UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2009 POTENSIOMETRI Potensiometri adalah cabang dari ilmu kimia yang mempelajari ilmu pengukuran potensial dari sutau elektrode. Pengukuran potensial elektroda banyak digunakan untuk dalam ilmu kefarmasian terutama untuk pengukuran pH dan titrasi potensiometrik. Karena itu harus dipelajari dulu apa yang disebut elektroda parsial. Seperti diketahui bahwa logam atau ion kadang-kadang mendapat tambahan atau kehilangan electron. Demikian pula suatu senyawa kimia dalam suatu system dapat menerima dan memberikan elektron atau menerima dan memberikan proton sehingga mereka itu bermuatan. Karena kemampuan mengikat elektron atau mengikat proton berbeda maka perbedaan potensial antara 2 sistem akan terjadi. Metode analisis didasarkan pada hubungan antara potensial elektrode relative dengan konsentrasi larutan dalam suatu sel kimia. Dalam metode potensiometri, informasi mengenai komposisi yang terdapat dalam sampel diperoleh melalui perbedaan potensial antara dua elektroda. Dengan demikian, potensial sel dapat dinyatakan dengan persamaan berikut Esel = Ecathode – Eanode = Eind – Ereff Dimana : Esel : Potensial sel dari sel elektrokimia Ecathode : Potensial elektroda katoda Eanode : Potensial elektroda anoda Eind : Potensial elektrode indikator Ereff : Potensial elektrode pembanding Dalam Metode analisis potensiometri didasarkan pada pengukuran potensial sel elektrokimia. Peralatan yang dibutuhkan untuk metode ini sederhana dan tidak mahal, mencakup Alat-alat yang diperlukan dalam metode potensiometri adalah, (1) elektrode pembanding (refference electrode) (2) elektroda indikator ( indicator electrode ) (3) alat pengukur potensial ELEKTRODA PADA POTENSIOMETRI 1. Elektode Pembanding Di dalam beberapa penggunaan analisis elektrokimia, diperlukan suatu elektrode pembanding (refference electrode) yang memiliki syarat harga potensial setengah sel yang diketahui, konstan, dan sama sekali tidak peka terhadap komposisi larutan yang sedang selidiki.. Pasangan elektrode pembanding adalah elektrode indikator (disebut juga working electrode) yang potensialnya bergantung pada konsentrasi zat yang sedang diselidiki Syaratnya adalah: • Mematuhi persamaan Nersnt bersifat reversible • Memiliki potensial elektroda yang konstan oleh waktu • Segera kembali keharga potensial semula apabila dialiri arus yang kecil • Hanya memiliki efek hysterisis yang kecil jika diberi suatu siklus suhu • Merupakan elektroda yang bersifat nonpolarisasi secara ideal Elektroda pembanding ada beberapa macam, diantaranya : a. Elektroda Kalomel (Saturated Calomel Electrode) Elektroda Kalomel merupakan elektrode yang terdiri dari lapisan Hg yang ditutupi dengan pasta Merkuri (Hg), Merkuri Klorida /Komel (Hg2Cl2) dan kalium klorida (KCl). Setengah sel elektrode kalomel dapat ditunjukan sebagai berikut: KCl || Hg2Cl2 (sat’d), KCI (x M) | Hg Dengan x menunjukkan konsentrasi KCl didalam larutan. Reaksi elektroda dapat dituliskan sebagai: Hg 2CI2 (s) + 2 e¯ 2 Hg (l) + 2 CI ¯ Potensial sel ini akan bergantung pada konsentrasi klorida x (pada kalomel yang tidak jenuh), dan harga konsentrasi ini harus dituliskan untuk menjelaskan elektroda. Elektroda kalomel jenuh (saturated calomel electrode, SCE) biasanya banyak digunakan oleh para pakar kimia analitik karena banyak tersedia di pasaran dan konsentrasi klorida tidak mempengaruhi harga potensial elektroda. Harga potensial SCE adalah 0,244 V pada 25o C dibandingkan terhadap elektroda hidrogen standart. Elektroda calomel ditunjukan oleh gambar di bawah ini. Elektroda kalomel terbuat dari tabung gelas atau plastik