Anda di halaman 1dari 14

1

BAB I. PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, di zaman yang semakin modern, manusia semakin dimudahkan

dengan teknologi yang semakin maju. Banyak alat-alat yang tercipta dari ide-ide

mutakhir dari pemikiran-pemikiran para pembaharu. Diantara semua yang

tercipta, ada sebuah ciptaan yang telah merubah dunia secara dramatis, yaitu

adalah komputer.

Penemuan komputer, secara tidak langsung membuka peluang untuk kejahatan

yang lebih canggih pula, semisal diantaranya adalah pencemaran nama baik

melalui jejaring sosial, penyebaran fitnah, sampai pencurian uang dari rekening

bank yang dapat diakses melalui jaringan Internet

untuk itu, penulis mengangkat “Penggunaan Forensik Komputer dalam

Investigasi Secara Digital” sebagai judul unutk karya tulis yang Penulis buat

II. Pembatasan Masalah

Dalam pembahasan ini, Penulis membataskan permasalahan dengan

memfokuskan kepada komputer secara umum, lalu menjadi semakin rinci pada

bahasan Cybercrime dan Forensik Komputer

1
2

III.Perumusan Masalah

Dalam karya tulis ini, masalah-masalah yang akan dibahas dirumuskan sebagai

berikut

1. Apa itu Forensik Komputer?

2. Bagaimanakah pengamanan data dalam Forensik Komputer?

3. Bagaimana cara penggunaan data digital sebagai barang bukti?

4. Bagaimanakah validitas dari sebuah data sebagai barang bukti?

IV.Tujuan Penulisan

Adapun tujuan Penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut:

A) Sebagai pemenuhan nilai ujian praktek studi Bahasa Indonesia kelas XII

program IPA tahun pelajaran 2009/2010.

B) Sebagai pengaplikasian Ilmu Komputer dalam Investigasi.

C) Melatih kreativitas dan kemampuan Penulis dalam menysusn karya tulis.

D) Sebagai media unutk menambah pengetahuan tentang komputer.

E) Sebagai solusi secara hukum tentang kejahatan Cybercrime.

2
3

V. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pembatasan Masalah

C. Perumusan Masalah

D. Tujuan Penulisan

E. Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

B. Kerangka Berpikir

BAB III METODOLOGI PENULISAN

A. Tujuan Penulisan

B. Tempat dan waktu

C. Metode Penulisan

D. Langka Penyusunan Informasi

BAB IV PEMBAHASAN

A. Komputer, dan Internet : Sebuah Sejarah Baru Umat Manusia


B. Internet dan Perkembangannya
C. Hacking, Cracking, dan Cybercrime
D. Digital Evidence/Barang Bukti Digital
E. Memperlakukan Sebuah barang Bukti Digital

BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teori

3
4

Komputer adalah sebuah perangkat yang menjalankan perintah-perintah dari

penggunanya, dengan perantara perangkat keras input/pemberi perintah,

diantaranya adalah mouse, keyboard, dan sebagainya. Digunakan untuk

membuat, mencari, dan mengedarkan informasi

Internet adalah sebuah jaringan yang menyatukan seluruh komputer di dunia

yang tersambung dengan perantara berupa beberapa perangkat keras jaringan,

diantaranya adalah kabel, modem, kartu jaringan, dan beberapa perangkat keras

jaringan lainnya.

Cybercrime adalah tindak kejahatan yang dilakukan melalui jaringan Internet,

dengan modus seperti pencurian data, perusakan sistem, dan sebagainya

System Administrator adalah pengguna komputer dalam jaringan yang bertugas

untuk mengatur aktivitas di dalam sebuah jaringan komputer tersebut. Seoang

Administrator memiliki wewenang khusus untuk memantau dan mengendalikan

komputer lain dalam jaringan agar pengguna lain yang dibawahi oleh

Administrator tersebut tidak melanggar peraturan yang berlaku.

Hacker dan Cracker, adalah pengguna komputer yang berusaha untuk mencari

celah dalam sebuah sistem. Perbedaan yang mendasar antara keduanya adalah

bahwa Hacker mencari celah dalam sistem untuk selanjutnya diberitahukan

kepada Administrator yang mengatur sistem jaringan agar memperkuat

pertahanan dari serangan luar. Sedangkan Cracker adalah pengguna yang

mencari celah dalam sistem agar dapat melancarkan serangan yang dapat

4
5

mencuri data dari komputer lain, ataupun merusak sistem hingga membuat

jaringan terganggu dan aktivitas-aktivitas komputer di dalamnya terhambat, atau

bahkan berhenti.

