Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tugas seorang pendidik tidak hanya memberikan materi dan melakukan proses
pembelajaran, melainkan juga dituntut untuk memberikan penilaian yang objektif terhadap
peserta didiknya. Pendidik juga dituntut untuk melakukan evaluasi pembelajaran, sehingga
dapat memberikan penilaian yang bermutu terhadap peserta didik maupun dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran yang dilakukan.

Sistem penilaian di perguruan tinggi adalah hal yang penting bagi perguruan tinggi.
Akreditasi, sertifikasi dan transkrip lulusan tergantung kepada system penilaian yang
berlaku pada saat penilaian dilakukan. Dengan demikian pengetahuan tentang penilaian
atau evaluasi pembelajaran merupakan hal mutlak yang harus dimiliki dan difahami oleh
para calon pendidik. Evaluasi pembelajaran memberikan masukan dua arah terhadap
perkuliahan yang terjadi. Pertama; bagi peserta didik mengetahui apa yang telah dia capai
dan dapat memberikan arah untuk perkuliahan selanjutnya. Kedua untuk pendidik;
memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga dapat
memperbaiki proses pembelajaran pada waktu yang akan datang.

B. Deskripsi Singkat

Mata diklat ini membahas pengertian, tujuan dan model-model evaluasi pembelajaran,
teknik penilaian yang berupa tes dan non tes, serta factor-faktor yang perlu diperhatikan
didalam melakukan penilaian.

C. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah mengikuti mata ajar ini peserta diklat diharapkan mampu:

1. Melaksanakan evaluasi pembelajaran berdasarkan norma-norma yang benar.


2. Menyusun perangkat penilaian yang berupa tes maupun non tes.

1
D. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah mengikuti mata ajar ini peserta diklat diharapkan mampu:

1. Menjelaskan pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi.


2. Menyebutkan model-model Evaluasi pembelajaran.

3. Menjelaskan teknik penyusunan perangkat penilaian yang berupa tes maupun


non tes

4. Menjelaskan proses transformasi nilai

E. Metode Pembelajaran

1. Ceramah

2. Curah Pendapat

3. Diskusi

4. Praktek/ Latihan

F. Pokok Bahasan

1. Pengertian, fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran


2. Model dan system penilaian

3. Transformasi nilai

2
BAB II

PENGERTIAN, FUNGSI DAN TUJUAN EVALUASI PEMBELAJARAN

A. Pengertian Evaluasi pembelajaran

Dalam evaluasi pembelajaran ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu pengukuran
(measurement), penilaian (assessment) dan evaluasi (evaluation) itu sendiri.

Pengukuran merupakan suatu prosedur pemberian angka (kuantifkasi) terhadap atribut


atau variable sepanjang suatu kontinum (Saifudin, 1999). Tindakan pengukuran
dibutuhkan untuk mendeskripsikan suatu atribut. Contoh untuk menjelaskan luas suatu
meja perlu diukur atribut yang melekat pada meja tersebut. Atribut yang ada adalah
panjang dan lebar, sehingga didapat kontinum luas yang merupakan perkalian dari atribut
panjang dan lebar. Misal p = 1 m dan l = 0,5 m, sehingga didapat kontinum luas 0,5 m 2.

Secara operasional pengukuran adalah proses membandingkan atribut (dimensi) yang


akan diukur dengan alat ukurnya. Dalam proses pembelajaran alat ukur yang dipakai
adalah seperangkat alat pengukuran yang berupa tes atau pun non tes. Hasil pengukuran
bersifat kuantitatif (berwujud angka) dan merupakan deskripsi dari sesuatu yang diukur
tanpa interpretasi lebih lanjut.

Adapun proses pengumpulan informasi terhadap pencapaian tujuan yang telah ditentukan
kriterianya dengan menggunakan serangkaian kegiatan pengukuran (perangkat penilaian/
instrument tes) disebut dengan penilaian.

