Anda di halaman 1dari 28

7

BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teori
1. Mind Mapping (Pemetaan Pikiran)
a. Definisi Metode Mind Mapping (Peta Pikiran)
Metode adalah cara yang berisi prosedur baku untuk
melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian
materi pelajaran kepada siswa.1 Jika dikaitkan dengan proses belajar
metode dapat dijelaskan suatu cara untuk menyampaikan materi demi
tercapainya tujuan pengajaran yang disampaikan kepada peserta didik.
Metode Mind Mapping pertama kali diperkenalkan oleh Dr.
Tony Buzan pada awal 1970-an. Para ahli mengemukakan definisi
tentang mind mapping diantaranya sebagai berikut.
1) Menurut Tony Buzan dalam bukunya “Buku Pintar
Mind Map”, mind mapping adalah suatu cara
mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah
akan memetakkan pikiran-pikiran;2
2) Menurut Sutanto Windura dalam buku Memori dan
Pembelajaran, Mind Mapping merupakan metode
pencatatan yang didapat mengakomodir untuk
keseluruhan dari suatu topik, kepentingan, serta
hubungan relatif antar masing-masing komponen
dan mekanisme penghubungannya;3
3) Peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang
akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang
dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik

1Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2006), cet. 14, hlm. 201.
2Tony Buzan, loc. cit.
3Yovan P. Putra, Memori dan Pembelajaran Efektif, (Bandung: CV: Yrama Widya, 2008),
hlm. 257.
sehingga lebih mudah memahaminya.4
Mind Map sebenarnya adalah suatu sistem grafis yang
melibatkan seluruh potensi otak kiri dan otak kanan5. Dari uraian
tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah suatu teknik mencatat
yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan
dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri
seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan
memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal.
b. Hubungan Pencatatan Informasi dan Ingatan
Belajar adalah kegiatan otak yang paling utama. Dalam proses
belajar siswa mendapatkan pertambahan materi berupa informasi
mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian. Informasi
yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi
melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi yang diperoleh dan
telah diolah akan menjadi suatu ingatan.
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-
kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika
informasi tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu
yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari
mahluk hidup lainnya. Ingatan merupakan reaksi elektroPendidikan
Agama Islam yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran
indrawi dan disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit dan
unik di seluruh bagian otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir,
bergerak dan mengalami hidup (rangsangan indrawi). Semua
pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian akan
4Iwan Sugiarto, Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berfikir Holistik dan Kreatif,
(Jakarta: PT. Gramedia, 2004), hlm. 75.
5Belahan otak kiri memiliki fungsi yang berbeda dengan belahan otak kanan. Otak kiri
adalah otak rasional, dan otak kanan adalah otak imajinatif. Belahan otak kiri memiliki kelebihan
dalam kata-kata, logika, angka, analisis, dan daftar serta merupakan short term memory.
Sedangkan otak kanan memiliki keunggulan dalam ritme, kesadaran, imajinasi, mengkhayal,
kreatif, warna, dan dimensi serta merupakan long term memory. Lihat Iwan Sugiarto,
Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berfikir Holistik dan Kreatif, (Jakarta: PT. Gramedia,
2004), hlm. 36-37.
9

diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan
kegunaannya.
Otak manusia tidak dapat langsung mengolah informasi
menjadi bentuk rapi, tetapi harus mencari, memilah, memilih,
merumuskan, merapikan, mengatur, menghubungkan, dan menjadikan
campuran antara gagasan-gagasan dengan kata-kata yang sudah
mempunyai arti bahwa kata-kata itu sudah dipahami. Pada saat yang
sama kata-kata ini dirangkai dengan gambar, simbol, citra (kesan),
bunyi, dan perasaan. Jadi, yang dimiliki adalah sekumpulan besar kata
yang bercampur aduk tak terangkai di dalam otak, tetapi keluar satu
per satu dan dirangkai dengan logika, diatur oleh tata bahasa, dan
menghasilkan arti yang dapat dipahami.
Informasi yang diperoleh siswa dalam bentuk materi pelajaran
akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Siswa tentu
menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar
menjadi sebuah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal
untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang,
salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari.
Tujuan mencatat adalah mendapatkan point kunci dari buku-
buku pelajaran yang ada. Catatan yang baik dan efektif dapat
membantu untuk mengingat detail-detail tentanng poin-poin kunci,
memahami konsep-konsep utama, dan melihat kaitannya.6 Teknik
bagaimana seseorang membuat catatan tentu menjadi salah satu faktor
seseorang memahami dan kemampuan menyimpan informasi lebih
lama.
Bagi seorang pelajar, mencatat sering kali diartikan sebagai alat
pembanding antara pelajar yang mendapat nilai tinggi dan pelajar yang
mendapat nilai rendah saat ujian. Alasannya, karena mencatat dapat
meningkatkan daya ingat terhadap materi pelajaran yang dicatat. Selain
itu, siswa yang membuat catatan, berarti pikirannya terfokus terhadap
6Bobby de Potter, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan,
terj. Alawiyah Abdurrahman, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2008), hlm. 150.
apa yang dicatat, dan pada umumnya seseorang akan lebih ingat
dengan apa yang telah dicatat.
Mencatat adalah suatu kegiatan untuk mendokumentasikan
informasi yang kita dengar atau pelajari agar lebih mudah diingat.
Syaikh Az-Zamuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim, mengungkapkan:

