Merpati Desa Tangkil Kec. Susukan Ahmad Zaeni
Kab. Cirebon
Sumber: Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cirebon Tahun 2009.
Alat penyaring
cengkeh. Hasil
Bantuan dari
PEMDA Cirebon.
29