Evaluasi merupakan interpretasi yang diberikan terhadap hasil pengukuran setelah data
yang terkumpul dianggap layak dan memenuhi syarat berdasarkan kaidah atau norma
yang telah ditentukan sebelumnya. Contoh setelah ada pengukuran terhadap beberapa
meja, bisa dikatakan bahwa meja yang satu lebih luas dari yang lain. Jadi dapat dikatakan
bahwa hasil pengukuran dapat bersifat evaluatif setelah dibandingkan dengan suatu
kriteria atau norma. Contoh lain, seseorang bisa dikatakan mendapat nilai A, B atau C
3
setelah nilai yang diperoleh dibandingkan dengan skala yang dipakai. Dari data tersebut
diberikan interpretasi amat baik atau baik dan seterusnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan evaluasi, penilaian dan pengukuran
tidak dapat dipisahkan, merupakan suatu rangkaian yang saling melekat dan berkaitan.

Untuk selanjutnya evaluasi pembelajaran sering disebut dengan penilaian hasil belajar,
walaupun dalam kenyataannya hal tersebut tidak begitu tepat karena evaluasi
pembelajaran tidak hanya berkaitan dengan hasil belajar tetapi juga proses pembelajaran.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran adalah proses
pemberian nilai terhadap hasil belajar dan proses pembelajaran yang telah ditempuh oleh
peserta didik.

Proses penilaian meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Benyamin Bloom merinci
ranah-ranah tersebut kedalam beberapa aspek penting berikut:

a. Ranah kognitif yang berupa pengetahuan atau ingatan (kognitif tingkat rendah),
pemahaman, aplikasi, sintesa dan evaluasi (kognitif tingkat tinggi).
b. Ranah afektif yang berkenaan dengan sikap, meliputi aspek penerimaan, jawaban
atau reaksi, penilaian dan internalisasi.

c. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan


bertindak. Ranah ini meliputi aspek gerakan reflek, gerakan dasar, kemampuan
perceptual. Harmonisasi atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks dan
gerakan ekspresif dan interpretative.

B. Fungsi Penilaian/ Evaluasi Pembelajaran

Sejalan dengan uraian di atas, maka fungsi dari evaluasi pembelajaran adalah sebagai
berikut:

1. Instrumen untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran.


2. Umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran dan masukan kepada peserta
didik.

4
3. Dasar untuk pelaporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

C. Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang


menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik dalam
pelaksanaan proses pembelajarannya. Di samping itu, evaluasi juga dapat diperuntukkan
bagi pendidik dan supervisor untuk mengukur sampai dimana efektivitas pengalaman-
pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan mengajar, dan metode mengajar yang
dipergunakan.

Secara lebih rinci tujuan evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan kecakapan atau pencapaian yang telah dilalui peserta didik.
2. Penghargaan terhadap apa yang telah dicapai peserta didik, sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar

3. Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran.

4. Untuk mengukur tujuan pembelajaran secara valid dan reliable.

5. Untuk menggambarkan dan menjaga standard akademis.

5
BAB III

EVALUASI PEMBELAJARAN
DAN SISTEM PENILAIAN

A. Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran

Berdasarkan fungsinya evaluasi pembelajaran terbagi atas evaluasi formatif atau


substansial, sumatif, diagnostic dan managerial.

Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir suatu pokok

bahasan. Evaluasi ini digunakan untuk memperoleh umpan balik secara terus menerus

baik bagi individu siswa maupun bagi pendidik mengenai keberhasilan dan kegagalan

proses pembelajaran. Evaluasi ini bertujuan untuk mendorong adanya perbaikan dari

subjek dan objek yang dievaluasi.

Evaluasi sumatif, adalah evaluasi yang dirancang untuk menentukan keluasan tujuan

pengajaran yang telah dicapai oleh individu sesuai dengan target yang telah

ditetapkan. Evaluasi ini dilakukan pada akhir unit pembelajaran, yaitu per catur wulan

atau per semester. Tujuan utama dari evaluasi ini adalah untuk menentukan tingkat

atau untuk menggambarkan tentang perolehan individu. Selain itu, evaluasi ini juga

memberikan informasi dalam mempertimbangkan kesesuaian tujuan dan efektiviatas

proses pembelajaran.

Evaluasi Diagnostik, adalah evaluasi yang berdasarkan kepada hasil evaluasi formatif.

