Anda di halaman 1dari 36

RISET PEMASARAN

BAB I
LATAR BELAKANG
Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis
baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era
globalisasi memperluas pasar produk dari perusahaan Indonesia dan di
sisi lain, keadaan tersebut memunculkan persaingan yang makin ketat
baik antar perusahaan domestic maupun perusahaan asing. Seperti
halnya yang terjadi pada industri ritel Nasional dimana perkembangan
jumlah ritel di Indonesia terus bertambah secara pesat seperti
supermarket, hypermarket, minimarket, dan ritel lainnya yang terus
bermunculan. Peningkatan jumlah ritel tersebut akhir-akhir ini disebabkan
oleh tingginya potensi bisnis ritel di Indonesia yang mencapai angka
Rp.600 trilyun (Info Bisnis, Maret 2007:30), dan masuknya perusahaan
asing yang menanamkan modalnya di Indonesia, sehingga persaingan
bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat.

Melihat kondisi persaingan yang semakin ketat tersebut, setiap


bisnis ritel perlu meningkatkan kekuatan yang ada dalam perusahaannya
dengan cara memunculkan perbedaan atau keunikan yang dimiliki
perusahaan dibandingkan dengan pesaing untuk dapat menarik minat
membeli konsumen. Menarik konsumen melakukan pembelian tidak
hanya dapat dilakukan dengan memberikan diskon, door prize, atau
kegiatan promosi lainnya. Menarik konsumen untuk melakukan pembelian
juga dapat dilakukan dengan cara memberikan atmosphere yang
menyenangkan bagi kosumen pada saat di dalam toko, karena konsumen
yang merasa senang diharapkan akan melakukan pembelian.
RISET PEMASARAN
2

Untuk dapat menciptakan atmosphere yang menyenangkan, maka


perlu diciptakan store atmosphere yang baik. Menurut Shari Waters
(Guide fromwww.about;retail):

Shari Waters menyatakan bahwa karakteristik fisik dan pengaruh


yang mengelilingi suatu bisnis ritel lah yang dapat menimbulkan citra
dalam usaha untuk menarik konsumen, contohnya kita harus
menciptakan pencahayaan dan penataan yang menarik untuk
menciptakan suasana yang pas untuk pengunjung toko kita.

Store atmosphere tidak hanya dapat memberikan suasana


lingkungan pembelian yang menyenangkan saja, tetapi juga dapat
memberikan nilai tambah terhadap produk yang dijual. Selain itu, store
atmosphere juga akan menentukan citra toko itu sendiri. Citra toko yang
baik dapat menjamin kelangsungan hidup perusahaan untuk bertahan
terhadap persaingan dalam membentuk pelanggan yang loyal. Store
atmosphere sebagai salah satu sarana komunikasi yang dapat berakibat
positif dan menguntungkan di buat semenarik mungkin. Tetapi sebaliknya
mungkin juga dapat menghambat proses pembelian. Suatu proses
pemasaran yang dilakukanya adalah retail dan bertujuan untuk
menciptakan kenyamanan bagi konsumen. Minimal konsumen akan
merasa betah saat berada di toko tersebut dan hal ini akan membuat
konsumen untuk memutuskan pembelian di toko tersebut.

J.CO Donuts & Coffee perusahaan makanan dengan core product


berupa roti. J.CO Donuts and Coffee didirikan oleh Johnny Andrean yang
sebelumnya terkenal sebagai pengusaha salon yang sukses. Tak kurang
dari 168 jaringan salon dan 41 sekolah salon dimilikinya, namun insting
sang penata rambut kemudian membawanya terjun ke bisnis makanan.
Sejak tahun 2003 ia aktif mengembangkan J.CO. J.CO adalah produk
dalam negeri dengan menggunakan konsep dari luar negeri dan
RISET PEMASARAN
3

disempurnakan dengan modernisasi dan kualitas terbaik. J.CO ditujukan


untuk menyerbu pasar asing.

Persiapan J.CO membutuhkan waktu yang lama. Selama 3 tahun


Johnny Andrean dan timnya mempelajari bisnis donat, mengeksplorasi
resepnya, serta melakukan riset pasar dan sampling.   Johnny
meluncurkan J.CO dengan konsep "apa yang disukainya dan hal ini bisa
diterima masyarakat".

Pada 26 Juni 2005, J.CO mulai beroperasi pertama kali di Supermal


Karawaci, Tangerang dan kemudian langsung membuka outlet sebanyak-
banyaknya. Dalam waktu
setahun, J.CO telah punya
16 buah gerai dengan
450-an orang karyawan
untuk gerai saja. Tujuh
gerai terdapat di Jakarta
dan sisanya di Bandung,
Surabaya, Makassar, dan
Pekanbaru.

Kami mengambil judul, “Pengaruh Atmosfer Outlet J.CO Donuts &


Coffee terhadap Minat Beli Konsumen” karena kami ingin mengetahui
apakah dengan disediakannya Lounge yang nyaman serta fasilitas-
fasilitas yang ditawarkan oleh J.CO Donuts & Coffee pada outletnya akan
memberikan dampak seperti apa pada minat beli konsumen terhadap
produk yang ditawarkan oleh J.CO Donuts & Coffee.

IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di
atas maka kami mengidentifikasi masalah sebagai berikut :
RISET PEMASARAN
4

1. Bagaimana pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan oleh J.CO


Donuts & Coffee
2. Bagaimana tanggapan konsumen terhadap pelaksanaan store
atmosphere yang dilakukan oleh J.CO Donuts & Coffee
3. Seberapa besar pengaruh store atmosphere terhadap keputusan
pembelian yang dilakukan oleh konsumen J.CO Donuts & Coffee

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
sampai sejauh mana store atmosphere berpengaruh terhadap keputusan
pembelian, sedangkan tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan


oleh J.CO Donuts & Coffee.
2. Untuk mempelajari bagaimana tanggapan konsumen terhadap
pelaksanaan store atmosphere pada J.CO Donuts & Coffee.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh store atmosphere terhadap
keputusan pembelian pada konsumen J.CO Donuts & Coffee.

Dari hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan


manfaat bagi pihak-pihak berikut :

1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis


tentang konsep pemasaran, khususnya store atmosphere, serta dapat
membandingkan teori-teori yang di dapat dari perkuliahan dengan
praktek yang sesungguhnya di dalam perusahaan.
2. Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pikiran dalam menangani masalah yang sedang dihadapi
berkaitan dengan store atmosphere yang dilakukan perusahaan.
RISET PEMASARAN
5

3. Bagi pihak lain, tambahan informasi dan bahan perbandingan bagi


peneliti lain yang meneliti pada bidang usaha yang sama maupun
khalayak umum menambah pengetahuannya.
RISET PEMASARAN
6

BAB II
TEORI VARIABEL

Perilaku Konsumen

Pengertian Perilaku Konsumen


Semakin majunya perekonomian dan teknologi, berkembang pula
strategi yang harus dijalankan perusahaan, khususnya dibidang
pemasaran. Untuk itu perusahaan perlu memahami atau mempelajari
perilaku konsumen dalam hubungannya dengan pembelian yang
dilakukan oleh konsumen tersebut. Dalam menentukan jenis produk atau
jasa, konsumen selalu mempertimbangkan tentang produk atau jasa apa
yang dibutuhkan, hal ini dikenal dengan perilaku konsumen.Perilaku
konsumen (consumer behavior) adalah kegiatan-kegiatan individu yang
secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan
barang-barang dan jasa-jasa tersebut didalamnya proses pengambilan
keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut
(Dharmmesta dan Handoko, 2000 : 10). Hubungannya dengan
keputusan pembelian suatu produk atau jasa, pemahaman mengenai
perilaku konsumen meliputi jawaban atas pertanyaan seperti apa (what)
yang dibeli, dimana membeli (where), bagaimana kebiasaan (how often)
membeli dan dalam keadaan apa (under what condition) barang-barang
dan jasa-jasa dibeli. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran perlu
didukung pemahaman yang baik mengenai perilaku konsumen, karena
dengan memahami perilaku konsumen perusahaan dapat merancang apa
saja yang diinginkan konsumen.
RISET PEMASARAN
7

Model Perilaku Konsumen


Model perilaku konsumen yang dikemukakan Kotler (1997 : 10)
menerangkan bahwa keputusan konsumen dalam pembelian selain
dipengaruhi oleh karakteristik konsumen, dapat dipengaruhi oleh
rangsangan perusahaan yang mencakup produk, harga, tempat dan
promosi. Variabel-variabel diatas saling mempengaruhi proses keputusan
pembelian sehingga menghasilkan keputusan pembelian yang didasarkan
pada pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian,
jumlah pembelian.

Model perilaku konsumen menurut Kotler

Persepsi Konsumen
Menurut Kotler (1997) persepsi adalah proses memilih, menata,
menafsir stimuli yang dilakukan seseorang agar mempunyai arti tertentu.
Stimuli adalah rangsangan fisik, visual dan komunikasi verbal dan non
verbal yang dapat mempengaruhi respon seseorang (Sodik, 2003). Assael
(1995) dalam Sodik (2003) menyebutkan bahwa persepsi terhadap suatu
produk melalui proses itu sendiri terkait dengan komponennya (kemasan,
bagian produk, bentuk) serta komunikasi yang ditunjukkan untuk
RISET PEMASARAN
8

mempengaruhi perilaku konsumen yang mencerminkan produk melalui


latar kata-kata, gambar dan simbolisasi atau melalui stimuli lain yang
diasosiasikan dengan produk (harga, tempat, penjualan,dampak dari
negara pejualan). Informasi yang diperoleh dan diproses konsumen akan
membentuk preferensi (pilihan) seseorang terhadap suatu obyek.
Preferensi akan membentuk sikap konsumen terhadap suatu obyek, yang
pada gilirannya akan sikap ini seringkali secara langsung akan
mempengaruhi apakah konsumen akan membeli suatu produk atau tidak.