dengan panjang 5 - 15 cm dan garis tengah 0,5 - 1 cm. Pasta Hg/HgCI terdapat di dalam tabung yang lebih dalam, dihubungkan dengan larutan KCI jenuh melalui lubang kecil. Kontak elektroda ini dengan larutan dari setengah sel lainnya melalui penyekat yang terbuat dari porselen atau asbes berpori. Elektroda calomel ditunjukan oleh gambar di bawah ini. b. Elektroda perak / perak klorida Elektroda perak / perak klorida merupakan electrode yang terdiri dari suatu elektroda perak yang dicelupkan kedalam larutan KCI yang dijenuhkan dengan AgCI. Setengah sel elektroda perak dapat ditulis : KCl | | AgCI (sat’d), KCI (xM) | Ag Reaksi setengah selnya adalah AgCI (s) + e- Ag (s) + CI- Biasanya elektroda ini terbuat dari suatu larutan jenuh atau 3,5 M KCI yang harga potensialnya dalah 0,199 V (jenuh) dan 0.205 V (3,5M) pada 250 C. Kelebihan elektroda ini dapat digunakan pada suhu yang lebih tinggi sedangkan elektroda kalomel tidak. 2. Elektrode Indikator (Indicator Elektrode) Elektroda indikator (elektroda kerja) adalah suatu elektroda yang potensial elektrodanya bervariasi terhadap konsentrasi (aktivitas) analit yang diukur. Elektroda indikator harus memenuhi beberapa syarat antara lain harus memenuhi tingkat kesensitivan yang terhadap konsentrasi analit. Tanggapannya terhadap keaktifan teroksidasi dan tereduksi harus sedekat mungkin dengan yang diramalkan dengan persamaan Nernst. Sehingga adanya perbedaan yang kecil dari konsentrasi analit, akan memberikan perbedaan tegangan. Elektroda indikator secara umum dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu : a. Elektroda indikator logam Elektroda logam adalah elektroda yang dibuat dengan menggunakan lempengan logam atau kawat yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit. Elektroda logam dapat dikelompokkan ke dalam elektroda jenis pertama (first kind), elektroda jenis kedua (second kind), elektroda jenis ketiga (third kind), elektroda redoks. Elektroda jenis pertama Elektroda yang langsung berkesinambungan dengan kation yang berasal dari logam tersebut. Contoh, elektroda tembaga : Cu2+ + 2e == Cu(s) Sehingga, E = E0Cu – (0,059/2)log[1/Cu2+] E = E0Cu – (0,059/2)pCu Dengan pCu adalah - log[Cu2+], jadi elektroda tembaga mengukur langsung pCu. Logam lain yang mempunyai sifat logam balik (reversibel) meliputi perak, raksa, cadmium, seng dan timbal. Elektroda jenis kedua Elektroda yang harga potensialnya bergantung pada konsentrasi suatu anion yang dengan ion yang berasal dari elektroda membentuk endapan atau ion kompleks yang stabil. Contoh elektroda perak untuk halida, reaksinya dapat ditulis, AgCl(s) + e == Ag(s) + Cl- Sehingga, E = E0 – (0,059/1)log[Cl-] E = E0 – 0,059 pCl Contoh lain, elektroda raksa untuk mengukur konsentrasi anion EDTA (disingkat Y4-). Pengukurannya didasarkan pada sifat elektroda raksa dalam larutan kompleks stabil Hg(II)EDTA encer, reaksi pada elektroda adalah : HgY2- + 2e == Hg(l) + Y4- E = 0,21 V Untuk reaksi tersebut berlaku, E = 0,21 – (0,059/2) log {[Y4-]/[Hg Y2-]} untuk menggunakan system elektroda ini perlu ditambahkan sedikit Hg Y2- ke dalam larutan. Karena kompleks ini sangat stabil (untuk Hg Y2-, Kf = 6,3 x 1021). Maka konsentrasi Hg Y2- dianggap tetap. Sehingga persamaannya menjadi, E = K – (0,059/2) log [Y4-] E = K – (0,059/2) pY Dengan K = 0,21 – (0,059/2) log {1/[Hg Y2-]} Elektroda jenis ketiga Elektroda logam ayng harga potensialnya bergantung pada konsentrasi ion logam lain. Contoh, elektroda Hg dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi ion Ca2+, Zn2+, atau Cd2+ yang terdapat dalam larutan. Untuk elektroda Hg dengan kompleks EDTA seperti pada elektroda