Tujuan utama dari evaluasi ini untuk menentukan sebab-sebab terjadinya kesulitan

didalam pembelajaran dan menyusun suatu rencana kegiatan remedial,.

6
Evaluasi managerial merupakan evaluasi yang menuntut adanya perubahan perlakuan

pelaksanaan proses pembelajaran baik dari strategi, metode, pendekatan dan semua

aspek yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Dari evaluasi ini diharapkan proses

pembelajaran dapat lebih efektif, efisien dan sesuai dengan standar akademis yang

ditetapkan oleh lembaga.

B. Alat Evaluasi

Alat evaluasi dalam pembelajaran terdiri dari tes dan non tes. Dimana tes merupakan

seperangkat butir soal yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari peserta didik.

Perangkat tes ini dinamai sesuai dengan jawaban dan pelaksanaannya yaitu berupa

tulisan, lisan ataupun tindakan.

Tes tulisan dapat berupa soal pilihan ganda atau multiple choice, essay, MC plus, take

home, close book dan open book.

Alat evaluasi yang bukan berupa tes disebut dengan non tes evaluasi, merupakan cara

untuk mengumpulkan informasi dari peserta didik dengan cara melakukan observasi/

pengamatan, wawancara, mencatat track record peserta didik selama mengikuti

pembelajaran ataupun membuat skala (penilaian, sikap, minat).

Selain itu ada juga yang dinamakan dengan portopolio, rubric, produk, formal

observation dan berbagi cara lain yang dapat jadikan alat untuk mengumpulkan

informasi yang dibutuhkan sebagai alat evaluasi terhadap peserta didik.

C. Sistem Penilaian

a. Kedudukan Nilai

7
Pengukuran menghasilkan sekor, misalnya 78, timbul pertanyaan apa arti sekor
tersebut? Sehingga dibutuhkan acuan atau pembanding untuk menjadi dasar
penentuan kedudukan sekor 78 itu. Kedudukan sekor pada acuan dikenal sebagai nilai
atau tara.

b. Pendekatan Acuan Nilai

Ada sejumlah pendekatan untuk memberikan acuan nilai, yaitu pendekatan intuitif,
ipsatif, kelompok norma dan kriteria kemampuan.

Pada bahan ajar ini akan dibahas dua saja yaitu :

1. Penilaian Acuan Norma (PAN)

Penilaian dengan cara ini adalah sekor dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya.
Kelompok pembanding ini disebut kelompok norma. Dengan demikian posisi
kemampuan peserta didik di dalam kelompoknya dapat diketahui setelah didapat nilai
kelompok norma. Atas dasar itu diperoleh tiga kategori prestasi, yakni di atas rata-rata
kelas/ kelompok, median atau disekitar rata-rata kelas/ kelompok dan di bawah rata-
rata kelas/ kelompok. Contoh kelompok norma:

- Sekor ujian peserta TOEFL se-Indonesia


- Umur peserta didik se-DKI

- Ukuran koleksi pecinta perangko se-ASEAN

Kelebihan dari system PAN adalah dapat diketahui prestasi kelas/ kelompok, sehingga
sekaligus dapat diketahui keberhasilan untuk semua peserta didik. Kelemahan dari
cara ini adalah jika rata-rata kelompoknya rendah, maka kualitas pembelajaran pun
rendah. Misalnya rata-rata kelompok/ kelas hanya 40 dari sekor maksimum 100, maka
yang dapat nilai 45 sudah berada di atas rata-rata atau masuk kategori baik (lulus).
Pada kenyataannya sekor 45 dari maksimum 100 termasuk rendah. Kelemahan yang
lain cara ini tidak praktis kalau jumlah peserta didik besar karena harus menghitung
terlebih dahulu reratanya. Selain itu system ini kurang menggambarkan tercapainya
tujuan pembelajaran, karena sangat bergantung kepada nilai rerata kelas, jadi
kriterianya menjadi nisbi. Dalam kontek yang lebih luas cara ini tidak bisa digeneralisir
8
karena rerata tiap kelompok akan relatif berbeda. Oleh sebab itu system ini hanya
cocok untuk penilaian formatif bukan sumatif.

