Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Syah, 1997 / hal.10) Pendidikan berasal dari kata
“didik”, yang mendapat awal me sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi
latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan
mengenaiakhlakdankecerdasanpikiran. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
danpelatihan
Tardif (Syah, 1997 / hal. 10) Secara luas, pendidikan adalah proses dengan metode-metode
tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang
sesuai dengankebutuhan.
Jadi pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah,
madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai
pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Pendidikan dapat berlangsung secara informal dan
nonformal disamping secara formal seperti sekolah, madrasah dan institusi-institusi lainnya.
Bahkan menurut definisi di atas, pendidikan juga dapat berlangsung dengan cara mengajar diri
sendiri (self-instruction)

B. Pengertian Psikologi Pendidikan


Menurut Crow and Crow psikologi pendidikan merupakan suatu ilmu yang berusaha
menjelaskan masalah-masalah belajar yang dialami imdividu dari sejak lahir sampai berusia lanjut,
terutama yang menyangkut kondisi-kondisi yang mempengaruhi belajar.
Menurut Arthur S. Reber (Syah, 1997 / hal. 12) Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin
ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal
sebagai berikut : a. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas, b. Pengembangan dan
pembaharuan kurikulum, c. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, d. Sosialisasi proses-proses
dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif, e. Penyenggaraan
pendidikan keguruan.
Barlow (Syah, 1997 / hal. 12) Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan
riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda
melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.

C. Hubungan Antara Psikologi dan Pendidikan


Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi terhadap
pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada pendidikan formal, seperti
pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan
Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa
dilepaskan dari psikologi.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa atau mental. Jadi, hubungan psikologi
dengan pendidikan adalah, psikologi termasuk salah satu cabang ilmu pengetahuan yang dapat
dipelajari.
Pendidikan bertujuan memberikan bimbingan hidup manusia sejak lahir sampai mati.
Pendidikan tidak akan berhasil jika ridak didasarkan pada psikologi perkembangan. Hubungan
kedua disiplin ilmu ini melahirkan psikologi pendidikan.

1
A. Arti Penting Psikologi Pendidikan

Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan pelatih bagi para
peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun
perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,–terutama perilaku peserta didik dengan segala
aspeknya–, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya
dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan bagi guru. Penguasaan guru tentang psikologi
pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi
pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa "diantara pengetahuan-pengetahuan yang
perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya
dengan proses belajar mengajar peserta didik"

Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan - pertimbangan


psikologisnya diharapkan dapat :

1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.

2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.

3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.

4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.

6, Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.

7. Menilai hasil pembelajaran yang adil.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan
penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-
prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

A. Hakekat Psikologi Pendidikan


Psikologi pendidikan merupakan penerapan prinsip dan metode psikologi untuk mengkaji
perkembangan, belajar, motivasi, pembelajaran, penilaian, dan isu-isu terkait lainnya yang
mempengaruhi interaksi belajar mengajar.
Psikologi pendidikan bermanfaat untuk:
- Membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
- Membantu pendidik dalam memahami karakteristik peserta didik.
- Memahami proses belajar peserta didik.
- Memilih dan menggunakan berbagai strategi dalam pembelajaran.
- Membantu pendidik untuk melakukan penilaian terhadap kegiatan belajar atau perolehan hasil
belajar yang telah dicapai peserta didik.
 Hakekat Pendidik Profesional
Pendidik yang bermutu adalah pendidik yang:
- Menunjukkan seperangkat kompetensi sesuai dengan standar yang berlaku.
- Mampu bekerja dengan menerapkan prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi.

2
- Mematuhi kode etik profesi pendidik.
- Bekerja dengan penuh dedikasi.
- Membuat keputusan secara mandiri ataupun secara bersama-sama.
- Menunjukkan akuntabilitas kerjanya kepada pihak-pihak terkait.
- Bekerjasama dengan pihak lain yang relevan.
- Secara berkesinambungan mengembangkan diri baik secara mandiri ataupun melalui asosiasi
profesi.
 Kompetensi Pendidik
PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional dan UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen menyatakan bahwa pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Kualifikasi akademik itu diperoleh melalui pendidikan Sarjana atau program
Diploma IV. Sedangkan kompetensi pendidik tersebut meliputi:
1. Kompetensi Paedagogik
2. Kompetensi kepribadian
3. Kompetensi profesional
4. Kompetensi sosial

