BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teori
1. Mind Mapping (Pemetaan Pikiran)
a. Definisi Metode Mind Mapping (Peta Pikiran)
Metode adalah cara yang berisi prosedur baku untuk
melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian
materi pelajaran kepada siswa.1 Jika dikaitkan dengan proses belajar
metode dapat dijelaskan suatu cara untuk menyampaikan materi demi
tercapainya tujuan pengajaran yang disampaikan kepada peserta didik.
Metode Mind Mapping pertama kali diperkenalkan oleh Dr.
Tony Buzan pada awal 1970-an. Para ahli mengemukakan definisi
tentang mind mapping diantaranya sebagai berikut.
1) Menurut Tony Buzan dalam bukunya “Buku Pintar
Mind Map”, mind mapping adalah suatu cara
mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah
akan memetakkan pikiran-pikiran;2
2) Menurut Sutanto Windura dalam buku Memori dan
Pembelajaran, Mind Mapping merupakan metode
pencatatan yang didapat mengakomodir untuk
keseluruhan dari suatu topik, kepentingan, serta
hubungan relatif antar masing-masing komponen
dan mekanisme penghubungannya;3
3) Peta pikiran adalah teknik meringkas bahan yang
akan dipelajari dan memproyeksikan masalah yang
dihadapi ke dalam bentuk peta atau teknik grafik
1Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2006), cet. 14, hlm. 201.
2Tony Buzan, loc. cit.
3Yovan P. Putra, Memori dan Pembelajaran Efektif, (Bandung: CV: Yrama Widya, 2008),
hlm. 257.
sehingga lebih mudah memahaminya.4
Mind Map sebenarnya adalah suatu sistem grafis yang
melibatkan seluruh potensi otak kiri dan otak kanan5. Dari uraian
tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah suatu teknik mencatat
yang mengembangkan gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan
dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri
seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan
memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk
informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal.
b. Hubungan Pencatatan Informasi dan Ingatan
Belajar adalah kegiatan otak yang paling utama. Dalam proses
belajar siswa mendapatkan pertambahan materi berupa informasi
mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-kejadian. Informasi
yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses pengolahan informasi
melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi yang diperoleh dan
telah diolah akan menjadi suatu ingatan.
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-
kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika
informasi tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu
yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari
mahluk hidup lainnya. Ingatan merupakan reaksi elektroPendidikan
Agama Islam yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran
indrawi dan disimpan dalam jaringan saraf yang sangat rumit dan
unik di seluruh bagian otak. Ingatan dibentuk melalui berfikir,
bergerak dan mengalami hidup (rangsangan indrawi). Semua
pengalaman yang dirasakan akan disimpan dalam otak, kemudian akan
4Iwan Sugiarto, Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berfikir Holistik dan Kreatif,
(Jakarta: PT. Gramedia, 2004), hlm. 75.
5Belahan otak kiri memiliki fungsi yang berbeda dengan belahan otak kanan. Otak kiri
adalah otak rasional, dan otak kanan adalah otak imajinatif. Belahan otak kiri memiliki kelebihan
dalam kata-kata, logika, angka, analisis, dan daftar serta merupakan short term memory.
Sedangkan otak kanan memiliki keunggulan dalam ritme, kesadaran, imajinasi, mengkhayal,
kreatif, warna, dan dimensi serta merupakan long term memory. Lihat Iwan Sugiarto,
Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berfikir Holistik dan Kreatif, (Jakarta: PT. Gramedia,
2004), hlm. 36-37.
9
diolah dan diurutkan oleh struktur dan proses otak mengenai nilai dan
kegunaannya.
Otak manusia tidak dapat langsung mengolah informasi
menjadi bentuk rapi, tetapi harus mencari, memilah, memilih,
merumuskan, merapikan, mengatur, menghubungkan, dan menjadikan
campuran antara gagasan-gagasan dengan kata-kata yang sudah
mempunyai arti bahwa kata-kata itu sudah dipahami. Pada saat yang
sama kata-kata ini dirangkai dengan gambar, simbol, citra (kesan),
bunyi, dan perasaan. Jadi, yang dimiliki adalah sekumpulan besar kata
yang bercampur aduk tak terangkai di dalam otak, tetapi keluar satu
per satu dan dirangkai dengan logika, diatur oleh tata bahasa, dan
menghasilkan arti yang dapat dipahami.
Informasi yang diperoleh siswa dalam bentuk materi pelajaran
akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Siswa tentu
menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar
menjadi sebuah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal
untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang,
salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari.
Tujuan mencatat adalah mendapatkan point kunci dari buku-
buku pelajaran yang ada. Catatan yang baik dan efektif dapat
membantu untuk mengingat detail-detail tentanng poin-poin kunci,
memahami konsep-konsep utama, dan melihat kaitannya.6 Teknik
bagaimana seseorang membuat catatan tentu menjadi salah satu faktor
seseorang memahami dan kemampuan menyimpan informasi lebih
lama.