2. Penilaian Acuan Kriteria (PAK)

Penilaian yang mengacu ke suatu wilayah kriteria yang berkenaan dengan suatu
kemampuan tertentu untuk menentukan apakah sekor itu termasuk ke dalam kelompok
yang sudah menguasai atau yang belum menguasai. Jadi penilaian mengacu kepada
tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik. Dengan demikian derajat
keberhasilan peserta didik dibandingkan dengan tujuan (skala/ kriteria) yang harus
dicapai.

Untuk itu diperlukan adanya uraian tentang wilayah kriteria kemampuan dan standar
batas penguasaan kemampuan.

Wilayah kriteria yang berkenaan dengan suatu kemampuan diungkapkan melalui


deskripsi wilayah kriteria, sebagai contoh.

SKALA CODE POINT KUALIFIKASI

 80 A HD 4 Sangat Baik

70-79 B D 3 Baik

60-69 C C 2 Cukup

50-59 D P 1 Kurang

 49 E F 0 Sangat Kurang

Dengan demikian peserta didik akan mendapat nilai A atau B dan seterusnya apabila
mencapai pada kriteria (skala) yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu komitmen
dari awal pembelajaran (perkuliahan) tentang aturan (role play) yang ditetapkan dalam
penilaian, sehingga peserta didik dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk
mencapai batas kemampuan yang diinginkan.

9
Sistem PAK tepat digunakan untuk evaluasi sumatif, sehingga patokan nilai (krietria)
kelulusan sangat jelas dan mutlak. Cara ini dianggap dapat meningkatakan kualitas
pembelajaran. Namun demikian system ini juga memungkinkan terjadi semua peserta
tidak lulus atau gagal, karena tidak ada yang mencapai criteria yang ditentukan.

D. Prinsip dan Prosedur Penilaian

1. Prinsif Penilaian

Prinsip penilaian meliputi hal-hal sebagai berikut:

• VALID

Dalam menilai hasil belajar harus jelas abilitas yang dinilai, alat penilaian dan
interpretasi hasil penilaian ( Akurasi pengukuran).

• RELIABLE

Penilaian juga harus mantap dan stabil (konsisten hasil pengukurannya)

• FAIR & OBJEKTIF

Penilaian harus menerapkan asas keadilan, yaitu berdasarkan data yang terkumpul
dan menghindari dari sifat subjektivitas (AUTHENTIK)

• COMPREHENSIF

Penilaian bersipat menyeluruh, yaitu menguji dan menggali informasi dari semua
aspek yang dilakukan dalam pembelajaran

• HONESTY & BALANCE (Jujur & Seimbang)

- Tidak menjebak, tingkat kesukaran soal sesuai dengan kemampuan siswa,


jenis tes dan bentuk soal sesuai dengan materi yang diujikan.

- Materi yang diujikan = materi yang diajar

- Waktu yang disediakan sesuai dengan jumlah dan tingkat kesukaran soal.
10
• SUSTAINABLE

Penilaian harus dilakukan secara berkesinambungan, artinya ada tindak lanjut


setelah evaluasi dilakukan.

2. Prosedur Penilaian

Langkah-langkah yang menjadi prosedur penilaian atau evaluasi pembelajaran


meliputi:

 Merumuskan tujuan pembelajaran dengan mengkaji kembali silabus atau bahan ajar
 Menyusun perangkat penilaian baik berupa tes maupun non tes yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran

 Menggunakan hasil penilaian sesuai dengan tujuan penilaian.

E. Penyusunan Alat Penilaian (Instrumen Tes)

1. Rambu-rambu penyusunan instrument tes adalah sebagai berikut:

 Menelaah kurikulum dan bahan ajar untuk menentukan cakupan pertanyaan.


 Merumuskan tujuan pembelajaran khusus untuk memperjelas abilitas yang harus
dinilai.

 Membuat blue print (kisi-kisi) atau table specification. Dalam kisi-kisi ini harus tampak
abilitas yang diukur, lingkup materi yang diujikan, tingkat kesulitan, bentuk atau jenis
alat penilaian, jumlah soal, dan waktu yang diperlukan.serta proporsinya masing-
masing.