‫لتا كيد‬
‫ى التا بيد‬
(Jika kamu telah memahami suatu pelajaran, maka ulangilah,
kemudian kukuhkanlah dalam hati sekukuh-kukuhnya, setelah itu
catatatlah, karena jika sewaktu-waktu lupa, kamu dapat
mempelajarinya kembali.) 7

Dari ungkapan di atas, peserta didik sangat dianjurkan untuk


mencatat pelajarannya, sebagai salah satu usaha untuk mengingat-ingat
pelajaran. Tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya
mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan. Tujuan
pencatatan adalah:8
1. membuat informasi tersebut tertulis dan
permanen;
2. mengetahui ide utama dari bahan pelajaran
tersebut;
3. membantu dalam mengingat informasi
tersebut secara lebih baik;
4. membantu dalam memahami informasi
tersebut secara lebih baik;
5. sewaktu-waktu dapat ditunjukkan pada
orang lain.
Riset mengenai proses pengolahan informasi yang sangat
komplek di dalam otak, mengakibatkan evaluasi ulang tentang
bagaimana buku-buku pelajaran ditulis, bagaimana efektifnya
7Abdul Kadir Aljufri, Terjemah Ta’lim Muta’allim, (Surabaya,: Mutiara Ilmu Surabaya,
1995), hlm. 56.
8Sutanto Windura., op. cit., hlm. 141.
11

pengajaran diberikan, dan bagaiman efektifnya catatan dibuat.


c. Mind Mapping sebagai Metode Pencatatan
Mencatat sudah menjadi tradisi yang dilakukan oleh
kebanyakan siswa. Mencatat bukan hanya sekedar tradisi karena
mencatat merupakan salah satu cara untuk dapat mengingat materi
pelajaran yang diajarkan oleh guru. Umumnya siswa membuat catatan
tradisional dalam bentuk tulisan linier panjang yang mencakup seluruh
isi materi pelajaran. Namun saat catatan tersebut dibuka, yang terlihat
adalah kumpulan kata-kata panjang yang isinya hampir sama
panjangnya dengan buku pelajaran. Catatan seperti ini tentu tidak akan
menarik perhatian atau bahkan cenderung membosankan. Sistem
catatan ini hanya menggunakan kalimat, frasa daftar dan garis, serta
angka. Sistem seperti ini hanya menggunakan prinsip-prinsip otak kiri
yang terkait dengan kata, daftar, logika, mengatur, urutan, dan angka.
Telah dipaparkan pada pembahasan sebelumya, bahwa belajar
efektif salah satunya adalah dengan menggunakan kedua belahan otak,
yakni otak kiri dan otak kanan (Use both sides of your brain).9 Hal ini
pun juga harus diterapkan pada bagaimana cara untuk membuat catatan
yang efektif. Catatan yang efektif adalah catatan yang dapat
menghemat waktu, dapat membantu menyimpan informasi dan
mengingatnya kembali jika diperlukan.10 Disinilah peran mind
mapping dalam membantu untuk membuat catatan yang baik dan
efektif. Karena mind mapping bisa memanfaatkan kedua belahan otak
Mind mapping (peta pikiran) merupakan teknik yang paling baik
dalam membantu proses berfikir otak secara teratur karena
menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran manusia yang
bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal sehingga
membuka potensi otak.11
Teknik ini dikembangkan oleh Tony Buzan, yang didasarkan

9Ibid., hlm. 14.


10Bobby de Porter, op. cit., hlm. 14.
11Tony Buzan, op. cit., hlm. 68.
pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenarnya. Otak
sendiri sebenarnya seringkali mengingat informasi dalam bentuk
gambar, simbol, suara, bentuk, dan perasaan. Dan peta pikiran
menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu
pola-pola dari ide yang saling berkaitan. Jika dibandingkan dengan
metode catatan biasa (tradisional), peta pikiran jauh lebih mudah. Peta
pikiran menjadi cara termudah untuk menempatkan informasi ke
dalam dan ke luar otak, karena mind mapping bekerja sesuai dengan
cara kerja alami otak yang melibatkan kedua sisi otak yakni
menggunakan gambar, warna, dan imajinasi (wilayah otak kanan)
bersamaan dengan kata, angka, dan logika (wilayah otak kiri).12
Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi tiap
harinya. Hal ini tentu sesuai dengan perbedaan emosi dan perasaan
masing-masing siswa tiap harinya. Materi pelajaran yang dibuat mind
mapping akan mempermudah otak untuk memproses informasi dan
memasukkannya ke dalam memori jangka panjang.
d. Manfaat Mind Mapping
Mind Mapping sangat bermanfaat dalam proses belajar,
diantaranya:
1. Menurut De Porter dan Hernacki, manfaat peta
pikiran adalah:13
a. Mind mapping bersifat fleksibel,
yakni memudahkan siswa dalam
mengingat kembali suatu subyek
pelajaran.
b. Memusatkan perhatian siswa
c. Meningkatkan pemahaman dan
memberikan catatan tinjauan ulang
yang sangat berarti nantinya.