kedua, potensial elektrodanya dapat ditulis kembali, E = K – (0,059/2) log [Y4-] Bila ditambahkan sedikit kompleks Ca(II)-EDTA, maka kesetimbangan baru akan terbentuk, CaY2- == Ca2+ + Y4- Kf = [Ca2+] [Y4-] / [CaY2-] Dengan menggabungkan harga konstanta pembentukan kompleks CaY2- dengan persamaan sebelumnya didapat, E = K - (0,059/2) log { Kf [CaY2-] / [Ca2+]} Elektroda redoks ( inert ) Logam mulia seperti platina, emas, dan paladium bertindak sebagai elektroda indikator pada reaksi redoks. Fungsi logam semata-mata untuk membangkitkan kecenderungan system tersebut dalam mengambil atau melepaskan electron; logam itu sendiri tidak ikut serta secara nyata dalam reaksi redoks, potensialnya merupakan fungsi Nersnt dari rasio aktivasi aFe2+/aFe3+. Tentu saja, inert merupakan ukuran relatif, dan platina tidak kebal dari serangan-seranga oksidator kuat, terutama dalam larutan dimana kompleksasi bias menstabilkan Pt(II) melalui pembentukan spesies. Platina juga bisa menimbulkan masalah dengan reduktor-reduktor yang sangat kuat: reduksi H+ (atau H2O) kadang-kadang berlangsung sedemikian lambat sehingga analit-analit bias direduksi lebih dahulu dalam larutan air tanpa interfensi dari pelarutnya, tetapi karena H+ e = ½ H2 dikatalis oleh platina, keuntungan kinetik ini mungkin hilang. Contoh potensial elektroda platina di dalam larutan yanfg mengandung ion-ion Ce3+ dan Ce4+ adalah, E = E0 - 0,059 log [Ce3+]/[Ce4+] Dengan demikian elektroda platina dapat bertindak sebagai elektroda indikator di dalam titrasi cerimetri. b. Elektroda indikator membran Elektroda indikator ini biasanya peka/sensitif terhadap satu jenis ion saja. Tegangan yang ditimbulkan bergantung pada banyaknya ion dalam larutan yang mengenai permukaannya. Hal ini dapat dilihat dari jumlah atau konsentrasi ion dalam larutan. Sensor merupakan elektroda yang digunakan untuk analisis secara kuantitatif yang menunjukkan selektifitas terhadap aktivitas ion yang diukur dan ditandai dengan perubahan potensial secara reversibel (Evans, 1987). Sensor mendapat perhatian luas dari para peneliti karena alat ini mudah perakitannya dan pemakaiannya sederhana (Bailey, 1976). Sensor terdiri atas membran yang responsif secara selektif terhadap suatu spesies tertentu dan mengadakan kontak pada bagian luarnya dengan larutan yang akan ditentukan, sedangkan bagian dalam berisi larutan yang mempunyai aktivitas tertentu yang mengadakan kontak dengan elektroda pembanding. Membran tersebut harus bersifat inert terhadap larutan uji, selektif terhadap ion-ion tertentu, memiliki kepekaan yang baik, memenuhi nilai sensitivitas teoritis dan dapat dicetak sesuai dengan ukuran yang diinginkan (Pungor and Klara, 1970). Setiap membran akan memberikan mekanisme yang berbeda dalam membangkitkan potensial sesuai dengan jenis dan sifat membran. Secara umum, membran sensor dapat dikelompokkan menjadi membran berpori, membran permselektif dan membran spesifik ion. Membran berpori adalah membran yang memisahkan dua larutan elektrolit dari kedua fasa sehingga memungkinkan terjadinya difusi ion. Pemindahan ion tersebut didasarkan pada perbedaan konsentrasi partikel yang berpindah dari larutan yang lebih pekat ke larutan yang lebih encer. Agar dapat melewati membran maka ukuran ion harus lebih kecil atau sama dengan pori-pori membran sedangkan ion dengan ukuran yang lebih besar tidak dapat melewati membran. Potensial yang terjadi pada membran berpori disebabkan perbedaan difusi dari ion pada lapisan permukaan membrane. Elektroda membrane diklasifikasikan dalam dua bagian utama yaitu : 1. Elektroda selektif ion Elektroda selektif ion adalah