Implikasi Perilaku Konsumen Pada Strategi Pemasaran


Strategi pemasaran terdiri atas unsur-unsur pemasaran
yangterpadu yang selalu berkembang sejalan dengan gerak perusahaan
danperubahan-perubahan lingkungan pemasarannya serta perubahan
perilaku konsumen. Hal ini disebabkan karena strategi pemasaran
menyangkut dua kegiatan pemasaran yang pokok yaitu: pemilihan pasar-
pasar yang akan dijadikan sasaran pemasaran dan merumuskan dan
menyusun suatu kombinasi yang dapat tepat dari bauran pemasaran,
agar kebutuhan para konsumen dapat dipenuhi secara memuaskan.

Keputusan Pembelian
Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak pengaruh
yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan pembelian suatu
produk atau merek. Pada kebanyakan orang, perilaku pembelian
konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan
(stimuli) dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun
rangsangan dari lingkungan yang lain. Rangsangan tersebut kemudian
diproses (diolah) dalam diri, sesuai dengan karakteristik pribadinya,
sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian. Karakteristik pribadi
konsumen yang dipergunakan untuk memproses rangsangan tersebut
sangat komplek, dan salah satunya adalah motivasi konsumen untuk
membeli. Menurut Schiffman dan Kanuk (1994) dalam Albari (2002)
RISET PEMASARAN
9

menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam diri


individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Jika
seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu,
maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut.
Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk
menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran
adalah untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli
produk atau merek yang ditawarkan pemasaran atau tidak. Sejalan
dengan hal tersebut keputusan pembelian dalam penelitian ini secara
kontektual dapat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yaitu motivasi
konsumen untuk membeli. Secara kondisional maka kondisi yang terjadi
berkaitan dengan produk J.CO yang dapat dicerminkan dari atribut
produk yaitu kualitas produk, merek dan sikap pada iklan

Faktor–Faktor Yang Mempengruhi Perilaku Konsumen


Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah
sebagai berikut :

Faktor-Faktor Kebudayaan

Budaya
Budaya adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang
paling mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian
besar diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian besar adalah
dipelajari.

Sub Budaya
Sub budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil
yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku
anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu kelompok kebangsaan,
kelompok keagamaan, kelompok ras dan wilayah geografis.
RISET PEMASARAN
10

Kelas Sosial
Kelas sosial adalah kelompok dalam masyarakat, dimana setiap kelompok
cenderung memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang sama.

Faktor-Faktor Sosial

Kelompok Referensi
Kelompok referensi adalah kelompok-kelompok yang memberikan
pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku
seseorang.

Keluarga
Anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap
perilaku pembeli.

Peranan dan Status


Kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat dijelaskan dalam
pengertian peranan dan status. Setiap peranan membawa satu status
yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakatnya.

Faktor-Faktor Pribadi

Usia dan Tahap Daur Hidup


Pembelian seseorang terhadap barang dan jasa akan berubah-ubah
selama hidupnya. Demikian halnya dengan selera seseorang berhubungan
dengan usianya.
RISET PEMASARAN
11

Pekerjaan
Dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan dapat
memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan kelompok pekerjaan
tertentu.

Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat pendapatan yang
dapat berpengaruh terhadap pilihan produk.

Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang adalah pola hidup seseorang yang turut
menentukan perilaku pembelian.

Kepribadian dan Konsep Diri


Kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan setiap orang
sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri.

Faktor-Faktor Psikologis

Motivasi
Motivasi adalah suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk
mengarah seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan
itu.

Persepsi
Seseorang yang termotivasi siap untuk melakukan suatu perbuatan.
Bagaimana seseorang yang termotivasi berbuat sesuatu adalah
dipengaruhi oleh persepsinya terhadap situasi yang dihadapinya.

Belajar
Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu
yang bersumber dari pengalaman. Kebanyakan perilaku manusia
diperoleh dengan mempelajarinya.
RISET PEMASARAN
12

Kepercayaan dan Sikap


Melalui perbuatan dan belajar, orang memperoleh kepercayaan dan sikap
selanjutnya mempengaruhi tingkah laku pembelian (Kotler, 1997 : 153 –
161).

Outlet
Dalam menghadapi persaingan bisnis retail, industri ritel dalam
menjalankan kegiatannya memiliki bauran-bauran pemasaran yang
penting untuk diperhatikan. Bauran pemasaran tersebut adalah: place,
product, price, dan promotion, suasana dalam gerai, personalia, dan
customer service. Dari keterangan tersebut dapat kita ketahui bahwa
store atmosphere merupakan salah satu dari bauran ritel yang penting
untuk di kelola. Suasana lingkungan yang dapat digunakan sebagai alat
untuk membedakan antara satu outlet dengan outlet lainya dan untuk
menarik kelompok yang spesifik dari konsumen yang mencari
keinginannya melalui suasana toko yang menyenangkan. Memuaskan
konsumen merupakan hal yang penting bagi pengecer, pengecer yang
baik akan lebih memfokuskan kegiatan penjualan pada pemenuhan
kebutuhan dan keinginan konsumen. Dalam upaya memuaskan
kebutuhanya pada suatu toko, konsumen tidak hanya merespon terhadap
produk yang ditawarkan, tetapi juga memberikan responya terhadap
lingkungan tempat pembelian, menurut Utami dalam bukunya
“Manajemen Ritel ” (2006:238) mengatakan bahwa : “Store Atmosphere
adalah desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna,
musik, dan wangi-wangian untuk merancang respon emosional dan
persepsi pelanggan dan untuk mempengaruhi pelanggan dalam membeli
barang” Menurut Lamb, Hair and Mcdaniel (2001:96), para pengecer
menggabungkan unsur-unsur bauran eceran untuk menciptakan suatu
metode tunggal untuk menarik pasar sasaran. Bauran eceran ( retailing
mix ) terdiri dari :
RISET PEMASARAN
13