12Ibid., hlm. 60.


13Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, op. cit., hlm. 172.
13

d. Menyenangkan dan tidak


membosankan, karena mind mapping
menggunakan perpaduan antara
tulisan, gambar, dan warna yang
sekaligus dapat memaksimalkan
fungsi otak kanan dan kiri yang
merupakan kunci dari belajar efektif.
2. Peta pikiran dapat dimanfaatkan sebagai alat
bantu dalam memahami suatu konsep dan
mengembangkan suatu ide, karena peta pikiran
dapat menghubungkan antara satu ide dengan
ide lainnya dengan memahami konteksnya.
Sehingga dapat memudahkan otak untuk
memahami dan menyerap suatu informasi
3. Dalam bukunya yang berjudul Mind Map
Untuk Meningkatkan Kreativitas, Tony Buzan
menyatakan bahwa Mind Map memberikan
kemudahan dalam mengatur segala fakta dan
hasil pemikiran yang melibatkan cara kerja
alami otak sejak awal. Ini berarti bahwa upaya
untuk mengingat dan menarik kembali
informasi di kemudian hari akan lebih mudah,
serta lebih dapat diandalkan daripada
menggunakan cara pencatatan tradisional.14
Sedangkan dalam bukunya The Ultimate book
of The Mind Maps menyatakan dengan
menggunakan peta pikiran dapat menjadikan
manusia lebih kreatif, menghemat waktu,
memecahkan masalah, membantu

14Tony Buzan, Mind Map Untuk Meningkatkan Kreatifitas, (Jakarta: PT. Gramedia, 2004),
hlm. 4-9.
berkonsentrasi, mengatur dan menjernihkan
pikiran, mengingat lebih baik, belajar lebih
cepat dan efisien, belajar lebih mudah, dapat
melatih dan melihat gambaran keseluruhan
pikiran secara terperinci, berkomunikasi, dan
lain-lain.15
4. R. Teti Rostikawati dalam sebuah artikel on
line berjudul “Mind Mapping dalam Metode
Quantum Learning: Pengaruhnya terhadap
Prestasi Belajar dan Kreatifitas Siswa”,
menyatakan penggunaan catatan mind mapping
yaitu membiasakan siswa untuk melatih
aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat
menciptakan suatu produk kreatif yang dapat
bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.16

e. Cara Membuat Mind Mapping


Beberapa hal penting dalam membuat peta pikiran ada dibawah
ini, yaitu:17
1) pastikan tema utama terletak ditengah-
tengah;
2) dari tema utama, akan muncul tema-tema
turunan yang masih berkaitan dengan
tema utama;

15Tony Buzan, loc. cit.


16R. Teti Rostikawati. Mind Mapping dalam Metode Quantum Learning: Pengaruhnya
terhadap Prestasi Belajar dan Kreatifitas Siswa. http://fkip-unpak.org/teti.htm
17Anton, Peta Pikiran: Mind Mapping, http://pkab.wordpress.com/2008/02/29/peta-
pikiran-mind-mapping/, hlm. 1.
15

3) cari hubungan antara setiap tema dan


tandai dengan garis, warna atau simbol;
4) gunakan garis, warna, panah atau cabang
dan bentuk-bentuk simbol lain untuk
menggambarkan hubungan diantara
tema-tema turunan tersebut;
5) gunakan huruf besar;
6) buat peta pikiran di kertas polos. Ide dari
Peta Pikiran adalah agar siswa berpikir
kreatif. Karenanya digunakan kertas
polos;
7) sisakan ruangan untuk penambahan
tema.
Contoh mind mapping dapat dilihat pada lampiran 55.
f. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping
Mind map (peta pikiran) adalah suatu metode yang sangat
efektif untuk mencatat.18 Berikut ini disajikan perbedaan antara catatan
tradisional (catatan biasa) dengan catatan pemetaan pikiran (mind
mapping).19

Tabel 2.1. Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Mapping


Catatan Biasa Peta Pikiran (Mind Mapping)
1. Hanya berupa tulisan- 1. Berupa tulisan, simbol dan
tulisan saja gambar

18Yovan P. Putra, op. cit., hlm. 261


19Iwan Sugiarto, op. cit , hlm. 76
2. Hanya dalam satu 2. Berwarna-warni
warna 3. Untuk mereview ulang
3. Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang
Memerlukan waktu pendek
yang lama 4. Waktu yang diperlukan
4. waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat
untuk belajar lebih dan efektif
lama 5. Membuat individu
5. Statis menjadi lebih kreatif.

g. Perbedaan Mind Mapping dengan Peta Konsep


Pengertian peta konsep adalah ilustrasi grafis konkret yang
mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan pada
konsep-konsep lainnya pada kategori yang sama.20 Peta konsep
digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-
konsep dalam bentuk kata-kata.21 Jadi siswa-siswa mengatur sejumlah
konsep atau kunci-kunci dalam satu halaman kertas, kemudian
menghubungkannya dengan garis-garis sepanjang kata-kata itu ditulis.
Tabel 2.2. Perbedaan Mind Mapping dengan Peta Konsep
Mind Mapping Concept Mapping
(Pemetaan Pikiran) (Peta Konsep)
1. Dapat 1. Hanya
mengaktifkan mengaktifkan otak
belahan otak kiri kiri saja
dan otak kanan 2. Kata kunci
2. Kata-kata kunci didominasi dengan
dipadukan dengan kata-kata dan
gambar dan warna garis-garis yang
sehingga tampak menghubungkan
menarik antar konsep
3. Dimulai dari 3. Dimulai dari
bagian tengah bagian atas ke
(kertas kosong) bagian bawah
dan menyebar ke
segala arah 4. Menggunakan
4. Menggunakan garis lurus untuk

20Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, ( Jakarta:


Prestasi Pustaka, 2007), hlm. 159.
21Martinis Yasmin dan Bansu I. Ansari, Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa, ( Jakarta: Gaung Persada Press, 2008 ), hlm. 38.
17

garis lengkung menghubungkan


untuk antar konsep.
menghubungkan
antar konsep.

2. Model Pembelajaran Kooperatif


a. Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu pola atau langkah-langkah
pembelajaran tertentu yang diterapkan agar tujuan atau kompetensi
dari hasil belajar yang diharapkan akan cepat dapat tercapai dengan
lebih efektif dan efisien. Suatu kegiatan pembelajaran di kelas disebut
model pembelajaran jika: (1) ada kajian ilmiahnya dari penemu atau
ahlinya, (2) ada tujuannya, (3) ada tingkah laku yang spesifik, (4) ada
kondisi spesifik yang diperlukan agar tindakan/ kegiatan pembelajaran
tersebut dapat berlangsung secara efektif.22
Pemilihan model pembelajaran mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menyampaikan materi bahan ajar kepada peserta
didik dan mampu menciptakan komunikasi dua arah, sehingga suasana
kelas menjadi lebih aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran juga mempunyai fungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
b. Pembelajaran Kooperatif
1) Prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dalam budaya Indonesia bisa juga
disebut sistem pengajaran gotong royong. Pembelajaran kooperatif
sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan
tanggung jawab bersama, pemberian tugas, dan rasa senasib.
Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara

22Suyitno, Amin, op. cit., hlm 29.


kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi
(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab, saling
membantu, dan berlatih berinteraksi komunikasi-sosialisasi karena
kooperatif adalah suatu miniatur dalam hidup bermasyarakat, dan
belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Slavin mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah berbagai metode pembelajaran yang memungkin para siswa
bekerja didalam kelompok kecil, saling membantu satu sama lain
dalam mempelajari materi tententu. Dalam pembelajaran, para
siswa diharapkan saling membantu, berdiskusi, berdebat, atau
saling menilai pengetahuan dan pemahaman satu sama lain. Slavin
juga menambahkan, bahwa pembelajaran kooperatif bukan hanya
sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan
pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan cara untuk
menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial dalam kelas,
yang merupakan manfaat penting untuk memperluas
perkembangan interpersonal dan keefektifan.23
2) Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif ini berbeda dengan kelompok belajar
biasa, bukan hanya sekedar kumpulan individu melainkan
merupakan satu kesatuan yang memiliki ciri dinamika dan emosi
tersendiri. Beberapa karakteristik pembelajaran kooperatif sebagai
berikut:
a) Pembelajaran Tim
Tim merupakan tempat untuk mencapai keberhasilan
pembelajaran. Oleh karena itu, semua anggota tim harus saling
membantu untuk mencapai keberhasilan tim.
b) Manajemen Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat manajemen
yang sangat berperan sebagai pedoman dalam bekerja sama.

23Slavin, Robert E. , op. cit., hlm. 100.


19

Empat fungsi pokok dari manajemen kooperatif ini yaitu:


fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan
fungsi kontrol.

c) Kemauan untuk Bekerja Sama


Keberhasilan kooperatif merupakan keberhasilan
bersama dalam sebuah kelompok. Setiap anggota kelompok
tidak hanya melaksanakan tugas masing-masing tetapi perlu
adanya kerjasama sesama anggota kelompok. Sebagaimana
firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 2
yang mengajarkan bahwa manusia harus bekerja sama,24

‫وَل‬
َ ‫وى‬
َ ‫ق‬ْ ّ ‫والت‬َ ‫عَلى ال ْب ِّر‬ َ ‫وُنوا‬
َ ‫عا‬
َ َ ‫وت‬َ …
…‫ن‬ِ ‫وا‬ ُ ْ ‫وال‬
َ ْ ‫عد‬ َ ِ ‫عَلى اْل ِث ْم‬
َ ‫وُنوا‬ َ ‫عا‬َ َ‫ت‬
…” dan tolong menolonglah kamu atas kebaikan dan taqwa,
dan janganlah kamu tolong menolong atas kejelekan dan
dosa”…25
d) Ketrampilan Bekerja Sama
Ketrampilan bekerjasama merupakan keanekaragaman
kegiatan yang dilaksanakan dalam sebuah kelompok untuk
memecahkan masalah bersama. Setiap anggota kelompok
diharapkan dapat mewujudkan komunikasi dan interaksi
dengan anggota lain dalam menyampaikan ide, dan
memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
3) Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson dalam kutipan buku Anita Lie
mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal lima