Komponen kisi-kisi harus memenuhi persyaratan berikut:

1. mengacu pada materi pelajaran dari kurikulum yang telah diajarkan


2. memilik sejumlah komponen dengan informasi yang jelas dan mudah dipahami
11
3. menggunakan satu atau lebih kata kerja operasional dalam satu rumusan
indicator.
4. Mencantumkan jumlah soal, jenis soal, tingkat kesukaran dan waktu yang
dibutuhkan.

12
BAB IV
TEKNIK PENULISAN SOAL DAN SCORING

A. Teknik Penulisan soal

a. Kaidah-kaidah penulisan soal adalah sebagai berikut:


1. Rumusan butir soal harus mengacu pada indicator yang telah disusun
2. Gunakan bahasa yang simple dan jelas menurut kaidah bahasa yang benar
3. Lengkapi butir soal dengan kunci jawaban
4. Lakukan pengecekan ulang untuk melihat kesesuaian antara indicator, rumusan
soal dan kunci jawaban (Jumlah soal : Jumlah Option  3)

b. Perakitan Soal

Dalam merakit soal-soal perlu diperhatikan hal-hal berikut:


1. Bobot soal
2. Pengaturan nomor Dan Option Jawaban
3. Perbandingan bentuk soal Dan Tingkat Kesukaran

c. Telaah dan Perbaikan Soal Terhadap :

a). Materi
1. Apakah rumusan soal sesuai dengan indicator yang terdapat pada kisi-kisi?
2. Apakh isi materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran, jenjang
atau tingkat kelas peserta didik yang akan mengerjakan soal?

b). Konstruksi
1. Apakah rumusan soal sudah menggunakan kata Tanya atau perintah yang tepat?
2. Apakah rumusan soal sudah disertai dengan pedoman penskoran?
3. Apakah rumusan soal tidak menimbulkan penafsiran ganda?
4. Apakah gambar, table, grafik dan sejenisnya dalam rumusan soal telah
berfungsi?

13
c). Bahasa
1. Apakah rumusan soal sudah menggunakan bahasa yang sederhana dan
komunikatif serta mudah dipahami oleh peserta didik?
2. Apakah pada rumusan soal ada kata-kata yang dapat menyinggung perasaan
peserta didik?
3. Apakah rumusan soal sudah mempertimbangkan segi bahasa dan budaya?

B. Scoring and Grading

Penskoran adalah suatu proses pengubahan jawaban tes menjadi angka


(kuantifikasi) atau bilangan numeric. Angka-angka tersebut disebut skor mentah
yang akan diolah menjadi nilai (skor matang).

1. Scoring (Pemberian skor)


a. Cara memberi skor soal essay/ uraian
 Soal essay dengan jawaban terbatas diberikan skor point method, yaitu diberi
pembobotan pada setiap point jawaban dengan terlebih dahulu membuat
pedoman.jawabannya.
 Soal essay dengan jawaban terbuka dinilai dengan rating method, gunakan
criteria tertentu sebagai pedoman penilaian, seperti 0, 1, 2,3 4 dan A, B, C,
D, dan E.
 Kalau memungkinkan perlu adanya penilai lain sebagai pembanding dan
pemberi masukan terhadap skor yang diberikan (Inter Rater Reliability).

b. Cara penskoran soal Pilihan Ganda (MC)

Cara pemberian skor MC biasanya dengan cara dikotomi, yaitu yang dijawab betul
diberi skor 1 dan yang salah diberi skor 0.

Karena criteria jawaban MC adalah tiga jenis yakni jawaban betul, jawaban salah
dan tidak menjawab. Maka rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

14
W w
S=R- ( S= R - EB Little)
N 1 2( n  1)

S= skor

R= jawaban betul

W= jawaban salah

N= banyaknya option jawaban

2. Grading

Grading adalah pemberian peringkat terhadap skor yang dihasilkan, sehingga posisi
yang dicapai dapat diketahui dan dapat ditentukan lulus apa tidaknya seseorang.
Grading ini mengacu pada suatu criteria yang sudah ditetapkan dari awal (PAK).