1. Product (keluasaan dan kedalaman keragaman produk)

2. Promotion (periklanan, publisitas, dan hubungan masyarakat)

3. Place (Tempat)

4. Price (Harga)

5. Presentasi (tata letak dan suasana dalam gerai)

6. Personalia (pelayanan pelanggan dan penjualan pribadi)

7. Customer service ( pelayanan terhadap pelanggan)

Store atmosphere merupakan salah satu elemen penting dari


retailing mix yang mampu mempengaruhi proses keputusan pembelian
konsumen, karena dalam proses keputusan pembeliannya konsumen
tidak hanya memberi respon terhadap barang dan jasa yang ditawarkan
oleh pengecer, tetapi juga memberikan respon terhadap lingkungan
pembelian yang diciptakan oleh pengecer, seperti yang dikemukakan
oleh Levy dan Weitz dalam bukunya “Retailing Management”
(2007:556) : “Customer purchasing behavior is also influenced by the
store atmosphere”. Sedangkan definisi store atmosphere itu sendiri
seperti yang dikemukakan oleh Sutisna dalam bukunya “Perilaku
konsumen dan komunikasi pemasaran” (2002:164) bahwa :“Store
atmosphere merupakan karakter fisik secara keseluruhan dari sebuah
toko”. Pengertian atmosphere sangat luas seperti tersedianya
pengaturan udara (AC), tata ruang toko, penggunaan warna cat,
penggunaan jenis karpet, bahan-bahan rak, bahan-bahan dinding,
aksesoris dan lain-lain. Toko dilengkapi dengan pengaturan ruangan
yang nyaman dan artistik, penggunaan cat dinding, ruangan yang sejuk,
semua itu menunjukan adanya atmosphere kemewahan, dan berkelas.
Jika di dalam toko terasa panas dan pengap, produk yanbg di pajang
RISET PEMASARAN
14

tidak tertata rapih, penggunaan cat yang berselera rendah, lantai yang
tidak bersih maka hal itu akan menimbulkan atmosphere yang akan
mencitrakan bahwa toko tersebut untuk kalangan rendah seperti yang
dikemukakan oleh Sutisna (2002:164) : “Atmosphere toko juga akan
menentukan citra toko itu sendiri”. Menurut Berman dan Evan dalam
bukunya “Retail Management” (2001:604) membagi elemen-elemen store
atmosphere ke dalam 4 elemen, yaitu :

1. Exterior (bagian depan toko)

Bagian depan toko adalah bagian yang termuka. Maka ia hendaknya


memberikan kesan yang menarik. Dengan mencerminkan kemantapan
dan kekokohan, maka bagian depan dan bagian luar ini dapat
menciptakan kepercayaan dan goodwill. Di samping itu hendaklah
menunjukan spirit perusahaan dan sifat kegiatan yang ada di dalamnya.
Karena bagian depan dan eksterior berfungsi sebagai identifikasi atau
tanda pengenalan maka sebaiknya dipasang lambang-lambang.

2. General interior

Berbagai motif konsumen memasuki toko, hendaknya memperoleh kesan


yang menyenangkan. Kesan ini dapat diciptakan misalnya dengan musik
yang diperdengarkan kepada kosumen, warna dinding di dalam toko yang
dibuat semenarik mungkin, aroma/bau dan udara yang segar di dalam
toko.

3. Store layout (tata letak)

Merupakan rencana untuk menentukan lokasi tertentu dan pengaturan


dari peralatan barang dagangan di dalam toko serta fasilitas toko.

4. Interior display
RISET PEMASARAN
15

Sangat menentukan bagi suasana toko karena memberikan informasi


kepada konsumen. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan
penjualan dan laba bagi toko. Yang termasuk interior display ialah:
poster, tanda petunjuk lokasi, display barang-barang pada hari-hari
khusus seperti lebaran dan tahun baru.
RISET PEMASARAN
16

BAB III
METODE PENELITIAN REGRESI SEDERHANA
Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk
menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain.
Variabel yang pertama disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel
penjelas, variabel eksplanatorik, variabel independen, atau secara bebas,
variabel X (karena seringkali digambarkan dalam grafik sebagai absis,
atau sumbu X). Variabel yang kedua adalah variabel yang dipengaruhi,
variabel dependen, variabel terikat, atau variabel Y. Kedua variabel ini
dapat merupakan variabel acak (random), namun variabel yang
dipengaruhi harus selalu variabel acak. (sumber: www.wikipedia.org)

Analisis regresi adalah salah satu analisis yang paling populer dan
luas pemakaiannya. Hampir semua bidang ilmu yang memerlukan analisis
sebab-akibat boleh dipastikan mengenal analisis ini. Analisis ini pertama
kali dipergunakan oleh Karl Pearson, seorang matematikawan dan
penyokong ide eugenetika, untuk menganalisis hubungan antara sifat
orang tua dan anaknya.