24Sebagaimana dalam Tafsir Al-Mishbah yang menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan
prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dengan siapapun, selama tujuannya adalah untuk kebaikan
dan ketakwaan. Lihat M. Quraish Shihap, Tafsir (Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an), (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 3, hlm. 14.
25Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al-Huda, 2002), hlm.
107.
unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan,
sebagai berikut.26

a) Ketergantungan positif;
b) Tanggung jawab perseorangan;
c) Interaksi tatap muka;
d) Partisipasi dan komunikasi antar anggota;
e) Evaluasi proses kelompok.
Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif yaitu:27
a) siswa bekerja
dalam
kelompok
secara
kooperatif
untuk
menuntaskan
materi
pelajaran;
b) kelompok
dibentuk dari
siswa yang
berkemampua
n tinggi,
sedang, dan
rendah serta
dari latar
belakang yang

26Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang


Kelas, (Jakarta: Grasindo, 2007), hlm. 31-35.
27M. Ibrahim, dkk., Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: UNESA Press, 2001), Cet. 2,
hlm 6-7
21

berbeda;
c) penghargaan
lebih
berorientasi
kepada
kelompok dari
pada individu.
4) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ibrahim menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial.28
a) Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model
ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan
dengan hasil belajar.
b) Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada
siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja
saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama,
melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar
untuk menghargai satu sama lain.
c) Pengembangan ketrampilan sosial
Pembelajaran kooperatif dapat mengajarkan kepada
siswa ketrampilan ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi.

28Ibid., hlm. 7.
Ketrampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam
masyarakat, karena bermasyarakat sebagian besar dilakukan di
dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan
masyarakat secara budaya semakin beragam.
3. Hasil Belajar
a. Definisi Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang pokok. Ini berarti berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana
proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar
dapat terjadi kapanpun dan di manapun manusia berada, baik di
sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Belajar berlangsung seumur
hidup tanpa batas.
Menurut Hilgard dan Bower mengemukakan definisi belajar
sebagai berikut:
“Learning refers to the change in a subject's behavior or
behavior potential to a given situation brought about by the
subject's repeated experiences in that situation,provided that
the behavior change cannot be explained on the basis of the
subject's native response, tendencies, maturation,or temporari
states.”29

(Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku


seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan
oleh pengamalannya berulang-ulang dalam situasi itu,dimana
perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan pada dasar
kecenderungan respon bawaan ,kematangan atau keadaan
sesaat seseorang)

Dalam kitab Mudkhola ilal Manahij wa Turuqut Tadris

‫التعلعععم هعععوتغيرفى ألداء ينجعععم ععععن‬


30
‫علمليه تدريب‬
29Gordon H. Bower, Theories of Learning, (Washington, D.C.: National Gallery of Art,
1981), hlm. 11.
30M. Muzamil Basir dan M. Malik M. Said, Mudkhola ilal Manahij wa Turuqut Tadris,
(Mekkah: Darul Liwa’,t.th.), hlm. 64.
23

(Belajar adalah merubah dengan mengadakan beberapa


pelatihan.)

Belajar menurut Gesalt adalah fenomena kognitif.31 Kelas yang


berorientasi Gesalt akan dicirikan oleh hubungan memberi dan
menerima antara murid dengan guru. Guru akan membantu siswa
memandang hubungan dan mengorganisasikan pengalaman mereka ke
dalam pola yang bermakna. Semua aspek pelajaran dibagi menjadi
unit-unit yang bermakna, dan unit-unit itu harus berkaitan dengan
seluruh konsep atau pengalaman, sehingga hal-hal yang dipelajari
bukan hanya diingat tetapi juga dengan mudahnya diaplikasikan ke
dalam situasi yang baru dan dipertahankan dalam jangka waktu yang
lama.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu usaha atau proses untuk mendapatkan perubahan
tingkah laku sebagai hasil pengalaman atau interaksi dengan
lingkungannya. Jadi ciri khas suatu suatu proses belajar adalah jika
individu tersebut mengalami perubahan. Perubahan-perubahan itu
sebagai indikasi telah terjadinya proses belajar. Pada umumnya hasil
belajar tersebut meliputi ranah-ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik.32
b. Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan objek evaluasi dari proses belajar.
Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dari dari proses
mengajar guru dan belajar siswa. Untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan belajar seorang siswa, maka perlu adanya informasi yang
berhubungan dengan indikator-indikator adanya perubahan perilaku
dan sikap siswa. Hal ini dapat diketahui melalui hasil belajar siswa.
Perubahan tingkah laku dan pribadi sebagai hasil belajar dapat
digolongkan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif,