Forensik Digital adalah sebuah cabang dalam investigasi, yaitu yang berkaitan

dengan pencarian dan pengamanan Barang Bukti Digital. Barang Bukti Digital

yang dimaksud adalah file-file dalam komputer yang berisi informasi yang

berkaitan dengan kasus yang sedang diselidiki.

B. Kerangka Berpikir

Kepastian hukum adalah sesuatu yang sangat dijunjung tinggi dalam kehidupan

seluruh warganegara Indonesia, untuk itu diperlukan pula penegakan hukum

dalam dunia maya agar terjadi ketertiban dan keamanan, sehingga dapat

mencapai kepastian hukum yang benar-benar pasti

untuk itu dibuatlah peraturan yang mengatur tatacara berperilaku dalam dunia

maya, untuk menjamin keamanan dan ketertiban, serta demi kepentingan

bersama dalam era teknologi informasi.

Dalam era teknologi informasi ini pula warganegara dihadapkan pada suatu

masalah baru, yaitu jejak tindak kejahatan berupa dokumen digital, seperti

misalnya catatan keuangan yang informasinya masih dalam bentuk file, ataupun

E-Mail/surat elektronik yang saling dikirimkan antara pihak yang satu dengan

yang lainnya , dan berkaitan dengan kasus yang dibicarakan di persidangan.

BAB III. METODOLOGI PENULISAN

5
6

A) Tempat dan Waktu Penulisan

Berdasarkan bahasan yang diambil Penulis, maka Penulis memfokuskan tempat

karya tulis ini diselesaikan adalah di lingkungan rumah Penuliss dan lingkungan

SMA Islam Al Azhar 4 Kemang Pratama, Bekasi. Penulisan karya tulis ini

dilaksanakan pada tanggal 2 April – 12 April 2010

B) Metode Penulisan

Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menggunakan metode studi pustaka

dengan pendekatan kualitatif yang didasari oleh pengkajian sumber-sumber

literatur tertulis dan jurnal-jurnal online

C) Langkah Penyusunan Informasi

Teknik pengumpulan informasi data dari karya tulis ini yaitu dengan cara

mengambil sumber dari buku referensi dan beberapa situs di internet yang

berhubungan dengan materi yang akan dibahas.

Pengumpulan data dari majalah dan referensi dari beberapa situs di inrernet yang

berhubungan dengan topik yang dipilih oleh penulis, dilakukan penulis dengan

merangkum informasi yang ada lalu menyusunnya kembali menjadi rangkaian

kalimat dan paragraf.

BAB IV. PEMBAHASAN

6
7

A) Komputer, dan Internet : Sebuah Sejarah Baru Umat Manusia

Komputer modern yang kita kenal saat ini pertama diciptakan oleh Bill Gates,

yang juga membangun perusahaan Microsoft, perusahaan yang telah menjadi

raksasa di bidang penyediaan Sistem Operasi/Operating System (Windows,

diantaranya 98, XP, Vista, dan beberapa lainnya) dan dan Perangkat

Lunak/Software seperti program-program kantoran untuk mengetik, perhitungan,

dan lainnya

setelah komputer tercipta, beberapa kemudian menyusul satu lagi ciptaan yang

ikut merubah dunia, yaitu Internet.

Cikal bakal dari Internet yang kita kenal sekarang pada awalnya bernama

“ARPAnet” (Advanced Research Projects Agency Network), yaitu sebuah

jaringan komputer yang dibuat oleh Divisi Teknologi dari Departemen

Pertahanan Amerika Serikat, dan digunakan untuk penyebaran informasi.

ARPAnet ini pertama kali diuji oleh ikatan dari 3 Universitas terkenal di

Amerika Serikat dan 1 pusat litbang, yakni UCLA (University of California, Los

Angeles), University of Utah, UCSB (University of California, Santa Barbara),

dan Pusat litbang Stanford (Stanford Research Institute)

B) Internet dan Perkembangannya

7
8

Seiring waktu, jaringan komputer mulai berkembang dan berkembang, hingga

ke seluruh dunia. Wadah berupa jaringan tersebut semakin lama semakin besar,

hingga di dalamnya menghimpun tidak hanya komputer dalam satu ruangan atau

satu negara, akan tetapi juga menghimpun komputer dari belahan dunia lain.