Variabel pada regresi terdiri atas 2 macam yaitu variabel terikat


(yang tunggal dan disebut respon Y) dan variabel bebas. Respon
bergantung pada satu atau lebih variabel bebas.

Dua aspek yang akan disoroti dalam analisis korelasi yaitu apakah
data sampel yang ada menyediakan bukti cukup bahwa ada kaitan antara
variabel-variabel dalam populasi asal sampel. Dan bila ada hubungan,
maka akan dilihat seberapa kuatkah hubungan antar variabel tersebut.
Keeratan hubungan tersebut dinyatakan dalam koefisien korelasi.
RISET PEMASARAN
17

Dalam analisis regresi akan dikembangkan suatu estimating


equation yaitu suatu formula matematika yang mencari variabel
dependen dari nilai variabel independen yang diketahui. Metode regresi
terutama ditujukan untuk tujuan peramalan.

Berikut hasil output regresi linear dari kuisioner mengenai


Pengaruh Outlet J.CO Donuts & Coffee terhadap Minat Beli Konsumen
dengan menggunakan SPSS:

REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT YTOT
/METHOD=ENTER XTOT .
Regression
[DataSet0]
Variables Entered/Removed(b)

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 XTOT(a) . Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: YTOT

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .039(a) .001 -.034 4.84775
a Predictors: (Constant), XTOT

ANOVA(b)

Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .983 1 .983 .042 .839(a)
Residual 658.019 28 23.501
Total 659.001 29
a Predictors: (Constant), XTOT
b Dependent Variable: YTOT
RISET PEMASARAN
18

Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.

Model B Std. Error Beta B Std. Error


1 (Constant) 27.575 7.765 3.551 .001
XTOT -.078 .382 -.039 -.204 .839
a Dependent Variable: YTOT

Berdasarkan hasil regresi linear menggunakan SPSS diatas, dapat


disimpulkan bahwa:

 Model Regresi Linearnya adalah YTOT=27.575+0.382XTOT


 R Square=0.001 artinya X akan mempengaruhi Y sebanyak 0,1%,
sedangkan 99,9% lagi dipengaruhi oleh faktor lain.
 Significant 0,839 jika dibandingkan dengan nilai alpha hipotesisnya
dimana α=5%, maka 0,839>0,05
H0:Xtot tidak memberikan pengaruh yang berarti terhadap Ytot
Hi: Xtot memberikan pengaruh berarti terhadap Ytot
H0 diterima, maka Xtot tidak memberikan pengaruh berarti terhadap Ytot

METODE PENELITIAN KORELASI


ANALISA KORELASI digunakan untuk mengukur kekuatan keeratan
hubungan antara dua variable melalui sebuah bilangan yang disebut
koefisien korelasi.

Koefisien korelasi linier (r) adalah ukuran hubungan linier antara


dua variabel/peubah acak X dan Y untuk mengukur sejauh mana titik-titik
menggerombol sekitar sebuah garis lurus regresi.

n Σx y - Σx .Σy

Rumusnya : r = √ {nΣx2-(Σx)2} {nΣy2 - (Σy)2 }

Jika b positif maka r postif sedangkan jika b negative maka r negatif.


RISET PEMASARAN
19

a. Nilai r terletak dari –1 sampai +1 atau ditulis –1≤ r ≤+1


b. Bila r mendekati +1 dan –1 maka terjadi korelasi tinggi dan terjadi
hubungan linier yang sempurna antara X dan Y.
c. Bila r mendekati 0 hubungan liniernya sangat lemah atau tidak ada.

Misalnya:

r = - 0,6 , menunjukkan arah yang berlawanan,

X↑ maka Y↓ atau X↓ maka Y↑

r = + 0,6 , menunjukkan arah yang sama, X↑

maka Y↑ atau X↓ maka Y↓

r = 0 menunjukkan tidak ada hubungan linier

antara X dan Y

Berikut hasil output correlate bivariate dari kuisioner mengenai


Pengaruh Outlet J.CO Donuts & Coffee terhadap Minat Beli Konsumen
dengan menggunakan SPSS:

CORRELATIONS
/VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/MISSING=PAIRWISE .
Correlations
[DataSet0]
Correlations