31Hergenhahn, B. R., dan Mattew H. Olson, Theories of Learning, ed. 7, (Jakarta: Kencana,
2008), hlm. 291.
32Mimin Haryanti, op. cit., hlm. 115.
dan ranah psikomotorik.
H. Abin Syamsuddin, dalam buku psikologi kependidikan
mendefinisikan prestasi atau hasil belajar siswa adalah:
1) daya atau kemampuan seseorang untuk berfikir dan berlatih ketika
mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu dan kegiatan
pembelajaran di sekolah;
2) prestasi belajar tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya
(transferable) karena yang bersangkutan dengan kemampuan siswa
dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesa, dan evaluasi;
3) prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau
angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap
tugas siswa dan ulangan – ulangan atau ujian yang ditempuhnya.33
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas mengenai prestasi
belajar dapat disimpulkan, bahwa prestasi belajar harus mencakup tiga
aspek antara lain: 1). ranah kognitif; 2). ranah afektif (sikap dan nilai);
dan 3). ranah psikomotorik.34 Dalam ranah kognitif, ditinjau dari segi
pengamatan, ingatan, pemahaman, aplikasi atau penerapan, analisis,
dan sintesis. Ranah afektif ditinjau dari segi penerimaan, sambutan,
apresiasi, internalisasi, dan karakterisasi. Dan ranah psikomotorik
ditinjau dari segi ketrampilan tindakan dan sikap. Adapun hasil belajar
ranah kognitif adalah hasil belajar yang mencakup kegiatan otak.
Ranah kognitif membahas tujuan pembelajaran berkenan
dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai
ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini
terdiri atas 6 (enam) tingkatan yang secara hierarkis berturut dari yang
paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi)
dan dapat dijelaskan sebagai berikut.35

33Abin. Syamsuddin, Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000),


Cet, 3, hlm. 160.
34Ibid, hlm. 167.
35M. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya, 2002), cet. 11, hlm. 43-53.
25

1) Tingkat pengetahuan (knowledge)


Yakni kemampuan seseorang dalam menghafal atau
mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang
pernah diterimanya. Jadi pada ranah ini, peserta didik diharapkan
mampu mengenal atau mengetahui adanya konsep, fakta atau
istilah-istilah tanpa harus mengerti atau dapat menilai. Kata kerja
operasionalnya adalah: menyebutkan, menunjukkan,
mendefinisikan, mengenal, dan mengenal kembali.
2) Tingkat pemahaman (comprehension)
Yakni kemampuan dalam mengartikan, menafsirkan,
menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri
tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Tidak hafal secara
verbalistis, tetapi juga memahami konsep yang ada. Kata kerja
operasionalnya adalah: membedakan, mengubah, mengatur,
menyajikan, menentukan, dan menjelaskanTingkat penerapan
(Application)
Yakni kemampuan untuk menerapkan atau menggunakan
apa yang telah diketahuinya.. Kata kerja operasionalnya adalah:
menggunakan, menerapkan, menghubungkan, memilih, menyusun,
dan mengklasifikasikan.
3) Tingkat Analasis (Analysis)
Yakni menguraikan, memilah-milah sesuai dengan bagian-
bagian sistematikanya. Kata kerja operasionalnya adalah
membedakan, menemukan, menganalisis, dan membandingkan.
4) Tingkat Sintesis (Synthesis)
Yakni kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan
menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada
sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Kata kerja
operasionalnya adalah: menghubungkan, menyimpulkan,
menggabungkan, dan menghasilkan.
5) Tingkat evaluasi (Evaluation)
Yakni kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan
atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan
yang dimilikinya. Kata kerja operasionalnya adalah: menilai,
membandingkan, menentukan, melakukan, memutuskan, dan
menaksir..
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara
kontinu. Dari proses tersebut akan di peroleh sesuatu hasil yang
disebut hasil belajar. Berhasil atau tidaknya seseorang belajar
disebabkan beberapa faktor, yakni faktor dari dalam diri siswa
(internal), dan faktor yang datang dari luar diri siswa (eksternal).
Pengenalan terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar penting artinya dalam rangka mencapai prestasi belajar yang
sebaik-baiknya. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:36
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa),
yakni keadaan/ kondisi jasmani dan rohani
siswa
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa),
yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa
3) Faktor pendekatan dalam belajar (approach
to learning), yakni jenis upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang
digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran.
d. Proses belajar dan Pemrosesan Informasi pada Otak
Dalam proses belajar, siswa tentu mendapatkan pertambahan
materi, berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta atapun kejadian-
kejadian.Informasi akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan
informasi inilah yang melibatkan kerja sistem otak, yang akan diolah

36Muhibbin Syah,. op. cit., hlm. 132.


27

menjadi suatu ingatan. Jadi, otak tidak hanya menerima informasi,


tetapi jiga mengolahnya.37 Ingatan dibentuk melalui berfikir, bergerak,
dan melalui hidup (rangsang inderawi).
Berdasarkan tahapan evolusi, otak pada makhluk hidup terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu :38
1) Batang atau otak reptilia, yang merupakan
komponen otak reptile, berperan terkait
dengan insting,pertahanan hidup, bernapas
dan mencarui makan. Manusia memiliki
unsur-unsur yang sama dengan otak reptilia
dan merupakan komponen kecerdasan dari
manusia.
2) Sistem limbik atau disebut juga otak
emosional yang berperan mengendalikan
emosi. Sistem limbik inilah yang memberikan
kontibusi yang mendasar terhadap proses
belajar, yakni melakukan peran vital dalam
meneruskan informasi yang diterima kedalam
memori.
3) Neocortex atau cerebral cortex terbagi
menjadi dua belahan yaitu otak kanan dan
otak kiri. Masing-masing belahan otak ini
memiliki kemampuan tersendiri. Otak kiri
berkenan dengan angka,kata-
kata,matematika,dan urutan atau disebut
sebagai otak yang terkait dengan
pembelajaran. Sedang otak kanan terkait
dengan musik, gambar dan imajinasi atau