elektroda yang responsif terhadap spesi ion. Elektroda ini terbagi menjadi dua bagian yaitu elektroda membran kristal dan elektroda non kristal. Elektroda selektif-ion (ESI) merupakan suatu alat yang digunakan untuk menentukan secara kuantitatif dari ion-ion, molekul-molekul atau spesi-spesi tertentu, karena elektroda tersebut merupakan elektrokimia yang akan berubah secara reversibel terhadap perubahan keaktifan dari spesi-spesi yang diukur (Buchari, 1983). Pada dasarnya cara analisis dengan menggunakan elektroda selektif ion adalah menentukan potensial dari larutan yang akan diukur sehingga penentuan dengan cara ini termasuk di dalam metode potensiometri (Morf, 1981 ). ESI (Elektroda selektif-ion) ini menggunakan membran sebagai sensor. Berbagai definisi membrane telah dikemukakan. Membran adalah suatu lapisan yang memisahkan dua fasa dan mengatur perpindahan massa dari kedua fasa yang dipisahkan (Laksminarayanaiah,1976). Sejumlah persaratan telah ditetapkan sebagai petunjuk bagi pemilihan bahan polimer yang dapat didop untuk digunakan sebagai membrane elektroda pada baterai, peralatan elektronik, sensor, eiektroda tennodifikasi, generator tennoelektrik dan elektrokimia vakum tinggi. Polimer yang baik digunakan sebagai ion induk (host ion) adalah: 1. Polimer yang mempunyai gugus yang mampu menyumbangkan elektron guna membentuk ikatan koordinasi dengan kation garam dopan. lnteraksi ini terjadi bila polimer mempunyai pasangan elektron bebas yang disediakan oleh atom nitrogen, oksigen, sulfur atau klor. 2. Polimer yang mempunyai rantai fleksibel sehingga atom dopan dapat dengan mudah terikat pada polimer aktif. 3. Polimer yang memiliki densitas energi kohesi yang tinggi dan suhu transisi gelas(Tg) yang rendah (Gray, 1991). Membran spesifik ion adalah membran yang memiliki sifat yang sama dengan membran permselektif namun yang ditransport adalah ion-ion tertentu, sehingga dapat mengadakan pertukaran secara spesifik sedangkan ion lain tidak. Pembuatan sensor ClO4- pernah diteliti menggunakan zat aktif 1,4,7,10,13-penta(n- oktil)-1,4,7,10,13-pentaazasiklopentadekana menggunakan pemlastis NPOE, DBP, DOS dan DBS berdasarkan membran PVC. Sensor ClO4- dengan pemlastis DBS mempunyai nilai sensitivitas yang terbaik yaitu 57 mV/dekade, trayek pengukuran 10-4-10-1 M, waktu respon 5 detik dan waktu hidup 25 hari. Kobaloksim ([klorobis(dimetilglioksimeato)trifenilfosfin) kobalt (III) berdasarkan membran PVC dapat digunakan untuk sensor ClO4-. Sensor ClO4- ini mempunyai sensitivitas 56,8 mV/dekade, trayek pengukuran 10-6-10-1 M, range pH 4-10 dan waktu respon 15 detik. Sensor ClO4- ini dapat digunakan untuk menentukan ion perklorat di dalam air dan urin manusia. Sensor ClO4- disiapkan menggunakan zat aktif oktilamonium klorida, pemlastis NPOE dan DBP berdasarkan matrik PVC. Sensor tersebut mempunyai sensitivitas 57,3 mV/dekade dengan waktu respon 13-15 detik dan waktu hidup 10 bulan. 2. Elektroda selektif molecular Elektroda selektif molekular adalah elektroda yang dipakai untuk menetapkan molekul analit. Elektroda ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu : elektroda pendeteksi peka terhadap gas dan elektroda bersubtrat enzim. Membran permeselektif adalah membran yang memiliki matriks dengan gugus ionik tetap, sehingga sifat dari muatan juga tetap. Keadaan ini memungkinkan transport ion yang berlawanan dengan muatan membran pada rentang konsentrasi tertentu. Namun, membran ini tidak dapat membedakan ion yang ditranspor secara individu, karena membran jenis ini dapat mengadakan pertukaran dengan beberapa ion yang memiliki muatan yang berlawanan dengan membran.