X1 X2 X3 X4 X5 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8
X1 Pearson Correlation 1 .472(**) -.150 .196 .121 -.177 .081 .163 .141 .197 .175 .074 -.156
Sig. (2-tailed) .008 .430 .298 .524 .350 .671 .390 .458 .296 .356 .696 .411
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X2 Pearson Correlation .472(**) 1 .088 .189 .210 -.115 -.071 .066 .054 .047 .151 -.112 -.287
Sig. (2-tailed) .008 .644 .317 .265 .545 .710 .729 .776 .803 .426 .556 .124
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X3 Pearson Correlation -.150 .088 1 .086 -.036 -.098 -.202 .031 -.066 -.081 -.255 -.338 -.163
Sig. (2-tailed) .430 .644 .652 .849 .608 .285 .872 .731 .670 .174 .068 .388
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X4 Pearson Correlation .196 .189 .086 1 .302 -.180 -.115 .072 .094 .112 -.148 -.074 -.359
Sig. (2-tailed) .298 .317 .652 .105 .342 .546 .705 .622 .555 .436 .696 .051
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
X5 Pearson Correlation .121 .210 -.036 .302 1 .304 .427(*) .106 -.022 .101 .096 .010 -.138
Sig. (2-tailed) .524 .265 .849 .105 .103 .019 .578 .909 .595 .614 .958 .468
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y1 Pearson Correlation -.177 -.115 -.098 -.180 .304 1 .713(**) .406(*) .441(*) .290 .396(*) .297 .512(**)
Sig. (2-tailed) .350 .545 .608 .342 .103 .000 .026 .015 .120 .030 .111 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y2 Pearson Correlation .081 -.071 -.202 -.115 .427(*) .713(**) 1 .578(**) .349 .284 .451(*) .536(**) .496(**)
Sig. (2-tailed) .671 .710 .285 .546 .019 .000 .001 .059 .128 .012 .002 .005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y3 Pearson Correlation .163 .066 .031 .072 .106 .406(*) .578(**) 1 .474(**) .321 .153 .280 .377(*)
Sig. (2-tailed) .390 .729 .872 .705 .578 .026 .001 .008 .084 .420 .134 .040
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y4 Pearson Correlation .141 .054 -.066 .094 -.022 .441(*) .349 .474(**) 1 .521(**) .163 .116 .240
Sig. (2-tailed) .458 .776 .731 .622 .909 .015 .059 .008 .003 .389 .540 .202
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y5 Pearson Correlation .197 .047 -.081 .112 .101 .290 .284 .321 .521(**) 1 .045 -.153 -.136
Sig. (2-tailed) .296 .803 .670 .555 .595 .120 .128 .084 .003 .812 .419 .473
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y6 Pearson Correlation .175 .151 -.255 -.148 .096 .396(*) .451(*) .153 .163 .045 1 .487(**) .230
Sig. (2-tailed) .356 .426 .174 .436 .614 .030 .012 .420 .389 .812 .006 .222
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y7 Pearson Correlation .074 -.112 -.338 -.074 .010 .297 .536(**) .280 .116 -.153 .487(**) 1 .367(*)
Sig. (2-tailed) .696 .556 .068 .696 .958 .111 .002 .134 .540 .419 .006 .046
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Y8 Pearson Correlation -.156 -.287 -.163 -.359 -.138 .512(**) .496(**) .377(*) .240 -.136 .230 .367(*) 1
Sig. (2-tailed) .411 .124 .388 .051 .468 .004 .005 .040 .202 .473 .222 .046
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
METODE PENELITIAN REABILITAS
Pengertian Reliabilitas, Sugiono 2005, adalah serangkaian
pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila
pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara
berulang. Kondisi itu ditengarai dengan konsistensi hasil dari penggunaan
alat ukur yang sama yang dilakukan secara berulang dan memberikan
hasil yang relatif sama dan tidak melanggar kelaziman. Untuk
pengukuran subjektif, penilaian yang dilakukan oleh minimal dua orang
bisa memberikan hasil yang relatif sama (reliabilitas antar penilai).
Pengertian Reliabilitas tidak sama dengan pengertian validitas. Artinya
pengukuran yang memiliki reliabilitas dapat mengukur secara konsisten,
tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Sifat reliabilitas dari sebuah instrumen berhubungan dengan sejauh


mana kemampuan alat ukur itu memberikan hasil yang konsisten dari
satu even percobaan ke even percobaan lainnya. Jika konsistensi
pengukuran itu tidak kita peroleh dalam setiap pengukuran, dapat
dibayangkan bila pengukuran yang dilakukan dengan instrumen itu
memberikan hasil yang berbeda dari pengukuran satu ke pengukuran
berikutnya. Saat ini kita memperoleh hasil pengukuran berat badan
seseorang adalah 70 kg. Beberapa saat kemudian, meskipun dengan alat
ukur yang sama kita memperoleh hasil 73 kg. Demikian seterusnya,
hasilnya tidak pernah konsisten. Data yang kita peroleh tidak pernah
konsisten dari waktu ke waktu. Pertanyaan yanag akan muncul dari
benak kita adalah hasil pengukuran mana yang kita gunakan?

Dalam kajian teoritis, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran


dari suatu uji coba yang dilakukan tetap memiliki hasil yang sama
meskipun dilakukan secara berulang-ulang terhadap subjek dan dalam
kondisi yang sama. Instrumen alat ukur dianggap bisa diandalkan apabila
memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama dan tidak
bisa diandalkan bila pengukuran yang dilakukan secara berulang-ulang itu
memberikan hasil yang relatif tidak sama. Pengujian reliabilitas instrumen
untuk memperoleh hasil yang reliabel bisa dilakukan dengan berbagai
metode statistik.