37Melvin, L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusa
Media, 2004), hlm. 18.
38R. Teti Rostikawati, Mind Mapping Dalam Metode Quantum Learning,
“http://mujito.wordpress.com/pembelajaran/mind-mapping-dalam-metode-quantum-learning/
yang disebut dengan otak yang berkaitan
dengan aktifitas kreatif. Namun, meskipun
tiap bagian otak ini memiliki kemampuan
yang berbeda, dua belahan otak tidak
berfungsi secara sendiri-sendiri. Antara otak
kiri dan otak kanan bekerja saling terkait satu
sama lain.
Dalam proses belajar siswa mendapatkan pertambahan materi
berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-
kejadian. Informasi yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses
pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi
yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-
kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika
informasi tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu
yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari
mahluk hidup lainnya. Ingatan memberikan titik-titik rujukan pada
masa lalu dan perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan reaksi
Pendidikan Agama Islam elektroPendidikan Agama Islam yang rumit
yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam
jaringan saraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak.
Ingatan dibentuk melalui berfikir, bergerak dan mengalami hidup
(rangsangan indrawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan
disimpan dalam otak, kemudian akan diolah dan diurutkan oleh
struktur dan proses otak mengenai nilai dan kegunaannya.
Informasi yang diperoleh siswa dalam bentuk materi pelajaran
akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Siswa
menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar
menjadi sebuah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal
untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang,
salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari.
29

Mencatat merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan


daya ingat. Tujuan pencatatan adalah membantu mengingat informasi
yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi
informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang
diajarkan. Umumnya siswa membuat catatan tradisional dalam bentuk
tulisan linier panjang yang mencakup seluruh isi materi pelajaran,
sehingga catatan terlihat sangat monoton dan membosankan.
Umumnya catatan monoton akan menghilangkan topik-topik utama
yang penting dari materi pelajaran.
Otak tidak dapat langsung mengolah informasi menjadi bentuk
rapi dan teratur melainkan harus mencari, memilih, merumuskan dan
merangkainya dalam gambar-gambar, simbol-simbol, suara, citra,
bunyi dan perasaan sehingga informasi yang keluar satu persatu
dihubungkan oleh logika, diatur oleh bahasa dan menghasilkan arti
yang dipahami. Peta pikiran membantu proses berfikir otak secara
teratur karena menggunakan teknik grafis yang berasal dari pemikiran
manusia yang bermanfaat untuk menyediakan kunci-kunci universal
sehingga membuka potensi otak.39

4. Materi

B. Penelitian yang Relevan


Tony Buzan dalam bukunya yang berjudul Mind Map Untuk
Meningkatkan Kreativitas, menyatakan bahwa Mind Map merupakan alat
paling hebat yang dapat membantu otak berpikir secara teratur. Mind Map
juga merupakan peta perjalanan yang hebat bagi ingatan. Karena memberikan
kemudahan dalam mengatur segala fakta dan hasil pemikiran yang melibatkan
cara kerja alami otak sejak awal. Ini berarti bahwa upaya untuk mengingat dan
menarik kembali informasi di kemudian hari akan lebih mudah, serta lebih

39Tony Buzan, op. cit., hlm. 68.


dapat diandalkan daripada menggunakan cara pencatatan tradisional.
Dalam sebuah artikel online yang berjudul “Mind Mapping dalam
Metode Quantum Learning Pengaruhnya terhadap Prestasi Belajar dan
Kreativitas Siswa” oleh R. Teti Rostikawati, Mind Map didefinisikan sebagai
cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai
pikiran dalam berbagai sudut, mengembangkan cara pikir divergen, dan
berpikir kreatif. Mind Map juga dapat didefinisikan sebagai alat berpikir
organisasional yang sangat hebat. Mind Map merupakan cara termudah
menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu ketika
dibutuhkan.
Dalam skripsi Arif Purnawan (4301401035) FMIPA Jurusan
Pendidikan Agama Islam UNNES yang berjudul “Peningkatan Efektivitas
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa SMA kelas X dengan Metode
Pemetaan Pikiran (Mind-Mapping) Menggunakan CD Pembelajaran Interaktif
pada Materi Pokok Hidrokarbon Tahun Pelajaran 2004/2005” menyimpulkan
bahwa metode mind mapping menggunakan CD pembelajaran sangat efektif
dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Slavin (1986) menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45
penelitian telah dilaksanakan antara tahun 1972 sampai 1986 yang
menyelidiki tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar.
Hingga akhirnya sampai pada kesimpulan bahwa teknik-teknik pembelajaran
kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan
dengan pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif.40
Dari kajian penelitian yang telah diteliti tersebut, penelitian ini
memadukan antara metode mind mapping dengan model pembelajaran
kooperatif tipe CIRC, dengan judul “Pengaruh Metode Mind Mapping
(Pemetaan Pikiran) dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Cooperative
Integrated Reading Composition (CIRC) terhadap Hasil Belajar Materi Pokok
Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI Semester II MAN
Semarang 2”

40M. Ibrahim, dkk., ibid, hlm. 16.