C. Hubungan Psikilogi dan Pembelajaran

Perilaku belajar siswa, dalam psikologi pendidikan, belajar diartikan sebagai suatu proses
usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseeluruhan sebagi hasil penglaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dalam hubungan dengan proses belajar ini, yang harus dikenal betuloleh para pengajar adalah apa
yang disebut dengan metakognisi dan persepsi sosial-psikologis pelajar. Yang dimaksd dengan
metakognisi adalah pengetahuan seorang individu proses dan hasil belajar yang terjadi dalam
dirinya serta hal-hal yang terkait. Hal ini mengandung arti bahwa, agar proses belajar dapat
berlangsung secara efektif, maka pelajar seharusnya mampu mengenal proses dan hasil yang
terjadi dalam dirinya. Untuk itu para pengajar hendaknya mamppu mengenal dan membantu siswa.
Yang dimaksud dengan persepsi sosio-psikologis adalah sampai seberapa jauh pelajar
mempersepsi proses belajar yang berlangsung beserta situasi-situasi yang berpengaruh.
Perilaku hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Para pengajar sangat
diharapkan mampu mengantisipasi aspek-aspek perubahan perilaku ini yang dimulai dengan
perencanaan kegiatan belajar-mengajar, dan mengembangkannya setelah kegiatan belajar
berakhir. Dengan perilaku belajar yang efektif disertai proses mengajar yang tepat, maka proses
belajar-mengajar diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai
karakteristik sebagai: (1) pribadi yang mandiri, (2) pelajar yang efektif, (3) pekerja yang produktif,
(4) anggota masyarakat yang baik. Untuk mewujudkan kualitas manusia seperti itu, maka ada
empat kulitas belajar yang harus dikembangkan dalam diri pada siswa, yiatu: (1) belajar untuk
menjadi (learning to do), (2) belajar untuk belajar (learning to learn), (3) belajar untuk berbuat
(learning to do), (4) belajar untuk hidup bersama (learning to live together)
Perilaku mengajar guru, guru dituntut arus mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat
agar menjadi perilku belajar yang efektif dalam diri siwa. Guru juga di tuntut untuk menciptakan
situasi balajar-menajar yang kondusif. Guru tidak terbatas sebagai pengajar dalam arti penyampai
pengetahuan, akan tetapi lebih meningkat sebagai perancang pengajaran, manajer pengajaran,
pengevaluasi hasil belajar dan sebagai direktur belajar.
Dalam mewujudkan perilaku mengajar secara tept, karakteristik pengajar yang diharapkan adalah:

1. Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran dan mata pelaajaran yang diajarkannya.

3
2. Memiliki kecakapan untuk memperkirakan kepribadian ddan suasana hati secara tepat
serta membuat kontak dengan kelompok secara tepat.
3. Memiliki kesabaran, keakraban, dan sensivitas yang diperlukan untuk menumbuhkan
semangat belajar.
4. Memiliki pemikiran yang imajinatif (konseptual) dan praktis dalam usaha memberikan
penjelasan kepada pesrta didik.
5. Memiliki kualifikasi yang memadai dalam bidangnya, baik isi maupun metode.
6. Memiliki sikap terbuka, luwes, dan eksperimental dam metode dan teknik.

Pengajar akan mengajar dengan baik apabila memiliki sikap dasar yang benar, sasaran yang
benar, informasi faktual yang diperlukan, memahami macam-macam metoda dan teknik dan
mengetahui bagaimana memilihnya, membantu pelajar dalam merencanakan tindak lanjut
Perwujudan perilaku guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar akan nampk pada interaksi
antar keduanya. Dalam interaksi ini terjadi proses saling mempengaruhi sehingga terjadi
perubahan perilaku pada diri pelajar dalam bentuk tercapainya hasil belajar. Sekurang-kurangnya
ada tiga hal dalam interaksi pelajar-pengajar yaitu proses belaja, metode mengajar, dan pola-pola
interaksi.

Model pembelajaran yang dipandang cukup komprehensif yang dikembangkan oleh Ernest
Chang dan Don Simpson, “The circle of learning: individual and Group Process” menurut model ini,
pembeljaran dapat berlangsung tidak hanya tanggung jawab individual, akan tetapi dapat dalam
bentuk kolaboratif melalui proses kehidupan kelompok. Model ini mendasarkan atas paradigma
hubungan antara aktivitas dan orientasi. Dalam proses berlangsungnya pembelajaran ada dua
dimensi yaitu dimensi aktivitas pembelajaran dan dimensi orientasi proses. Hubungan dua dimensi
itu menghasilkan empat pola pembelajaran yaitu: (1) traditional lectures atau ceramah tradisional,
(2) self study atau belajar mandiri, (3) concurrent learning atau pembelajaran bersama, (4)
colaborative learning atau pembelajaran kolaboratif.

Anda mungkin juga menyukai