Contoh lain adalah misalnya saja dalam sebuah kesempatan kita


ingin mengukur panjang dan lebar tiga (3) buah lapangan bola volley.
Alat yang digunakan dalam pengukuran itu adalah meteran dan
jangkauan langkah. Setelah dilakukan pengukuran, bisa dipastikan bahwa
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan meteran memperoleh
hasil panjang dan lebar yang relatif sama terhadap ketiga lapangan bola
volley itu. Sedangkan pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan
jangkauan langkah terhadap ketiga lapangan bola volley itu,
menghasilkan satuan ukur, yakni panjang dan lebar yang berbeda.

1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliable


2. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliable
3. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliable
4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliable
5. Nilai alpha Cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel (Triton,
2005)

Berikut hasil output analisis reabilitas dari kuisioner mengenai


Pengaruh Outlet J.CO Donuts & Coffee terhadap Minat Beli Konsumen
dengan menggunakan SPSS:

 Variabel X

RELIABILITY
/VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL/MODEL=ALPHA.
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
Excluded(
0 .0
a)
Total 30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.453 5

Dilihat dari nilai cronbach’s alpha sebesar 0.453 berarti variabel X cukup realibel.
 Variabel Y

RELIABILITY
/VARIABLES=Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL/MODEL=ALPHA.
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
Excluded(
0 .0
a)
Total 30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.799 8

Dilihat dari nilai cronbach’s alpha sebesar 0.799 berarti variabel Y realibel.

 Variabel X dan Y

RELIABILITY
/VARIABLES=X1 X2 X3 X4 X5 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8
/SCALE('ALL VARIABLES') ALL/MODEL=ALPHA.
Reliability
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary

N %
Cases Valid 30 100.0
Excluded(
0 .0
a)
Total 30 100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
.673 13

Dilihat dari nilai cronbach’s alpha sebesar 0.673 berarti variabel X dan Y realibel.


BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
Kami melakukan survey terhadap 30 orang sampel yang kami pilih
secara random namun mereka merupakan konsumen dari J.CO Donuts &
Coffee. Berikut hasil perhitungan dan grafik demografi dari 30 orang
sampel konsumen J.CO Donuts & Coffee yang kami pilih secara random.

DEMOGRAFI
Jenis Kelamin Laki-laki 14
Perempuan 16
Usia 18-20 18
21-23 11
>24 1
Pengeluaran per bulan <Rp499.999,00 7
Rp500.000,00 - Rp999.999,00 14
Rp999.999,00 - Rp 1.
499.999,00 6
>Rp1.500.000,00 3
Cara mendapatkan J.CO membeli di outlet 22
delivery order 0
nitip teman 2
Dibelikan 6
Mengetahui fasilitas lounge Ya 20
Tidak 10
Seberapa seringkah anda mengunjungi outlet J.CO selama sebulan? sangat tidak sering 6
tidak sering 17
cukup sering 7
Sering 0
sangat sering 0
Seberapa jauhkah jarak tempat tinggal anda dengan outlet J.CO? sangat jauh sekali 0
jauh sekali 2
cukup jauh 19
Dekat 9
sangat dekat 0
Jenis Kelamin Usia Responden
Responden
18-20
3%
21-23
37%
47% >24
53% Laki-laki 60%

Perempuan

Pengeluaran Per Bulan


Responden <Rp499.999,00
10% Rp500.000,00 -
23%
20% Rp999.999,00
Rp999.999,00 - Rp
1. 499.999,00
>Rp1.500.000,00
47%

Cara Mendapatkan J.CO


Donuts & Coffee
membeli di delivery order
outlet
20% nitip teman dibelikan
7%
73%
Pengetahuan Mengenai
Lounge J.CO Donuts &
Coffee ya
33% tidak

67%

Kunjungan ke J.CO Donuts


& Coffe selama sebulan
sangat tidak tidak sering
sering
cukup sering sering
23% 20%
sangat sering

57%

Jarak J.CO Donuts & Coffee


dengan Tempat Tinggal
sangat jauh sekali
jauh sekali
30%
7% cukup jauh
dekat
sangat dekat
63%
Sedangkan hasil survery dari 30 responden yang merupakan konsumen
dari J.CO Donuts & Coffee terhadap variabel X yang menunjukkan
atmosfer dari lounge J.CO Donuts & Coffee dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

Bagaimanakah dengan posisi layout pada outlet J.CO dan Sangat tidak
Lounge di tiap mal ? menarik 0
tidak menarik 0
cukup menarik 9
menarik 19
sangat menarik 2
bagaimanakah dengan posisi layout pada outlet J.CO dan sangat tidak
Lounge di tiap mal ? bagus 0
tidak bagus 0
cukup bagus 14
bagus 16
sangat bagus 0
Bagaimanakah dengan fasilitas yang ditawarkan lounge sangat tidak
J.CO ? ( Wifi, AC, Music, smoking area) bagus 0
tidak bagus 1
cukup bagus 8
bagus 17
sangat bagus 4
Bagaimanakah dengan desain eksterior dari outlet J.CO Sangat tidak
( ruangan) menarik 0
tidak menarik 0
cukup menarik 14
menarik 16
sangat menarik 0
Sangat tidak
Bagaimanakah dengan “open kitchen” yang dilakukan J.CO ? menarik 0
tidak menarik 1
cukup menarik 8
menarik 17
sangat menarik 4
Posisi Layout J.CO Lounge di
Setiap Mall
20
10
0

