Badan pengawasan bahan kemasan dan pengolahan limbah (Badan PEBALIM) telah
mengeluarkan beberapa peringatan kepada para pengguna dan buku panduan pengolahan bahan
kemasan bekas untuk para produsen.
Diketemukan bahwa kemasan yang dipergunakan tidaklah aman setelah isi atau produk yang
berada didalamnya telah dikonsumsi. Badan PEBALIM juga menemukan bahwa kombinasi
makanan yang kita konsumsi juga dapat menimbulkan efek samping yang bersifat racun.
PEBALIM mengharapkan setiap konsumen diharapkan selalu waspadalah terhadap produk-
produk seperti :
* Botol Aqua bekas dan sejenisnya,
* Makanan yg di bakar/asap,
* Udang dan vitamin C,
* Mie instan
4. MIE INSTAN
Untuk para penggemar mie instan, pastikan anda punya selang waktu paling tidak 3 (tiga) hari
setelah anda mengkonsumsi mie instan, jika anda akan mengkonsumsinya lagi, dari informasi
kedokteran, ternyata terdapat lilin yang melapisi mie instan. Itu sebabnya mengapa mie instan
tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak. Konsumsi mie instan setiap hari akan
meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti kanker. Seseorang karena begitu sibuknya
dalam berkarir tidak punya waktu lagi untuk memasak, sehingga diputuskannya untuk
mengkonsumsi mie instan setiap hari. Akhirnya dia menderita kanker. Dokternya mengatakan
bahwa hal ini disebabkan karena adanya lilin dalam mie instan tersebut. Dokter tersebut
mengatakan bahwa tubuh kita memerlukan waktu lebih dari 2 (dua) hari untuk membersihkan
lilin tersebut.
Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya. Inilah ranking teratas bahan
kemasan makanan yang perlu anda waspadai :
* Kertas
Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan
untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang
ditentukan. Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan
menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal,
hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P,
yaitu pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan) . Keracunan yang terjadipun bisa
bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal,
memang susah-susah gampang. Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng dan
tempe goreng yang dibungkus dengan koran karena pengetahuan yang kurang dari si penjual,
padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah perpindahnya timbal makanan tsb.
Sebagai usaha pencegahan, taruhlah makanan jajanan tersebut di atas piring.
* Styrofoam
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling
populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan
keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan
karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain
itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang,
mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta
ringan. Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa
residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine
disrupter(EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem
endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan.
Peringatan ini diberikan untuk tingkat bahaya yang cukup tinggi baik dari jenis racun atau dari
kebiasaan manusia yang menggunakannya. Peringatan-peringatan berikutnya akan dikeluaran
oleh PEBALIM secara berkala.
Zat berbahaya di sekitar kita
Penyebabnya tak lain, zat berbahaya seperti banzena, formaldehida, serta trikloroetilen yang
terkandung dalam perabot ruangan. Sumbernya berasa dari karpet atau furnitur yang dilapisi
dengan pernis.
Banzena misalnya, zat berbahaya ini biasanya digunakan sebagai pelarut maupun bahan bakar,
tinta, minyak pelumas, plastik, cat, serta karet. Untuk zat trikloroetilene merupakan bahan yang
secara komersial banyak digunakan di dunia industri. Sebanyak 90 persen bahan ini digunakan
sebagai pengganti metal dalam industri dry cleaning. Bahkan sering pula digunakan sebagai tinta
printer dan bahan pembuatan lem.
Sementara, zat formaldehida sebagian besar digunakan untuk tisu wajah dan toilet serta kertas
minyak. Sedangkan untuk zat ammonia dan xylene merupakan bahan kimia organik yang mudah
menguap dan juga terdapat pada pembersih. Bahayanya, semua zat tersebut dapat memicu
terjadinya kerusakan hati, ginjal, kelelahan akut, animea, asma, bahkan kanker.
Namun semua zat tersebut dapat diminimalisir keberadaannya dengan menaruh tanaman hias
dalam ruangan. Berdasarkan penelitian BPLHD, tanaman aglaonema atau Sri rejeki mampu
menyerap banzena 14.500 mikrogram (mg), serta menyerap formaldehida 4.382 mg. Sedangkan
tanaman dracaena, mampu menyerap antara 18.000-27.292 mg trikloroetlene, 25.968 mg
banzena, serta 20.459 mg formaldehida dalam waktu 24 jam.
Selain mempermanis ruangan ternyata Ficus dalam pot ukuran diameter 25 sentimeter mampu
menyerap 35.520 mg amonia, serta 22.560 mg formaldehida per 24 jam. Tanaman jenis
sansevieria penyerapan terhadap xylene dan amonianya tergolong rendah, namun daya serap
terhadap banzena adalah salah satu yang terbaik yaitu 28.710 mg per 24 jam. Tanaman hias lain
yang terbukti ampuh menyerap zat berbahaya adalah tanaman gantung, palem bambu, bunga lili,
tanaman paku-pakuan, anthurium, philodendron, dan lidah buaya.