3. Penyelenggaraan Tes

Dalam penyelenggaraan tes, penguji diberi kebebasan penuh untuk memilih jenis
tes yang dianggap paling tepat dan memenhi syarat untuk mendapatkan informasi
dari pesrta didik.

a. Multiple Choice

Untuk jenis ini biasanya dilakukan pada kelas besar, sehingga memudah kan dari
penguji untuk memberikan skor atau mengoreksi. Hampir semua semua kelebihan
pilihan ganda menguntungkan penguji. Kelebihanitu antara lain:

 Mudah untuk menilainya


 Bisa mencakup materi yang luas

 Bisa digunakan pada jumlah peserta yang banyak

15
Kelemahannya adalah:

 Jawaban bias dilakukan cara menebak


 Tidak memacu semangat untuk belajar

 Tidak mudah untuk membuatnya

Oleh karena itu untuk menutupi kelemahannya, MC digabung dengan essay


sehingga muncul MC Plus, yaitu pilihan ganda plus essay.

b. Model Take Home

Untuk jenis ini biasanya, penguji memberikan soal dan peserta didik diberi
kebebasan untuk memnjawab soal di rumah. Namun demikian ada rambu-rambu
atau batasan yang telah ditentukan oleh penguji didalam emnjawab soal tersebut.

Model Take Home Task memiliki ciri-ciri antara lain:

 Soal yang diberikan tidak banyak berkisar 4- 5 soal


 Membutuhkan jawaban antara berkisar 20 halaman kuarto

 Soal mencakup tema yang lebih luas dengan tetap mengacu kepada
permasalahan perkuliahan

 Satu soal merupakan pembahasan artikel terbaru yang berkaitan dengan


topic perkuliahan. Artikel ini harus dikonsultasikan kepada penguji sebelum
soal lain diberikan agar tidak ada peserta membahas artikel yang sama.

Kelebihan dan kelemahannya antara lain:

 Peserta punya banyak waktu untuk menjawab soal


 Memungkinkan peserta untuk menjawab dengan mengacu pada referensi
yang lebih luas

 Memerlukan waktu untuk mencari sumber maupun mengoreksi

 Hanya cocok untuk peserta yang sedikit


16
c. Close Book

Tes yang tidak mengizinkan peserta membuka buku atau catatan mempunyai
kelebihan :

 Memotivasi peserta untuk lebih rajin belajar membaca buku atau catatan
perkuliahan
 Mandiri artinya peserta mempunyai kesempatan untuk mengembangkan apa
yang dia ketahui dengan caranya sendiri tanpa harus bergantung kepada
buku atau catatan yang ada pada waktu ujian

 Membiasakan peserta untuk membuat rangkuman buku atau bahan


perkuliahan

Keterbatasannya antara lain:

 Waktu dibatasi berkisar 2,5 jam


 Soal cenderung terpusat pada materi bahasan perkuliahan

 Bila pelaksanaannya tidak tertib akan mendorong peserta untuk mencotek


atau tidak jujur

 Mengaburkan prinsip bahwa buku itu harus menjadi sumber referensi


bukan hanya untuk dibaca/ dihapal.

 Menciptakan stress yang lebih tinggi pada peserta

d. Open Book

Kelebihan dari tes yang mengizinkan peserta untuk menggunakan buku atau
bahan perkuliahan waktu ujian antara lain:

 Soal lebih luas dan variatif


17
 Peserta lebih santai dan tidak tegang dalam menghadapi ujian

 Mengurangi kesempatan untuk berbuat curang/ mencontek

 Peserta menjadi terbiasa untuk membuat catatan penting dan mencari


berbagai sumber belajar

 Peserta terbiasa membaca buku atau sumber belajar dan terampil


mempergunakannya

Keterbatasan teknik ini antara lain:

 Waktu dibatasi berkisar 2 jam


 Peserta menjadi malas untuk membaca buku atau bahan perkuliahan
sebelum ujian

 Membutuhkan waktu yang lama bagi mereka yang tidak terbiasa membaca
buku dalam mencari jawaban

 Ada kecenderungan peserta mejadi malas berpikir, karena merasa semua


ada pada buku

 Merugikan peserta yang mempunyai perlengkapan belajar yang minimal

18
BAB V

BATAS LULUS DAN PENGOLAHAN SKOR

A. Batas Lulus

Dalam penilaian untuk menetukan batas kelulusan biasanya digunakan


Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Kriteria (PAK).