Lalu untuk menampung sekumpulan komputer dari seluruh dunia, dibentuk

sebuah jaringan bernama World Wide Web, atau lebih dikenal dengan WWW.

C) Hacking, Cracking, dan Cybercrime

Seiring dengan kemajuan teknologi, modus operandi berbagai kasus kejahatan

juga semakin berkembang menuju praktik-praktik penggunaan hasil kemajuan

teknologi, dan satu contoh diantaranya adalah Cracking. Seorang Cracker dapat

mencuri data rahasia dari sebuah jaringan komputer milik perusahaan, dan

menjual informasi tersebut ke perusahaan pesaing.

Selain contoh kasus seperti demikian, terdapat pula kasus berupa pencemaran

nama baik, seperti yang terjadi beberapa waktu silam, yaitu kasus antara seorang

pasien yang memberikan keluhan tentang pelayanan sebuah rumah sakit, dan

keluhan tersebut tertulis dalam sebuah grup Mailing List (grup surat menyurat

elektronik), lalu ternyata terbaca oleh pihak rumah sakit yang bersangkutan.

Dua kasus seperti contoh di atas dapat digolongkan sebagai Cybercrime.

Dan bagaimanakah cara kita mewaspadai tindak kejahatan seperti kasus

pertama? Caranya adalah dengan memperkuat pertahanan jaringan, dan itu

adalah tugas dari seorang System Administrator (selanjutnya disebut Admin),

8
9

Dalam tugasnya memperkuat pertahanan jaringan, Admin dibantu oleh Hacker,

yang bekerja seperti sebagaimana dijelaskan dalam bagian Landasan Teori karya

tulis ini, yaitu mencari lubang pada jaringan yang akan pada akhirnya akan

ditindaklanjuti oleh Admin.

D) Digital Evidence/Barang Bukti Digital

Dengan masuknya perkembangan kehidupan manusia ke dalam era teknologi

informasi semakin hari membuat semuanya menjadi semakin digital, seperti

contohnya yaitu surat-menyurat, yang dahulunya dilakukan dengan cara

menggoreskan pena di atas lembaran kertas, sekarang berevolusi menjadi SMS

(Short Message Service atau Layanan Pesan Singkat) dan E-Mail (Electronic

Mail atau Surat Elektronik) yang dilakukan hanya dengan menekan tombol-

tombol pada telepon seluler atau papan keyboard, dan selanjutnya dikirim

melalui sinyal-sinyal.

Lantas, apabila terjadi sebuah kasus yang melibatkan tersangka yang memilki

cara berkomunikasi sedemikian rupa dengan tersangka lain, dengan substansi

dari percakapan tersebut adalah berkaitan dengan kasus, apakah hukum

memastikan bahwa kiriman SMS yang bersangkutan dapat dijadikan sebagai

barang bukti?

Lalu, baru-baru ini, tersiar berita tentang terjadinya penangkapan teroris, dan di

9
10

TKP (Tempat Kejadian Perkara) ditemukan dokumen-dokumen softcopy (masih

dalam bentuk file) yang berisi rencana-rencana selanjutnya dalam menjalankan

aksi pemboman ke beberapa titik-titik vital, dan juga ditemukan dokumen yang

berisi ajaran-ajaran dari ideologi radikal yang ekstremis, dan biasanya digunakan

untuk menjaring lebih banyak kader-kader muda unutk jaringan mereka.

Demikianlah satu lagi contoh dari sebuah Digital Evidence.

Dalam hukum, Pasal 27 ayat (2) dan (3) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003

menjelaskan tentang alat bukti, dengan keterangan sebagai berikut :

(2) alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima,

atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa

dengan itu; dan

(3) data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, dan/atau

didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu

sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain

kertas, atau yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak

terbatas pada :

a) tulisan, suara, atau gambar;

b) peta, rancangan, foto, atau sejenisnya;

c) huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau

dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya

dengan demikian, kedua ayat dari pasal dalam perundangan tentang Alat Bukti

10
11

tersebut menjawab kedua masalah dari contoh kasus yang diberikan sebelumnya.

Jadi, Digital Evidence dapat digunakan sebagai Alat Bukti dalamm persidangan.

E) Memperlakukan Sebuah Barang Bukti Digital

Walaupun Barang Bukti Digital dapat dikatakan sebagai barang Bukti yang valid

sebagaimana definisi ayat dalam undang-undang tercantum di atas, validitasnya

dapat berkurang karena beberapa hal, diantaranya adalah berubahnya isi dari

Barang Bukti Digital tersebut. Maka dari itu, perlu diberikan perlakuan khusus

terhadap barang Bukti Digital tersebut, yaitu adalah pengamanan dari segala

bentuk perubahan yang dapat terjadi karena ulah siapapun, terlebih lagi orang-

orang yang tidak bertanggung jawab.