Bagi seorang pelajar, mencatat sering kali diartikan sebagai alat
pembanding antara pelajar yang mendapat nilai tinggi dan pelajar yang
mendapat nilai rendah saat ujian. Alasannya, karena mencatat dapat
meningkatkan daya ingat terhadap materi pelajaran yang dicatat. Selain
itu, siswa yang membuat catatan, berarti pikirannya terfokus terhadap
6Bobby de Potter, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan,
terj. Alawiyah Abdurrahman, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2008), hlm. 150.
apa yang dicatat, dan pada umumnya seseorang akan lebih ingat
dengan apa yang telah dicatat.
Mencatat adalah suatu kegiatan untuk mendokumentasikan
informasi yang kita dengar atau pelajari agar lebih mudah diingat.
Syaikh Az-Zamuji dalam kitab Ta’lim Muta’allim, mengungkapkan:
لتا كيد
ى التا بيد
(Jika kamu telah memahami suatu pelajaran, maka ulangilah,
kemudian kukuhkanlah dalam hati sekukuh-kukuhnya, setelah itu
catatatlah, karena jika sewaktu-waktu lupa, kamu dapat
mempelajarinya kembali.) 7
14Tony Buzan, Mind Map Untuk Meningkatkan Kreatifitas, (Jakarta: PT. Gramedia, 2004),
hlm. 4-9.
berkonsentrasi, mengatur dan menjernihkan
pikiran, mengingat lebih baik, belajar lebih
cepat dan efisien, belajar lebih mudah, dapat
melatih dan melihat gambaran keseluruhan
pikiran secara terperinci, berkomunikasi, dan
lain-lain.15
4. R. Teti Rostikawati dalam sebuah artikel on
line berjudul “Mind Mapping dalam Metode
Quantum Learning: Pengaruhnya terhadap
Prestasi Belajar dan Kreatifitas Siswa”,
menyatakan penggunaan catatan mind mapping
yaitu membiasakan siswa untuk melatih
aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat
menciptakan suatu produk kreatif yang dapat
bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.16
وَل
َ وى
َ قْ ّ والتَ عَلى ال ْب ِّر َ وُنوا
َ عا
َ َ وتَ …
…نِ وا ُ ْ وال
َ ْ عد َ ِ عَلى اْل ِث ْم
َ وُنوا َ عاَ َت
…” dan tolong menolonglah kamu atas kebaikan dan taqwa,
dan janganlah kamu tolong menolong atas kejelekan dan
dosa”…25
d) Ketrampilan Bekerja Sama
Ketrampilan bekerjasama merupakan keanekaragaman
kegiatan yang dilaksanakan dalam sebuah kelompok untuk
memecahkan masalah bersama. Setiap anggota kelompok
diharapkan dapat mewujudkan komunikasi dan interaksi
dengan anggota lain dalam menyampaikan ide, dan
memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
3) Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson dalam kutipan buku Anita Lie
mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap
cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal lima
24Sebagaimana dalam Tafsir Al-Mishbah yang menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan
prinsip dasar dalam menjalin kerjasama dengan siapapun, selama tujuannya adalah untuk kebaikan
dan ketakwaan. Lihat M. Quraish Shihap, Tafsir (Al-Mishbah, Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an), (Jakarta: Lentera Hati, 2002), vol. 3, hlm. 14.
25Departemen Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Terjemah, (Jakarta: Al-Huda, 2002), hlm.
107.
unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan,
sebagai berikut.26
a) Ketergantungan positif;
b) Tanggung jawab perseorangan;
c) Interaksi tatap muka;
d) Partisipasi dan komunikasi antar anggota;
e) Evaluasi proses kelompok.
Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif yaitu:27
a) siswa bekerja
dalam
kelompok
secara
kooperatif
untuk
menuntaskan
materi
pelajaran;
b) kelompok
dibentuk dari
siswa yang
berkemampua
n tinggi,
sedang, dan
rendah serta
dari latar
belakang yang
berbeda;
c) penghargaan
lebih
berorientasi
kepada
kelompok dari
pada individu.
4) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Ibrahim menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran
penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial.28
a) Hasil Belajar Akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan
kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli
berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model
ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan
kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan
dengan hasil belajar.
b) Penerimaan terhadap keragaman
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada
siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja
saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama,
melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar
untuk menghargai satu sama lain.
c) Pengembangan ketrampilan sosial
Pembelajaran kooperatif dapat mengajarkan kepada
siswa ketrampilan ketrampilan bekerja sama dan kolaborasi.
28Ibid., hlm. 7.