Batas kelulusan yang berorientasi kepada PAN yakn batas lulus actual dan
batas lulus ideal. Batas ini menggunakan rerata kelas/ kelompok dan standar
deviasi.

Batas kelulusan yang berorientasi pada PAK adalah batas lulus purposif yaitu
yang mengacu pada criteria tertentu dan biasanya perguruan tinggi
menggunakan cara ini.

1. Batas Lulus Aktual

Batas lulus ini berdasarkan nilai actual atau nilai rerata yang dicapai
kelompok pesrta didik. Unsure yang dibutuhkan untuk menetapkan batas
lulus ideal adalah rerata actual (  )dan simpang baku actual (SD) . Dengan
formulasi skor di atas X + 0,24 S.

Contoh Kasus

Dalam suatu tes yang menggunakan pilihan ganda sebanyak 60 soal. Setiap
jawaban benar diberi skor 1, sehingga skor maksimal yang mungkin dicapai
adlah 60. Selanjutnya dihitung nilai X dan SD misal X = 25 dan SD = 8.
Dengan demikian skor yang dinyatak lulus adalah 25 + 0,25 (8) = 27 ke atas
dan skor di bawah 27 dinyatakan tidak lulus.

19
2. Batas lulus Ideal

Batas lulus ideal hampir sama dengan batas lulus actual yakni membutuhkan
nilai rerata ideal dan simpangan baku ideal . Aturannya rerata ideal adalah
setengah dari skor maksimum dan simpangan baku ideal adalah sepertiga
dari nilai rerata.

Contoh kasus

Berdasarkan contoh di atas skor maksimum yang dicapai 60 berarti rerata


idealnya adalah ½ x 60 = 30, sedangkan simpangan baku idealnya adalah
1/3 x 30 = 10. Dengan demikian batas lulus idealnya adalah 30 + 0,25 (10) =
32,50 dan skor yang dinyatakan lulus  32,50.

3. Batas Lulus Purposif

Batas lulus ini mengacu pada criteria yang telah ditentukan oleh lembaga,
sehingga tidak perlu menentukan rerata dan simpangan baku. Penguji hanya
membandingkan skor yang diperoleh peserta dengan acuan yang sudah ada.

Makin tinggi criteria kelulusan amkin tinggi pula kualitas pembelajaran yang
diinginkan dan sebaliknya makin rendah kriterianya makin rendah pula
kualitas hasil pembelajarannya. Hal ini pula yang menyebabkan terjadinya
kesenjangan nilai atau kualitas diantara perguruan tinggi yang ada di
Indonesia.

B. Teknik Pengolahan skor

Mengolah skor mentah menjadi nilai jadi (huruf) biasanya menggunakan


sifat-siafat yang terdapat pada kurva normal atau distribusi normal sebagai
landasan perhitungannya.,

20
Dibawah ini diberikan contoh kasus sebagai berikut:

20 peserta didik mendapat nilai sebagai berikut:

73, 70, 68, 68, 67, 67, 65, 65, 63, 62,

60, 59, 59, 58, 58, 56, 52, 50, 41,40

Skor mentah ini akan ditranformasi menjadi nilai huruf A, B, C, D, E dengan


menggunakan Mean (M)

dan Distribusi skor (DS).

Tabel Menghitung M dan DS

21
NAMA SKOR (X) (X-M) (X-M)2

AMRIN 73 13 169

DAHRON 70 10 100

MARDI 68 8 64

POPON 68 8 64

JAMILAH 67 7 49

SARMAN 67 7 49

RONALD 65 5 25

NURSAM 65 5 25

MARNI 63 3 9

KARDI 62 2 4

JUPRI 60 0 0

RAJIMAN 59 -1 1

JAMIL 59 -1 1

BUDI 58 -2 4

PAIRAH 58 -2 4

Dari GURITA 56 -4 16 table tersebut


dicari mean dan DS
MARTOPO 52 -8 64
dengan rumus
KARMIN 50 -10 100
sebagai berikut:

M =
NIRMALA 41 -19 361 X =
N
DEDI 40 -20 400
1201 1509
1201 JUMLAH -
= 60,05 dibulatkan
20
 (X)  (X  M )2
menjadi 60.