31

C. Metode Mind Mapping dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam


Materi Pokok Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan.
Metode pembelajaran sangat berperan dalam hal perolehan konsep dan
ketrampilan siswa dalam memahami pelajaran, terutama dalam hal ini adalah
pelajaran ilmu Pendidikan Agama Islam materi pokok kelarutan dan hasil kali
kelarutan, dimana banyak terdapat perhitungan-perhitungan yang memerlukan
pemahaman konsep yng mendalam. Siswa tentu akan merasa bosan jika
pembelajarannya bersifat monoton, sehingga siswa tidak termotivasi untuk
aktif mencari informasi sendiri. Oleh karena itu di perlukan suatu metode
penyampaian materi yang memudahkan siswa dalam memahami konsep-
konsep Pendidikan Agama Islam. Salah satu pembelajaran yang dirasakan
cocok untuk mempelajari Pendidikan Agama Islam adalah dengan
memadukan model pembelajaran dengan metode Mind Mapping.
Telah dipaparkan di pembahasan sebelumnya, bahwa metode mind
mapping adalah suatu metode pembelajaran yang ditujukan untuk membantu
siswa dalam mempelajari sebuah konsep Pendidikan Agama Islam agar
mudah dipahami dengan cara meringkas secara sistematis. Mind Mapping
sangat berguna untuk kegiatan mencatat, meringkas dan mengkaji ulang
pelajaran.41 Model pembelajaran yang menggunakan tim-tim Kooperatif untuk
membantu para siswa dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran.42
Kegiatan ini meliputi presentasi dari guru, latihan tim, latihan independen, pra
penilaian teman, latihan tambahan, dan tes.43
Dengan metode Mind Map siswa mengingat dengan lebih baik,
menghemat waktu, belajar lebih mudah dan lebih cepat serta efisien. Karena
siswa hanya tinggal melihat gambar ataupun simbol dalam Mind Map yang
sudah mengatakan dan menjelaskan banyak hal serta mewakili beberapa
kalimat. Misalnya ketika akan membuat Mind Map tentang kelarutan dan hasil

41Sutanto Windura, Be An Absolute Genius! Panduan praktis Learn How To Learn


sesuai cara kerja Alami otak, (Jakarta: PT. Gramedia, 2008 ), hal.30.
42Robert E, Slavin, op. cit., hal. 203
43Ibid, hal. 204.
kali kelarutan, disebutkan tentang pengaruh adanya ion senama terhadap
kelarutan. Sebagai gambaran umum terhadap materi, siswa diberikan
gambaran tentang panen garam oleh petani garam. Sehingga, dalam benak
siswa ketika mempelajari tentang pengaruh adanya ion senama, adalah konsep
petani garam dalam memanen garamnya. Dan hal ini, selanjutnya dituangkan
dalam mind mapping.
Metode mind mapping sangat cocokuntuk aak usia dini. Selain peserta
didik dapat meringkas catatan dan kemudahan mengingat, peserta didik dapat
secara leluasa mendiskusikan materi yang belum dipahami pada temannya.
Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam materi pokok kelarutan
dan hasil kali kelarutan dengan metode Mind Mapping sebagai berikut.
1) Guru menjelaskan gambaran materi kepada
para peserta didiknya dengan menggunakan
mind mapping;
2) Guru memberikan latihan soal termasuk juga
langkah-langkah dalam menyelesaikannya;
3) Guru siap melatih peserta didik untuk
meningkatkan hasil belajar dalam
menyelesaikan soal;
4) Guru membentuk kelompok siswa yang
heterogen beranggotakan 4 orang siswa;
5) Guru melatih peserta didik untuk
meningkatkan hasil belajar dalam
menyelesaikan soal melalui pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan
menggunakan metode mind mapping;
6) Guru mempersiapkan lembar diskusi soal dan
membagikannya pada peserta didik dalam
tiap-tiap kelompoknya;
7) Guru memberitahukan agar setiap kelompok
terjadi serangkaian kegiatan sebagai berikut.
33

a) Salah satu anggota kelompok


membaca dan anggota yang lainnya
memperhatikan sambil mencermati
lembar diskusi;
b) Membuat prediksi tentang maksud
soal dan menuliskan apa yang
diketahui dan mencoba membuat
rancangan penyelesaian soal;
c) Saling membantu membuat ikhtisar
penyelesaian soal;
d) Menuliskan penyelesaian soal secara
sistematis dengan membuat mind
mapping;
e) Saling merevisi dan mengkoreksi
hasil penyelesaian soal.
8) Menyerahkan hasil tugas pada guru;
9) Guru berkeiling mengawasi kerja kelompok;
10) Salah satu anggota kelompok melaporkan
hambatan dan segala kesulitan yang dialami
anggota kelompok kepada guru. Jika
diperlukan, guru dapat memberikan bantuan
kepada kelompok secara proporsional;
11) Guru meminta kepada salah satu anggota
kelompok untuk menyajikan hasil diskusi di
depan kelas;
12) Guru bertindak sebagai nara sumber atau
fasilitator jika diperlukan.
D. Rumusan Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Hipotesis pada penelitian ini adalah : “Ada pengaruh penggunaan metode
Mind Mapping terhadap hasil belajar siswa kelas VI pada materi di.”

Anda mungkin juga menyukai