Ketrampilan ini sangat penting untuk dimiliki di dalam
masyarakat, karena bermasyarakat sebagian besar dilakukan di
dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan
masyarakat secara budaya semakin beragam.
3. Hasil Belajar
a. Definisi Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan
belajar merupakan kegiatan yang pokok. Ini berarti berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana
proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Belajar
dapat terjadi kapanpun dan di manapun manusia berada, baik di
sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Belajar berlangsung seumur
hidup tanpa batas.
Menurut Hilgard dan Bower mengemukakan definisi belajar
sebagai berikut:
“Learning refers to the change in a subject's behavior or
behavior potential to a given situation brought about by the
subject's repeated experiences in that situation,provided that
the behavior change cannot be explained on the basis of the
subject's native response, tendencies, maturation,or temporari
states.”29
31Hergenhahn, B. R., dan Mattew H. Olson, Theories of Learning, ed. 7, (Jakarta: Kencana,
2008), hlm. 291.
32Mimin Haryanti, op. cit., hlm. 115.
dan ranah psikomotorik.
H. Abin Syamsuddin, dalam buku psikologi kependidikan
mendefinisikan prestasi atau hasil belajar siswa adalah:
1) daya atau kemampuan seseorang untuk berfikir dan berlatih ketika
mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu dan kegiatan
pembelajaran di sekolah;
2) prestasi belajar tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya
(transferable) karena yang bersangkutan dengan kemampuan siswa
dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesa, dan evaluasi;
3) prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau
angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap
tugas siswa dan ulangan – ulangan atau ujian yang ditempuhnya.33
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas mengenai prestasi
belajar dapat disimpulkan, bahwa prestasi belajar harus mencakup tiga
aspek antara lain: 1). ranah kognitif; 2). ranah afektif (sikap dan nilai);
dan 3). ranah psikomotorik.34 Dalam ranah kognitif, ditinjau dari segi
pengamatan, ingatan, pemahaman, aplikasi atau penerapan, analisis,
dan sintesis. Ranah afektif ditinjau dari segi penerimaan, sambutan,
apresiasi, internalisasi, dan karakterisasi. Dan ranah psikomotorik
ditinjau dari segi ketrampilan tindakan dan sikap. Adapun hasil belajar
ranah kognitif adalah hasil belajar yang mencakup kegiatan otak.
Ranah kognitif membahas tujuan pembelajaran berkenan
dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai
ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini
terdiri atas 6 (enam) tingkatan yang secara hierarkis berturut dari yang
paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi)
dan dapat dijelaskan sebagai berikut.35
37Melvin, L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusa
Media, 2004), hlm. 18.
38R. Teti Rostikawati, Mind Mapping Dalam Metode Quantum Learning,
“http://mujito.wordpress.com/pembelajaran/mind-mapping-dalam-metode-quantum-learning/
yang disebut dengan otak yang berkaitan
dengan aktifitas kreatif. Namun, meskipun
tiap bagian otak ini memiliki kemampuan
yang berbeda, dua belahan otak tidak
berfungsi secara sendiri-sendiri. Antara otak
kiri dan otak kanan bekerja saling terkait satu
sama lain.
Dalam proses belajar siswa mendapatkan pertambahan materi
berupa informasi mengenai teori, gejala, fakta ataupun kejadian-
kejadian. Informasi yang diperoleh akan diolah oleh siswa. Proses
pengolahan informasi melibatkan kerja sistem otak, sehingga informasi
yang diperoleh dan telah diolah akan menjadi suatu ingatan.
Ingatan merupakan suatu proses biologi, yaitu pemberian kode-
kode terhadap informasi dan pemanggilan informasi kembali ketika
informasi tersebut dibutuhkan. Pada dasarnya ingatan adalah sesuatu
yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari
mahluk hidup lainnya. Ingatan memberikan titik-titik rujukan pada
masa lalu dan perkiraan pada masa depan. Ingatan merupakan reaksi
Pendidikan Agama Islam elektroPendidikan Agama Islam yang rumit
yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam
jaringan saraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak.
Ingatan dibentuk melalui berfikir, bergerak dan mengalami hidup
(rangsangan indrawi). Semua pengalaman yang dirasakan akan
disimpan dalam otak, kemudian akan diolah dan diurutkan oleh
struktur dan proses otak mengenai nilai dan kegunaannya.
Informasi yang diperoleh siswa dalam bentuk materi pelajaran
akan diolah dan disimpan menjadi sebuah ingatan. Siswa
menginginkan materi pelajaran yang diterima dalam proses belajar
menjadi sebuah ingatan jangka panjang. Siswa melakukan berbagai hal
untuk menyimpan ingatan tersebut menjadi ingatan jangka panjang,
salah satunya dengan mencatat materi pelajaran yang telah dipelajari.
29
4. Materi