Desain Interior Lounge J.CO


20
10
0
s s s s s
agu agu agu a gu agu
b b b b b
t
ak ak ku
p a
tid tid u ng
at
c sa
ng
sa

Fasilitas J.CO Lounge


18
12
6
0
s s s s s
agu agu agu a gu agu
b b b b b
t
ak ak ku
p
ga
tid tid c u a n
t s
nga
sa
Desain Eksterior
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Open Kitchen J.CO Donuts & Coffee


18
12
6
0
ik ik i k ik i k
ar ar ar ar ar
en en en en en
m m m m m
t
ak ak ku
p
ga
it d it d u n
t c sa
nga
Sa
Hasil survey dari 30 responden konsumen J.CO Donuts & Coffee terhadap
variabel Y yang menunjukkan minat beli atau keputusan pembelian
terhadap produk, dapat dilihat pada data berikut ini.

VARIABEL Y
Sangat tidak
Seberapa kuatkah outlet J.CO mempengaruhi minat beli anda ? kuat 3
tidak kuat 7
cukup kuat 14
kuat 6
sangat kuat 0
Seberapa tertarikkah anda dengan kegiatan promosi yang dilakukan Sangat tidak
J.CO ? tertarik 2
Tidak tertarik 10
cukup tertarik 15
tertarik 3
sangat
tertarik 0
Sangat tidak
Seberapa tertarikkah anda dengan harga dari produk J.CO ? tertarik 1
Tidak tertarik 9
cukup tertarik 16
tertarik 4
sangat
tertarik 0
Seberapa tertarikkah anda dengan produk-produk yang ditawarkan Sangat tidak
J.Co ?(dunuts, coffe, youghurt) tertarik 0
Tidak tertarik 3
cukup tertarik 9
tertarik 16
sangat
tertarik 2
Bagaimanakah dengan rasa dari produk produk yang ditawarkan Sangat tidak
J.Co? (dunuts, coffe, youghurt) lezat 0
tidak lezat 1
cukup lezat 6
lezat 19
sangat lezat 4

dengan membeli produk J.CO anda akan merasa modern, dan sangat tidak 3
prestise ? setuju
tidak setuju 6
cukup setuju 13
setuju 8
sangat setuju 0
Seberapa tertarikkah anda untuk mencari informasi tentang produk Sangat tidak
J.CO (nilai gizi, variasi produk, dll) tertarik 2
Tidak tertarik 19
cukup tertarik 7
tertarik 2
sangat
tertarik 0
Setelah membeli produk J.CO, anda akan merekomendasikanya sangat tidak
kepada orang lain ? setuju 0
tidak setuju 6
cukup setuju 17
setuju 7
sangat setuju 0

Pengaruh Outlet Terhadap Minat Beli


10

0
at at at at at
ku ku ku k u ku
t
ak ak k up ga
it d it d n
t cu sa
nga
Sa
Kegiatan Promosi J.CO

10

ik
ik

ik
ri

ri
ar
ar

ar
ta

ta
rt
rt

rt
r
r

te
te

te

te
te

at
ak

ku
da

ng
tid

cu
Ti

sa
ta
ng
Sa

Harga Produk J.CO


20
10
0

Modern dan Prestise setelah melakukan


pembelian terhadap J.CO Donuts & Coffee
10
0
Mencari Tau Tentang Produk J.CO Donuts
& Coffee
20
10
0

Ketertarikan terhadap Produk yang


ditawarkan
20
10
0

Rasa J.CO Donuts & Coffee


20

10

0
t

t
t

t
za
za

za

za

za
le

le

le

le
le

t
ak

ak

a
ku

ng
tid

tid

cu

sa
ta
ng
Sa
BAB V
KESIMPULAN
Dilihat dari hasil perhitungan dengan menggunakan program SPSS
mengenai Pengaruh Atmosfer Outlet J.CO Donuts & Coffee terhadap Minat
Beli Konsumen, maka Atmosfer Outlet J.CO Donuts & Coffee tidak terlalu
berpengaruh terhadap minat beli konsumen terhadap produk-produknya
melainkan karena faktor-faktor lain selain dari atmosfer outlet tersebut.

SARAN
J.CO Donuts & Coffee sebaiknya lebih memperhatikan mengenai
Atmosfer Outlet yang mereka tawarkan kepada konsumen karena
atmosfer outlet yang mereka tawarkan ternyata tidak merangsang
konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk-produk yang
mereka tawarkan padahal atmosfer yang mereka tawarkan sudah sangat
nyaman dan baik dilihat dari design interior, properti dan fasilitas yang
diberikan disana.

Sehingga menurut hasil pembahasan kami, J.CO Donuts & Coffee


dapat mencoba melakukan alternatif penjualan paket yang berisi donut
dan minuman dengan harga yang terjangkau untuk dinikmati di Lounge
J.CO Donuts & Coffee agar fasilitas yang ditawarkan oleh J.CO Donuts &
Coffee melalui Atmosfer Lounge-nya tidak hanya sekedar fasilitas tetapi
dapat memberikan keuntungan dalam hal minat beli konsumen terhadap
produk.

Anda mungkin juga menyukai