DS = (X  M ) 2
=
1509
= 8,69
N 20

Penjabaran tranformasi nilai ke huruf

22
Dari perhitungan di atas didapat M= 60 dan DS = 8,69
Selanjutnya penjabaran skor-skor mentah sebagai berikut:
1. Tentukan skala Unit Deviasi (SUD). Dalam hal ini menggunakan seluruh
jarak range kurva normal, yakni antara -3 DS s.d +3 DS = 6 DS.
6DS = ------i---------------i---------------i--------------i---------------i---------------i-----------i---
-3 -2 -1 0 +1 +2 +3
4 UNIT = --------i----------------------i------------------i-------------------i-------------------i----
TL D C B A

2. Karena nilai huruf yang akan digunakan adalah 4 unit ( A, B, D, TL), maka
SUD = 6 DS : 4 = 1,5 DS. Jadi SUD = 1,5 x 8,69 = 13,035, dibulatkan 13.
3. Titik tengah nilai C terletak pada mean = 60, jadi didapat SUD

= 13 dan C= M = 60

4. Tentukan batas bawah (lower limit) dan batas atas (upper

limit) masing-masing huruf.

 Karena titik tengah C = M = 60, maka

batas bawah untuk C = M- 0,5 SUD = 60 – 0,5 (13) = 53,5 = batas atas

batas atas untuk C = M + 0,5 SUD = 60 + 0,5 (13) = 66,5 = batas bawah

untuk B

Batas bawah D = M – 1,5 SUD = 60 – 1,5 (13) = 40,50

Skor dibawah 40,50 = TL

Batas atas B = M + 1,5 SUD = 60 + 1,5 (13) = 79,5 = batas bawah A.

Skor di atas 79,5 = A

5. Berdasarkan perhitungan di atas, maka di dapat data sebagai


berikut:
1) Skor 80 ke atas = A = tidak ada
2) Skor 67 – 79,5 = B = 6 orang
23
3) Skor 54 – 66,5 = C = 10 orang
4) Skor 41 – 53,5 = D = 3 orang
5) Skor di bawah 40,5 = TL = 1 orang.

24
DAFTAR PUSTAKA

Azwar Saifudin, Dasar-Dasar Psikometri. Pustaka Pelajar, Yogyakarta 1999

Borg, W.R. & Gall M.D. Educational Research, An Introduction. Longman Inc. New York.
1981.

Dali S Naga, Teori Pengukuran; Psikometrika, Teori Tes, Metode Survey dan Pengukuran,
Untar, Jakarta 2003

Guba, E.G and Lincoln, Y.S. Effective Evaluation. Jossey-Bass Publishers:


Inc. California. 1987.

Isaac, S. ; Michael W.B. Handbook in Research and Evaluation (Second


Edition).EdITS publisher: San Diego, California. 1982

Kaufman, R. and Thomas, S. Evaluation Without Fear. New Viewpoints :New


Limited: 1993

Mardjani dan Azhari, Pengukuan Hasil Belajar, LAN RI, Jakarta 2002

Oemar Hamalik, Teknik Pengukuran Dan Evaluasi Pendidikan, Mandar Maju, Bandung
1989

Owen, J.M. Program Evaluation: Forms And Approaches. Southwood Press Pty
Limited: 1993

Popham. W.J. Educational Evaluation. Prentice-Hall International, Inc : London. 1974

Tayibnapis, Farida Yusuf. Evaluasi Program. Rineka Cipta: Jakarta. 2000.

Tyler. W, Educational Evaluation : New Roles New Means, Chicago, Illinois : The
University Press. 1969

Weis, carol H., Education Research : Methods for Assessing Program Effectivenes,
New Jersey : Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, N. J. 1972

Worthen, B.R & Sanders, J.R. Educational Evaluation: Theory and Practice,
York. 1980.

25
26

Anda mungkin juga menyukai