Untuk itu, dalam mengamankan sebuah Digital Evidence, dilakukan beberapa

hal sebagai berikut :

1. Memberikan proteksi terhadap data yang menjadi akan menjadi Barang

Bukti, dengan merubahnya menjadi data yang read-only (hanya bisa

dibaca, tidak dapat diubah)

2. Membuat duplikat dari data yang dimaksud ketika masih valid agar

menjadi back-up/cadangan, sehingga masih dapat dijadikan sebagai

Barang Bukti untuk perkara yang disidangkan

3. Merekam segala perlakuan terhadap sebuah data agar dapat dideteksi

perubahan-perubahan dari data tersebut.

11
12

4. Menggunakan perangkat keras yang telah teruji dan lulus evaluasi

sabagai media penyimpanan data yang dimaksud, sehingga keamanan

data dapat terjamin dari kerusakan.

Dan terkadang, sebuah Barang Bukti Digital terkunci oleh pengaman yang

diberikan oleh tersangka. Ketika terjadinya hal inilah diperlukan kembali

bantuan dari seorang Hacker, yaitu untuk membuka pengaman yang diberikan

oleh tersangka, atau dengan jalan lain yang lebih baik, yaitu meminta tersangka

untuk membukakan pengaman yang mengunci data yang dimaksud.

Dalam Forensik Konvensional, penyelidik mengandalkan alat-alat pencarian

sidik jari dan Barang Bukti yang terlihat secara fisik, namun tidak demikian bagi

Forensik Digital. Dalam Forensik Digital diperlukan alat-alat yang lebih

mutakhir, terutama adalah sebuah komputer. Selain komputer, diperlukan pula

Hardware/perangkat keras lain yang dapat menunjang, seperti Drive Copier

untuk membuat duplikat isi data 1 : 1 (tepat sama) dari sebuah media

penyimpanan yang menjadi barang bukti. Lalu ada Software/perangkat lunak

yang digunakan unutk menganalisis data-data yang terkandung dalam sebuah

media penyimpanan yang menjadi barang bukti.

BAB V. PENUTUP

12
13

A) Simpulan

Dengan berkembangnya teknologi, berkembang pula modus operandi kejahatan

menjadi semakin canggih, dan maka dari itu perlu bagi kita unutk

mengembangkan investigasi yang berbasis teknologi informasi pula. Era

teknologi informasi adalah era yang penuh dengan hal baru, dan untuk itulah

diperlukan para pembaharu, khususnya di bidang hukum seperti dalam

pembahasan karya ilmiah ini.

B) Saran

Penulis menyarankan agar penegakan hukum di Indonesia bisa semakin maju

dan dapat memberi kepastian hukum yang jelas, baik itu di dunia nyata maupun

dunia maya, karena Indonesia adalah negara hukum. Selain itu penulis juga

menyarankan agar ke depan para penegak hukum, baik itu polisi, ataupun pihak-

pihak pengadilan dapat mengembangkan investigasi berbasis teknologi

informasi agar dapat mengikuti tuntutan hukum seiring dengan perkembangan

zaman menuju era yang lebih mutakhir

DAFTAR PUSTAKA

13
14

➢ Buku

Sitorus, Eryanto. 2008. Hacker dan Keamanan, Yogyakarta, Penerbit Andi.

➢ Majalah

Swastika, Windra. “Investigasi Kejahatan Komputer dengan Komputer


Forensik”. PC Media 02 (Februari 2010) : 108

➢ Laman internet

http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_the_Internet

http://www.berita86.com/2009/04/undang-undang-cyber-crime.html

http://www.detiknews.com/read/2009/12/29/162435/1267957/10/hakim-nilai-

email-prita-bukan-pencemaran-nama-baik

http://sumbawanews.com/berita/nasional/inilah-isi-email-prita-mulyasari-yang-

saat-ini-ditahan-di-lp-wanita-tangerang.html

http://www.infoanda.com/id/link.php?lh=UA5SAQUCDwsH

http://beritaweb.com/2010/02/05/barang-bukti-digital-rawan-manipulasi.html

http://one.indoskripsi.com/node/2265

14

Anda mungkin juga menyukai